Professional Documents
Culture Documents
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen
menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan
salah satu jenis kromatografianalitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena
banyak keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT
termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain kromatografi kertas.
Peralatan KLT
Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika
gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai
fasa
diam.
Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen
didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan
yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih
dengan cara trial and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor
retensi) yang diperoleh.
Faktor Retensi
Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah:
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat
digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa
yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga
sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar
akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah.
Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan
adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya.
Bertindak sebagai pemisah campuran. Contoh pelrut yang digunakan adalah silika gel, alumunium
oksida, selulosa. Namun yamg paling banyak digunakan adalah slika gel dan alumunium oksida karena
kadar air yang digunakan berpengaruh nyata terhadap daya.
b.
Keuntungan KLT :
Waktu relatif singkat
Menggunakan inestasi yang kecil.
Paling cocok untuk analisis bahan alam dan obat.
Jumlah cuplikan yang dengan sedikit.
Kebutuhaan ruang minimum.
Penanganan sederhana.
Zat yang bersifat asam/basa kuat dapat dipisahkan dengan KLT.
Kelemahan KLT :
Hanya merupakan langkah awal untuk menentukan pelarut yang cocok dengan pada kromatografi
kolom
Noda yang terbetuk belum tentu senyawa murni.
Alat
1.
2.
Pipa kapiler digunakan sebagai alat untuk meneteskan hasil soklet pada KLT
3.
B.
Bahan
1.
2.
perbandingan relati antara sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fasa
diam, sehingga nilai Rf sering juga di sebut faktor retensi. Namun, pada praktikum yang telah dilakukan,
noda tak tampak sehingga tak dapat dilakukan perhitungan nilai Rf.
2.
Usahakan chamber tidak berongga saat dilakukan penarikan noda oleh eluen
3.
Kuasai prosedur kerja dan jangan salah dalam penyemprotan NaOH 1% dalam etanol : air (1:1)
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Khairil, dkk . 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta : PMIPAUGM
Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB.
Bandung.
Underwood, AL dan JR. Day R.A. analisa kimiaa kuantitatif edisi keenam. Jakarta :
Erlangga.
http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi- lapis-tipis.html
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponenkomponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair
atau gas).
Kromatografi juga merupakan pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan
mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian bahan atau komposisi campuran dengan kandungan
yang berbeda dapat dianalisis dengan benar. Tidak hanya kontrol kualitas, analisis bahan makanan dan
lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik
dari kuantitas material. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran
bahan adalah prinsip dasar kromatografi.
Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa tekhnik kromatografi. Pemilihan teknik
kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa
murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis
cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan
untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida lipida dan hidrokarbon
yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk
kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara
kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatifdari suatu sampel yang ingin dideteksi
dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran Kromatografi
Lapis Tipis
Prinsip
gas). Fase gerakmengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat
dalamcampuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda
Proseskromatografi juga digunakan dalam metode pemisahan komponen gula dari komponennon gula
dan abu dalam tetes menjadi fraksi-fraksi terpisah yang diakibatkanolehperbedaan adsorpsi, difusi dan
eksklusi komponen gula dan non gula tersebut terhadap adsorbent dan eluent yang digunakan.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau aluminayang seragam
pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika(atau alumina) merupakan fase
diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipisseringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendar flour dalam sinarultra violet.Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai. Fase diamlainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium
padapermukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silikakemudian digunakan
serupa untuk alumina.
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusibagi larutan
umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antaraadsorbent dengan eluent sangat
menentukan terjadinya pemisahan komponen. Olehsebab itu pemisahan komponen gula dalam tetes
secara kromatografi dipengaruhi oleh lajualir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan
menurut ukuran kekuatanteradsorpsinya
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal iniyang banyak digunakan adalah
jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik
pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar
dari ikatannyadengan alumina (jel silika)
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi molekulmolekul komponen diantara dua fase (fase gerak dan fase diam) yang kepolarannya
berbeda.apabila molekul-molekul komponen berinteraksi secara lemah dengan fase diam
maka komponen tersebut akan bergerak lebih cepat meninggalkan fase diam.
Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada daya interaksi komponenkomponen campuran dengan fase diam dan fase gerak.
(Hendayana, 2010)
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
dengan kromatografi
(Sudjadi, 2007)
TUJUAN
Dapat mengembangkan dan menunjukkan kemampuan pengetahuan dan/praktis
untuk:
1) Menjelaskan teori dan prinsip-prinsip dasar KLT
2) Memilih fase gerak yang sesuai untuk pemisahan terbaik
3) Melakukan analisis kualitatif untuk identifikasi senyawa obat dalam pengobatan
tradisional.
METODOLOGI
TLC plat
Uap yodium
Sinar UV
Bahan
Zat warna
Uap iodine
Fase Gerak (etanol, methanol, kloroform, heksan, etil asetat, campuran 2 macam pelarut)
Kertas saring
: Silika Gel G
PEMBAHASAN
Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena itu Rf juga
disebut factor referensi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis yang
juga mempengaruhi harga Rf adalah :
zat terlarut yang sama tetapi hasil akan dapat diulang dengan hasil yang sama,
jika
menggunakan penyerap yang sama, ukuran partikel tetap dan jika pengikat (kalau ada) dicampur
hingga homogen.
Teknik percobaan.
Arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan yang hanya diperhatikan, karena cara
ini yang paling umum meskipun teknik aliran penurunan dan mendatar juga digunakan).
Suhu.
Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama untuk mencegah
perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau perubahanperubahan fase.
Kesetimbangan.
Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam kromatografi kertas,
hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala bila
atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut campuran, akan
terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fase bergerak lebih
cepat pada bagian tepi-tepi dan keadaan ini harus dicegah.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairanpadatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan
membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang
berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Sedangkan fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung
substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Pendaran ini ditutupi pada
posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak
berwarna jika dilihat dengan mata. Namun, apabila di sinarkan dengan sinar UV pada
lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak
tampak sebagai bidang kecil yang gelap.
Sementara UV tetap di sinarkan pada lempengan, harus dilakukan penandaan posisiposisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pensil dan melingkari daerah bercak-bercak itu.
Ketika sinar UV dimatikan, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.
Pada kromatografi lapis tipis, eluent adalah fase gerak yang berperan penting
pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent).
Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan
komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen secara kromatografi dipengaruhi
oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran
kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan
dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah
lapis tipis silika. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir
pelarut yang tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat
kepolaran antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa
oleh fase gerak tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip like dissolved like.
2.3. Prosedur Kerja Pemisahan dengan KLT
Gel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh
atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan gel silika, atom
silikon berlekatan pada gugus -OH.
Jadi, pada permukaan gel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini
menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.
Permukaan gel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai di sekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der
Waals dan atraksi dipol-dipol.
Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa plat yang biasanya disi
dengansilica gel. Sebuah garis pensil di gambar dekat bagian bawah fase diam dan
setetes larutan campuran ditempatkan di atasnya. Garis pada fase diam berguna
untuk menunjukkan posisi asli campuran. Pembuatan garis harus menggunakan
pensil karena jika semua ini dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta juga akan
bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika titik campuran kering, fasa
diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah berisi fasa gerak dengan
posisi fase gerak di bawah garis. Digunakan gelas tertutup untuk memastikan
bahwa suasana dalam gelas jenuh dengan uap pelarut.
Pelarut (fasa gerak) perlahan-lahan bergerak naik, komponen-komponen
yang berbeda dari campuran berjalanan pada tingkat yang berbeda dan campuran
dipisahkan memiliki warna yang berbeda.
(atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga
mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase diam
lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada
permukaan juga memiliki gugus -OH.
Fase Gerak
Dalam kromatografi, eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi
bagi
larutan
umpan
(feed)
untuk
melewati
fase
diam
(adsorbent).
Interaksi
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi
antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini tergantung pada
bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silika.
2.5. Kelebihan Metode Kromatografi Lapis Tipis
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini adalah sebagai berikut :
Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau
dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara elusi
2 dimensi.
Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan metode
kertas tidak bisa
Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan
bercak yang tidak bergerak.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni,
Megawati.
2009. Kromatografi
Lapis
Tipis.http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html. diakses
tanggal26 desember 2012 pukul 19:00 WIB.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Lipsy, P. 2010. Thin Layer Chromatography Characterization of the Active Ingredients in Excedrin and
Anacin. USA: Departement of Chemistry and Chemical Biology, Stevens Institute of
Technology.
Kantasubrata, Julia. 1993. Warta Kimia Analitik Edisi Juli 1993. Situs Web Resmi Kimia Analitik : Pusat
Penelitian Kimia LIPI
Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB. Bandung.
Sudarmadji, S., dkk, 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta.