You are on page 1of 5

HUBUNGAN USIA DENGAN PENURUNAN DAYA INGAT (DEMENSIA) PADA

LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA LANDASAN ULIN


KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
Musrifatul Uliyah, Siti Aisyah, Yulia Rahmina
Bagian Keperawatan Gerontik
Fakultasllmu Kesehatan UMSurabaya
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan

Abstract
The elderly have descent betyveen mental descent. Descent mental ussualy we
call dementia, is the lost intelektual capasity, remembering, cognitif, language and
ability privacy. The height of age can to result the happening of degradation of recall
(dementia) of an elderly. The result of the research is for analysis the age with dementia
of an elderly in the Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Landasan Ulin
Banjarbaru south kalimantan.
The result design that is used corelational and based on time, this research using
cross sectional. Population in this research is elderly that dementia in the Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Seiahtera Landasan Ulin Banjarbaru 70 respondens. Sampel in
this research is some elderly that dementia in the Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Landasan Ulin Banjarbaru 60 respondens. Sampling technique in this
reserach used simple random sampling. The quesioner that assemble and than
tabulation and do analysis statistical Rank Spearman SPSS 12.0
Pursuant to calculation cofficient of corelation of Rank Spearman with statistical
test SPSS can get P: 0,019 and : 0,05 which mean that H1 accepted. There for we
can say there is relationship between the age with dementia of an elderly in the Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Landasan Ulin Banjarbaru. Progressively
increase the heavy age of brain will be downhill so that work brain is not be maximal
again and cause the happening of intellectual function change of an elderly specially in
ability remember, thinking as well as resulting the happening of an elderly.
Expected nurse or worker panti to earn to improve the spirit activity learn and
think atl elderly in order to earn to defend recall.
Key word, : Elderly, Age, Dementia.
PENDAHULUAN
Proses menuamerupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dan
fenomena yang tidak dapat dihindarkan Proses ini dimrilai sejak lahir dan pada
hakekatnya seseorang telah melalui tiga tahapan kehidupannya yaitu masa anak, masa
dewasa dan masa tua (Nugroho Wahjudi,2000). Tiga tahap ini berbeda baik secarafisik
maupun mental, tubuh mengalami proses penuaan, kulit mulai keriput, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, kelainan berbagai fungsi organ vital,
sensitivitas emosional meningkat, kurang gairah, mengunyah makan pelan dan jalan
pun tidak lagi cepat termasuk juga otak akan mengalami kemampuan dalam mengambil
keputusan dan bertindak lebih lamban Menua bukanlah suatu penyakit tetapi
merupakanproses berkurangnya daya tahan tubuhdalam menghadapi rangsangan dari
dalammaupun luar tubuh. Untuk proses menuayang terjadi pada otak, Cumming dan

Benson (1992) menggunakan istilah "senescene" yang menandakan perubahan proses


menua yang masih dalam tarafnormal dan istilah "senility" untuk gangguan intelektual
yang terjadi pada usia lanjut tetapi belum mengalami "demensia"(Besdin, 1987). Sering
kali seseorang yang berumur setengah baya ataupun lanjut usia yang mengalami
gangguan daya ingat atau sering lupa tentang nama seseorang atau nama benda
ataupun peristiwa, dengan cepat dianggap sebagai pikun atau diberi label sebagai
orang pikun (istilah pikun secara media adalah Dimensia). Kecenderungan ini
berkembang sebesar 12 persen pada pria usia 70 - 74 dan menjadi 40 persen pada
usia 85- 89. Gangguan perilaku yang sering ditemukan pada pasien dimensia antara
lain berupa perilaku agresif (galak, kasar, menyerang secara fisik), wandering
(keluyuran) tanpa tujuan, hilang dari rumah, tersesat), gelisah mondar-mandir, senang
menimbun barang, sering berteriak tengah, tidak mau ditinggal sendirian, impulsif, tidak
bisa mengontrol perilakunya, kekanak-kanakan, cenderung mengulang pertanyaan,
serta kehilangan sopan santun. Masalah yang terjadi di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Sejahtera klien kebanyakan mengalamiai disorientasi waktu disebabkan karena
tidak tersedianya kalender disetiap wisma yang ditempati oleh lansia bahkan
kebanyakan mereka tidak mengetahui tempat dia berada, kemampuan berkonsentrasi
menurun dan cenderung harus mengulang pertanyaan beberapa kali, bahkan ada klien
yang mengalami halusinasi. Kurangnya kegiatan yang diadakan di panti juga
merupakan masalah kemungkinan teriadinya penurunan daya ingat pada lansia karena
lansia kebanyakan berada di kamar tanpa ada kegiatan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan usia dengan penurunan daya ingat (demensia) Pada
lansia.
METODE
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah corelasional yang bertujuan untuk
mengungkapkan hubungan korelatif antar variable. Populasi penelitian ini adalah 70
lansia yang mengalami penurunan daya ingat (demensia) di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera, kemudian dipilih secara random sampling sebanyak 60 lansia
sebagai sampel. Data diambil berdasarkan kuesioner MMSQ. Variabel independent
yaitu usia dan variable dependent adalah penurunan daya ingat (demensia). Guna
mengetahui hubungan antar variable semua data yang masuk dianalisis dengan uji
statistic Spearman Rank Test.
HASIL
Distribusi hubungan usia dengan penurunan daya ingat (demensia) pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Sejahter menunjukkan sebagian besar mengalami demnsia
berat dengan usia (75-90) tahun dan sebagian kecil demensia berat pada usia sangat
tua (diatas 90 tahun). Hasil uji Spearment Rank Test menunjukkan nilai = 0,019, yang
memiliki makna ada hubungan antara usia dengan penurunan daya ingat (demensia)
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera.
PEMBAHASAN
Usia Pada Lansia
Berdasarkan hasil penelitian tentang usia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Banjarbaru pada bulan Februari 2009 didaptka bahwa lanjut usia (60-74 tahun)

sebanyak 27 orang (45%), lanjut usia (75-90 tahun) sebanyak 31 orang (51,7 %), usia
sangat tua (diatas 90 tahun) sebanyak 2 orang (3,3%).
Hal ini sesuai dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional,
yang telah mampu mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang khususnya bidang
medis atau kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk
serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. (Nugroho, 2000). Makin tinggi tingkat
kesejahteraan hidup, makin tinggi pula usia harapan hidup, sehingga jumlah penduduk
usia lanjut pun bertambah.
Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindarkan karena semakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa maka semakin
tinggi pula harapan hidup masyarakatnya dan pada gilirannya makin tinggi pula jumlah
penduduk yang berusia lanjut. Sampai saat ini tidak ada obat yang dapat mencegah
proses penuaan alamiah manusia. Namun, manusia dapat mencegah terjadinya
penuaan dini. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara selalu menjaga kesehatan,
tidak merokok atau terpapar zat beracun. Menghindari terjadinya trauma kepala, selalu
latihan fisik teratur, aktif dalam kegiatan yang menstimulasi kognitif, dan mau belajar
atau melakukan hobinya. Jika usia sudah menjelang 60 tahun, sebaiknya sering
melakukan pemeriksaan rutin minimal enam bulan sekali dan berusaha untuk hidup
sehat.
Tingkat penurunan daya ingat (Demensia) pada lansia
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat demensia pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru pada bulan Februari 2049 didapatkan
bahwa lansia yang mengalami penurunan daya ingat (demensia) yang paling banyak
yaitu demensia berat sebanyak 26 orang (43,3oh), .demensia sedang sebanyak 15
orang (25%) dan demensia ringan sebanyak 19 orang (3t,7%)
Pada lanjut usia, daYa ingat Merup
akan salah satu fungsi kognitif yang
sering kali mengalami Penulrnan. Berbagai jenis gangguan kognitif yang dialami seperti
mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal wakru, gaugguan pada
kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan dengan
masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat intelekfual serta gangguan
dalam pemeliharaan diri. Pada lanjut usia yang menderita demensia, gangguan yang
terjadi adalah mereka tidak dapat mengingat peristiwa atau kejadian yang baru dialami.
Sebelum seseorang mengalami demensia, menurut para pakar, telah terjadi proses ke
arah demensia bertahun-tahun sebelumnya. Kondisi prademensia ini tak mudah
dikenali karena bertumpang-tindih dengan proses penuaan yang disertai dengan
menurunnya daya ingat atau memori. Biasanya memori yang menurun adalah
kemampuan mengingat ' kembali, namlrn masih dapat dibantu pengenalannya dengan
kode atau isyarat tertentu, misalnya, diberi tahu huruf pertamanya atau nama kelompok
benda tertentu. (Zainuddin Kunfi oro, 2002)
Dalam kurun wakru usia 65-75 tahun didapatkan kemunduran pada beberapa
kemampuan dengan perbedaan antara individu yang luas. Diatas 80 tahun didapat
kemunduran pada cukup banyak jenis kemampuan. Banyak kemampuan intelektual
yang baru mulai menurun pada usia 80 tahun. Dari penelitian diketahui bahwa ada
fungsi otak yang sedikit saja mengalami perubahan dengan melanjutnya usia, misalnya
dalam menyimpan (storage) informasi. Namun dengan melanjutnya usia didapatkan

penumnan yang kontinu daripada kecepatan belajar, kecepatan memproses informasi


baru dan kecepatan bereaksi terhadap stimulus sederhana atau kompleks.
(Lumbantobing, 200 i )
Membaca, mendengar berbagai berita, atau cerita melalui berbagai media sangat
penting bagi lansia karena dapat memperkuat daya ingatnya. Namun bagi lansia yang
tidak melakukan kegiatan apapun, tidak mau membaca koran, apalagi sambil
merenungi nasibnya diyakini akan semakin mempercepat kemunduran fungsi ingatan
dan fungsi mentalnya. Hal semacam ini menjadi bahaya bagi lansia, karena hal lain
pun mengalami kemunduran secara cepat. Manusia mempunyai kemampuan daya
ingat dalam tiga tahapan; mengingat, merekarn, dan memanggil kembali peristiwa yang
telah lalu dalam ingatan. Namun seiring dengan meningkatkanya usia, kemampuan
tubuh untuk mendapatkan oksigen dalam aliran darah menjadi semakin berkurang.
Padahal, oksigen merupakan makanan otak agar dapat berfungsi dengan baik.
Konsumsi makanan dan pola hidup juga berpengaruh terhadap kemampuan daya ingat
pada setiap orang. Lansia perlu berusaha untuk tetap aktif dan sehat agar terhindar dari
demensia seperti melakukan olahraga otak dengan permainan ptzzle, diet sehat,
olahraga fisik dan menghindari stress karena stres menyebabkan tubuh melepaskan
kortisol. Zatini dapat merusak pusat memori di otak.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel-kesehatanku.blogspot.com.
Dementia. Alses T7 November
2008
Hidayat, AJ (2007). Riset Keperawatan
dan Tetvtik Penulisan llmiah,
J akarta, S alernb a Medika
_(2008). Metode Penelitian
Keperawatan dan Telffiik
Analisa Data, Jakxta, Salemba
Medika
Kuntjoro, ZS. Pengenalan Dini Demensia
(Predemensia). www-psikol ogi -com
Akses 17 November 2008
Gangguan Psikologi dan Perilaku
Pada Demensia. www.ePsikologi.com Akses 17
November 2008
Lumbantobing, SM (2001). Kecerdasan
Pada Usia Lanjut dan Demensia,
Jakarta, Penerbit FKUI
Martyn, CN dan Gale, CR (2002). Pifun
dan Pelupa , Penerbit Dian
RakYat
Nelson, AP dan Gilbert, S (2008).
Mencegah KePilatnan, Penerbit PT
Bhuana llmu PoPuler
Notoatmodjo, S (2005). Metodologi

Penelitian Kesehatan, Jakarta,


Rineka CiPta
Nugroho, Wahyudi (2000). Keperawatan
Gerontik, Edisi 2, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian llmu
Keperawatan, Edisi 2, Jakatt'a,
Salemba Medika
Nurviyandari, Dwi. Mengenal Demensia
Pada Usia Lanjut,
www.indoforum.org Akses 17
November 2008
Pudjiastuti, Sri Surini dan Utomo, B
Sejahtera Banjarbaru.
Fartisipasi
pembimbing,
dengan lansia
meningkatkan
dari pengasuh,
dan orang yang terdekat
sangat diperlukan untuk Stanley,
semangat aktivitas belajar
(2003). FisioteraPi Pada Lansia,
Penerbit Buku Kedokteran EGC
M dan Beare, PG (2006). Bula't
Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi
2. Penerbit Buku Kedokteran EGC
4

You might also like