You are on page 1of 8

TUGAS BAHASA INDONESIA

Menjelaskan dan Menganalisis Unsur Intrinsik


Cerpen

OCTAVIANI MULYATI
Kelas XII IPA 5
No. Absen 25

SMA NEGERI 2 PARE


Jl. Pahlawan Kusuma Bangsa No. 28 Pare Kediri

Menjelaskan Unsur Intrinsik Cerpen


1. Tema

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema
disaring dari motif- motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang
menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam
banyak hal bersifat mengikat kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta
situasi tertentu termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema menjadi dasar
pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita
itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.
2. Alur
Alur ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu.
Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian,
atau hubungan sebab-akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear
atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh,

3.

padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi.


Alur dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Menurut urutan waktu: alur maju, alur mundur, dan alur gabungan
2. Menurut urutan peristiwa: klimaks dan antiklimaks
3. Menurut jumlah tokoh: rapat dan renggang
Penokohan
Penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana
perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah
cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan
pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

Penokohan dibagi 3, yaitu:


1. Sifat tokoh: tokoh utama dan tokoh sampingan
2. Ada tidaknya tokoh: fiksi dan nonfiksi
3. Nasib tokoh: datar (tidak mengalami perubahan) dan dinamis (mengalami
4.
5.

6.
7.

perubahan).
Cara menunjukkan sifat tokoh:
1. Langsung
2. Tidak langsung: dialog, tindakan, diskripsi, perkataan tokoh, dan pikiran tokoh
Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada
pembaca / pendengar. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, kritik dan sebagainya.
Nada
a. Positif: berakhir bahagia
b. Negatif: berakhir sedih
Sudut pandang
Sudut pandang adalah posisi pengarang pada sebuah cerita. Terdiri atas:
a. Sudut pandang orang pertama
Menggunakan kata ganti aku sebagai pelaku utamanya.
b. Sudut pandang orang ke dua
Menggunakan kata ganti kamu sebagai pelaku utamanya.

8.

c. Sudut pandang orang ke tiga


Menggunakan kata ganti ia, dia, mereka sebagai pelaku utamanya.
d. Sudut pandang campuran
Menggunakan kata ganti aku dan kamu sebagai pelaku utamanya.
Latar
Latar merupakan keterangan yang menyebutkan waktu, tempat, dan suasana
terjadinya peristiwa pada sebuah karya sastra. Jenis-jenis latar:
a. Latar waktu
Keterangan tentang kapan peristiwa itu terjadi . Misal, pagi,siang, sore, malam.
b. Latar tempat
Keterangan tempat peristiwa itu terjadi. Misal di rumah, di sekolah.
c. Latar suasana
Latar suasana menggambarkan peristiwa yang terjadi. Misal, gembira, sedih

9.

romantis.
Bahasa
a. Lugas (biasa, tidak ada keindahan dalam cerpen)
b. Sastra (terdapat keindahan, majas, serta peribahasa dalam cerpen)

Menganalisis unsur intrinsik cerpen:


Takdir
Gerimis tak berhenti juga, ditambah dengan Tari yang sejak pulang dari sekolah tadi tak
keluar-keluar dari kamarnya. Padahal jam dinding hadiah dari temannya sudah
menunjukkan pukul 17.15. Itu berarti adzan magrib semakin dekat.
Tari kembali melirik buku bututnya. Aduh! Susahnya, ia membanting napas kesal isi
buku yang dibacanya dari tadi belum masuk juga ke otaknya. Karena capek, ia selonjoran di
kasur bunga mawarnya itu. Tapi ia malah teringat oleh mantannya. Ditariknya foto tu dari
dompetnya. Huh, seandainya! Adu, dia melulu. Malas ah!
Ia sekejap langsung menyembunyikan benda kenangannya dengan Audra itu di
dompetnya. Bodohnya aku! Cewek berambut panjang hitam itu mengeluh, namun
penyesalan yang menginjak-nginjak batinnya nggak pergi-pergi juga. Iih, Tari menggumam.
Kenapa aku dulu menyia-nyiakannya,ya? Ga dewasa, kurang bersyukur? Atau, dia yang
terlalu seperti anak kecil?
Kenangan itu masih tertempel di otak Tari, saat sosok yang dikenangnya itu
memberikan surat kepadanya. Surat yang isinya mengajak Tari putus dengannya. Memang
sosok Audra yang seperti anak kecil, pemalu, pintar, berkulit cokelat, wajahnya yang bersih,
dan bertubuh tinggi itu bukan termasuk tipe Tari. Tapi ia sulit untuk memutuskan putus atau

tidak pada saat itu. Selama ini semenjak putus dengan Audra, ia sering berkhayal, berkhayal
seandainya ia bisa lebih berpikir dewasa lagi. Namun yang sudah terjadi tidak bisa kembali
lagi.
Daripada ia teringat dengan kekerasan bapaknya, ia mending terlintas kenangannya
dengan Audra. Plak!! Batin Tari tergoncang, tamparan bapaknya ke bundanya itu sampai
menggerakkan gendang telinganya. Bapak, Bapak! Cukup! Tari berlari menangis. Tak heran
kalau Tari terkadang berdiam diri di kelasnya. Wajah gelisahnya membuat dirinya penuh
dengan misteri. Tapi sesungguhnya ia termasuk perempuan sabar dan kuat karena ia dapat
bertahan dengan kondisin keluarga seperti itu.
Tet tet tet! Bunyi bel sekolah Tari berdenting, yang menandakan jam istirahat telah usai.
Namun Tari masih tetap duduk terenung di bangkunya sampai Yanti sobatnya itu
membangunkannya dari lamunannya.
Tar!
Ei, kowe kok ngelamun aja toh?
Iya nih, lagi pusing aku.
Ooo, makanya kowe kok nggak sholat dhuha, biasanya kowekan rajin gitu.
He, itu itu Audra! Yanti menyoel-nyoel Tari. Paan sih! Kalau kamu suka dia jangan
kayak gini dong! Alah yang suka aku apa kowe, Ihiir!! Yanti menyindir sobatnya itu.
Tapi dengan kelucuan sahabatnya itu, akhirnya Tari dapat tersenyum yang sejak
kemarin ia terus menangis dan bersedih karena bapaknya itu menampar bundanya yang tak
sengaja mengingatkan bapaknya untuk tidak merokok dan pulang malam. Yan, aku tuh udah
putus dengannya! Tari menyela sobatnya denan menahan ketawa sebab melihat wajah Yanti
yang berekspresi kayak Aming komedian itu.
Tentu saja Tari nggak akan mengatakan ke Yanti kalau ia sedang sedih dan menangisi
takdirnya. Batas bercerita tetap ada. Dan Tari tak ingin sobatnya itu bersedih lantaran
kehidupannya yang menyedihkan.
Dan siang itu meskipun Tari mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, tapi pikirannya
masih melayang kemana-mana. Seandainya Audra masih menjadi kekasihku! pasti
masalahku akan reda dengan adanya dirinya. Huh malangnya nasibku. Eiiiiihh!!
Teriakannya membuat sekelas gaduh dan kaget. Ini berawal dari Bejo yang menepuk bahu
Tari.
Tar, hihihihi, ngelamun aja, kesambet lo entar! Bejo pura-pura tak ngerti
kesalahannya. Padahal gara-gara dia Tari dipanggil ke depan oleh Bu Tartik, guru paling
killer di sekolah.
Tari! Maju ke depan.
Oh, My God!
Bilang apa kamu tadi ?
Ndak Bu, ndak!

Semua teman Tari tertawa sambil menahan ketawa karena tak ingin Bu Tartik
mendengar ketawa mereka, namun tidak dengan Yanti dan Audra. Mereka terlihat sedang
berpikir sesuatu.
Ono opo ya ma Tari ?
Iya ya, ada apa dengan Tari, apa gara-gara aku ?
Teman sebangku Yanti dan yang tak lain adalah Audra mencetuskan kata-kata seperti
itu. Dan membuat Yanti terkejut dan berpikir apa sebenarnya mereka berdua masih saling
suka.
Tapi
Di lain posisi, Bu Tartik memarahi Tari abis-abisan.
Tariiiii, kamu itu! Kalau kamu tidak ingin mengikuti pelajaran saya. Kamu jangan
menganggu pelajaran Ibu! muka Tari yang memerah membuat dirinya tampak habis makan
100 cabe merah keriting yang biasa dilihatnya di dapur ketika ia memasak dengan
bundanya.
Tet tet tet tet tet tet
Untung penderitaan Tari berhenti juga, bel sekolah yang memengakkan telinga itu
menyelamatkan hidupnya hari ini. Tak hanya Tari, teman-temannya juga terselamatkan.
Karena mereka ingin sekali tak mengikuti pelajaran ini. Tapi begitu melihat Bu Tartik,
akhirnya mereka mengikutinya.
Duduk kamu! Ketua kelas pimpin doa!
Iya Bu. Tari dan ketua kelasnya menyahut bersama. Setelah Bu Tartik keluar dari
kelas, Yanti dengan tas merah stroberinya itu langsung menyambar Tari. Tar kowe kenapa?
Iya, kamu kenapa ?
Oh My God, Audra! Tari yang semula cemberut langsung bersinar-sinar ketika Audra
menghampiri dan perhatian kepadanya.
Aku nggak apa-apa kok Dra! Aku cuma cuma..
Cuma ngelamunin kamu Dra. Bejo menyela perkataan Tari namun Yanti membela
sobatnya.
Bejo! kowe ojo ngono.
Nggak nggak, aku lagi pusing aja, kamu nggak pulang Dra ? Tari mengalihkan
suasana dan itu berhasil.
Ya uda, aku pulang dulu ya. Audra melirik Tari dengan senyumnya yang bisa
membuat Tari mabuk kepayang. Bejo pun mengikutinya dari belakang.
Tar, kowe bener-bener pusing ta ?
Ehmm, nggak sih, aku tadi lagi mikirin Audra tapi gara-gara Bejo tukang usil itu, aku
jadi dicereweti Bu Tartik deh.
Ooo, emang kowe tuh!
Eeemang!!! Tari menggoda sobatnya itu dan merangkulnya agar Yanti segera pulang
dengannya. Lalu mereka harus masih menunggu kendaraan warna biru berlabelkan
AMG(Arjosari-Gadang) itu.
Jam 7 malam

Bapak sedang menonton TV dan bapak memanggil Tari. Tak biasanya bapak mau
bicara dengan Tari. Tari, sini!Bapak mau ngomong. Besok akan ada keluarga teman Bapak
yang mau melamarmu, jadi besok kamu harus langsung pulang setelah jam sekolah selesai.
Tapi Pak, saya masih sekolah, masak mau dilamar.
Kamu bisa tunangan dulu dan setelah lulus dari kuliah, kamu baru menikah
dengannya!
Bapak tidak mau mendengar alasan apapun dari Tari. Jika Bapak sudah bicara A, maka
Tari harus mengikutinya. Tari tak tahu harus bagaimana, tak harus berbuat apa. Tari
bingung! Tari harus bagaimana ya Allah ? Bunda mengetuk pintu kamar Tari dan setelah
bunda masuk, mereka terlibat dalam pembicaraan.
Sabar ya anakku, Bunda selalu disini menemanimu. Mereka menangis berdua.
Keesokan harinya Tari tak masuk sekolah karena untuk masuk, ia terlalu capek. Capek
menangis semalaman. Ini merupakan takdir atau hanya kebetulan saja, Audra juga tak
masuk. Entah apa alasannya. Di sebuah rumah di jalan araya itu, ada perbincangan antar
keluarga.
Papa, Audra tak mau dijodohkan!
Nak, dia baik buat kamu! Terserah alasan kamu apa, yang penting sekarang kamu
siap-siap untuk sore nanti!
Pa!!!
Jam di kamar Tari sudah menunjukkan pukul 15.00 dan sebentar lagi ia akan dilamar.
Bun! Aku nggak mau pake kebaya ini, ia melempar kebaya berwarna putih jika dipakenya
akan pas di badannya yang ramping itu. Bunda, aku mau dengan perjodohan ini hanya
karena agar Bunda tak disakiti Bapak! Tari memperjelas alasannya kepada Bundanya.
Mendadak sebuah sedan hijau masuk pelan ke halaman rumah Tari dan berhenti tepat di
depan teras. Bapak menyambut keluarga itu. Namun ada yang aneh, anak laki-laki dari
keluarga itu terlihat murung dan malas sama seperti Tari. Selamat datang! Silahkan masuk.
Bapak mempersilahkan mereka masuk.
Dibantu dengan bunda, ia segera memakai sepatu highheels warna putih mengkilat itu
dengan buru-buru. Meskipun terpaksa, Tari akhirnya keluar dan menemui keluarga
pelamarnya.
Ketika Tari bertatap muka dengan anak laki-laki berjas hitam dengan kerah terbuka
yang terlihat tampan saat itu, ia serasa mau pingsan di tempat. Apa kamu?kamu?? Tari
terheran dengannya.
Ya benar, aku Audra! Dia memang Audra, mantanku. Oh, takdir macam apakah ini?
Secara reflek, Tari langsung memeluk Audra dan
Tar,Aku sayang kamu!
Aku juga Dra, aku sayang kamu!
1. Tema: Percintaan dan takdir
2. Amanat:

3.
4.

5.

6.
7.
8.

Dalam menghadapi hal apapun harus bersikap dewasa dan berpikir panjang.
Sabarlah dalam menjalani kehidupan ini.
Percaya dengan takdir Allah SWT.
Jangan menggunakan kekerasan dalam bertindak.
Patuhilah dan hormati orang tua kita.
Jangan menyesali sesuatu yang sudah terjadi.
Jangan melamun dan tak fokus sewaktu pelajaran
Alur : Campuran
Setting :
Kamar tari pukul 17.15
Kelas sehabis jam istirahat sekolah
Jam 7 malam di ruang menonton TV
Kamar setelah sholat isyak
Rumah di jalan Araya
Jam 15.00 di rumah Tari
Penokohan/perwatakan :
Tari: sabar, tabah, tertutup, kuat, taat beribadah, pelamun.
Audra: tidak dewasa, perhatian, pemalu
Yanti: medok, baik, perhatian, suka, melucu, setia kawan
Bapak: keras kepala, pemaksa, egois, suka memukul, mudah emosi
Bunda: sabar, penyayang, perhatian, lemah lembut, rela berkorban
Bejo: Usil, medok, nakal
Bu Tartik: Pemarah, tegas, killer
Papa: Egois
Sudut pandang: Orang ketiga serba tahu
Nada: Positif. Karena berakhir bahagia.
Bahasa: Lugas

Contoh soal dan pembahasan:


1. Bacalah kutipan cerpen berikut!
Kuingin kau berbohong padaku. Seperti yang kau utarakan kemarin, dan yang
kemarin dulu itu. Ketika mentari meredup berpendar di pucuk daun sebelah barat
rumah dan ketika kerumunan itu tak lagi bersamamu, kau mulai dengan kisah
kebohonganmu yang pertama kepadaku.
Bukti bahwa kutipan cerpen tersebut berlatar waktu sore adalah.
A. Mentari meredup
B. Mentari di sebelah barat
C. Ketika kerumunan tidak bersama
D. Kebohongan yang disampaikan tokoh kamu
Jawaban: B
Pembahasan: Latar selalu berhubungan dengan tempat dan waktu. Temukan kata kunci
yang merujuk pada waktu menjadi bukti latar pada kutipan drama tersebut. Kata kunci
pada kutipan tersebut adalah mentari di sebelah barat.
Kata kunci: mentari meredup( di sebelah barat)

You might also like