You are on page 1of 45

LAPORAN PENELITIAN

EKSTRAKSI FLAVONOID DARI BERBAGAI TUMBUHAN


SEBAGAI ZAT ANTI OKSIDAN

Disusun oleh
Magfirah

121100024

Arina Ulya

121100042

PROGAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2014
i

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN

EKSTRAKSI FLAVONOID DARI BERBAGAI TUMBUHAN SEBAGAI


ZAT ANTIOKSIDAN

Disusun Oleh:
Magfirah

121100024

Arina Ulya

121100042

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Ir. Gogot Haryono, MT

Ir. Wasir Nuri, MT

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Penelitian yang berjudul Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Macam Tumbuhan
Sebagai Zat Antioksidan dengan baik .
Dengan selesainya laporan penelitian ini, penyusun mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penyusun yang selalu mendukung, mendoakan dan
memberikan kasih sayangnya kepada penyusun.
2. Bapak Ir. Gogot Haryono, MT selaku pembimbing pertama
3. Bapak Ir. Wasir Nuri, MT selaku pembimbing kedua.
4. Teman-teman mahasiswa Teknik Kimia 2010 UPN Veteran
Yogyakarta dan seluruh pihak yang telah membantu baik langsung
maupun tidak langsung sehingga laporan penelitian ini dapat
diselesaikan.

Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Yogyakarta, Agustus 2014

Penyusun

iv

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ................................................................................... ii


Kata Pengantar ........................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................... iv
Daftar Gambar............................................................................................ v
Daftar Tabel .............................................................................................. vi
Daftar Lambang ........................................................................................ vii
Intisari ........................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang ......................................................................................


Tujuan Penelitian ...................................................................................
Tinjauan Pustaka ...................................................................................
Landasan Teori ......................................................................................
Hipotesis ................................................................................................
Batasan Masalah ....................................................................................

1
1
2
12
14
14

BAB II PELAKSANAAN PENELITIAN


A.
B.
C.
D.
E.
F.

Bahan .................................................................................................. ..
Alat ..................................................................................................... ..
Cara Kerja........................................................................................... ..
Diagram Alir Penelitian...................................................................... ..
Analisa Hasil ...................................................................................... ..
Alogaritma Menghitung Kca dengan metode Hooke-Jeeves ............. ..

15
15
16
17
19
20

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Analisa Bahan Baku ..................................................................... . 21
B. Variabel Bahan yang Mengandung Flavonoid untuk Menentukan
Kadar Flavonoid Tertinggi .................................................................... 21
C. Variabel Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Konsentrasi
Flavonoid Benalu Teh ............................................................................ 22
D. Variabel Pengaruh Konsentrasi Pelarut Terhadap Konsentrasi
Flavonoid Benalu Teh ............................................................................ 23
E. Menghitung Konstanta Henry dan Menentukan Koefisiesn Transfer
Massa (KcA) Benalu Teh ........................................................................ 24
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 23
A. Kesimpulan ......................................................................................... .. 26
B. Saran .................................................................................................. .. 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Mahkota Dewa .................................................................................. 2
Gambar 2. Benalu Teh ...................................................................................... 3
Gambar 3 Pegagan ............................................................................................. 4
Gambar 4. Daun Sirsak ...................................................................................... 5
Gambar 5. Daun Sirih Merah ............................................................................. 5
Gambar 6. Struktur Flavonoid ........................................................................... 9
Gambar 7. Proses Perpindahan Massa Padatan ke Cairan pada Lapisan Film .. 12
Gambar 8. Rangkaian Alat Ekstraksi .................................................................. 15
Gambar 9. Diagram Alir Penelitian Penentuan Kadar Flavonoid Tertinggi ...... 17
Gambar 10.Diagram Alir Proses Ekstraksi ......................................................... 18
Gambar 11.Alogaritma Metode Hooke-Jeeves ................................................... 20
Gambar 12.Konsentrasi Flavonoid pada Berbagai Tumbuhan .......................... 18
Gambar 13. Hubungan Waktu Ekstraksi dengan Konsentrasi Flavonoid ........... 23
Gambar 14.Hubungan Konsentrasi Pelarut dengan Konsentrasi Flavonoid ....... 19
Gambar 15. Hubungan antara Cas dengan Ca* ................................................. 25

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data fisik pelarut ................................................................................ 8


Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Air pada Bahan Baku ........................................ 21
Tabel 3. Konsentrasi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan ............................... 21
Tabel 4. Hubungan waktu ekstraksi dengan konsentrasi benalu teh ................ 22
Tabel 5. Hubungan Pelarut terhadap Konsentrasi Flavonoid Benalu Teh ........ 23
Tabel 6. Hubungan Ca* dan Cas pada Ekstraksi Benalu Teh ........................... 24

vii

DAFTAR LAMBANG

Cas

: Kadar flavonoid dalam padatan (gr bahan/gr etanol)

Ca*

:Kadar flavonoid dalam larutan pada waktu setimbang (gr


bahan/gr etanol)

Ca

:Kadar flavonoid dalam larutan pada waktu tertentu (gr


bahan/liter etanol)

Ca0

:Kadar flavonoid dalam larutan pada waktu mula-mula(gr


bahan/liter etanol)

: Massa bahan (gr bahan)

: Massa pelarut (gr etanol)

Kca

: Koefisien Transfer Massa (menit-1)

: Konstanta Kesetimbangan Henry

: Densitas Benalu teh (gr/ml)

Na

:Kecepatan transfer massa dari padatan ke cairan (gr


flavonoid/s.m2)

DAB

: Difusivitas (m2/s)

Vs

: Volume etanol (L)

viii

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

INTISARI
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan keanekaragam hayati
terutama tumbuhan. Salah satu kandungan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
adalah flavonoid. Flavonoid sebagai salah sumber zat antioksidan belum
dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi mengenai
kandungan flavonoid dalam tumbuhan. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui kadar flavonoid secara pasti.
Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi untuk mengambil flavonoid.
Bahan yang akan di ekstraksi dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang
dilengkapi dengan pendingin balik dan waterbath. Suhu ektraksi dan kecepatan
pengadukan dijaga tetap pada suhu 70oC dan kecepatan 300 rpm ekstraksi
dijalankan selama 2 jam, kemudian diambil sampelnya untuk dianalisis.
Hasil dari penelitian ini didapat bahwa benalu teh memiliki kandungan
flavonoid paling tinggi dibandingkan dengan daun sirih merah, daun sirsak,
mahkota dewa, dan pegagan. Kadar flavonoid yang didapat sebesar 0,113 gr/l.
Pada variabel konsentrasi pelarut didapat konsentrasn pelarut optimal sebesar
96% dengan konsentrasi flavonoid 0,98 gr/l. Pada variasi waktu menunjukan,
waktu optimum dari penelitain ini didapat pada 120 menit dengan kadar flavonoid
sebesar 0,1116 gr/l. Koefisien transfer massa yang diperoleh pada kondisi optimum
sebesar 0.00863382 menit-1.

viii

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

ix

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman hayati
khususnya jenis tumbuhan. Saat ini kurang lebih ada satu juta tumbuhan di dunia,
sedangkan yang dapat hidup di Indonesia kurang lebih 500 jenis tumbuhan.
Berbagai macam jenis tumbuhan ini digunakan untuk kelangsungan hidup
manusia. Umumnya tumbuh-tumbuhan dimanfaatkan sebagai bahan makanan,
obat-obatan, tanaman hias, dan lain-lain.
Salah satu kandungan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan adalah
flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu sumber zat antioksidan. Zat
antioksidan berfungsi untuk mengurangi radikal bebas dalam tubuh yang dapat
merusak sel-sel tubuh. Saat ini tumbuhan yang mengandung flavonoid belum
dimanfaatkan secara optimal. Hal tersebut dikarenakan belum adanya informasi
yang akurat mengenai kandungan flavonoid dalam tumbuhan yang menyebabkan
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai konsumsi flavonoid yang sesuai
dengan kebutuhannya. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
kandungan flavonoid secara pasti dari tumbuhan yang ada.
Pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode ekstraksi dengan
pelarut etanol untuk memisahkan flavonoid dari kandungan lain dalam tumbuhan.
Metode ini menggunakan labu leher tiga yang dilengkapi dengan pengaduk,
pendingin balik, dan waterbath.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kandungan
flavonoid dalam tumbuhan yang diekstrak secara pasti. Dengan mengetahui
flavonoid secara pasti diharapkan pula masyarakat dapat mengkonsumsi flavonoid
sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar flavonoid pada berbagai
tumbuhan (mahkota dewa, daun sirsak, benalu teh, daun sirih merah, dan
pegagan) dengan jalan mengekstraksi menggunakan pelarut etanol. Adapun

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

variabel yang dipelajari adalah variasitumbuhan, waktu ekstraksi, dan menghitung


koefisien transfer massa.
C. Tinjauan Pustaka
Ada banyak jenis tumbuhan Indonesia yang memiliki kadar flavonoid.
Beberapa jenis tumbuhan yang kini sedang hangat diperbincangkan. Tumbuhan
tersebut antara lain adalah benalu teh, mahkota dewa, pegagan, daun sirsak, dan
daun sirih.
1. Mahkota Dewa
Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah satu tanaman obat
yang

multi

khasiat.Sosoknya

berupa

perdu

dengan

tajuk

bercabang-

cabang.Umurnya dapat mencapai puluhan tahun dengan masa produktivitas


mencapai 10-20 tahun.Berdasarkan pengalaman beberapa pengobat herbal,
mahkota dewa digunakan untuk pengobatan jantung, kanker, lever, diabetes
mellitus, darah tinggi dan penyakit kulit (Winarto, 2005).
Berdasarkan literatur dan hasil-hasil penelitian, diketahui bahwa zat aktif yang
terkandung didalam daun dan kulit buah anatar alain alkaloid, terpenoid, saponin
dan senyawa resin.Pada daun pun diketahui terkandung senyawa lignan
(polifenol), sedangkan pada kulit buah terkandung zat flavonoid.(Winarto, 2005).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rohayami (2008) buah mahkota dewa
yang sudah masak dapat diambil flavonoidnya dengan cara ekstraksi. Kadar
flavonoid yang didapat sebesar 1,7647 mg/L

Gambar 1. Mahkota Dewa

2. Benalu Teh
Benalu teh hidupnya menempel pada dahan-dahan pohon kayu lain, dan tidak
memerlukan media tanah untuk hidup. Itulah sebabnya tanaman ini disebut
parasit. Benalu teh, salah satunya Scurulla atropurpurea (BL), adalah tanaman
obat yang dikenal masyarakat sebagai penghambat keganasan kanker. Kandungan

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

kimia yang terdapat pada daun dan batang benalu teh ini diantaranya adalah
senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, triterpen, saponin, dan tannin. Sementara
jenis benalu umum berkhasiat sebagai obat campak. (Ruwano, 2010)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rosidah (1999) kadar flavonoid yang
didapat dari ekstraksi benalu teh mencapai 9.6 mg/g

Gambar 2. Benalu Teh


3. Pegagan
Di Indonesia, penyebaran pegagan sangat luas, terbukti dari banyaknya nama
yang melekat pada tanaman ini. Penanam tersebut tentu sesuai dengan daerahnya.
Namun, dalam kalangan ilmiah, pegagan mempunyai nama Centella asiatia.
Pegagan mengandung bahan aktif seperti triterpenoid glikosida (terutama
asiatikosida, asam asiatik, asam madecassik, madikassosida), flavanoids
(kaemferol dan guercetin), volatile oils (vallerin, camphor, ciniole dan sterols
tumbuhan seperti campesterol, stigmasterol, sitosterol), pektin, asid amino,
alkaloid hydrocotyline, mysitol, asam bramik, asam centelik, asam isobrahmik,
asam betulik, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium,
kalsium dan besi. Diduga glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside
merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa. Zat vellarine
yang ada memberikan rasa pahit. (Indah Lasmadiwati,dkk, 2004)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ismirani (2011) pegagan dalam
etanol 30% memiliki kandungan flavonoid sebesar 2,293 % (b/b).

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

Gambar 3. Daun Pegagan

4. Daun Sirsak
Sirsak (Annona Muricata) dapat dikonsumsi sebagai buah segar. Daunnya
untuk pestisida nabati melawan thrips pada cabe, kutu daun kentang, wereng pada
padi dan belalang.Efek herbal pada sirsak adalah antikanker, anti diabetes, anti
bakteri, anti jamur, emetic, sedative, digestive, analgesic dan anti mutagenik.
Daun sirsak dipercaya sebagai antikanker dikarenakan terdapatnya kandungan
vitamin A, B, C, fosfor, besi pada buahnya. Daun dan batang mengandung tanin,
fitosterol, ca-oksalat, dan alkaloid murisine.Pada akar sirsak mengandung
alkaloid, saponin, steroid atau triterpenoid dan acetogenin.
Riset yang menunjukan sirsak bermanfaat sebagai antikanker telah banyak
dilakukan. Berbagai riset in vitro di America Serikat menunjukan senyawa kimia
dalam daun sirsak terbukti membunuh kanker payudara, ovarium, usus, prostat,
liver, paru- paru, pancreas dan limfa. Senyawa itu membunuh sel kanker tanpa
mempengaruhi sel-sel lain yang masih sehat.Senyawa aktif dalam daun
meningkatkan pemompaan P-glycoprotein untuk menghasilkan senyawa bersifat
antikanker alias kemoterapi. (Trubus, vol 10)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Artini, Wahjuni, dan Sulishingtyas
(2012) diperoleh hasil maserasi 1,2 gram serbuk daun kering sirsak (Annona
muricata L.) menggunakan methanol yang berwarna hijau kehitaman sebanyak
158 gram. Ekstrak kental methanol yang telah disuspensi ke dalam methanol-air
(7:3) kemudian dipartisi denganberbagai pelarut sehingga diperoleh ekstrak kental
petroleum eter sebanyak 0,1863 gram yang berwarna hijau kehitaman, ekstrak
kental kloroform sebanyak 73,186 gram yang berwarna coklat kemerahan dan
ekstrak kental air sebanyak 15,3411 gram yang berwarna merah kecoklatan.

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

Gambar 4. Daun Sirsak


5. Daun Sirih Merah
Sirih Merah (Piper crocatum) mengandung senyawa aktif flavonoid, alkaloid,
senyawa

polifenat,

tanin,

antosianin, minyak

atsiri.Secara

khusus

ada

hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allypyrokatekol, cineole, caryophyllien,


cadinen, estragol, terpennena, seskuiterpena, crotepoxide, fenil propane, amylum,
eugenol, diastase, gula dan pati. Senyawa neolignan yang ada di dalamnya seperti
piperbetol, methyl piperbetol, piperol A, dan piperol B. Zat aktif ini terkandung di
seluruh bagian tanaman.
Zat aktif yang dikandung seluruh bagian tanaman dapat merangsang saraf
pusat, merangsang daya pikir, meningkatkan peristaltik, dan meredakan sifat
mendengkur. Daun sirih juga memiliki efek mencegah ejakulasi premature,
ekspektoran, antiseptik, antibiotic, mematikan cendawan, antikejang, analgesic,
pereda kejang pada otot polos, penekan kendali gerak, mengurangi sekresi cairan
pada liang vagina, penekan kekebalan tubuh, pelindung hati, dan antidiare. Tetapi
banyak juga penderita menahun yang mengaku sembuh berkat sirih merah.Sebut
saja, gangguan jantung, maag kronis, TBC tulang, keputihan akut, tumor payudara
dan komplikasi diabetes. (Trubus, vol 10)
Daun sirih dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung 4,2%
minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol yang merupakan isomer
Euganol allypyocatechine, Caryophysllen, kavikol, kavibekol, estragol, dan
terpinen. (http://www.psychologymania.com)

Gambar 5. Daun Sirih Merah


5

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

6. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu komponen dari campuran dua
kompenen atau lebih dimana komponen mengalami perpindahan massa dari suatu
padatan atau cairan ke cairan lain yang bertindak sebagai pelarut. Pemisahan
terjadi akibat kemampuan daya larut yang berbeda dari komponen-komponen
dalam campuran. (Mc Cabe, 2009).
Pemisahan dilakukan dengan menambahkan pelarut selektif pada campuran
bahan.Dasar dari ekstraksi ialah perbedaan kelarutan bahan ke dalam
pelarut.Ekstraksi dapat dilakukan dalam keadaan panas atau dingin. Pelarut
selektif berarti pelarut tersebut hanya melarutkan bahan yang akan diambil.
Dengan proses ekstraksi, pelarut selektif akan melarutkan bahan yang diinginkan,
sedangkan bahan yang lain tidak larut atau sedikit larut. Agar pelarutan dapat
berlangsung dengan baik maka harus diusahakan terjadinya kontak yang baik
antara pelarut dengan bahan yang akan dilarutkan.
Penelitian ini merupakan ekstraksi padat-cair untuk memisahkan flavonoid
dari lima macam bahan dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi padat-cair banyak
digunakan untuk mengambil suatu zat dari bahan padat dengan menggunakan
pelarut organik. Ekstraksi ini dilakukan dengan mengontakkan padatan yang telah
dihancurkan dalam suatu tangki berpengaduk secara batch. Penghancuran padatan
sebelum diekstraksi akan mempercepat proses ekstraksi karena luas bidang kontak
antara padatan dengan pelarut menjadi lebih besar. Setelah proses berlangsung
cukup lama, ekstrak dapat dipisahkan dari padatannya (Treyball, 1981).
Perpindahan massa zat terlarut dari padatan ke cairan pada ekstraksi padat-cair
berlangsung melalui dua proses yaitu difusi dari dalam padatan ke permukaan
padatan dan perpindahan massa dari permukaan padatan ke cairan. Jika salah satu
proses berlangsung lebih cepat, maka kecepatan ekstraksi ditentukan oleh
kecepatan yang lebih lambat. Tetapi jika kedua proses berlangsung dengan
kecepatan yang hampir sama, maka kecepatan ekstraksi ditentukan oleh kedua
proses tersebut. (Peduk, 2011)
Bila ukuran padatan relatif kecil, maka difusi dari dalam padatan ke
permukaan padatan berlangsung cepat, sehingga kecepatan ekstraksi ditentukan
oleh kecepatan perpindahan massa dari permukaan padatan ke cairan. Sebaliknya,
jika ukuran padatan cukup besar, maka perpindahan massa dari permukaan

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

padatan ke cairan berlangsung cepat sehingga kecepatan ekstraksi ditentukan oleh


kecepatan difusi dari dalam padatan ke permukaan padatan. (Peduk,2011)
Faktor yang berpengaruh terhadap proses ekstraksi antara lain:
a. Waktu ekstraksi
Semakin lama waktu kontak antara dua fase tersebut maka makin banyak
komponen yang terdifusi dari fase padat ke fase cair. Jika waktu kontak antara
kedua fase berkurang maka tidak akan dicapai fase kesetimbangan.
b. Jenis pelarut
Kesempurnaan ekstraksi juga tergantung
pemilihan

pelarutnya,

karena

pemilihan

dari selektifitas terhadap


pelarut

yang

tepat

akan

mempengaruhi kelarutan terhadap zat flavonoid. Maka untuk mengekstraknya,


dapat digunakan pelarut-pelarut organik yang mempunyai titik didih lebih
rendah dari pada air, yang salah satunya adalah ethanol. Flavonoid dapat larut
dalam pelarut seperti methanol dan etanol.
c. Ukuran bahan
Semakin kecil ukuran partikel bahan maka ruas permukaan kontak akan
semakin besar sehingga hal ini akan menyebabkan semakin banyak flavonoid
yang akan terekstraksi, tetapi pada ukuran butir tertentu jumlah flavonoid
yang terekstraksi akan konstan walaupun ukuran butiran bahan yang
digunakan kecil.
d. Perbandingan berat bahan dengan jumlah pelarut.
Jumlah pelarut terhadap berat bahan akan mempengaruhi jumlah massa
flavonoid yang ditrasnfer secara difusi oleh zat pelarut.jadi perbandingan berat
bahan dan jumlah pelarut sangat berpengaruh terhadap hasil flavonoid yang
didapat.
e. Suhu ekstraksi
Suhu ekstraksi akan berpengaruh terhadap kecepatan perpindahan massa
secara difusi antara zat pelarut dan zat yang akan di ekstraksi. Semakin tinggi
suhu ekstraksi maka kecepatan perpindahan massanya akan semakin cepat
f. Kecepatan putaran pengaduk
Semakin tinggi kecepatan putaran pengadukan, akan mempercepat difusi
dari pelarut ke partikel sehingga flavonoid yang terambil akan semakin
banyak.

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

7. Pemilihan pelarut
Proses ekstraksi sangat bergantung pada jenis pelarut yang digunakan.
Menurut Treyball (1985), pelarut sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Bersifat selektif, pelarut yang baik hanya dapat melarutkan ekstrak yang
diinginkan dan bukan komponen-komponen lain dari bahan yang diekstraksi
b. Tidak terjadi reaksi antara pelarut dengan komponen yang akan diekstraksi
c. Tidak korosif
d. Mempunyai viskositas rendah dan daya pelarutnya tinggi
e. Tidak beracun
f. Mudah didapat dan murah.
Flavonoid dapat larut dalam methanol, ethanol dan aceton.
Tabel 1. Data fisik pelarut
Nama
Methanol

Rumus Molekul
CH3OH

Massa Molar
32,04 g/mol

Titik Leleh

Titik Didih

- 97oC

64,7C

Ethanol

C2H5OH

46,07 g/mol

- 114,3oC

78,4 OC

Aceton

CH3COCH3

60,1 g/mol

- 89oC

82,5oC

Sumber : wapedia.mobi/id
Berdasarkan data tersebut titik didih terendah adalah methanol. Namun
demikian, aseton dan methanol tidak dapat digunakan dalam ekstraksi karena
aseton dan methanol mengandung racun yang dapat membahayakan kesehatan.
Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan ethanol sebagai pelarut.
Ethanol tidak berwarna dan tidak berasa, tetapi memiliki bau yang khas.
Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Rumus molekul ethanol adalah
C2H5OH atau rumus empiris C2H6O, ehtanol mempunyai titik didih 78,4oC (760
mmHg), densitas 0,7893 g/ml. Ethanol lebih aman jika dibandingkan dengan
pelarut methanol dan aseton, kelarutan dalam air tidak terbatas pada suhu 20 oC.
(Fessenden, 1992)

8. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada
tanaman hijau , kecuali alga. Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

tingkat tinggi (Angiospermae) adalah flavon dan flavonol dengan C- dan Oglikosida, isoflavon C- dan O-glikosida, flavanon C- dan O-glikosida, khalkon Cdan O-glikosida dan hidrokhalkon, proantosianidin dan antosianin, auron Oglikosida dan dihidroflavonol O-glikosida.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri 15 atom karbon,
dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada cincin propane (C3) sehingga
membentuk ikatan C6 - C3 - C6. Susunan ini menghasilkan 3 jenis struktur yaitu
1,3-diarilpropan atau flavonoid, 1,2-diarilpropan atau isoflavon, dan 1,1diarilpropan atau neoflavon. (Waji dan Sugrani, 2009)

Gambar 6. Struktur Flavonoid


Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan
dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat. Senyawa-senyawa ini dapat ditemukan
pada batang, daun, bunga dan buah. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi
sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat
flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, meningkatkan
efektivitas vitamin C, anti-inflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai
antibiotik. (Waji dan Sugrani, 2009)
Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik
yang banyak merupakan pigmen tumbuhan, pada umumnya flavonoid merupakan
senyawa polar sehingga larut dalam larutan polar seperti etanol, metanol butanol,
aseton air dan sebagainya.Flavonoid juga tidak tahan pada suhu tinggi, fungsinya
kebanyakan

flavonoid

dalam

tubuh

manusia

adalah

sebagai

zat

antioksidan.Antioksidan melindungi jaringan terhadap kerusakan oksidatif akibat


radikal bebas yang berasal dari proses-proses dalam tubuh atau dari luar dan
memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin
C). Dalam banyak kasus, flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

antibiotik dengan mengganggu fugsi mikroorganisme seperti bakteri atau virus.


(Hayu dan Happy, 2013)

9. Antioksidan
Di dalam tubuh kita terdapat senyawa yang disebut antioksidan yaitu senyawa
yang dapat menetralkan radikal bebas dengan cara menyumbangkan salah satu
atau lebih elektronnya agar berikatan dengan elektron radikal bebas. Contoh
antioksidanyaitu enzim SOD (SuperoksidaDismutase), gluthatione, dan katalase.
Antioksidan juga dapat diperoleh dari asupan makanan yang banyak mengandung
vitamin C, vitamin E dan betakaroten serta senyawa fenolik.Bahan pangan yang
dapat menjadi sumber antioksidan alami, seperti rempah-rempah, coklat, bijibijian, buah-buahan, sayur-sayuran. (Maulida dan Zulkarnaen, 2010).
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif
karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan
bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron.
Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan
akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan
dini, serta penyakit degeneratif lainnya. (Maulida dan Zulkarnaen, 2010).
Persyaratan (sesuai peraturan/undangundang) : Antioksidan sebagai bahan
tambahan pangan batas maksimum penggunaannya telah diatur oleh Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor: 772/Menkes/Per/IX/88 tertulis dalam Lampiran I,
antioksidan yang diizinkan penggunannya antara lain asam askorbat, asam
eritrobat, askorbil palmitat, askorbil stearat, butil hidroksilanisol (BHA), butil
hidrokinin tersier, butil hidroksitoluen, dilauril tiodipropionat, propil gallat, timah
(II) klorida, alpha tokoferol, tokoferol, campuran pekat (Maulida dan Zulkarnaen,
2010).
Ada 2 macam antioksidan berdasarkan sumber perolehannya, yaitu
antioksidan alami dan antioksidan sintesis. Antioksidan sintesis berasal dari
sintesis reaksi kimia. BHT (Butylated Hydroxy Toluena) merupakan contoh
antioksidan sintesis. Penggunaan BHT mulai dihentikan karena dapat meracuni
dan bersifat karsinogenik (Astuti, 2008). Antioksidan alami berasal dari sumber
antioksidan alami atau hasil ekstraksi sumber antioksidan alami. Sumber

10

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

antioksidan alami dapat ditemukan pada tumbuhan yang mengandung senyawa


fenolik,misalnya di tumbuhan bagian kayu, biji, daun, buah, akar, maupun bunga
pada tumbuhan jenis rempah, teh, coklat, daun-dauan. (Sarastani, dkk,.2002).
senyawa fenolik atau polifenolik terdapat pada golongan flavonoid. Dari hasil
penelitian didapat bahwa flavonoid mempunyai kemampuan untuk merubah atau
mereduksi radikal bebas dan juga sebagai antiradikal bebas (Zuhra, dkk,.2008)
Berkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan di klasifikasikan dalam
lima tipe antioksidan, yaitu:
1. Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu memutus
rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal ini
memberikan atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol
sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Senyawa antioksidan yang termasuk
kelompok ini, misalnya BHA, BHT, PG, TBHQ, dan tokoferol.
2. Oxygen scavengers , yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat
oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa
tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem
sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh dari senyawa-senyawa
kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat), askorbilpalminat, asam
eritorbat, dan sulfit.
3. Secondary

antioxidantsI,

yaitu

senyawa-senyawa

yang

mempunyai

kemampuan untuk berdekomposisi hidroperoksida menjadi prodak akhir yang


stabil. Tipe antioksidan ini pada umumnya digunakan untuk menstabilkan
poliolefin resin. Contohnya, asam tiodipropionat dan dilauriltiopropionat.
4. Antioxidative EnzimeI, yaitu enzim yang berperan mencegah terbantuknya
radikal bebas. Contohnya glukose oksidase, superoksidase dismutase(SOD),
glutation peroksidase, dan kalalase.
5. Chelators sequestrants.yaitu senyawa-senyawa yang mampu mengikat logam
seperti besidan tembaga yang mampu mengkatalis reaksi oksidasi lemak.
Senyawa yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat, asam amino,
ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA), dan fosfolipid (Maulida dan
Zulkarnaen, 2010).

11

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan


D. Landasan Teori

Proses ekstraksi padat-cair selalu meliputi dua langkah sebagai berikut:


1. Kontak antara pelarut dengan padatan yang akan diekstraksi sehingga terjadi
perpindahan zat yang terlarut dari padatan ke cairan.
2. Pemisahan atau pencucian larutan dari padatan yang tersisa (Brown, 1950)
Pada proses ekstraksi akan terjadi meliputi dua proses yaitu perpindahan
massa dari dalam padatan ke permukaan padatan dan perpindahan massa dari
permukaan padatan ke cairan. Kedua sistem berkontak atas dasar perbedaan
kosentrasi. Jika salah satu proses berlangsung lebih cepat maka proses ekstraksi
ditentukan oleh proses yang berlangsung lebih lambat (Bird,1960)

Padatan

Cair

Cas
Ca*

Cas
Interface
Gambar 7. Proses Perpindahan Massa Padatan ke Cairan pada Lapisan Film
Kecepatan difusi dalam padatan dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
NA

= - DAB

............................................................................ (1)

Pada penelitian ini, perpindahan massa dari dalam padatan ke permukaan


padatan dianggap berlangsung sangat cepat karena ukuran padatan yang
digunakan ukurannya sangat kecil. Sehingga perpindahan massa dari dalam
padatan ke permukaan padatan dapat diabaikan dan perindahan massa yang
berpengaruh pada proses ekstraksi ini hanya pada perpindahan massa dari padatan
ke cairan (pelarut).
Perpindahan massa dari permukaan padatan ke cairan (pelarut) dihitung
dengan menggunakan pendekatan model matematis sebagai berikut
12

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

NA

KcA. Vs. (Ca*-Ca) .............................................................. (2)

Persamaan neraca massa ekstraksi flavonoid di dalam pelarut pada tangki


berpengaduk pada kondisi batch dinyatakan dalam bentuk:
Kecepatan laju alir kecepatan laju alir + kecepatan laju alir = kecepatan laju alir
massa masuk massa keluar

massa generasi

massa akumulasi

0+ KcA. Vs. (Ca*-Ca)

KcA (Ca*-Ca) =

= Vs

............................................................ (3)

Konsentrasi flavonoid padatan(Cas) dan konsentrasi flavonoid pada cairan di


permukaan film pada kondisi setimbang (Ca*) dengan kondisi isothermal
mengikuti hukum Henry,yaitu
Ca*= H. Cas ......................................................................... (4)
Sedangkan Cas didapat dengan persamaan:
M. Cao = M. Cas + W. Ca* ............................................................................. (5)
Kemudian persamaan (4) disubtitusi ke persamaan (3), didapat persamaan
diferensial untuk ekstraksi flavonoid, yaitu
KcA(H. Cas Ca) =

.................................................................................... (6)
(Wahyudi, 1997)

Kemudian persamaan (6) diintegralkan dengan batas


Initial Condition (IC)

: t= 0,

Ca=Cao

Boundary Condition (BC)

: t= t,

Ca= Ca

Kca

Kca. T

= - [ ln

Kca

= - [ ln

]. ................................(7)

13

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

Untuk mendapatkan hasil KcA pada kondisi optimum, digunakan penyelesaian


secara numeris dengan metode Hook Jeeves.

E. Hipotesis
1.

Pelarut etanol mampu digunakan untuk mengekstraksi flavonoid.

2.

Semakin lama waktu ekstraksi maka kadar flavonoid yang terekstrak semakin
banyak.

3.

Semakin lama waktu ekstraksi maka koefisien transfer massa (KcA) semakin
besar.

F. Batasan Masalah
1.

Proses ekstraksi dilakukan secara batch

2.

Dilakukan pada tekanan tetap.

3.

Dianggap tidak ada penguapan selama proses ekstraksi.

4.

Pelarut yang digunakan adalah etanol.

5.

Ekstraksi dilakukan pada suhu 70C

14

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

BAB II
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Bahan
1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah benalu teh yang
didapat dari perkebunan teh Tambi Wonosobo, buah mahkota dewa yang
didapat dari Ternate, daun sirsakdan daun sirih merah yang didapat dari pasar
Beringharjo Yogyakarta, daun pegagan didapat dari Magelang.
2. Bahan Pembantu
Bahanbakupembantu yang digunakanantara lain Ethanol 96% sebagai zat
pengekstrakdan aquadest.

Alat
1.

Rangkaian Alat Utama

Keterangan gambar

Gambar 8. Rangkaian Alat Ekstraksi

1. Labu leher tiga


2. Motor pengaduk
3. Termometer
4. Pendingin balik
5. Kompor Pemanas
6. Waterbath
7. Klem
8. Statif

2. Alat Bantu
Adapun alat bantu yang digunakan dalam mengekstraksi antara lain
erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi, corong, dan kertas saring.

15

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

Cara Kerja
1. Persiapan Bahan Baku (Sampel)
Daun sirsak, daun sirih merah, mahkota dewa, dan benalu teh, dicuci
bersih dan ditempat dalam suatu wadah, disortir dan kemudian dianginanginkan hingga kering. Bahan kering kemudian dipotong sekecil mungkin
(dibuat serbuk halus), kemudian diayak dengan ayakan berukuran 30 mesh
dan dimasukkan dalam kantong plastik yang ditutup rapat.
2. Proses Ekstraksi
Menimbang bahan baku sebanyak 25 gram, kemudian dimasukkan
kedalam labu leher tiga yang telah diisi dengan ethanol 96 % dengan volume
200 ml.Pengaduk dijalankan dengan kecepatan

yang diinginkan dan

pemanas dihidupkan pada suhu 70oC. Ekstraksi dihentikan setelah 2 jam dan
pemanas serta pengaduk dihentikan. Bahan yang telah diekstraksi kemudian
di saringdalam keadaan panas dan diambil filtratnya.

16

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

Diagram Alir Cara Kerja

Benalu teh
Mahkota dewa
Daun sirih merah
Daun pegagan
Daun sirsak

Pembersihan dan
pengeringan

Bahan kering dan bersih


Penghalusan

Pengayakan

Ethanol 96%
200 ml

Ekstraksi dengan
Suhu70oC, waktu 2 jam

Penyaringan

Filtrat

- - - - - > Analisis I

Gambar 9. Diagram alir proses ekstraksi flavonoid

Keterangan:
Analisis I

: kandungan dan kadar flavonoid mula-mula dari bahan

17

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

Serbuk Benalu Teh

Ethanol 96%
200 ml

Ekstraksi pada waktu


(30, 60, 90, 120) menit,
konsentrasi pelarut (20, 40,
60, 80, 96) %

Penyaringan

Filtrat

----->

Analisis II

Gambar 10. Diagram alir proses ekstraksi benalu teh

Keterangan:
Analisis II

: kadar flavonoid dari benalu teh.

18

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

Analisa Hasil
1. Analisa Kuantitatif Kandungan Flavonoid dengan Spektrofotometri UV-Vis.
Hasil ekstraksi yang telah disaring dilarutkan dalam pelarut. Kemudian
sampel dimasukkan ke dalam kuvet sampai garis batas. Dalam keadaan
tertutup, mengatur kondisi transmitasi = 0%. Dalam keadaan terbuka,
mengatur kondisi transmitasi = 100% (A=0). Menggunakan cell dengan
pelarut murni. Memasukkan sampel dan mengukur absorbansi.

19

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

F. Alogaritma Menghitung KcA dengan Metode Hooke-Jeeves

Gambar 11. Alogaritma Metode Hooke-Jeeves

20

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisa Bahan Baku


Analisa kadar air pada masing-masing bahan didapat data sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil analisis kadar air pada bahan baku

No
1
2
3
4
5

Bahan baku
Daun pegagan
Daun sirsak
Daun sirih merah
Benalu teh
Mahkota dewa

kadar air
(%)
14,09
10,2
15,94
12,97
12,27

B. Variabel Bahan yang Mengandung Flavonoid untuk Menentukan Kadar


Flavonoid Tertinggi
Percobaan untuk variabel bahan dilakukan dengan kondisi sebagai berikut:
Pelarut
Volume pelarut
Berat bahan
Waktu ekstraksi
Suhu ekstraksi
Kecepatan pengadukan

: Etanol 96%
: 200 ml
: 25 gram
: 2 jam
: +70oC
; 300 rpm

Hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil seperti pada tabel 3


Tabel 3.Konsentrasi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan
No
Bahan
konsentrasi flavonoid
(gr/L)
1
Daun sirih merah
0.0438
2
Mahkota dewa
0.0553
3
Pegagan
0.0616
4
Daun sirsak
0.0876
5
Benalu teh
0.1137

Dari tabel 3. dapat dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara bahan-bahan
yang mengandung flavonoid dengan konsentrasi. Grafik tersebut terlihat pada
gambar 12.

21

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

konsentrasi (gr/L)

0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
Daun sirih
merah

Mahkota
dewa

Pegagan

Daun sirsak

Benalu teh

jenis tumbuhan

Gambar 82. Konsentrasi Flavonoid pada Berbagai Tumbuhan


Berdasarkan pada tabel 3 dan gambar 12 dapat dilihat untuk benalu teh
kandungan flavonoidnya lebih tinggi dibandingkan daun sirih merah, daun
sirsak, pegagan, dan mahkota dewa. Dari hasil analisis kadar flavonoid yang
dilakukan, benalu teh memiliki konsentrasi tertinggi yaitu 0.1137gr/L
C. Variabel Pengaruh Waktu Ekstraksi terhadap Konsentrasi Flavonoid
Benalu Teh
Percobaan untuk variabel waktu dilakukan dengan kondisi sebagai berikut:
Pelarut
Volume pelarut
Berat
Kecepatan Pengadukan
Suhu Ekstraksi

: Etanol 96%
: 200 ml
: 25 gram
: 300 rpm
: +70oC

Hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil seperti pada tabel 4.


Tabel 4. Hubungan waktu Ekstraksi dengan Konsentrasi Benalu teh
No
Waktu
Konsentrasi Flavonoid
(menit)
(gr/L)
1
0
0.0039
2
30
0.0701
3
60
0.1089
4
90
0.1071
5
120
0.1116
Pada tabel 4. dapat dibuat grafik hubungan antara waktu ekstraksi dengan
konsentrasi yang terlihat seperti gambar di bawah ini

22

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan


0,1400
Konsentrasi (gr/L)

0,1200
0,1000
0,0800

0,0600
0,0400
0,0200
0,0000
0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

Waktu ekstraksi (menit)

Gambar 13. Hubungan Waktu Ekstraksi dengan Konsentrasi Flavonoid


Dari gambar 13 dan tabel 4 dapat diketahuipada menit ke-120 merupakan
waktu optimum dengan konsentrasi flavonoid tertinggi sebesar 0.116 gr/L.
Sesuai dengan teori lapisan film, dimana semakin lama ekstraksi, konsentrasi
flavonoid dalam larutan akan mengalami kesetimbangan. Pada waktu tertentu
konsentrasi flavonoid dalam larutan akan konstan. Hal ini terjadi karena
flavonoid dalam bahan sudah terekstrak semua.
D. Variabel pengaruh konsentrasi pelarut terhadap konsentrasi flavonoid
benalu teh
Percobaan untuk variabel konsentrasi pelarut dilakukan dengan kondisi sebagai
berikut:
Volume pelarut
: 200 ml
Berat
: 25 gram
Kecepatan Pengadukan
: 300 rpm
Suhu Ekstraksi
: +70oC
Waktu ekstraksi
: 2 jam
Hasil percobaan yang dilakukan diperoleh hasil pada tabel 5.
Tabel 5. Konsentrasi pelarut terhadap konsentrasi flavonoid benalu teh
No
Konsentrasi Pelarut
Konsentrasi flavonoid
(%)
(gr/L)
1
0
0
2
20
0.042
3
40
0.057
4
60
0.075
5
80
0.085
6
96
0.098

23

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

Hasil dari tabel 5 dapat dibuat grafik hubungan konsentrasi pelarut dengan
konsentrasi flavonoid.

konsentrasi flavonoid (gr/l)

0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0

20

40

60

80

100

120

konsentrasi pelarut (%)

Gambar 14. Hubungan Konsentrasi Pelarut dengan Konsentrasi flavonoid


Berdasarkan tabel 5 dan gambar 14 didapat bahwa semakin besar konsentrasi
pelarut yang digunakan untuk ekstraksi maka konsentrasi flavonoid yang
dihasilkan juga semakin besar. Konsentrasi pelarut sebesar 96 % didapat
konsentrasi flavonoid terbesar yaitu 0.98gr/L.
E. Menghitung Konstanta Henry dan Koefisien Transfer Massa (Kc A)
Benalu Teh
Konstanta Henry dapat dicari dengan cara memvariasikan berat benalu teh
sehingga didapat konsentrasi Ca* dan

Cas. Cas dapat dihitung dengan

persamaan (5) sedangakan Ca* diperoleh dari kurva standar.


Hasil percobaan dan persamaan yang digunakan untuk menghitung Cas dan
Ca* dapat ditampilkan seperti pada tabel berikut
Tabel 6. Hubungan Ca* dengan Cas pada ekstraksi benalu teh
no
berat
Volume Etanol
Ca*
1
2
3
4
5

Cas

(gr)

(ml)

(gr flavonoid/gr etanol)

(gr flavonoid/gr etanol)

15
20
25
30
35

200
200
200
200
200

0,16414
0,20080
0,24070
0,26829
0,30506

0,5091
0,6543
0,7207
0,8309
0,8674

24

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

Pada tabel 5. dapat dibuat grafik hubungan antara Ca* dan Cas seperti pada
gambar 15.

Ca* (gr flavonoid/gr etanol)

0,35000
0,30000
0,25000
0,20000
0,15000
y = 0,3774x - 0,0346
R = 0,9629

0,10000
0,05000
0,00000
0,0000

0,2000

0,4000

0,6000

0,8000

1,0000

Cas (gr flavonoid/gr etanol)

Gambar 15. Hubungan antara Cas dengan Ca*


Berdasarkan gambar.15 dapat diperoleh konstanta Henry yaitu slope dari
persamaan sebesar 0.3774.
Pada penelitian ini, koefisien transfer massa dihitung dengan data ekstraksi
benalu teh menggunakan persamaan (7) yang diselesaikan menggunakan
metode Hook Jeeves. Hasil yang diperoleh koefisien transfer massa (Kca)
benalu teh optimum sebesar 0.00863382 menit-1

25

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kelima bahan yang diekstrak, benalu teh mempunyai kadar flavonoid
tertinggi dibandingkan dengan daun sirsak, daun sirih merah, daun pegagan,
dan mahkota dewa. Kadar flavonoid pada benalu teh diperoleh sebesar
0.1137 gr/L.
2. Semakin besar konsentrasi pelarut yang digunakan maka flavonoid yang
terekstrak semakin banyak pula. Hasil penelitan didapat konsentrasi pelarut
optimal pada 96% dengan flavonoid yang diperoleh sebesar 0,98 gr/L.
3. Semakin lama ekstraksi, maka kadar flavonoid yang terekstrak semakin
banyak. Dari hasil penelitian didapat waktu optimal ekstraksi pada 120
menit dengan konsentrasi 0.1116 gr/L. Pada waktu tertentu, ekstraksi akan
mencapai kesetimbangan dengan ditandai konsentrasi akan tetap sepanjang
waktu.
4. Koefisien transfer massa (Kca) optimum sebesar 0.00863382 menit-1
B. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai metode pengambilan
flavonoid untuk mendapatkan flavonoid murni dengan memvariasikan jenis
pelarut sehingga didapat konsentrasi flavonoid yang lebih optimal.

26

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

DAFTAR PUSTAKA
Artini, Ni Putu Rahayu., Sri Wahjuni, dan Wahyu Dwijani Sulishingtias. 2012.
Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata L) Sebagai Anti Oksidan Pada
Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Wistar. Bukit Jimbaran.
Astuti, Sussi. 2008. Isoflavon Kedelai dan Potensinya Sebagai Penagkap Radikal
Bebas. Jurnal Teknologi Industri dan Pertanian. Vol. 13. Nomor 2.
September
Bird, R.B., Stewart, W.E.,Lightfoot, E.N., 1978, Transport Phenomena, p.503,
Jhon Willey& Sons Inc.,New York
Brown.G.G .et al., 1950, Unit Operation. Modern Asia Edition, John
Willey&Sons,Inc, New York.
Furiani K, Sekar., dan Sophia Peduk. 2011. Koefisien Transfer Massa (Kca)
Pada Ekstraksi Klorofil Dari Daun Pepaya (Carica Papaya L) Dengan
Pelarut Ethanol. Laporan Penelitian. Yogyakarta.
Hayu, H Magistra., dan Bela Happy A. 2011. Ekstraksi Kayu Secang Sebagai
Indikator Titrasi. Laporan Penelitian. Yogyakarta.
Ismarani., Diyah Iswantini Pradono., dan Latifah K Darusman. 2011.
Mikroenkapsulasi Ekstrak Formula Pegagan - Kumis Kucing - Sambiloto
Sebagai Inhibitor Angiotensin I Konverting Enzyme Secara Invitro.
Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah vol. 3 no.1.Bogor.
Lasmadiwati, Indah dkk. 2004. Budidaya dan Pemanfaatan Untuk Obat DAun
Pegagan. Penebar Swadaya. Depok.
Kosasih, E. N., dkk. 2006. Peran Antioksidan pada Lanjut Usia. Pusat Kajian
Nasional Masalah Lanjut Usia. Jakarta.
Lasmadiwati, Indah, dkk. 2004. Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat Daun
Pegagan. Penebar Swadaya. Depok.
Rohyami, Yuli. 2008. Penentuan kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol
Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl). Logika.
Vol. 5, Nomor 1, Agustus
Rosidah, S. Yulina, S Gana Elin. 1999. Uji Aktivitas Anti Radang Pada Tikus
Galur Wistar dan Telaah Fitokimia Ekstrak Daun Babadotan dan Ekstrak
Rimpang Jahe. http://bahan_alam.fa.itb.ac.id. Diakses 2 Maret 2010.

27

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

Sarastani, Dewi., dkk. 2002. Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Biji
Atung. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol.XIII. Nomor 2
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Sulaksana, Jaka, dkk.2004. Tempuyung Budidaya dan Pemanfaatan Untuk Obat.
Jakarta: Penebar Swadaya
Syukur, Cheppy. 2004. Temu Putih Tanaman Obat Anti Kanker. Jakarta: Penebar
Swadaya
Treyball, R. E. 1981.Mass Trasfer Operations. 3rd ed.Mc Graw-Hill Kogakusha,
Ltd: Tokyo
Trubus. 2012. Herbal Indonesia Berkhasiat. PT TrubusSwadaya. Depok
Waji, Resi Agestia dan Andis Sugarni. 2009. Makalah Kimia Organik Flavonoid
Bahan Alam (Querecetin). Makassar: Universitas Hasanudin
Winarto, W.P. 2005. Mahkota Dewa Budidaya dan Pemanfaatan Untuk Obat.
Jakarta: Penebar Swadaya
Zuhra, Cut Fatimah, dkk. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari
Daun Katuk. Jurnal Biologi Sumatera. Vol.3 no.1, Sumatera Utara
http://www.psychologymania.com/
http://wapedia.mobi/id

28

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

LAMPIRAN

A. Menentukan Densitas Etanol


Berat pikno kosong

: 14,1460 gr

Berat pikno + aquadest

: 39,7400 gr

Berat aquadest

: (39,7400 - 14,1460) gr
: 25, 5940 gr

Densitas aquadest (T=28oC)

: 0,996233 gr/ml

Volume aquadest

: 25,6908 ml

Berat pikno + ethanol

: 34,8170 gr

Berat ethanol

: (34,8170 14,1460) gr
: 20,6710 gr

Densitas ethanol

: 0,80461 gr/ml

B. Menghitung Kadar Air


Suhu pengeringan

: 60 oC

Waktu pengeringan

: 1 jam

Kadar air dalam bahan dihitung dari:


Kadar air =

Tabel 7. Kadar Air Masing-Masing Bahan


Bahan
Berat (gr)
Berat kurs kosong
Berat kurs + bahan basah
Berat bahan basah
Penimbangan ke-1
Penimbangan ke-2
Penimbangan ke-3
Penimbangan ke-4
Penimbangan ke-5
Penimbangan ke-6
Penimbangan ke-7
Penimbangan ke-8
% Kadar air

Benalu Teh

Pegagan

Sirih Merah

Sirsak

33.5207
34.5207
1.0000
34.4626
34.4188
34.4069
34.4033
34.4038
34.3918
34.3913
34.3913
12.97 %

34.4651
35.4651
1.0000
35.4061
35.3717
35.35
35.3366
35.3167
35.3142
14.09 %

33.5207
34.5207
1.0000
34.4542
34.4512
34.4455
34.4252
34.3891
34.3683
34.3622
34.3613
15.94 %

32.5207
33.5207
1.0000
33.4817
33.4402
33.457
33.4326
33.4295
33.4223
33.4199
33.4187
10.2 %

Mahkota
Dewa
36.0204
37.0204
1.0000
36.9698
36.9312
36.9262
36.9216
36.9227
36.9007
36.8977
12.27%

29

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

C. Variabel Bahan Untuk Menetukan Konsentrasi Flavonoid Tertinggi

Percobaan untuk variabel bahan dilakukan dengan kondisi sebagai berikut:


Pelarut

: Etanol 96%

Volume pelarut

: 200 ml

Berat bahan

: 25 gram

Waktu ekstraksi

: 2 jam

Suhu Ekstraksi

: 70oC

Kecepatan pengadukan

; 300 rpm

Dari hasil percobaan didapat data pada tabel dibawah


Tabel 8. Konsentrasi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan
No
Bahan
konsentrasi flavonoid
(gr/L)
1 Daun sirih merah
0.0438
2 Mahkota dewa
0.0553
3 Pegagan
0.0616
4 Daun sirsak
0.0876
5 Benalu teh
0.1137
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan bahan yang dipilih dengan
konsentrasi flavonoid
0,12

konsentrasi (gr/L)

0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
Daun sirih
merah

Mahkota dewa

Pegagan

Daun sirsak

Benalu teh

jenis tumbuhan

Gambar 16. Konsentrasi flavonoid pada berbagai tumbuhan

30

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

D. Kurva Standar Benalu Teh


Konsentrasi tertinggi yang didapat pada percobaan variasi bahan yang
memiliki kadar flavonoid, dibuat kurva standar. Kurva standar dibuat dengan
cara mengekstraksi benalu teh kemudian dianalisis dengan spektrofotometri
untuk mengetahui absorbansinya.
Tabel 9.Kurva Standar Flavonoid Murni

No

Absorbansi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

konsentrasi flavonoid
(gr/L)
0
0,0016
0,0031
0,0063
0,0125
0,0250
0,0500
0,1000
0,2000
0,4000

0
0,0010
0,0030
0,0070
0,0170
0,0380
0,0840
0,1780
0,3660
0,7790

Dari tabel di atas dibuat grafik antara konsentrasi dengan absorbansi


benalu teh seperti pada gambar di bawah

0,9
0,8

y = 1,9415x - 0,0077
R = 0,999

Absorbansi

0,7

0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

0,4

0,45

Konsentrasi flavonoid (gr/L)

Gambar 17. Kurva standar benalu teh

31

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

E. Variabel Pengaruh Konsentrasi Pelarut Terhadap Konsentrasi Flavonoid


Benalu Teh
Percobaan untuk variabel konsentrasi pelarut dilakukan dengan kondisi
sebagai berikut:
Volume pelarut
: 200 ml
Berat
: 25 gram
Kecepatan Pengadukan : 300 rpm
Suhu Ekstraksi
: +70oC
Waktu ekstraksi
: 2 jam
Hasil percobaan yang dilakukan diperoleh hasil pada tabel 5.
Tabel 10. Konsentrasi pelarut terhadap konsentrasi flavonoid benalu teh
No
Konsentrasi Pelarut
Konsentrasi flavonoid
(%)
(gr/L)
1
0
0
2
20
0.042
3
40
0.057
4
60
0.075
5
80
0.085
6
96
0.098
Hasil dari tabel 18 dapat dibuat grafik hubungan konsentrasi pelarut dengan
konsentrasi flavonoid.

konsentrasi flavonoid (gr/l)

0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0

20

40

60

80

100

120

konsentrasi pelarut (%)

Gambar 18. Hubungan Konsentrasi Pelarut dengan Konsentrasi flavonoid


F. Variabel Waktu Ekstraksi terhadap Konsentrasi Benalu Teh
Percobaan untuk variabel waktu dilakukan dengan kondisi sebagai berikut:
Pelarut
: Etanol 96%
Volume pelarut

: 200 ml

Berat

: 25 gram

32

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

Kecepatan Pengadukan

: 300 rpm

Suhu Ekstraksi

: 70oC

Hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil seperti pada tabel 11


Tabel 11. Hubungan waktu Ekstraksi dengan Konsentrasi Benalu teh
No
Waktu
Konsentrasi Flavonoid
(menit)
(gr/L)
1
0
0.0039
2
30
0.0701
3
60
0.1089
4
90
0.1071
5
120
0.1116
Dari Tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan waktu ekstraksi dengan
konsentrasi flavonoid
0,1400

Konsentrasi (gr/L)

0,1200
0,1000
0,0800
0,0600
0,0400
0,0200
0,0000
0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

Waktu ekstraksi (menit)

Gambar 19. Hubungan waktu ekstraksi dengan konsentrasi flavonoid benalu teh

G. Menghitung Konstanta Henry


Konstanta Henry diperoleh dengan mengekstraksi variasi berat benalu teh
pada volume dan kecepatan motor pengaduk yang tetap sampai keadaan
jenuh. Filtrat hasil ekstraksi dicek absorbansinya dengan spektrofotometri UvVis. Cas dapat dihitung menggunakan persamaan (5) dan Cas didapat dari
membaca kurva standar. Kemudian diperoleh data konsentrasi flavonoid
dalam larutan pada keadaan setimbang (Ca*) dan konsentrasi flavonoid dalam
bahan (Cas).
33

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

Tabel 12. Hubungan Cas


dan Ca*
no

berat

Volume Etanol

Ca*

Cas

(gr)

(ml)

(gr flavonoid/gr etanol)

(gr flavonoid/gr etanol)

15
20
25
30
35

200
200
200
200
200

0,16414
0,20080
0,24070
0,26829
0,30506

0,5091
0,6543
0,7207
0,8309
0,8674

1
2
3
4
5

Kemudian dibuat grafik antara Ca* vs Cas sehingga didapat konstanta Henry

Ca* (gr flavonoid/gr etanol)

0,35000
0,30000
0,25000
0,20000
0,15000
y = 0,3774x - 0,0346
R = 0,9629

0,10000
0,05000
0,00000
0,0000

0,2000

0,4000

0,6000

0,8000

1,0000

Cas (gr flavonoid/gr etanol)

Gambar 20. Hubungan Cas dengan Ca*


Maka konstanta Henry merupakan slope dari persamaan diatas yaitu sebesar
0,34774

H. Menghitung Koefisien Transfer Massa (KcA)


Data konstanta kesetimbangan tersebut digunakan untuk menghitung harga
koefisien transfer massa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode Hook Jeeves

Penyelesaian Kca dengan metode Hook Jeveves:

clc;clear;

34

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

deff('y=fungsi(b,z)','y=-(log((0.3774*b-z)/(0.3774*b-0.113)))/120')
rasio=0.5;
bz=[0.5091 0.16414]; delbz=[0.001 0.001]; tol=[1e-4 1e-4];
n=length(bz);
yopt=fungsi(bz(1),bz(2));
bzopt=bz; y=yopt;
disp({bzopt yopt})
//check delta
checkdel=(['if delbz(1)<tol(1)&delbz(2)<tol(2) then';
'disp([bzopt yopt])';'disp(delbz)'
'else'
'del=delbz*rasio';
'delbz=del';
'execstr(eksplorasi)'
'end']);
//ulangi langkah sukses
ulsuk=(['while yopt>y'
'disp([bzopt yopt])'
'for i=1:n';'bz(i)=bzopt(i)+delbz(i)*tanda(i)';'end'
'y=fungsi(bz(1),bz(2))';
'if y>=yopt then';
'bzopt=bz';'yopt=y';
'else'
'break'
'end'
'end'
'execstr(eksplorasi)']);
//eksplorasi
eksplorasi=(['for ep=1:n';
'tanda(ep)=0';
'bz(ep)=bzopt(ep)+delbz(ep)';'yd=fungsi(bz(1),bz(2))';
'if yd>=yopt then'
'bzopt(ep)=bz(ep)';'yopt=yd';'tanda(ep)=1';

35

Ekstraksi Flavonoid dari Berbagai Tumbuhan Sebagai Zat Antioksidan

'else'
'bz(ep)=bzopt(ep)-delbz(ep)';'yd=fungsi(bz(1),bz(2))';
'if yd>=yopt then'
'bzopt(ep)=bz(ep);yopt=yd;tanda(ep)=-1';'end'
'end'
'end'
'disp([bzopt yopt])';
'if abs(tanda(1))<0|abs(tanda(2))<0 then';
'execstr(ulsuk)'
'else'
'execstr(checkdel)'
'end']);
execstr(eksplorasi);

printf(' bz(1)=%5.4f bz(2)=%5.4f yopt=%5.8f\n',bz(1),bz(2),yopt)

Didapat hasil simulasi sebagai berikut:


bz(1)=0.5092 bz(2)=0.1641 yopt=0.00863382

Dimana:

bz(1) = Cas (gr flavonoid/gr etanol)


bz(2) = Ca* (gr flavonoid/gr etanol)
yopt = Kca (menit-1)

36

You might also like