Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
28,2% resisten rifampisin dan isoniazid; 17,8% resisten rifampisin-isoniazidetambutol (R-H-E); 13,8% resisten rifampisin-isoniazid-etambutol-pyrazinamid
(R-H-E-Z);
10,3%
resisten
sterptomycin (R-H-E-Z-S).
rifampisin-isoniazid-etambutol-pyrazinamid-
BAB II
TUBERCULOSIS RESISTEN (TB MDR)
A. DEFINISI
TB dengan resistensi ganda dimana basil M.tuberculosis resisten terhadap
rifampisin dan isoniazid, dengan atau tanpa OAT lainya.
TB resisitensi ganda dapat berupa resistensi primer dan resistensi
sekunder. Resistensi primer yaitu resistensi yang terjadi pada pasien yang tidak
pernah mendapat OAT sebelumnya. Resistensi primer ini dijumpai khususnya
pada pasien-pasien dengan positif HIV. Sedangkan resistensi sekunder yaitu
resistensi yang didapat selama terapi pada orang sebelumnya sensitif obat.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESISTENSI OAT
Jalur yang terlibat dalam perkembangan dan penyebaran TB resistensi
ganda digambarkan pada gambar 1. Basil mengalami mutasi resisten terhadap satu
jenis obat dan mendapatkan terapi OAT tertentu yang tidak adekuat. Terap yang
tidak adekuat dapat disebabkan oleh konsumsi hanya satu jenis obat saja
(monoterapi direk) atau konsumsi obat kombinasi tetapi hanya satu saja yang
sensitif terhadap basil tersebut (indirek monoterapi). Selanjutnya resistensi
sekunder (dapatan) terjadi. Mutasi baru dalam pertumbuhan populasi basil
menyebabkan resistensi obat yang banyak bila terapi yang tidak adekuat terus
berlanjut. Pasien TB dengan resistensi obat sekunder dapat menginfeksi yang lain
dimana orang yang terinfeksi tersebut dikatakan resitensi primer. Transmisi
difasilitasi oleh adanya infeksi HIV, dimana perkembangan penyakit lebih cepat,
adanya prosedur kontrol infeksi yang tidak adekuat; dan terlambatnya penekakan
diagnostik. Resistensi obat yang primer dan sekunder dapat diimpor, khususnya
dari negara dengan prevalensi yang tinggi dimana program kontrol tidak adekuat.
Resistensi obat primer, seperti halnya resistensi sekunder, dapat ditransmisikan ke
orang lain jadi dapat menyebabkan penyakit resistensi obat di dalam komunitas.
koloni M.tuberculosis
Mutasi alamiah
Mutan resisten
Infeksi HIV
Kontrol
infeksi yang adekuat
diagnostik
yang terlambat
Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat, yaitu jenis obatnya yang
kurang atau di lingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang tinggi
terhadap obat yang digunakan, misalnya memberikan rifampisin dan INH
saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua obat tersebut sudah
cukup tinggi.
Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya dimakan dua atau tiga
minggu lalu berhenti, setelah dua bulan berhenti kemudian berpindah
dokter mendapat obat kembali selama dua atau tiga bulan lalu berhenti
lagi, demikian seterunya.
Penyediaan
obat
yang
tidak
regular,
kadang-kadang
terhenti
merupakan
turunan
semisintetik
dari
sterptomyces
standar.
Mekanisme
utamanya
dengan
menghambat
enzim
arabinose menjadi
D. DIAGNOSIS
Tuberkulosis paru dengan resistensi ganda dicurigai kuat jika kultur basil
tahan asam (BTA) tetap positif setelah terapi 3 bulan atau kultur kembali positif
setelah terjadi konversi negatif. Beberapa gambaran demografi dan riwayat
penyakit dahulu dapat memberikan kecurigaan TB paru resisten obat, yaitu 1) TB
aktif yang sebelumnya mendapat terapi, terutama jika terapi yang diberikan tidak
sesuai standar terapi; 2) kontak dengan kasus TB resistensi ganda; 3) gagal terapi
atau kambuh; 4) inveksi human immunodeficiency virus (HIV); 5) riwayat rawat
inap dengan wabah MDR TB.
Diagnosisi TB resistensi ganda tergantung pada pengumpulan dan proses
kultur spesimen yang adekuat dan harus dilakukan sebelum terapi diberikan. Jika
pasien tidak dapat mengeluarkan sputum dilakukan induksi sputum dan jika tetap
tidak bisa, dilakukan bronkoskopi. Tes sensitivitas terhadap obat lini pertama dan
kedua harus dilakukan pada laboratorium ruukan yang memadai.
Beberapa metode telah digunakan untuk deteksi resistensi obat pada TB.
Deteksi resistensi obat di masa lalu yang disebut dengan metode konvensional
berdasarkan deteksi pertumbuhan M.tuberculosis. akibat sulitnya beberapa
metode ini dan membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya,
maka belakangan ini diusulkanlah teknologi baru. Yang termasuk metode terbaru
ini adalah metode fenotipik dan genotipik. Pada banyak kasuk, metode genotipik
khususnya telah mendeteksi resistensi rifampisin, sejak saat itu metode ini
dipertimbangkan sebagai petanda TB resistensi ganda khususnya pada suasana
dengan prevalensi TB resistensi ganda yang tinggi. Sementara metode fenotipik ,
di lain sisi, merupakan metode yang lebih sederhana dan lebih mudah
diimplementasikan pada laboratorium mikrobakteriologi klinik secara rutin.
Metode genotipik
konvensional
Metode proporosional
Metode phage-based
Rangkaian DNA
Metode kolorimetri
Metode
konsentrasi The
absolut
nitrate
reductase Teknik
assay
polymerase
real-time
chain
reaction (PCR)
Metode
radiometri The
BACTEC
observation
microscopic Microarrays
broth-drug
susceptibility assay
Tabung
pertumbuhan
mikobakterial
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan TB resistensi ganda ini memerlukan seorang spesialis
yang ahli dibidangnya. Tiga hal penting dan perlu diperhatikan pada
penatalaksanaan TB resistensi ganda adalah teknik diagnostik, pemberian obat
dan kepatuhan. Dengan pemilihan panduan obat yang tepat maka diharapkan
separuh penderita TB resistensi ganda ini akan sembuh dan bisa diselamatkan
kemungkinan terjadinya komplikasi dan kematian. Untuk dapat menyusun
panduan yang tepat bagi setiap penderita diperlukan beberapa informasi mengenai
hasil tes resistensi kuman tuberkulosis, riwayat pengobatan danpola resistensi
kuman di lingkungan masyarakat penderita menetap. Bila data resistensi baru
tidak ada makan data resistensi lama dapat dipakai apabila belum ada OAT yang
dipakai penderita setelah tes resistensi dilakukan atau OAT yang dipakai setelah
tes resistensi tersebut memang terbukti terdiri dari panduan obat yang masif
sensitif. Bila tidak didapat tiga obat yang sensitif maka OAT yang dipilih adalah
yang belum pernah dipakai penderita dan menurut data resistensi dimana
penderita bertempat tinggal jarang yang resisten.
Pengobatan berbasis rumah sakit dianjurkan setidaknya hingga konversi
sputum, kemudian setelah keluar rumah sakit, program DOT dijalankan terutama
pada kasus resistensi didapat dan sebelumnya terbukti tidak patuh. Konsep DOTS
(Directly Observed Treatment Short Course) merupakan salah satu upaya penting
dalam menjamin keteraturan berobat penderita dan menanggulangi masalh
tuberkulosis khususnya resitensi ganda ini. Program DOTS-plus untuk TB
resistensi ganda memerlukan modifikasi pada lima komponen strategi DOTS
(tabel 2). Dalam pengawasan hasil terapi, harus dipahami bahwa perbaikan terjadi
lebih lambat bila dibandingakan tanpa TB resistensi ganda, namun pada beberapa
serial kasus didapatkan kultur sputum konversi negatif setelah 2-3 bulan terapi.
Tabel 2. Perbandingan antara Prinsip Strategi DOTS dasar dengan DOTS-plus
Strategi DOTS
Strategi DOTS-plus
menggunakan
kualitas
pemeriksaan
baik Diagnosis
yang
akurat
dengan
mikroskopis
yang
bertanggung jawab
sistemik
Ketika hendak memulai terapi, yang perlu diingat adalah jangan pernah
menambahkan satu jenis obat ke regimen yang sudah gagal, karena hal ini yang
mempermudah terjadinya resistensi obat. Minimal 3 obat, dan yang lebih
dianjurkan 4 sampai 6 obat diberikan pada kasus TB resistensi ganda yang belum
pernah digunakan sebelumnya dan aktivitas obat secara invitro terjamin.
Regimen obat berdasarkan bukti medis (evidence-based medicine) pada penderita
TB resistensi ganda belum ada yang pasti, pemberian OAT telah desebabkan
menurut panduan internasional yang didasarkan pda studi-studi yang telah
dijalankan (tabel 3).
Tabel 3. Pengobatan TB resistensi obat : rekomendasi WHO
Obat resisten
Fase inisial
Durasi
Fase lanjutan
OAT
(bulan)
Durasi
OAT
(bulan)
H+S
R+Z+E
R+E
H+E+S
R+Z+Amk+Pth,
R+Pth
diikuti
18
E+Pth+Fqn
18
Pth+Fqn+Cyc
18
Pth+Fqn+Cyc
R+Z+Pth
H+R+S
3-6
Z+E+Pth+Amk+
Fqn
H+R+E+S
3-6
Z+E+Pth+Amk+
Fqn+Cyc
H+R+Z+E+S
3-6
Pth+Amk+Fqn+C
yc+Pas
Selain itu literatur lain ada juga yang menyarankan pemberian regimen
obat TB pada pasien dengan berbagai bentuk resistensi (tabel 4). Pilihan obat
yang dianjurkan adalah dengan memberikan obat lini pertama yang masih aktif,
seperti pyrazinamide, sterptomycin, dan ethambutol. Resistensi pada salah atau
obat golongan aminoglikosida, yang paling sering adalah sterptomycin, secara
umum masih dapat digunakan jenis yang lain obat dari golongan ini. Obat-obatan
parenteral seperti amikacin, capreomycin, kanamycin termasuk dalam obat-obatan
lini kedua (fluoroquinolone, ethionamide, PAS, cycloserine, clarythromycin, coamoxiclav, linezolid) yang dapat diberikan. Beberapa jenis obat yang dapat
digunakan pada terapi TB resistensi ganda dan dosisnya.
Tabel 4. Regimen yang potensial untuk penderita TB dengan berbagai
bentuk resistensi
Bentuk resistensi
Regimen
yang Durasi
dianjurkan
Keterangan
minimum
(bulan)
R+H (S)
Z+E+Fqn+Amk
18
R+H+E (S)
Z+Fqn+Amk+2
18
Pertimbangan operatif
R+H+Z (S)
E+Fqn+Amk+2
18-24
Pertimbangan operatif
R+H+Z+E (S)
Fqn+Amk+3
18-24
Pertimbangan operatif
tidak dapat ditolerir yang menjadi alasan mengapa regimen tersebut direvisi
(contoh : aminoglikosida, cycloserine).
Tabel 5. Urutan obat lini kedua yang diusulkan berdasarkan aktivitas
antimikrobial intrinsik dan efikasi klinisnya
Jenis obat
Urutan
Levofloxacin
Aminoglycoside/capreomycin
II
Ethionamide/prothionamide
Ofloxacin/ciprofloxacin
PAS
III
Cycloserine
IV
-Lactam
VI
destruksi
jaringan
dan
lebih
efektif
menginhibisi
replikasi
F. PROGNOSIS
Ada beberapa hal yang dapat menjadi petanda untuk mengetahui prognosis
pada penderita TB resistensi ganda. Dari beberapa studi yang ada menyebutkan
bahwa adanya keterlibatan ekstrapulmoner, usia tua, malnutrisi, infeksi HIV,
riwayat menggunakan OAT dengan jumlah yang cukup banyak sebelumnya,
terapi yang tidak adekuat (<2 macam obat yang aktif) dapat menjadi petanda
prognosis buruk pada penderita tersebut.
Dengan mengetahui beberapa petanda di atas dapat membantu klinisi
untuk mengamati penderita lebih seksama dan dapat memperbaiki hal yang
menjadi penyebab seperti malnutrisi.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
REFERAT
TUBERCULOSIS RESISTEN (MDR TB)
Disusun Oleh:
Subur Widiyanto
H2A008043
Pembimbing:
dr. Zulfachmi Wahab, SpPD, FINASIM
Kata Pengantar
Syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayahnya sehingga referat ini terselesaikan. Saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pembimbing saya, dr. Zulfahmi Wahab, SpPD,
FINASIM, yang telah memberikan bimbingannya dalam proses penyelesaian
referat ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril maupun dalam
mencari referensi yang lebih baik.
Selain itu, saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman saya
dalam kelompok kepaniteraan yang sama yaitu, Diky Sukma W, Rifa Nur
Syarifah, Gilang Sri Ridanillah dan Fajriana Marethiafani atas dukungan dan
bantuan mereka selama saya menjalani kepaniteraan ini. Pengalaman saya dalam
kepaniteraan ini akan selalu menjadi suatu inspirasi yang unik. Saya juga
mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada kedua orangtua saya atas
bantuan serta dukungan baik secara moril maupun materi dan kasih sayangnya.
Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis,
Subur Widiyanto