You are on page 1of 19

Pendahuluan

Manusia merupakan organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri atau disebut sebagai
organisme heterotrof. Semua kebutuhan akan makanan berasal dari luar untuk memenuhi kebutuhan
energi dan untuk sintesis berbagai zat yang dibutuhkan di dalam tubuh. Makhluk hidup seperti
manusia selalu membutuhkan suplai makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Sebelum dapat
digunakan tubuh, makanan dicerna dalam sistem pencernaan. Sistem pencernaan atau sistem
gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi
untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari organ-organ pencernaan seperti lidah, kerongkongan,
lambung, usus, sedangkan kelenjar pencernaan meliputi kelenjar ludah, hati, kelenjar dinding
lambung, dan kelenjar pankreas.1

Struktur Makroskopis Saluran Pencernaan


Saluran pencernaan manusia, meliputi:

Gambar 1. Sistem Pencernaan Manusia(


sumber: www.google.com)
A. Mulut
Saluran pencernaan dimulai dari mulut yang adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan
berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga mulut (cavum oris)
dimulai dari rima oris dan berakhir di isthmus faucium. Selain merupakan permulaan sistem
pencernaan, rongga mulut juga berfungsi sebagai rongga yang dilalui oleh udara pernapasan dan juga
penting untuk pembentukan suara.2,3
Rongga mulut dibagi dalam:
1. Vestibulum oris, yaitu daerah antara bibir dan pipi di sebelah luar dan gigi-geligi dengan
processus alveolarisnya di sebelah dalam. Mendapat pendarahan dari:
- Pembuluh nadi: Aa. Labiales superiores et inferiors, cabang A. Facialis dan A.
Temporalis superficialis.

Pembuluh balik: V. Facialis anterior et posterior yang bergabung menjadi V. Facialis


communis dan bermuara ke dalam V. Jugalaris Interna.

Aliran getah bening berasal dari Nnll. Submentales, submandibularis, dan parotideae yang
kemudian dialirkan ke dalam Nnll. Cervicales profunda. Dan persarafan melalui cabangcabang N. Trigeminus (N.V) untuk kulit wajah, dan N. Facialis (N.VII) untuk otot-otot wajah.
2. Cavum oris propium
- Gigi geligi terletak pada processus alveolaris yang dilapisi oleh selaput lendir (gingiva).
Setiap orang memiliki 16 gigi rahang atas maupun rahang bawah, yang terdiri atas: 2 gigi
seri (dens incisivus), 1 gigi taring (dens caninus), 2 geraham depan (dens premolaris), 3
geraham belakang (dens molaris). Mendapat pendarahan dari:
Pembuluh nadi:
o Gigi geligi atas: cabang-cabang A. Facialis rr. Alveolaris superiors dan A. Infra
orbitalis ramus alveolaris superior anterior.
o Gigi geligi bawah A. Alveolaris inferior, cabang A. Facialis.
o Gingiva sisi lingual oleh A. Palatini major, sedangkan sisi labial oleh A. Buccalis.
Pembuluh balik:
o Rahang atas ke V. Facialis atau plexus pterygoideus.
o Rahang bawah melalui V. Alveolaris inferior ke dalam V. Maxillaris.
Getah bening dialirkan ke Nnll. Submentales, submandibulares dan cervicales profunda
pars superior. Lalu mendapat persarafan dari:

Rahang atas:
o Gigi-geligi: Nn. Alveolares superiors anteriores medii, posteriors (cabang N.
Maxillaris V2).
o Gingiva: sisi labial oleh Nn. Alveolares superiors dan sisi lingual daerah incisivus
Nn. Nasopalatini.
o Daerah lainnya: N. Palatini Major.
Rahang bawah:
o Gigi-geligi: Nn. Alveolares inferior (cabang N. Mandibulares V3) yang masuk ke
canalis mandibularis bersama A. Alveolares inferior.
o Gingiva: sisi labial Nn. Mentales (V3) dan buccalis (V3) sedangkan sisi lingual
N. Lingualis.
Palatum terdiri atas:
palatum durum (tulang) adalah suatu sekat yang terbentuk oleh processus palatines
ossis maxillae dan processus horizontalis ossis palatini. Tulang-tulang ini dilapisi
oleh selaput lender di sisi superior (cavum nasi) dan inferior (cavum oris).
palatum molle (otot) terdiri atas suatu aponeurosis yang merupakan tempat lekat bagi
beberapa otot.
Mendapat pendarahan dari: cabang-cabang A. Maxillaris yaitu, A. Palatina descendens,
Aa. Palatina major (untuk palatum durum), Aa. Palatina minors (untuk palatum molle). A.
Palatina major melalui foramen incisivum beranastomosis dengan A. Sphenopalatina,
yang terdapat di mukosa hidung. Di tempat ini dapat terjadi epistaxis (hidung berdarah).
Mendapat persarafan dari plexus pharyngeus (N. IX dan N. X), kecuali M. Tensor veli
palatini yang dipersarafi oleh N. Tersoris veli palatini, cabang N. Trigeminus V3.

Diaphragma oris, dasar mulut yang dibentuk oleh tiga otot, yaitu M. Digastricus venter
anterior, M. Mylohyoideus, dan M. Geniohyoideus. Dipersarafi oleh N. Mylohyoideus
(N. V3) untuk M. Digastricus venter anterior dan M. Mylohyoideus. Dan ansa cervicales
radix superior (C1-2) atau ramus descendens N. Hypoglossi untuk M. Geniohyoideus.
Isthmus Faucium adalah hubungan antara rongga mulut dan orofaring , batasnya tepi
bebas palatum molle, arcus palatoglossus, dan dorsum linguae.
Lidah (lingua) adalah suatu organ yang sangat lentur, terutama berfungsi untuk berbicara.
Lidah terdiri dari otot ekstrinsik yang berfungsi untuk menggerakan lidah sebagai satu
kesatuan, yang terdiri dari M. Genioglossus, M. Hyoglossus, M. Styloglossus, dan M.
Palatoglossus. Dan otot intrinsik yang berfungsi untuk merubah bentuk lidah, yang terdiri
dari M. Verticalis, M. Longitudinalis superior et inferior, dan M. Transversalis. Lidah
mendapat pendarahan dari:
pembuluh nadi: Lingualis (cabang A. Carotis externa) melalui sisi medial M.
Hyoglossus dan bercabang menjadi A. Dorsalis linguae untu radix linguae dan A.
Profunda linguae untuk corpus dan apex linguae.
pembuluh balik: V. Dorsalis linguae, Vv. Profunda linguae (menerima darah dari
glandula sublingualis dan bermuara ke dalam V. Sublingualis), dan V. Sublingualis
bermuara ke dalam V. Jugularis interna.
Persarafan lidah:

motorik: semua otot ekstrinsik dan intrinsic dipersarafi oleh N. Hypoglossus (N. XII)
kecuali M. Palatoglossus yang dipersarafi oleh N. Glossopharyngeus (N. IX).
sensorik: bagian anterior, sensible oleh N. Lingualis (N. V3), pengecap oleh chorda
tympani (N. VII). Bagian posterior, sensible N. IX dan N. X, pengecap oleh N. IX.

B. Faring
Dari mulut lalu ke . Faring adalah suatu pipa musculo-fascial yang kontaktil. Terbentang di
antara basis crania sebelah kranial dan berakhir pada oesophagus di sebelah kaudal setinggi
cervicalis ke-6. Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Dinding
faring terdiri atas tiga lapis, yaitu:3,4
1. Tunika mukosa pharyngis, terdiri atas nasopharynx yang berfungsi untuk pernapasan,
oropharynx yang berfungsi untuk pencernaan, dan laryngopharynx.
2. Tunika submukosa pharyngis. Di bagian atas sangat tebal dan melekatkan faring pada dasar
tengkorak. Di bagian bawah, di laryngopharynx, submukosa lebih elastis sehingga
memudahkan pada saat menelan.
3. Tunika muskularis pharyngis.
Terdiri atas otot-otot melingkar dan membujur.
- Otot-otot melingkar terdapat pada dinding posterior dan lateral faring, yaitu M.
Constrictor pharyngeus superior, M. Constrictor pharyngeus media, dan M. Constrictor
pharyngeus inferior.
- Otot membujur terdiri dari M. Palatopharyngeus, M. Stylopharyngeus, dan M.
Salpingopharyngeus
Pendarahan: A. Thyroidea superior, A. Pharyngea ascendens, plexus venosus pharyngeus.
Persarafan: plexus pharyngeus (N. IX dan N. X)

C. Esophagus
Merupakan tuba muskular panjangnya sekitar 9 sampai 10 inci (25 cm) dan berdiameter 1 inci
(2,54 cm). esophagus berawal pada area laryngopharinx, melewati diaphragma dan hiatus
esophagus (lubang) pada area sekitar vertebra thoracalis 10, dan membuka ke arah lambung. pada
esophagus dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:2
1. Pars cervicalis (C6-7)
Anterior
: trakea, gl. Thyreoidea
Posterior
: vertebra cervicalis
Lateral kanan/kiri
: A. Carotis communis, N. Recurrens
Lateral kiri
: A. Subclavia, Ductus thoracicus
2. Pars thoracalis
Anterior
: trakea + bronkus kiri, pericardium + atrium kiri, diaphragma
Posterior
: vertebra thoracalis, ductus thoracicus, V. Azygos, Aorta Ascendens
Kiri
: Arcus aorta, N. Recurrent sinistra, A. Subclavia sinistra, ductus
thoracicus, pleura
Kanan
: V. Azygos, pleura
3. Pars abdominalis
Esophagus mendapat persarafan simpatis melalui cabnag-cabang truncus symphaticus pars
thoracalis atas, dan mendapat persarafan parasimpatis melalui cabang-cabang N. Vagus dan N.
Recurrens. Di bawah hilus pulmonalis, Nn. Vagi membentuk plexus pada dinding esophagus,
yang kiri ke sisi depannya dan yang kanan ke sisi belakangnya.
D. Lambung (gaster)
Merupakan organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di bawah
diaphragma, dan juga merupaka organ otot berongga yang besar. Lambung merupakan bagian
yang paling lebar dari saluran pencernaan, mulai dari esophagus sampai duodenum dan berfungsi
sebagai tempat penampungan makanan untuk dicerna dan mengatur pengaliran hasil cerna itu ke
usus halus.1,2
Kapasitas lambung kurang lebih 1,5 liter, tetapi dapat dilebarkan menjadi 2-3 liter. Pada bayi
baru lahir kapasitasnya kira-kira 30cc. Jika dilihat dari depan abdomen dan pada posisi berbaring,
lambung terletak pada region hypochondriaca kiri, epigastrica, dan umbilicalis. Lambung
memiliki dua lubang yaitu ostium cardiacum dan pylorus, memiliki dua lengkungan yaitu
curvatura major dan minor, dan memiliki dua permukaan yaitu facies anterior dan posterior.
Lambung terdiri dari 5 bagian, yaitu:
1. Cardia, merupakan daerah tempat masuknya esophagus ke dalam lambung.
2. Fundus, berbentuk kubah merupakan bagian lambung yang berada di atas kiri dari ostium
cardiacum. Pada fundus ini biasanya berkumpul gas yang sering tampak pada foto sinar X.
Antara fundus dan pars abdominalis esophagei terdapat sudut yang tajam, disebut incisura
cardiaca.
3. Corpus, merupakan bagian utama, terletak kurang lebih vertikal antara fundus dan incisura
angularis beralih menjadi pars pylorica.
4. Pars pylorica terdiri dari antrum pyloricum yang lebar di sebelah proksimal dan canalis
pyloricus yang lebih sempit di sebelah distal yang berakhir pada pylorus.
5. Pylorus, merupakan daerah terdapatnya penyempitan berupa sphincter yang umumnya berada
dalam keadaan kontraksi tonik. Sphincter pylori mempunyai otot sirkularis tebal (M.
Sphincter pylori) yang mengatur/mengontrol aliran isi lambung ke duodenum.

Curvatura minor merupakan batas kanan lambung terbentang dari cardia sampai pylorus,
curvatura major yang lebih besar terbentang dari incisura cardiaca terus ke fundus dan pinggir
kiri lambung sampai pylorus.
Lapisan dinding gaster:
1. Tunica mukosa, merupakan selaput lender yang berlipat-lipat yang disebut plica gastricae,
sedangkan lipatan yang berjalan dari cardia sampai pylorus disebut magenstrase Waldeyer.
Pada permukaan lipatan gaster terdapat lekukan-lekukan kecil yang disebut foveola gastricae.
Ada tiga macam kelenjar pada mukosa lambung yakni gl. Cardiacae: lendir, gl. Gastricae:
pepsin dan HCl, dan gl. Pyloricae: pepsin.
2. Tunica submukosa merupakan jaringan ikat kuat.
3. Tunica muskularis, terdiri dari obliquus (lapisan paling dalam), sirkularis (merupakan
lanjutan otot sirkuler esophagus yang melapisi corpus dan pylorus), longitudinal (merupakan
lapisan terluar sepanjang kedua curvatura).
4. Tunica serosa melapisi seluruh permukaan luar lambung sehingga lambung terletak
intraperitoneal.
Lambung mendapat pendarahan dari:
1. Pembuluh nadi:
- A. Gastrica sinistra, cabang dari A. Coeliaca (tripus Hallery) beranastomosis dengan A.
Gastrica dextra (cabang A. Hepatica propia) di curvatura minor, dan A. Oesphagea
(cabang Aorta thoracalis).
- Aa. Gastricae brevis, cabang dari A. Lienale di fundus ventriculi, memperdarahi fundus
ventriculi.
- A. Gastroepiploica (gastro omentalis) sinistra, cabang dari A. Lienale. Beranastomosis
dengan A. Gastroepiploica dextra (cabang A. Gastroduodenale) di curvatura major,
memperdarahi curvatura major dan omentum majus.
2. Pembuluh balik mengikuti jalannya arteri, yaitu:
- Darah dari V. Gastrica dextra dan sinistra dialirkan ke dalam V. Porta.
- Darah dari V. Gastrica brevis, V. Gastroepiploica sinistra, dialirkan ke dalam V. Lienalis
yang bergabung dengan V. Mesenterica superior menuju V. Porta.
Kelenjar getah bening lambung yang terdapat pada pembuluh nadi sepanjang
curvatura major dan minor akan dialirkan ke dalam Nnll. Coeliaca. Lambung
mendapat persarafan oleh sistem saraf otonom, yaitu parasimpatis yang berasal dari
N. X anterior dan posterior, dan simpatis berasal dari bervi spinalis T6-9 melalui
plexus coeliacus dan mendistribusikan melalui anyaman saraf di sekitar A. Gastrica
dan A. Gastroomentalis.

E. Usus Halus (Intestinum Tenue)


Keselurahan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sphincter pylori sampai ke
katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm
dan panjangnya 3-5 meter saat bekerja. Panjang sampai 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan
muskularis eksterna relaksasi. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui V. Porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)
dan air (yang membantu pecahan-pecahan makanan yang dicerna).1,3
Usus halus terdiri dari duodenum yang retroperitonealis, jejunum, dan ileum yang
intraperitonealis. Bagian usus halus mulai dari distalis dari pylorus yaitu awal duodenum, yang di

lanjutkan pada flexura duodenojejunalis menjadi jejunum dan seterusnya menjadi ileum sampai
bermuara ke coecum (kantung buntu). Proyeksi muara ileum pada coecum pada dinding abdomen
disebut titik Mc. Burney yang dapat ditemukan dengan titik potong tepi lateral M. Rectus
Abdominis dextra dengan garis Monro (garis yang menghubungkan SIAS dextra dengan
umbilicus), lateral - tengah garis Monro. Berikut penjelesan bagian-bagian usus halus:1-3
1. Duodenum (usus dua belas jari), mulai dari pylorus sampai flexura duodenojejunalis dan
beralih menjadi jejunum. Panjangnya kurang lebih 25 cm, dan berbentuk seperti huruf C yang
mengelilingi caput pankreas. Merupakan bagian terpendek dari usus halus, dan organ
retroperitoneal, yang tidak sepenuhnya terbungkus oleh selaput peritoneum. Pada duodenum
terdapat dua muara saluran yaitu pankreas dan kandung empedu.
Mendapat pendarahan dari:
- Pembuluh nadi: A. Gastroduodenalis (cabang A. Hepatica communis), A. Pancreatico
duodenalis superior et inferior yang memperdarahi duodenum bagian proximal, A.
Pancreatico duodenalis inferior anterior dan posterior (cabang A. Mesenterica superior)
memperdarahi duodenum bagian distal.
- Pembuluh balik mengikuti arteri mengalirkan darah ke dalam V. Porta, sebagian tidak
langsung tapi melalui V. Mesenterica superior dan V. Lienalis.
2. Jejunum (usus kosong) merupakan bagian kedua dari usus halus, diantara duodenum dan
ileum (usus penyerapan). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter,
1-2 meter adalah bagian jejunum. Jejunum dan ileum digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium. Permukaan dalam jejunum berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan
duodenum, yaitu berkurangnya kelenjar Brunner. Jejunum memiliki dinding yang lebih tebal,
diameter yang lebih besar daripada ileum, arcade yang setingkat, Nnll. yang soliter, vasa recta
yang panjang, dan pita sirkular yang rapat.
3. Ileum (usus penyerapan) adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia panjangnya sekitar 2-4 meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum.
Dilanjutkan oleh usus buntu (appendix). Ileum memiliki pH sekitar 7-8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. Sifat ileum berlawanan
dengan jejunum yakni mempunyai dinding yang tipis, diameter kecil, arcade bertingkat, Nnll.
yang agregati, vasa recta pendek, dan pita sirkular yang regang.
F.

Usus Besar (interstinum crassum)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar terdiri dari:
1. Colon ascendens (kanan), mulai dari junctura ileo colica sampai flexura coli dextra. Mendapat
pendarahan dari A. Ileocolica dan A. Colica dextra cabang A. Mesenterica superior,
pembuluh balik dari V. Ileocolica dan V. Colica dextra bermuara ke V. Mesenterica superior.
Kelenjar getah bening dari Nnll. Paracolica bermuara ke Nnll. Mesenterica superior.
2. Colon transversum, mulai dari flesura coli dextra sampai flexura coli sinistra. Mendapat
pendarahan dari A. Colica media cabang dari A. Mesenterica superior, A. Colica sinistra
cabang dari A. Mesenterica inferior. Dan pembuluh balik V. Mesenterica superior. Kelenjar
getah bening Nnll. Colica media bermuara ke Nnll. Mesenterica superior.
3. Colon descendens (kiri), mulai dari flexura coli sinistra sampai fossa iliaca sinistra, letaknya
retroperitoneal. Mendapat pendarahan dari A. Colica sinistra cabang dari A. Mesenterica
inferior.

4. Colon sigmoid (berhubungan dengan rektum) berbentuk seperti huruf S, dari PAP-S3,
kemudian menjadi rektum rectosigmoid junction kurang lebih 15 cm dari anus. Mendapat
pendarahan dari A. Sigmoideae cabang A. Mesenterica inferior.

Gambar 2. Bagian-bagian Usus Besar (sumber:http://catalog.nucleusinc.com/generateexhibit.php)


G. Usus Buntu (coecum)
Usus buntu dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang berhubungan dengan usus
penyerapan serta sebagian colon menanjak dari usus besar. Terletak pada fossa iliaca dextra dan
diproyeksikan pada dinding abdomen pada pertengahan garis SIAS dextra sampai symphysis
pubis. Pada coecum bermuara:2,3
1. Ileum, pada muara terdapat katup yang disebut valvula coli Bauhini.
2. Appendix vermiformis ke dalam coecum sesuai titik Lanz. Terletak pada batas kanan-
tengah garis Lanz (garis yang menghubungkan SIAS kanan-kiri).
H. Umbai Cacing (appendix vermiformis)
Appendix vermiformis sering dianggap bagian usus yang tidak mempunyai fungsi. Appendix
memepunyai lipatan peritoneum yang disebut mesenteriolum. Mendapat pendarahan dari A.
Appendiculares cabang dari A. Ileocolica.
I. Rektum dan Anus
Rektum merupakan lanjutan colon sigmoideum yang memanjang dari vertebra S3 sampai
anus. Panjang rektum 12-15 cm. Setinggi vertebra S3 taenia colon sigmoideum berubah menjadi
lapisan otot polos longitudinal dan appendices epiploicae menghilang. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan
di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada colon descendens. Jika colon descendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari pertemuan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan
dan penutupan anus diatur oleh otot sphincter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi
(BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
Pendarahan A. Rectalis superior cabang dari A. Mesenterica superior, A. Rectalis media, A.
Rectalis inferior.

Berikut organ-organ beberapa asesoris pencernaan yang ikut berperan dalam proses
pencernaan:
A. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin dan glukagon.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum. Pankreas
terdiri dari dua jaringan dasar, yaitu:
1. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
2. Pulau Langerhans, menghasilkan hormon.
Bagian-bagian pankreas yaitu caput pankreas, ollum pankreas, corpus pankreas, dan cauda
pankreas. Endokrin pankreas banyak terdapat di cauda pancreas: Pulau-pulau Langerhans. Saluran
bercabang-cabang pada pankreas disebut herring bone. Pankreas mendapat pendarahan dari A.
Pancreatico duodenale superior cabang dari A. Gastroduodenalis, A. Pancreatico duodenale
inferior cabang dari A. Mesenterica Superior. Dan aliran baliknya melalui V. Lienalis dan V.
Mesenterica superior.2,3
B. Hati (hepar)
Hati merupakan organ besar yang terletak pada bagian atas cavitas abdominalis. Hampir
seluruh bagian hepar terletak di bawah costae dan cartilagines costales, dan melintasi region
epigastrica. Dilapisi oleh peritoneum,kecuali yang berbatasan dengan diaphragma Bare area/
area nuda.
Terdiri 2 lobus yakni lobus dextra dan sinistra. Lobus dextra terbagi menjadi dua bagian yaitu
lobus caudatuss dan lobus Quadratus. Batas lobus dexter dan sinister adalah alur yang di tempati
lig. teres hepatis & lig. Venosum arantii.
Terdiri dari 3 facies :
1. Facies diaphragmatica, berbatasan langsung dengan permukaan bawah paru dan jantung
impressio cardiaca
2. Facies visceralis = facies inferior
3. Facies superior ~ bare area
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah
yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan
vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai V. Porta. Vena porta
terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
C. Kandung empedu
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml
empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati
dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

Struktur Mikroskopis Saluran Pencernaan


sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan serta struktur yang berhubungan dengannya seperti
lidah, gigi, kelenjar air liur, pankreas, hati dan vesica fellea. Berdasarkan urutan jalannya makanan,
maka saluran pencernaan dimulai dari cavum oris, pharynx, oesophagus, gaster, usus halus, usus
besar, rektum dan anus sebagi tempat keluar sisa pencernaan.5
Adapun struktur umum dari dinding saluran pencernaan dari dalam keluar terdiri atas:
Tunika mukosa: Terdiri atas epitel mukosa yang memiliki jaringan ikat yang disebut sebagai
lamina propria. Dibawah lamina propria terdapat tunika muskularis mukosa yang berupa
lapisan otot sebagai pembatas tunika mukosa dengan tunika submukosa.
Tunika submukosa: Jaringan ikat padat yang memiliki pembuluh darah, pembuluh limfe serta
serat saraf. Pada lapisan ini juga terdapat plexus saraf otonom yang dikenal dengan plexus
submukosa Meissner.
Tunika Muskularis eksterna: Lapisan ini terdiri atas 2 bagian yaitu tunika muskular interna
yang tersusun sirkular dan tunika muskular eksterna yang tersusun longitudinal. Diantara
keduanya terdapat plexus saraf Auerbach.
Tunika Adventitia/Fibrosa: Jaringan ikat longgar yang dapat bermodifikasi menjadi tunika
serosa jika terdapat mesotel diluarnya. Seringkali terdapat jaringan lemak pada lapisan ini.
A. Cavum Oris
Cavum Oris merupakan rongga yang terdiri atas labium oris, buccal, dentis, gingivae,
linguae, palatum molle dan palatum durum. Labium oris merupakan area yang secara garis
besar dapat terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Area Cutanea: Struktur kulit yang tipis.
Area Merah Bibir (Intermedia): Area yang terdiri atas epitel berlapis gepeng tidak
bertanduk. Epitel disini transparan karena mengadung butir-butir eleidin. Kemudian
papilanya mengandung banyak kapiler.
Area Oral Mukosa: Memiliki struktur yang mirip seperti pipi dan memiliki epitel berlapis
gepeng tidak bertanduk. Didapati pula glandula labialis yang bersifat seromukosa. Selain
itu dibawah lapisan submukosa didapati m. orbikularis oris.
Papila pada lidah berfungsi sebagai reseptor perasa. Adapun papila ini tersebar pada
2/3 permukaan anterior lingua. Papila yang dimaksud adalah:

Papila circumvalata: Tersusun dalam sulcus terminalis yang dikelilingi epitel lidah.
Papila filiformis: Memiliki epitel berlapis gepeng bertanduk, berbentuk runcing, serta
tidak punya taste bud.
Papila fungiformis: Tersebar diantara papila filiformis, memiliki taste bud dan punya
bentuk modifikasi yang disebut papila lentiformis.
Papila foliata: Punya teste bud, memiliki lekuk sumur yang dalan dan rudimenter pada
manusia namun berkembang pada kelinci.

B. Oesophagus
Pada tunika mukosa dari oesophagus dapat dijumpai epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk. Tunika muskularis mukosa hanya berupa selapis sel longitudinal. Pada lamina
propria didapai kelenjar mukus truberlosa kompleks yang merupakan perluasan dari kelejar

kardia. Tunika submukosa oesophagus memiliki kelenjar submukosa yang disebut sebagai
oesophageal gland.
Tunika muskularis oesophagus terdiri dari otot lurik dan otot polos. 1/3 proximal
oesophagus terdiri dari otot lurik, 1/3 tengah merupakan campuran otot lurik dan otot polos,
sedangkan 1/3 distalnya merupakan otot polos.
C. Gaster

Gb. 5. Gaster bagian dalam


(Sumber: www.google.com)
Pada tunika mukosa gaster terdapat gastric pits atau foveola gastica. Epitel pada
tunika ini ialah epitel toraks tanpa sel goblet. Dinding gaster sangat berlipat disebut rugae
yang terdiri dari lapisan otot tebal. Gaster memiliki tiga bagian yaitu kardia, fundus dan
pylorus.
D. Usus Halus
Usus halus terdiri atas 3 bagian, yaitu:
Duodenum: Memiliki ciri khas yaitu terdapat kelenjar Brunner dengan kompleks
tubulosa bercabang yang memiliki mukus (lendir).
Jejunum: Tidak terdapat kelenjar Brunner ataupun agmina peyeri. Memiliki plica
sirkularis Kerckringi yang tinggi.
Illeum: Memiliki agregat limfonodus atau agmina peyeri di lamina propria yang akan
meluas ke tunika submukosa.
E. Usus Besar
Usus besar memiliki tunika submukosa yang tidak mengandung plica sirkularis dan
vili intestinalis. Sel goblet pada usus besar terdapat dalam jumlah yang besar melebihi sel
epitel. Terdapat cryptus Lieberkuhn, namun sel paneth dan sel argentafin berjumlah sangat
sedikit. Tunika muskularis longitudinal pada colon membentuk pita yang disebut sebagai
taenia coli.4 Appendix merupakan evaginasi dari usus besar yang memiliki panjang 2-18 cm.
Lumennya sempit dan sering berisi debris. Banyak folikel limphoid di tunika submukosa dan
yang membedakannya dengan usus besar ialah tidak terdapatnya taenia coli.

F. Rektum dan Anus


Rektum memiliki lapisan mukosa yang berlipat secara longitudinal dan berakhir kirakira dua setengah inchi dari orrificium anal. Epitelnya tersusun selapis torajs dan memiliki
cryptus. Pertemuan antara rektum dan anus disebut dengan linea pectinata.
Anus terbagi dalam 3 segmen yaitu zona collumnaris, zona intermedia dan zona
cutanea. Pada tunika submukosa mengandung banyak pembuluh darah, serat saraf dan badan
vater Paccini. Pembuluh vena disini membentuk plexus hemmoroid. Tunika muskularis
mukosa pada anus membentuk m. dilatator ani internus. Sedangkan tunika muskularis sirkular
pada anus membentuk m. sphcinter ani Internus. Diluar dari lapisan otot ini terdapat lapisan
otot lurik yang membentuk m. sphincter ani externus.

Mekanisme Sistem Pencernaan


Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air dan elektrolit dari
makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Manusia menggunakan molekulmolekul organic yang terkandung dalam makanan dan O2 untuk menghasilkan energi. Makanan harus
dicerna agar menjadi molekul-molekul sederhana yang siap diserap dari saluran pencernaan ke dalam
sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke dalam sel.6,7
Secara umum sistem pencernaan melakukan empat proses pencernaan dasar, yaitu:
1. Motilitas
Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan. Otot
polos di saluran pencernaan terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang disebut tonus.
Terhadap aktivitas tonus yang terus menerus terdapat dua jenis dasar motilitas pencernaan:

Gerakan propulsif (mendorong) yaitu gerakan memajukan isi saluran pencernaan ke depan dengan
kecepatan yang berbeda-beda. Kecepatan propulsif bergantung pada fungsi yang dilaksanakan oleh
setiap organ pencernaan.

Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, mencampur makanan dengan getah
pencernaan. Kedua, mempermudah penyerapan dengan memajankan semua bagian isi usus ke
permukaan penyerapan saluran pencernaan.
2. Sekresi
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar-kelenjar
eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik yang
penting dalam proses pencernaan (misalnya enzim, garam empedu, dan mukus). Sekresi tersebut
dikeluarkan ke dalam lumen saluran pencernaan karena adanya rangsangan saraf dan hormon sesuai.
3. Pencernaan
Pencernaan merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang kompleks menjad struktur yang
lebih sederhana yang dapat diserap oleh enzim. Manusia mengonsumsi tiga komponen makanan
utama, yaitu:

Karbohidrat
Kebanyakan makanan yang kita makan adalah karbohidrat dalam bentuk polisakarida, misalnya
tepung kanji , daging (glikogen), atau tumbuhan (selulosa) .Bentuk karbohidrat yang paling sederhana
adalah monosakarida seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa.

Lemak
Protein terdiri dari kombinasi asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida. Protein akan diuraikan
menjadi asam amino serta beberapa polipeptida kecil yang dapat diserap dalam saluran pencernaan.

Protein
Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigelsida. Produk akhir pencernaan lemak
adalah monogliserida dan asam lemak. Proses pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis
enzimatik. Dengan menambahkan H2O di tempat ikatan, lalu enzim akan memutuskan ikatan tersebut
sehinggan molekul-molekul kecil menjadi bebas.
4. Penyerapan
Proses penyerapan dilakukan di usus halus. Proses penyerapan memindahkan molekul-molekul dan
vitamin yang dihasilkan setelah proses pencernaan berhenti dari lumen saluran pencernaan ke dalam
darah atau limfe. Saluran pencernaan (traktus digestivus) merupakan saluran dengan panjang sekitar
30 kaki (9 m) yang berjalan melalui bagian tengaj tubuh menuju ke anus. Pengaturan fungsi saluran
pencernaan bersifat kompleks dan sinergistik.
Terdapat empat faktor yang berperan dalam pengaturan fungsi pencernaan, yaitu:
1. Fungsi otonom otot polos
2. Pleksus saraf intrinsik
3. Saraf ekstrinsik
4. Hormon saluran pencernaan

Proses Pencernaan
Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam organ pencernaan dan berakhir
sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ pencernaan melalui proses defekasi. Makanan
masuk melalui rongga oral (mulut). Langkah awal adalah proses mestikasi (mengunyah). Terjadi
proses pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran makanan yang dilakukan oleh gigi.
Tujuan mengunyah adalah (1) menggiling dan memecah makanan; (2) mencampur makanan dengan
air liur; dan (3) merangsang papil pengecap. Ketika merangsang papil pengecap maka akan
menimbulkan sensasi rasa dan secara refleks akan memicu sekresi saliva.
Di dalam saliva terkandung protein air liur seperti amilase, mukus, dan lisozim. Fungsi saliva dalam
proses pencernaan adalah:

1. Memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja enzim amilase.


2. Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan dengan adanya mukus
sebagai pelumas.
3. Memiliki efek antibakteri oleh lisozim.
4. Pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang pupil pengecap.
5. Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan bakteri di
mulut sehingga membantu mencegah karies.
Selanjutnya adalah proses deglutition (menelan). Menelan dimulai ketika bolus di dorong
oleh lidah menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan yang kemudian
mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan secara refleks akan mengaktifkan
otot-otot yang berperan dalam proses menelan.
Tahap menelan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Tahap orofaring: berlangsung sekitar satu detik. Pada tahap ini bolusdiarahkan ke dalam esofagus
dan dicegah untuk masuk ke saluran lain yang berhubungan dengan faring.
2. Tahap esofagus: pada tahap ini, pusat menelan memulai gerakan peristaltik primer yang mendorong
bolus menuju lambung. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik untuk mencapai ujung
esofagus.

Selanjutnya, makanan akan mengalami pencernaan di lambung. Di lambung terjadi proses motilita.
Terdapat empat aspek proses motilitas di lambung, yaitu:
1. Pengisian lambung (gastric filling): volume lambung kosong adalah 50 ml sedangkan lambung
dapat mengembang hingga kapasitasnya 1 liter
2. Penyimpanan lambung (gastric storage): pada bagian fundus dan korpus lambung, makanan yang
masuk tersimpan relatif tenang tanpa adanya pencampuran. Makanan secara bertahap akan
disalurkan dari korpus ke antrum.
3. Pencampuran lambung (gastric mixing): kontraksi peristaltik yang kuat merupakan penyebab
makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Dengan gerakan retropulsi
menyebankan kimus bercampur dengan rata di antrum. Gelombang peristaltik di antrum akan
mendorong kimus menuju sfingter pilorus.
4. Pengosongan lambung (gastric emptying): kontraksi peristaltik antrum menyebabkan juga gaya
pendorong untuk mengosongkan lambung.6,7
Selain melaksanakan proses motilitas, lambung juga mensekresi getah lambung. Beberapa sekret
lambung diantaranya:

HCL: sel-sel partikel secara aktif mengeluarkan HCL ke dalam lumen lambung. Fungsi HCL dalam
proses pencernaan adalah (1) mengaktifkan prekusor enzim pepsinogen menjadi pepsin dan
membentuk lingkungan asam untuk aktivitas pepsin; (2) membantu penguraian serat otot dan
jaringan ikat; (3) bersama dengan lisozim bertugas mematikan mikroorganisme dalam makanan.

Pepsinogen: pada saat di ekresikan ke dalam lambiung, pepsinogen mengalami penguraian oleh
HCL menjadi bentuk aktif, pepsin. Pepsin berfungsi dalam pencernaan protein untuk menghasilkan

fragmen-fragmen peptida. Karena fungsinya memecah protein, maka peptin dalam lambung harus
disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif (pepsinogen) agar tidak mencerna sendiri sel-sel
tempat ia terbentuk.

Sekresi mukus: Mukus berfungsi sebagai sawar protektif untuk mengatasi beberapa cedera pada
mukosa lambung.

Faktor intrinsik: faktor intrinsik sangat penting dalam penyerapan vitamin B12. vitamin B12 penting
dalam pembentukan eritrosit. Apabila tidak ada faktor intrinsik, maka vitamin B12 tidak dapat
diserap.

Sekresi Gastrin: Di daerah kelenjar pilorus (PGA) lambung terdapat sel G yang mensekresikan
gastrin.
Aliran sekresi getah lambung akan dihentikan secara bertahap seiring dengan mengalirnya
makanan ke dalam usus. Di dalam lambung telah terjadi pencernaan karbohidrat dan mulai tejadi
pencernaan protein. Makanan tidak diserap di lambung. Zat yang diserap di lambung adalah etil
alkohol dan aspirin.
Makanan selanjutnya memasuki usus halus. Usus halus merupakan tempat berlangsungnya
pencernaan dan penyerapan. Usus halus di bagi menjadi tiga segmen, yaitu:

1. Duodenum (20 cm/ 8 inci): pencernaan di lumen duodenum di bantu oleh enzim-enzim pankreas.
Garam-garam empedu mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak.
2. Jejenum (2,5 m/ 8 kaki)
3. Ileum (3,6 m/12 kaki)
Proses motalitas yang terjadi di dalam usus halus mencakup:
1. Segmentasi: merupakan proses mencampur dan mendorong secara perlahan kimus. Kontraksi
segmental mendorong kimus ke depan dan ke belakang. Kimus akan berjalan ke depan karena
frekuensi segmentasi berkurang seiring dengan panjang usus halus. Kecepatan segmentasi di
duodenum adalah 12 kontraksi/menit, sedangkan kecepatan segmentasi di ileum adalah 9
kontraksi/menit. Segmentasi lebih sering terjadi di bagian awal usus halus daripada di bagian akhir,
maka lebih banyak kimus yang terdorong ke depan daripada ke belakang. Akibatnya, kimussecara
perlahan bergerak maju ke bagian belakang usus halus dan selama proses ini kimus mengalami
proses maju mundur sehingga terjadi pencampuran dan penyerapan yang optimal.
2. Komplek motilitas migratif: jika sebagian makanan sudah diserap maka proses segmentasi akan
berhenti dan digantikan oleh komplek motilitas migratif yang akan menyapu bersih usus diantara
waktu makan.

Usus halus mensekresikan 1,5 liter larutan garam dan mukus cair yang disebut sukus
enterikus ke dalam lumen yang fungsinya adalah (1) mukus menghasilkan proteksi dan limbrikasi; (2)
sekresi encer ini menghasilkan H2O untuk ikut serta dalam pencernaan makanan secara enzimatik.
Proses pencernaan di usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas. Dalam keadaan normal,
semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar elektrolit, vitamin, dan
air diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan terjadi di duodenum dan jejenum.5
Organ pencernaan yang terakhir adalah usus besar yang terdiri dari kolon, sekum, apendiks,
dan rektum. Dalam keadaan normal kolon menerima 500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Isi usus

yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna, komponen empedu
yang tidak diserap, dan sisa cairan. Zat-zat yang tersisa untuk dieliminasi merupakan feses. Fungsi
utama usus besar adalah untuk menyimpan feses sebelum defekasi. Feses akan dikeluarkan oleh
refleks defekasi yang disebabkan oleh sfingter anus internus (terdiri dari otot polos) untuk melemas
dan rektum serta kolon sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat. Apabila sfingter anus eksternus (terdiri
dari otot rangka) juga melemas maka akan terjadi defekasi. Peregangan awal di dinding rektum
menimbulkan rasa ingin buang air besar. Ketika terjaid defekasi biasanya dibantu oleh mengejan
volunter yang melibatkan kontraksi simultan otot-otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis
dalam posisi tertutup sehingga meningkatkan tekanan intra-abdomen yang membantu pengeluaran
feses.6,7

ENZIM ENZIM PENCERNAAN


Enzim pada mulut
Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah menjadi
ukuran yang lebih kecil. Makin lama mengunyah makin baik, sebab proses penghancuran lebih
efektif. Apabila makanan menjadi semakin kecil ukurangnya, maka luas permukaan bertambah.
Selama penghancuran mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar mulut mengeluarkan
carian yang disebut saliva. Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa.Tiap hari sekitar
1-1.5 liter liter saliva yang dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58%
terdiri atas ion-ion Ca++, Mg++, Na+, K+, PO43-, HCO3-, SO42- dan zat-zar organic seperti musin dan
enzim amylase atau ptyalin. Musin suatu glikoprotein dikeluarkan oleh oleh kelenjar sublingual dan
kelenjar submandibular, sedangkan ptyalin dikeluarkan oleh kelenjar parotid.8,9
Enzim ptialin dalam saliva adalah suatu enzim amylase yang berfungsi untuk memecah
molekul amilum menjadi maltose dengan proses hidrolisis. Proses ini berjalan baik apabila makanan
dikunyah halus. Enzim ptyalin bekerja secara optimal pada pH 6.8. Enzim ptyalin mulai tidak aktif
pada pH 4,0 karena setelah makanan ditelan dan masuk lambung, proses hidrolisis oleh enzim ptyalin
tidak berjalan lebih lama lagi. Di dalam lambung enzim ini hanya bertahan 15-30 menit, karena cairan
dalam lambung bersifat asam, yaitu mempunyai Ph antara 1,6-2,6.
Enzim pada lambung
Pada lambung terdapat cairan yang berfungsi terutama untuk pencernaan protein, yaitu
pemecahan molekul protein dengan cara hidrolisis. Cairan lambung terdiri atas 99.4% air dan sisanya
terdiri atas zat anorganik maupun zat organic. Zat organic yang ada dalam cairan lambung adalah
HCl, NaCl, KCL, dan fosfat, sedangkan zat organic yang terdapat yang terdapat dalam cairan tersebut
adalah enzim peptin, rennin, lipase. Cairan lambung dihasilkan oleh dua macam kelenjar yang
mempunyai sel-sel sekresi yang disebut sel utama dan sel parietal. Berikut cairan lambung baik zat
organic maupun anorganik :

Asam HCl
Asam ini dihasilkan oleh sel-sel parietal. Proses pembentukan asam Hcl oleh sel parietal
diawali oleh reaksi pembentukan asam karbonat dari CO2 dan H2O dengan enzim karbonat
anhidrase. H2CO3. Yang terbentuk dalam sel parietal melepaskan ion H+ keluar, sedangkan
ion HCO3- mengalami perpindahan menggantikan ion Cl- dalam plasma. Ion Cl- dikeluarkan
dari dalam sel parietal dan dengan adanya ion + maka terbentuk asam HCl dalam lambung

Pepsin
Pepsin adalah suatu enzim yang berguna untuk memecah protein menjadi lebih kecil yaitu
pepton dan proteosa. Enzim ini dihasilkan oleh sel utama lambung dalam bentuk pepsinogen,
yaitu calon enzim yang belum aktif. Nama umum untuk calon enzim tersebut adalah zimogen.
Pepsinogen ini diubah kemudian menjadi pepsin yang aktif dengan adanya asam HCl,
sedangkan pepsin yang terjadi dapat menjadi katalis dalam reaksi perubahan pepsinogen
menjadi pepsin

Lipase
Enzim ini merupakan katalisis pada reaksi pemecahan molekul lipid dengan cara hidrolisis.
Enzim lipase bekerja secara optimal pada pH antara 5,5 sampai 7,5 dan dengan demikian
dalam lambung tidak bekerja secara efektif dan optimal. Namun lipase tahan terhadap
lingkungan yang bersifat asam dan dapat juga melangsungkan reaksi hidrolisis terhadap
molekul triasil gliserol atau trigliserida yang mengandung asam lemak pendek atau sedang.

Renin
Enzim ini berasal dari prorenin , yaitu suatu zimogen yang dengan suasana asam berubah
menjadi rennin. Renin sangat penting dalam pencernaan makanan pada bayi, karena dapat
mengubah kasein yang terdapat dalam susu menjadi parakasein dengan bantuan ion Ca++.
Dengan proses perubahan ini maka protein susu yang sudah ada dalam lambung bayi tidak
keluar terlalu cepat dan parakasein dapat dihidrolisis lebih lanjut dan digunakan sebagai
makanan bagi bayi. Dalam lambung orang dewasa tidak terdapat renin.

Enzim pada pankreas.


Pankreas memproduksi dan mengeluarkan carian pankreas ke dalam duodenum oleh adanya
rangsangan hormon. Hormone ini adalah suatu senyawa yang dihasilkan jaringan tertentu dan beredar
dalam tubuh melalui peredaran darah.Hormon yang dibentuk di dalam duodenum adalah Sekretin,
yang merangsang timbulnya carian pankreas yang encer dan berkadar bikarbonat tinggi dan
mengandung enzim sedikit. Pankreozimin, yang merangsang timbulnya cairan pankreas yang kental
dan berkadar bikarbonat rendah serta mengandung banyak enzim. Kolesistokinin , yang
mempengaruhi kantung empedu untuk berkontraksi sehingga dapat mengeluarkan cairan dari

dalamnya, dibentuk dalam sel usus. Enterokinin, yang merangsang terbentuknya cairan usus. Pada
pankreas juga terdapat zat organic dan zat anorganik, sekarang kita akan membahas zat yang organic.
Zat organic yang terdapat pada pankreas yakni protein dan beberapa enzim.8
Enzim tersebut adalah : Tripsin, adalah suatu enzim pemecah protein atau proteosa, yang
dihasilkan oleh sel-sel pankreas dalam bentuk molekul tripsinogen yang tidak aktif. Tripsinogen
dikatifkan oleh enterokinase suatu enzim yang dikeluarkan oleh usus dan juga dengan bantuan ion
Ca++ sebagai katalis. Tripsin dapat bekerja dengan baik dalam hidrolisis protein pada pH antara 8,0
sampai 9,0. Protein yang telah didenaturasikan terlebih dahulu akan lebih mudah dipecah oleh tripsin.
Kimotripsin, suatu enzim yang berfungsi sebagai katalisis dalam proses hidrolisis protein.
Enzi mini dihasilkan oleh pankreas dalam bentuk kimotripsinogen. Kimotripsinogen diubah menjadi
kimotripsin oleh adanya tripsin. Kimotripsin mempunyai daya mengendapkan protein susu lebih besar
daripada tripsin dan juga dapat menghidrolisis protein seperti tripsin.
Peptidase. hasil hidrolisis protein, pepton, protease oleh enzim tripsin dan kimotripsin adalah
polipeptida. Polipeptida ini kemudian dihidrolisis lebih lanjut oleh enzim-enzim peptidase berikut ini :

Karboksi peptidase, yaitu enzim yang memecah ikatan peptide pada ujung molekul yang
mempunyai gugus karboksilat

Aminopeptidase, yaitu enzim yang memecah ikatan peptide pada ujung molekul yang
mempunyai gugus amina.

Lipase. Lipase dalam cairan pankreas berfungsi sebagai katalisis dalam proses hidrolisis lemak
menjadi asam lemak, gliserol, monoasilgliserol, dan diasilgliserol. Lipase ini bekerja lebih baik pada
substrat yang mengandung asam lemak panjang, mempunyai bobot molekul yang besar dan
mempunyai banyak ikatan rangkap, seperti trigliserida, sehingga trigliserida yang paling mudah
dihidrolisis dibandingkan monogliserida dan digliserida.
Amilase. Amylase yang terdapat dalam cairan pankreas ini sama dengan amylase dalam saliva,
yaitu berfungsi sebagai katalis dalam proses hidrolisis amilum, dekstrin, dan glikogen menjadi
maltose. Enzim ini mempunyai pH optimum 6,9 dapat bekerja pada pH 6,5 sampai 7,2 dan sebagai
activator diperlukan ion Cl-.
Nukleodepolimerase. Enzim ini berfungsi untuk memecah nukleat menjadi mononukleotida. Ada
dua macam nukelodeplimerase yaitu robonuklease dan deoksiribonukleonase yang masing-masing
berfungsi untuk memecah RNA dan DNA. Enzim ini bekerja optimal pada pH = 7.

Enzim pada usus


Cairan pada usus dihasilkan oleh kelenjar burner dan lieberkuhn dengan pengaruh
enterokinin. Cairan usus mengandung enzim-enzim yang penting dalam proses pencernaan makanan
sebagai berikut :

Karbohidrase, yaitu enzim pemecah karbohidrat dibawah ini.


o

Maltase : Maltosa Glukosa

Sukrase : Sukrosa glukosa + fruktosa

Laktase : laktosa glukosa + galaktosa

Peptidase, yaitu enzim-enzim pemecah ikatan peptida

Nukleotidase, berfungsi memecah nukleotida menjadi nukelosida dan asam fosfat.

Nukleosidase, memecah nukleosida menjadi basa purin atau basa pirimidin dan ribose
atau deoksiribosa.

Enterokinase, yang berfungsi mengatifkan tripsinogen menjadi tripsin. Diproduksi


oleh sel duodenum.

Fosfatase, enzim yang memisahkan gugus fosfat dari senyawa fosfat organic,
misalnya heksosafosfat, gliserofosfat dan nukleotida.

Fosfolipatase, enzim yang memecah fosfatase menjadi gliserol, asam lemak, asam
fosfat dan kolin.

Kesimpulan
Pada proses pencernaan makanan yang masuk dalam tubuh merupakan struktur kompleks yang akan
diuraikan menjadi suatu molekul yang lebih kecil sehingga dapat masuk ke selsel lain di dalam
tubuh. Proses penguraian ini di bantu oleh enzim-enzim yang ada di setiap organ pencernaan. Organorgan utama dalam proses pencernaan adalah mulut, faring, oesophagus, lambung, usus halus, usus
besar, rektum, dan anus. Selain itu di butuhkan pula beberapa organ lain yang bertugas membantu
organ-organ utama tadi yaitu, hati, kantung empedu dan pankreas. Semua organ ini berfungsi untuk
menghasilkan enzim-enzim yang berperan penting untuk mengubah atau menguraikan bahan-bahan
makanan yang masuk dalam tubuh. Jika organorgan ini mengalami gangguan dan tidak dapat bekerja
dengan baik seperti seharusnya maka akan berdampak pada proses pencernaan. Ketika kedua hal ini
terganggu maka dapat membuat individu mengalami masalah dengan organ-organ tubuhnya yang
terkait misalnya nyeri pada uluhati dan merasa mual.

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.h.231-95.


2. Winami W, Kindangen K, Inggriani YK. Buku ajar traktus digestivus. Jakarta: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran UKRIDA; 2010.h.29-81.
3. Widjaja IH. Anatomi abdomen. Jakarta: EGC; 2009.h.53-5.
4. Snell R. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC;2006.h.207-9.
5. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. Jakarta: EGC; 2007.h.278-307.
6. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2002.h.450-7,461-90.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2001.h.538-88
8. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi ke-25.
Jakarta: EGC; 2003.h.632-44.
9. Poedjiadi A. dasar-dasar biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia; 1994.h.23445.

You might also like