You are on page 1of 14

TUGAS KENDALI MUTU

LABORATORIUM KLINIK UMUM MADYA

Oleh :
Kelompok I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Ni Wayan Windy Ferina


Ni Wayan Sintya Dewi
Luh Putu Suastari
I Nyoman Gde Ngardiana
Luh Gede Ruwidianingsih
Wahyu Surya Candra Eka Prapti
Ni Wayan Niki Citra Yani
I Putu Paramarta Wicaksana Aji
I Made Dwi Sumarajaya
Luh De Trisna Dewi
Ni Luh Putu Gina Okta Veriana
Dwi Karunia Wulandari

(P07134012001)
(P07134012008)
(P07134012009)
(P07134012017)
(P07134012018)
(P07134012025)
(P07134012026)
(P07134012033)
(P07134012034)
(P07134012041)
(P07134012042)
(P07134012049)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
DENPASAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Laboratorium

kesehatan

merupakan

sarana

kesehatan

yang

melaksanakan

pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan
bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi
kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan kesehatan
masyarakat.
Salah satu jenis laboratorium kesehatan adalah Laboratorium Klinik yaitu
laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi,
kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik atau bidang lain yang
berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya
diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Laboratorium Klinik memegang peran penting dalam mendukung klinisi dalam
menatalaksana medis pasien. 70% hasil pemeriksaan tes laboratorium dipergunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan medis. Sehingga kualitas laboratorium sangat penting.
Pada tanggal 25 Maret 2010, Menteri Kesehatan menetapkan berlakunya Permenkes
nomor 411 tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik. Berdasarkan Permenkes nomor 411
tahun 2010, Laboratorium klinik diklasifikasi menjadi:

Laboratorium klinik umum pratama,


Laboratorium klinik umum madya, dan
Laboratorium klinik umum utama.

BAB II
ISI
2.1 Klasifikasi Laboratorium Klinik
Berdasarkan Permenkes nomor 411 tahun 2010, Laboratorium klinik diklasifikasi
menjadi:

Laboratorium klinik umum pratama,


Laboratorium klinik umum madya, dan
Laboratorium klinik umum utama.

Klasifikasi

didasarkan

kepada

fasilitas

dan

kemampuan

laboratorium

melaksanakan pemeriksaan tes laboratorium. Klinik Pratama adalah klinik yang


menyelenggarakan pelayanan medis dasar. Klinik Madya adalah klinik yang
menyelenggarakan pelayanan medis dengan metode manual dan ada pula dengan
metode automatik. Sementara Klinik Utama merupakan klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medis spesialis atau pelayanan medis dasar dan spesialis.
Adapun perbedaan antara klinik madya dan klinik utama adalah:
1. Pelayanan medis pada klinik madya hanya pelayanan medis dasar, sementara pada
klinik utama mencangkup pelayanan medis dasar dan spesialis;
2. Pimpinan klinik madya adalah dokter atau dokter gigi, sementara pada klinik
utama pimpinannya adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis;
3. Layanan di dalam klinik utama mencangkup layanan rawat inap, sementara pada
klinik madya layanan rawat inap hanya boleh dalam hal klinik berbentuk badan
usaha;
4. Tenaga medis dalam klinik madya adalah minimal dua orang dokter atau dokter
gigi, sementara dalam klinik utama diperlukan satu orang spesialis untuk masingmasing jenis pelayanan.
2.2 Laboratorium Klinik Madya
Menurut Peraturan Menteri Kesehatab Republik Indonesia Nomor 411/
MENKES/PER/III/2010 pada bagian keempat pasal ke 14 :
Laboratorium klinik umum madya ditinjau dari segi ketenagaan

Penanggung jawab teknis sekurang-kurangnya seorang dokter spesialis patologi


klinik, dan

Tenaga dan administrasi, sekurang kurangnya 4 (empat) orang analis kesehatan


dan 1 (satu) orang perawat serta 2 (dua) orang tenaga administrasi

Adapun bentuk pelayanan klinik dapat berupa:


1. Rawat jalan;

2.
3.
4.
5.

Rawat inap;
One day care;
Home care;
Pelayanan 24 jam dalam 7 hari.
Perlu

ditegaskan

lagi

bahwa

klinik

pratama

dan

madya

yang

menyelenggarakan rawat inap, harus memiliki izin dalam bentuk badan usaha.
Mengenai kepemilikan klinik, dapat dimiliki secara perorangan ataupun badan usaha.
Bagi klinik yang menyelenggarakan rawat inap maka klinik tersebut harus
menyediakan fasilitas-fasilitas yang mencakup:
1.
2.
3.
4.
5.

Ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;


Minimal 5 bed, maksimal 10 bed, dengan lama inap maksimal 5 hari;
Tenaga medis dan keperawatan sesuai jumlah dan kualifikasi;
Dapur gizi;
Pelayanan laboratorium klinik pratama.

Klinik memiliki kewajiban yang meliputi:


1. Memberikan pelayanan aman, bermutu, mengutamakan kepentingan pasien,
sesuai standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional;
2. Memberikan pelayanan gawat darurat pada pasien sesuai kemampuan tanpa
3.
4.
5.
6.

meminta uang muka terlebih dahulu/mengutamakan kepentingan pasien;


Memperoleh persetujuan tindakan medis;
Menyelenggarakan rekam medis;
Melaksanakan sistem rujukan;
Menolak keinginan pasien yang tidak sesuai dengan standar profesi, etika dan

peraturan perundang-undangan;
7. Menghormati hak pasien;
8. Melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya;
9. Memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional;
10. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan.
11. Mengikuti akreditasi laboratorium yang diselenggarakan oleh Komite
Akreditasi Laboratorium Kesehatan ( KALK )
Pihak penyelenggara klinik memiliki kewajiban yaitu:
1. Memasang papan nama klinik;
2. Membuat daftar tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di
klinik beserta nomor Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP)
atau Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) bagi
Apoteker;
3. Melaksanakan pencatatan untuk penyakit-penyakit tertentu dan melaporkan
kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota dalam rangka melaksanakan program
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan klinik ini


dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah. Bagi klinik yang melakukan
pelanggaran, maka pemerintah dapat mengenakan sanksi administratif berupa teguran,
teguran tertulis dan pencabutan izin. Pada permenkes 411 tahun 2010 dituliskan ada
persyaratan minimal bangunan dan prasarana, peralatan dan kemampuan pemeriksaan
untuk laboratorium klinik tingkat pratama, madya dan utama.

Tabel 1. Persyaratan minimal Bangunan dan Prasarana


(Permenkes 411 tahun 2010)

Tabel 2. Personal berdasarkan Klasifikasi Laboratorium Klinik


(Permenkes 411 tahun 2010)

Tabel 3. Persyaratan Minimal Peralatan (Permenkes 411 tahun 2010)

Tabel 4. Perlengkapan Keselamatan danKeamanan Laboratorium


(Permenkes 411 tahun 2010)

Tabel 5. Persyaratan Minimal Kemampuan Pemeriksaan (Permenkes 411 tahun 2010)

2.3 Pencatatan dan Pelaporan


Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh laboratorium klinik
madya dilakukan setiap harinya. Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan
oleh laboratorium klinik madya merupakan indikator keberhasilan suatu laboratorium.
Tanpa adanya kegiatan pencatatan dan pelaporan, kegiatan yang dilaksanakan di
laboratorium tidak akan berjalan dengan baik. Output pencatatan dan pelaporan ini
adalah sebuah data dan informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan
metode yang bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar.
Kegiatan pencatatan yang dilakukan meliputi pencatatan

semua kegiatan,

bahan dan alat yang dimiliki oleh unit pelayanan laboratorium. Pencatatan
pelaksanaan kegiatan laboratorium dan penyimpanan arsip mengenai :
-

Surat permintaan pemeriksaan

Hasil pemeriksaan

Hasil pemantapan mutu

Hasil rujukan
Semua kegiatan, bahan dan alat yang dicatat kedalam buku inventaris

dilaporkan kepada atasannya yang berkait.


1. Cara pencatatan hasil
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di laboratorium harus dilaksanakan
dengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat
mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan. Pencatatan
kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis kegiatannya. Ada 4 jenis
pencatatan, yaitu :
a. Pencatatan kegiatan pelayanan
b. Pencatatan keuangan
c. Pencatatan logistic
d. Pencatatan kepegawaian
e. Pencatatan kegiatan lainnya, seperti pemantapan mutu internal, keamanan
kerja dan lain-lain.

Pencatatan kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan membuat buku


sebagai berikut :
a. Buku register penerimaan spesimen terdapat di loket berisi data pasien
dan jenis pemeriksaan
b. Buku register besar/induk berisi : data-data pasien secara lengkap serta
hasil pemeriksaan spesimen.
c. Buku register/catatan kerja harian teap tenaga :
1) Data masing-masing pemeriksaan
2) Data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima.
d.
e.
f.
g.

Buku register pemeriksaan rujukan.


Buku ekspedisi dari ruangan/rujukan.
Buku komunikasi pertukaran petugas (shift)
Buku register perawatan/kerusakan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:


a. Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil pasien dengan spesimen
yang sesuai.
b. Penulisan angka yang digunakan.
Khusus mengenai angka, pada pelaporannya perlu disesuaikan
mengenai desimal angka dan satuan yang digunakan terhadap keperluan
pasien maupun terhadap nilai normal. Bila diperlukan satu angkan bulat,
cukup dilaporkan dalam angka bulat tanpa decimal di belakang koma.
Satuan yang digunakan sebaiknya adalah satuan internasional.
c. Pencantuman nilai normal.
Pada pelaporan juga perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang
nilai yang dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang normal.
Pada pencantuman hasil normal perlu dicantumkan metode pemeriksaan
yang digunakan serta kondisi-kondisi lain yang harus diinformasikan
seperti batas usia dan jenis kelamin. Satuan pelaporan juga harus sama
antara hasil pemeriksaan dengan hasil normal.
d. Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan
dilakukan 2 kali dan sebagainya.
e. Penyampain hasil.
Waktu pemeriksaan sangat menentukan manfaat laporan tersebut
untuk kepentingan diagnosis penyakit dan pengobatan pasien, oleh karena

itu hasil pemeriksaan perlu disampaikan secepat mungkin segera setelah


pemeriksaan selesai dilaksanakan.

f. Dokumentasi/arsip.
Setiap laboratorium harus mempunyai system dokumentasi yang
lengkap. Hasil suatu kegiatan prncatatan dan pelaporan haruslah berupa
dokumentasi yang lengkap, jelas dan mudah dimengerti serta tidak
melupakan efisiensi waktu penyampaian dokumen tersebut kepada peminta
pemeriksa.
g. Perlu pula disediakan buku ekspedisi didalam dan diluar laboratorium.
Kasus tertukar dan hilangnya specimen dapat terjadi baik dalam transportasi
didalam maupun diluar laboratorium, sehingga hal ini harus dihindarkan.
Cara menegakkan diagnosis dari hasil pemeriksaan
Spesimen yang telah diperiksa dicatat dan dilaporkan dalam buku register
masing-masing.

Bila

terjadi

pengukuran/pemeriksaan

yang

abnormal

maka

pemeriksaan diulang sebanyak 2 kali atau tiga kali. Bagi laboratorium yang
mempunyai

seorang

Dokter

Spesialis

Patologi

Klinik,

hasil

pemeriksaan

dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Dokter Spesialis Patologi Klinik.


2. Cara pelaporan
Pelaporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari :
a. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan/tahunan
b. Laporan khusus (misal : KLB, HIV)
c. Laporan hasil pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi, kimia klinik, imunoserologi,
urinalisis dan parameter lainnya sesuai dengan permintaan dicatat dan dilaporkan
dalam bentuk blanko hasil pemeriksaan yang terpisah dan ditanda tangani oleh
penanggung jawab laboratorium atau petugas laboratorium yang memeriksa.
2.4 Kendali Mutu
Pasal 6 Permenkes 411 tahun 2010 tercantum bahwa laboratorium Klinik
wajib melaksanakan Pemantapan Mutu Eksternal yang diakui oleh pemeriksaan.
Melaksanakan akreditasi yang diselenggarakan Komite Akreditasi Laboratorium
Kesehatan (KALK) setiap 5 tahun.

Mutu laboratorium Klinik harus dipantau dan selalu ditingkatkan. Indikator Mutu
a. Teknik & Non teknik
b. Keamanan, ketepatan waktu, efektifitas & efisiensi
c. Struktur, proses, keluaran
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Laboratorium klinik dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : laboratorium
klinik pratama, laboratorium klinik madya dan laboratorium klinik utama.
2. Klinik Madya adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medis dengan
metode manual dan ada pula dengan metode automatic
3. Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh laboratorium klinik
madya merupakan indikator keberhasilan suatu laboratorium.
3.2 Saran
Karena Pelayanan medis pada klinik madya hanya mencangkup pelayanan
medis dasar saja maka Mutu laboratorium dari laboratorium Klinik madya harus
dipantau dan selalu ditingkatkan agar kualitasnya lebih terjamin.

You might also like