You are on page 1of 26

LAPORAN PENELITIAN KECIL TEKNOLOGI BENIH (BA-2202)

UJI KERUSAKAN MEKANIS BENIH AKIBAT PENJATUHAN TERHADAP


POTENSI DAN DAYA KECAMBAH BENIH KACANG MERAH
Disusun oleh:
Kelompok 5 dan 6
Hana Fuziah (11412006)

Lisna Wahyuni (11412007)

Viki Khajri Syant (11412013)

Rizki Arifani (11412016)

Ryan Kharisma (11412032)

Izzatur Rahman (11412017)

David Gabriel (11412042)

Mulki Salendra K. (11412019)

Sumarni (11412046)

Nurul Aeni A. N. (11412052)


Asisten:

Akbar Ajisuryo S (11210031)

Siti Fatimah (11210019)

PROGRAM STUDI REKAYASA PERTANIAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI REKAYASA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JATINANGOR
2014

ABSTRAK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha dalam
bidang pertanian. Kualitas benih menjadi salah satu hal yang berpengaruh
terhadap produktivitas tanaman yang ditumbuhkan, sehingga berdampak pula
pada pendapatan petani. Kualitas benih dapat diketahui dari dari potensi
berkecambah dan daya berkecambah benih (Herri dkk, 2013). Kualitas benih
tidak selamanya akan bertahan dalam kondisi yang baik, kualitasnya dapat
menurun ketika mendapat gangguan atau kerusakan. Menurut Soetopo (2010),
benih dengan kualitsas yang tinggi merupakan hal yang esensial terhadap
viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan potensi berkecambah benih.
Mutu fisik benih merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara
fisik, antara lain dari ukuran dan homogen, bernas, bersih dari campuran benih
lain, biji gulma dan dari berbagai kontaminan lainnya, serta kemasan yang
menarik.
Kerusakan

dapat

terjadi

karena

faktor,

kimia,

biologi,

ataupun

mekanis.Kerusakan yang sering terjadi adalah kerusakan mekanis. Kerusakan


mekanis merupakan kerusakan yang biasanya terjadi akibat tindakan manusia
secara sengaja atau tidak sengaja atau bisa karena kondisi dari hasil tanaman itu
sendiri (Kader, 1992). Kerusakan mekanis ini sering terjadi pada saat distribusi
benih.Benih yang didistribusikan sering mengalami kerusakan akibat dibanting
atau dilempar.Hal tersebut memicu terjadinya penurunan kualitas benih.
Penurunan kualitas benih karena kerusakan mekanis ini berdampak cukup
besar bagi pertumbuhan tanaman dan produktivitas dari hasil tanaman sehingga
kemungkinan besar dapat menimbulkan kerugian bagi petani.Oleh karena itu,
dilakukan pengamatan mengenai dampak kerusakan mekanis benih terhadap

pertumbuhan benih untuk mengetahui besar gangguan yang dihasilkan saat


pertumbuhan benih yang telah mengalami kerusakan.
1.2 Tujuan
1. Menentukan pengaruh penjatuhan benih pada ketinggian 4,2 m, 7,1 m, dan 10
m terhadap penurunan daya berkecambah benih kacang merah
2. Menentukan pengaruh penjatuhan benih pada ketinggian 4,2 m, 7,1 m, dan 10
m terhadap penurunan potensi berkecambah benih kacang merah
1.3 Hipotesis
Benih pada percobaan diberikan beberapa perlakuan dengan tiap-tiap
perlakuan dilakukan tiga kali pengulangan yaitu benih sebelum dikecambahkan
dijatuhkan terlebih dahulu dari ketinggian 4,2 m, 7,1 m dan 10 m. Berdasarkan
perlakuan penjatuhan dari berbagai ketinggian, benih yang dijatuhkan dari
ketinggian akan mengalami pecah dan retak pada beberapa bagian sehingga
berkemungkinan bisa merusak embrio pada benih, hal itu dapat menyebabkan
penurunan potensi berkecambah dan daya berkecambah benih kecuali pada
tanaman kontrol.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Taksonomi Kacang Merah


Menurut Fachruddin (2007) tanaman kacang merah diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

2.2

: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Rosidae
: Fabales
: Fabaceae (suku polong-polongan)
: Vigna
: Vigna angularis (Willd.)

Morfologi Kacang Merah


Tanaman kacang merah adalah tanaman yang mempunyai batang pendek
dengan tinggi sekitar 30 cm. Batang tanaman umumnya berbuku-buku, yang
sekaligus merupakan tempat untuk melekat tangkai daun. Daun bersifat
majemuk tiga (trifoliolatus) dan helai daunnya berbentuk jorong segitiga
(Rukmana, 2004).Tanaman ini pun memiliki akar tunggang yang sebagian
membentuk bintil (nodul) akar yang merupakan sumber nitrogen dan sebagian
lainnya (bagian yang tidak bernodul) berfungsi sebagai penyerap air dan unsur
hara.Bagian bunga tersusun dalam karangan berbentuk tandan dengan
pertumbuhan karangan bunga yang serempak (Rukmana, 2004).
Pada bagian buah berbentuk polong serta memanjang.Dalam satu polong
umumnya terdapat 2 hingga 3 biji kacang merah.

Bentuk biji kacang

merah memiliki ukuran lebih besar dibanding biji kacang hijau ataupun kacang
panjang dengan kulit biji berwarna merah tua atau merah bata berbintik putih.

Jika kulit biji dikupas, maka akan terlihat biji kacang yang berwarna putih
(Saputra, 2014).
2.3

Daya Perkecambahan Benih


Pada uji daya kecambah, benih dikatakan berkecambah bila dapat
menghasilkan kecambah dengan bagian-bagian yang normal atau mendekati
normal.Beberapa jenis benih menghasilkan benih keras yang dianggap hidup
meski tidak berkecambah sewaktu diuji berdasarkan prosedur yang digunakan
secara resmi.Kadang-kadang benih dorman membutuhkan prosedur pengujian
daya kecambah yang khusus.Ada suatu pengujian viabilitas yang bertujuan untuk
megetahui dengan cepat semua benih yang hidup, baik dorman maupun tidak
dorman.Pengirisan bagian embrio benih dan uji tetrazolium digunakan untuk
tujuan ini (Bass, 1994).
berkembangnya

Daya berkecambahnya benih dapat diartikan sebagai

bagian-bagian

penting

dari

embrio

suatu

benih

yang

menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang


sesuai. Dengan demikian, pengujian daya tumbuh atau daya berkecambah benih
ialah pengujian akan sejumlah benih, beberapa persentase dari jumlah benih
tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah
ditentukan (Pramono, 2009).
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang
sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung
presentase daya berkecambahnya.Persentase daya berkecambah merupakan
jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam
kondisi dan periode tertentu.
Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan
kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar
dalam lingkungan yang optimum. Kecambah normal memiliki perkembangan
kecambah dengan sistem perakaran yang baik, hipokotil, pertumbuhan plumula
serta epikotil yang tumbuh baik dan sempurna, memiliki kotiledon yang
baik.Kecambah abnormal rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, kecambah cacat,

lunak serta tak membentuk klorifil. Proses perkecambahan benih dimulai saat
radikula dan plumula muncul dan menembus kulit biji atau benih (Mayer, 1982).
Suatu biji tumbuhan dapat berkecambah jika embrio biji tersebut masih hidup,
biji

tidak

dalam

keadaan

dorman

serta

memiliki

faktor

lingkungan

menguntungkan untuk pekecambahan. Berdasarkan pada keberadaan kotiledon


atau organ penyimpanan, perkecambahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal.Perkecambahan epigeal
ditunjukkan oleh benih dari golongan kacang-kacangan dan pinus, sedangkan
perkecambahan hipogeal ditunjukkan oleh benih dari golongan koro-koroan, dan
rerumputan (Mayer, 1982).
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang
sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung
presentase daya berkecambahnya (Sutopo, 2002).Persentase daya berkecambah
merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan
dalam kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji kecambah benih memberikan
hasil yang negatif maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor
apakah yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya
kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan menguntungkan bagi
perkecambahan seperti ketersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen (Maguire,
1962).
2.4 Potensi Berkecambah Benih
Kemampuan tiap benih untuk tumbuh dan berkembang berbeda-beda.
Kemampuannya

untuk

tumbuh

dilihat

dari

kemampuannya

untuk

berkecambah.Tanaman dapat dilihat kemampuannya untuk berkecambah dengan


menentukan potensi berkecambahnya.Potensi berkecambah suatu kelompok dan
satuan benih dapat diketahui dengan uji daya berkecambah. Informasi potensi
berkecambah dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan benih di lapangan
(Dadan dkk, 2012)
Pengujian potensi berkecambah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara

langsung dan secara tidak langsung. Pengujian langsung digunakan untuk


menguji benih yang cepat berkecambah.Pengujian tidak langsung digunakan
untuk menguji benih yang lambat berkecambah. Metode pengujian dilakukan
dengan mencampur benih yang akan diuji dan kemudian direndam di dalam air
dingin. Setelah itu benih ditanam di pasir dan diamati setelah 5-7 hari. Potensi
berkecambah dilihat dari jumlah biji yang berkecambah dan dibandingkan dengan
jumlah total biji yang ditanam.

Pengujian secara tidak langsung dilakukan

dengan memotong dan merendam benih terlebih dahulu sebelum ditanam.


Langkah pengamatan sama seperti pengujian secara tidak langsung.
Potensi berkecambah suatu benih dipengaruhi oleh tempat penyimpanan
benih. Besarnya kadar air dari benih mempengaruhi kemampuan berkecambah
suatu benih. Penyimpanan benih yang baik dapat meningkatkan potensi
berkecambah suatu benih (Herri dkk, 2013).Potensi berkecambah benih yang
tinggi menunjukkan kualitas benih yang baik.
2.5

Kerusakan Mekanis pada Benih


Pemrosesan benih bertujuan untuk mendapatkan benih bersih, murni dengan
kualitas fisiologi yang dapat disimpan dan mudah ditangani selama proses
berlangsung, seperti perlakuan awal, pengangkutan dan penyemaian. Pemrosesan
benih yang tidak tepat, misalnya ketika melakukan ekstrasi atau perontokan
benih dapat menyebabkan kerusakan pada benih.Kerusakan benih tersebut
mungkin dapat dikenali langsung dari keragaan benihnya, tetapi mungkin juga
tidak dapat dikenali langsung melainkan baru diketahui pengaruhnya pada
viabilitas benihnya.Kehadiran benih yang rusak dalam suatu kelompok benih
dapat mengakibatkan viabilitas kelompok benih tersebut menjadi rendah
(Muqnisjah dan Setiawan, 1994).
Dalam praktiknya, pemrosesan benih selalu mengimplikasikan resiko
kerusakan pada benih. Kerusakan dapat terjadi dengan berbagai cara (Utomo,
2006).Kerusakan mekanis biasanya terjadi pada kulit benih, namun kadang pada
embrio yang kotiledonnya sudah terbentuk lengkap.Umumnya benih berbentuk

bulat dan benih kecil cenderung sedikit mengalami kerusakan daripada benih
berbentuk panjang dan tidak beraturan.Kerusakan benih dapat terjadi akibat
beberapa faktor, yaitu:
a. Kerusakan karena panas. Sering terjadi karena pemanasan oven suhu tinggi
untuk mengekstraksi benih dari buah kerucut, atau pembakaran untuk
menghilangkan bulu buah atau benih. Suhu tinggi yang fatal dapat juga timbul
selama fermentasi daging buah. Benih yang lembab kurang tahan terhadap
panas daripada benih kering dan benih rekalsitran juga sensitif terhadap panas.
b. Kerusakan karena bahan kimia. Terkadang timbul selama pemisahan dengan
cara pengapungan dalam cairan organik. Sumber potensial merusak adalah
fungisida.
c. Kerusakan karena air. Perendaman dalam air yang terlalu lama, misalnya
untuk melunakkan daging buah, dapat menghambat proses respirasi benih.
Perendaman terlalu lama dapat juga menyebabkan penyerapan air dan mulai
berkecambah pada benih yang tidak memerlukan dormansi.
2.6

Rancangan Acak Lengkap (RAL)


Rancangan acak lengkap merupakan rancangan yang digunakan dalam
percobaan yang bersifat homogen. Homogen artinya keragaman antar satuan
percobaan tersebut kecil, dan mengelompokannya ke dalam kelompok kurang
memberikan manfaat. Rancangan acak lengkap biasanya dilakukan dalam
banyak percobaan laboratorium atau dalam percobaan tanaman dan ternak
yang pengaruh pengaruh lingkungannya sama (rumah kaca).
Keuntungan penggunaan rancangan acak lengkap (RAL) diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Sangat luwes, dalam arti bahwa banyaknya perlakuan dan ulangan hanya
dibatasi oleh banyaknya satuan percobaan yang tersedia.
2. Besarnya ulangan boleh berbeda-beda dari perlakuan satu ke lainnya,
meskipun demikian lebih dikehendaki ulangan yang sama untuk setiap
perlakuan.

3. Analisis statistiknya sederhana bahkan meskipun banyaknya ulangan berbeda


dari perlakuan satu ke lainnya dan perlakuan-perlakuan itu mempunyai ragam
tidak sama.
4. Kesederhanaan analisis tidak hilang apabla sebagian satuan percobaan atau
perlakuan tertentu hilang.
5. Kerugian informasi akibat data yang hilang relatif kecil dibanding kerugian
bila digunkan rancangan lainnya.
6. Banyaknya derajat bebas untuk menduga galat percobaan adalah maksimum.
Hal ini dapat meningkatkan ketepatan percobaan dan merupakan hal penting
bagi percobaan yang kecil, yaitu derajat bebasnya bagi galat percobaan kurang
dari 20
Sedangkan kerugian dari penggunaan RAL adalah terkadang rancangan ini
tidak efisien, karena pengacakannya tidak dibatasi, galat percobaan mencakup
seluruh keragaman antar satuan percobaan kecuali yang disebabkan oleh
perlakuan. Dalam rancangan acak lengkap terdapat analisis ragam yang terdapat
dua sumber keragaman diantaran pengamatan yang diperoleh dari percobaan
dengan RAL yaitu:
a. Keragaman perlakuan
b. Galat percobaan: kegagalan dari dua unit percobaan identik yang dikenal
perlakuan unruk memberikan hasil yang sama.
Besaran nisbi dari keduanya digunakan untuk menunjukkan

apakah

perbedaan pengamatan diantara perlakuan itu nyata/signifikan atau karena

kebetulan saja
Perbedaan perlakuan dikatakan nyata apabila keragaman perlakuan cukup
besar dibandingkan dengan galat percobaan

Model linear RAL satu faktor

Yij ij

i = 1, 2, 3, .t; j=1, 2, 3ri; = mean perlakuan


ke-i

Yij ( i ) ij
i ij

Yij nilai pengamatan pada perlakuan ke - i, ulangan ke - j


rata rata umum (mean populasi)
i pengaruh perlakuan ke - i
ij pengaruh acak/galat percobaan dari perlakuan ke - i dan ulangan ke - j
t jumlah perlakuan
ri banyaknya ulangan dari perlakuan ke - i
Parameter

P enduga

ij

ij Yij Y

Penyelesaian/perhitungan dilakukan dengan cara berikut:

Menghitung faktor koreksi:


FK = Y2../rt =Yij)2/rt
JK-Total = Yij2- FK
Hitung Jumlah kuadrat yang berasal dari peubah klasifikasi, yaitu perlakuan
biasanya disebut Jumlah kuadrat antar grup (between groups sum of squares)
atau jumlah kuadrat perlakuan (treatment sum of squares) dengan rumus:
2

(Yij )
Y12 ... Yi2
JKP
FK JKP
FK
r
r

Hitung Jumlah kuadrat dalam grup (within groups sum of squares) atau
jumlah kuadrat sisa:
JK galat = JK total JK perlakuan
JK galat = (Yij2 (Yi.)2/r)

Hitung kuadrat tengah untuk setiap sumber keragaman dengan membagi JK


dengan db yang bersangkutan
KT perlakuan = JK perlakuan / (t-1)
KT galat = JK galat/t(r-1)

Hitung nilai F untuk menguji beda nyata perbedaan perlakuan:


Fhitung = KT perlakuan/KT galat
F-tabel = F (taraf nyata; db1; db2)
Jika F-hit > F-tabel maka tolak Ho (Hipotesis 0)
Jika F-hit < F tabel maka terima Ho (Hipotesis 1)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya baki
pengecambah, timbangan digital, cawan petri besar, kain, meteran, semprotan air,
tanah dan benih kacang merah.
3.2 Cara Kerja
Benih kacang merah ditimbang sebanyak 250 gram untuk masing-masing
perlakuan.Benih yang telah ditimbang kemudian dibungkus menggunakan kain
yang mana dalam penelitian ini kain berfungsi sebagai pembungkus benih. Hal
selanjutnya yaitu dilakukan kerusakan mekanis pada benih dengan menjatuhkan
benih dari ketinggian yang berbeda-beda diantaranya dari ketinggian 4,2 m, 7,1,
dan 10 meter, sedangkan 1 perlakuan sebagai kontrol dengan tidak memberikan
kerusakan mekanis pada benih. Benih perlakuan dijatuhkan sebanyak tiga kali
pada masing-masing ketinggian.Benih yang telah dijatuhkan kemudian diambil
secara acak dan ditanam pada masing-masing nampan plaktik berisi media
tumbuh berupa tanah dan ditempatkan pada ruangan yang mendapat cahaya
matahari yang cukup, namun tidak terpapar matahari langsung.Benih disiram
setiap hari.Bentuk kecambah normal diamati pada hari ke-4 dan hari terakhir,
serta diamati kecambah yang tumbuh seluruhnya pada hari terakhir.Pada hari
terakhir,

dihitung

potensi

perkecambahan,

daya

perkecambahan

dan

keserempakan perkecambahan.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorim Rekayasa Pertanian, SITH ITB
Jatinangor yang dimulai pada tanggal 15 April 2014 sampai dengan tanggal
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari
empat perlakuan ( kontrol, dijatuhkan dari ketinggian 4,2 meter, dijatuhkan dari
ketinggian 7,1 meter, dan dijatuhkan dari ketinggian 10 meter). Setiap perlakuan

dilakukan 6 kali pengulangan perkecambahan. Berdasarkan hal tersebut,


diperoleh jumlah total unit percobaan yaitu sebanyak 24 unit perlakuan dan
masing-masing unit terdiri dari 4 benih.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan terhadap data yang dikumpulkan, yaitu pada daya kecambah
benih kacang merah menggunakan pengujian Rancangan Acak Lengkap. Hasil tabel
sidik ragam untuk daya berkecambah tanaman setelah diuji menampakan hasil seperti
yang tertera pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Sidik Ragam Analisis Daya Berkecambah Benih Kacang Merah
Sumber
Keragaman
Perlakuan (P)
Galat (G)
Total (T)

Derajat Bebas (db)


t-1= 4-1=3
t(r-1)= 4(6-1)=20
(tr-1)=(4x6)-1=23

Jumlah
Kuadrat (JK)
286.4583333
367187.5
367473.9583

Kuadrat
Tengah (KT)
95.49
18359.38

F-Hitung

F-Tabel

0.005

3.098

Tabel sidik ragam daya berkecambah benih kacang merah diatas menunjukan
bahwa nilai f hitung kurang dari f tabel (0.005 < 3.0984) yang berarti perlakuan
penjatuhan tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan daya berkecambah.

Grafik 4.1 Rerata Daya Berkecambah Benih Kacang Merah

Grafik 4.1 menunjukan daya berkecambah benih kacang merah kontrol dan
perlakuan penjatuhan dari ketinggian 4.2, 7.1, dan 10 meter pada setiap perlakuan.

Daya berkecambah rata-rata dari 6 kali pengulangan untuk kontrol adalah 58.33%
untuk kontrol, 54.167% untuk penjatuhan dari ketinggian 4.2 meter, 50% untuk
ketinggian 7.1 meter, dan 58.33% untuk ketinggian 10 meter. Berdasarkan data
tersebut diketahui bahwa perlakuan penjatuhan dari ketinggian yang digunakan tidak
menurunkan daya kecambah benih. Nilai daya berkecambah berhubungan dengan
vigor benih. Daya berkecambah yang tinggi menandakan benih bervigor tinggi.
Sadjad (1999) menyatakan benih bervigor tinggi akan menghasilkan pertumbuhan
benih kuat dengan perkembangan akar cepat sehingga menghasilkan tanaman yang
tumbuh dengan baik dalam berbagai kondisi lingkungan tumbuh.
Pengamatan terhadap potensi berkecambah yang dikumpulkan, yaitu pada
daya kecambah benih kacang merah menggunakan pengujian Rancangan Acak
Lengkap. Hasil tabel sidik ragam untuk potensi berkecambah tanaman setelah diuji
menampakan hasil seperti yang tertera pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Sidik Ragam Analisis Potensi Berkecambah Benih Kacang Merah
Sumber
Keragaman
Perlakuan (P)
Galat (G)
Total (T)

Derajat Bebas
(db)
t-1= 4-1=3
t(r-1)= 4(6-1)=20
(tr-1)=(4x6)-1=23

Jumlah
Kuadrat (JK)
520.8333333
503125
503645.8333

Kuadrat
Tengah (KT)
173.6111111
25156.25

F-Hitung
0.0069

F-Tabel
3.0984

Tabel sidik ragam potensi berkecambah benih kacang merah diatas


menunjukan bahwa nilai F hitung kurang dari F tabel (0.00069 < 3.0984) yang berarti
perlakuan penjatuhan tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan daya
berkecambah.

Grafik 4.2 Rerata Potensi Berkecambah Benih Kacang Merah

Grafik 4.2 menunjukan daya berkecambah benih kacang merah kontrol dan
perlakuan penjatuhan dari ketinggian 4.2, 7.1, dan 10 meter pada setiap perlakuan.
Daya berkecambah rata-rata dari 6 kali pengulangan untuk kontrol adalah 66.67%
untuk kontrol, 70.83% untuk penjatuhan dari ketinggian 4.2 meter, 68.3% untuk
ketinggian 7.1 meter, dan 62.5% untuk ketinggian 10 meter. Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan penjatuhan pada ketinggian 4.2, 7.1, dan 10
meter tidak menurunkan potensi berkecambah benih tanaman kacang merah.
Penelitian

menunjukkan

bahwa

perlakuan

penjatuhan

benih

tidak

berpengaruh terhadap daya dan potensi berkecambah benih. Namun terjadi perbedaan
yang terlihat jelas pada pertumbuhan benih saat penelitian berlangsung.

Gambar 4.1 Pertumbuhan Kacang Merah Kontrol

Gambar 4.1 Pertumbuhan Kacang Merah Perlakuan 4.2m

Gambar 4.3 Pertumbuhan Kacang Merah Perlakuan 7.1m

Gambar 4.3 Pertumbuhan Kacang Merah Perlakuan 10m

Ditunjukkan bahwa pertumbuhan pada tanaman perlakuan 4.2m dan 7.1m


lebih baik. Hal ini dapat disebabkan karena penjatuhan benih menyebabkan kulit
benih rusak dan menyebabkan penyerapan nutrisi terjadi lebih baik. Fsktor lain yang
dapat menyebabkan pertumuhan pada masing-masing perlakuan adalah faktor
lingkungan. Terlihat pada beberapa benih ditumbuhi oleh jamur, pertumbuhan yang
lambat dapat disebabkan adanya jamur pada benih. Beberapa jenis patogen jamur
merupakan faktor pembatas pada pertumbuhan tanaman dan jamur mampu
menimbulkan kehilangan hasil (Djunaedy, 2008). Jamur sebagai patogen tanaman
menyerang agar mendapatkan makanan yang dibutuhkan. Sehingga pertahanan
tanaman akan terpatahkan. Patogen mengeluarkan sekresi zat kimia yang akan
berpengaruh terhadap komponen tertentu dari tumbuhan dan juga berpengaruh
terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang (Agrios, 1988)
Proses penjatuhan benih dari ketinggian tertentu dapat menyebabkan
pecahnya kulit biji. Pecahnya kulit biji memudahkan proses masuknya air kedalam
benih. Apabila biji menyerap air maka suplai oksigen meningkat dan memungkinkan
lebih aktifnya pernapasan. Selain itu dengan pecahnya kulit biji proses imbibisi
berupa penyerapan air kedalam ruangan antar dinding sel sehingga menyebabkan sel
mengembang akan terjadi lebih cepat dan pertumbuhan tanaman akan lebih cepat
ditandai dengan tinggi tanaman (Ferry and Ward, 1959). Tinggi tanaman pada

perlakuan penjatuhan bervariasi. Pertumbhan tinggi tanaman dengan ketinggian


penjatuhan 7,1 meter menunjukkan pertumbuhan paling cepat diantara yang lainnya.
Sehingga bisa dikatakan benih masih dapat mentoleransi kerusakan mekanik yang
disebabkan oleh penjatuhan dari ketinggian tersebut.

BAB V
PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hasil analisis sebagai berikut.
1. Kerusakan mekanis akibat penjatuhan benih pada ketinggian 4,2 m; 7,1 m
dan 10 m tidak berpengaruh terhadap daya berkecambah benih kacang merah
2. Kerusakan mekanis akibat penjatuhan benih pada ketinggian 4,2 m; 7,1 m
dan 10 m tidak berpengaruh terhadap potensi berkecambah benih kacang
merah

5.2

Saran
Untuk mengetahui pengaruh kerusakan mekanis akibat penjatuhan parameter

yang diukur disarankan tidak hanya daya kecambah dan potensi kecambah akan tetapi
ditambahkan parameter lain misalnya tinggi tanaman, jumlah daun atau sebagainya
agar dapat merepresentatikan keadaan perlakuan sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G. N. 1988. Plant pathology, 3nd Ed, Academic Press, New York, 215, 245,
256-258
Arief, Ramlah. 2009. Mutu benih jagung pada berbagai cara pengeringan. prosiding
seminar nasional serealia
Bass N. Louis. 1994. Prinsip dan Praktek Penympangan Benih. PT Raja Grafirdo
Persada. Jakarta
Dadan, Mulyana et al. 2012. Untung Besar Dari Bertanam Sengon. Jakarta: PT.
AgroMedia Pustaka
Djunaedy, 2008). Aplikasi Fungisida Sistemik dan Pemanfaatan Mikoriza dalam
Rangka Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai (Glycine
max L.). Embryo Vol 5 No
Fachruddin, I. L. (2000).Budi daya kacang kacangan.Kanisius.
Ferry, James F. dan Henry Silas Ward. 1959. Fundamentals of Plant Physiology.
Madison: Macmilan
Herri Wiliam Suhendra. 2013. Viabilitas Benih Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Pada
Berbagai Kadar Air Awal dan Kemasan Benih
Kader, A.A. 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops.USA:The Regents
of the University of California.
Kartika, Elis dan Satriya Ilyas.1994. Pengaruh Tingkat Kemasaksan Benih dan
Metode Konservasi Terhadap Vigor Benih dan Vigor Kacang Jogo (Phaseolus
vulgaris). Bul. Agron. 22 (2): 44 - 59 (1994))
Maguire, J. D. 1962. Speed of germinationaid in selection and evaluation for
seedling emergence and vigor.Crop science, 2(2), 176-177.
Mayer, A. M., &Poljakoff-Mayber, A. 1982.The germination of seeds.Elsevier.
Muqnisjah, W. dan A. Setiawan. 1994. Panduan Praktikum Dan Penelitian Bidang
Ilmu Dan Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Pramono, Eko. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Bandarlampung.
Universitas Lampung

Rukmana, R., 2004. Kacang Hijau: Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta :


Kanisius.
Sadjad, Sjamsoeoed. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih. Grasindo. Jakarta.
Saputra

Gita

Adi.

2014.

Mengenal

Kacang

Merah

diakses

dari

http://www.satwa.net/890/mengenal-kacang-merah.html pada 17 April 2014


pukul 13.52 WIB.
Utomo, B. 2006.Ekologi Benih. Medan: Universitas Sumatera Utara.

LAMPIRAN
Tabel 1 Perhitungan Statistik Potensi Kecambah dengan Menggunakan Program Excel
Ulangan
1
2
3
4
5
6
Total
Yij=Yi.
Yij2
(Yi.)2/r
Yij2(Yi.)2/ r
Yi./r

Perlakuan (Potensi Kecambah)


Kontrol
4,2 m
7,1 m
100
75
75
75
50
50
50
100
75
75
50
50
75
50
75
50
50
100
25
50
50
75
75
50
400
425
350
375
400
425
350
375
160000
180625
122500
140625
26666,67 30104,17 20416,67 23437,5
133333,3 150520,8 102083,3
66,66667 70,83333 58,33333

117187,5
62,5

Total
325
250
250
250
225
250
1550
1550
603750
100625
503125
258,3333

Tabel 1 Perhitungan Statistik Daya Kecambah dengan Menggunakan Program Excel


Ulangan
1
2
3
4
5
6
Total
Yij=Yi.
Yij2
(Yi.)2/r
Yij2(Yi.)2/ r
Yi./r

Perlakuan (Daya Kecambah)


Kontrol
4,2 m
7,1 m
Lantai 4
75
25
50
50
50
50
50
100
75
75
50
50
75
50
75
50
25
50
25
50
50
75
50
50
350
325
300
350
350
325
300
350
122500
105625
90000
122500
20416,67 17604,17
15000 20416,67
102083,3 88020,83
58,33333 54,16667

75000 102083,3
50 58,33333

Total
200
250
250
250
150
225
1325
1325
440625
73437,5
367187,5
220,8333

Gambar 1 Tanaman Kontrol

Gambar 2 Tanaman Perlakuan Ketinggian 4,2 m

Gambar 2 Tanaman Perlakuan Ketinggian 7,1 m

Gambar 2 Tanaman Perlakuan Ketinggian 10 m

You might also like