Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia selalu berinteraksi dengan segala macam mikroorganisme yang ada di
media, baik di air, udara dll. Pada dasarnya manusia memiliki suatu mekanisme pertahanan
tubuh yang kuat, tapi ada suatu keadaan dimana suatu pertahanan tubuh menjadi berkurang
kekuatanya dalam menghalangi antigen yang masuk ke dalam tubuh. Jika antigen dalam
tubuh mengalami pembelahan maka fungsi tubuh akan terganggu, bisa juga mengalami
syok yang diakibatkan oleh adanya bakteri dalam tubuh yang terlalu banyak atau yang
paling buruk adalah kematian.
Syok septic yaitu infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai potensi
untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah keadaan ketidak
adekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan (Brunner & Suddarth vol. 3 edisi 8,
2002). Syok septic sering terjadi karena adanya infeksi nosokomial, yaitu terpapar oleh
bakteri di RS. Sebagian besar syok septic disebabkan oleh bakteri gram negative tapi
bakteri gram positif dan virus juga dapat menyebabkan syok septic.
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu agar pembaca memahami tentang
konsep Asuhan Keperawatan Kritis yaitu mengenai syok septic.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari syok aseptic
b. Untuk mengetahui etiologi dari syok aseptic
c. Untuk mengetahui manifestai dari syok aseptic
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari syok aseptic
e. Untuk mengetahui Fase-fase dari syok aseptic
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Syok septic adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai potensi
untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah keadaan ketidak
adekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan (Brunner & Suddarth vol. 3 edisi 8,
2002).
Menurut M. A Henderson (1992) Syok septic adalah syok akibat infeksi berat,
dimana sejumlah besar toksin memasuki peredaran darah. E. colli merupakan kuman yang
sering menyebabkan syok ini.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa syok septic adalah infasi aliran darah oleh beberapa
organisme mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin. Hasilnya
adalah keadaan ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan.
B. Etiologi
a. Infeksi bakteri aerobik dan anaerobik
a) Gram negatif seperti: Echerichia coli, Kebsiella sp, Pseudomonas sp,
Bacteroides sp, dan Proteus sp.
b) Gram positif seperti: Stafilokokus, Streptokokus, dan Pneumokokus.
b. Infeksi viral, fungal, dan riketsia
c. Faktor dan Resiko Syok Septic
a) Faktor-faktor penjamu
1) Umur yang ekstrim
2) Malnutrisi
3) Kondisi lemah secara umum
4) Penyakit kronis
5) Penyalahgunaan obat atau alcohol
6) Neutropenia
7) Splenektomi
8) Kegagalan banyak organ
C. Manifestasi Klinis
Syok septic terjadi dalam dua fase yang berbeda.
1. Fase pertama disebut sebagai fase hangat (hiperdinamik)
1) Hipotensi
2) Takikardi
3) Takipnea
4) Alkalosis respiratorik
5) Curah jantung (CJ) tinggi dengan TVS (Tahanan Vaskuler Vistemik) rendah
6) Kulit dingin, pucat
7) Hipertermia/hipotermia
D. Patofisiologi
Sebelum terjadinya syok septic biasanya didahului oleh adanya suatu infeksi sepsis.
Infeksi sepsis bisa bisebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Pada bakteri
gram negatif yang berperan adalah lipopolisakarida (LPS). Suatu protein di dalam plasma,
dikenal dengan LBP (Lipopolysacharide binding protein) yang disintesis oleh hepatosit,
diketahui berperan penting dalam metabolisme LPS.
LPS masuk ke dalam sirkulasi, sebagian akan diikat oleh faktor inhibitor dalam
serum seperti lipoprotein, kilomikron sehingga LPS akan dimetabolisme. Sebagian LPS
akan berikatan dengan LBP sehingga mempercepat ikatan dengan CD14.1,2 Kompleks
E. Fase-fase
Dalam syok septik terjadi 2 fase yang berbeda yaitu :
a. Fase pertama disebut sebagai fase hangat atau hiperdinamik ditandai oleh
tingginya curah jantung dan fase dilatasi. Pasien menjadi sangat panas atau
hipertermi dengan kulit hangat kemerahan. Frekuensi jantung dan pernafasan
meningkat. Pengeluaran urin dapat meningkat atau tetap dalam kadar normal. Status
gastroinstestinal mungkin terganggu seperti mual, muntah, atau diare.
b. Fase lanjut disebut sebagai fase dingin atu hipodinamik, yang ditandi oleh curah
jantung yang rendah dengan fasekontriksi yang mencerminkan upaya tubuh untuk
volume
intravsakuliar melalui kapiler. Pada fase ini tekanan darah pasien turun, dan kulit
dingin dan serta pucat. Suhu tubuh mungkin normal atau dobawah normal.
Frekuensi jantung dan pernafasan tetap cepat. Pasien tidak lagi membentuk urin dan
dapat terjadi kegagalan organ multipel.
F. Komplikasi
1) Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang
berkepanjangan
2) Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler
karena hipoksia
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan syok septic mencakup mengidentifikasi dan mengeliminasi
penyebab infeksi. Pengumpulan specimen urin, darah, sputum dan drainase luka
dilakukan dengan teknik aseptic. Antibioktik spectrum luas diberikan sebelum
menerima laporan sensitifitas dan kultur untuk meningkatkan ketahanan hidup
pasien (Roach, 1990).
Preparat sefalosporin ditambah amino glikosida diresepkan pada awalnya.
Kombinasi ini akan memberikan cangkupan antibiotic sebagaian organism gram
negative dan beberapa gram positif. Saat laporan sensitifitas dan kultur tiba,
antibiotik diganti dengan antibiotic yang secra lebih spesifik ditargetkan pada
organisme penginfeksi dan kurang toksin untuk pasien.
Setiap rute infeksi yang potensial harus di singkirkan seperti : jalur intravena
dan kateter urin. Setiap abses harus di alirkan dan area nekrotik dilakukan
debidemen.
b. Keperawatan
1) Perawat harus sangat mengingat resiko sepsis dan tingginya mortalitas yang
berkaitan dengan syok septic
2) Semua prosedur infasiv harus dilakukan dengan teknik aseptic yang tepat,
3) Selain itu jalur intravena, insisi bedah, luka trauma, kateter urin dan luka
dikubitus dipantau terhadap tanda-tanda infeksi.
4) Perwat berkola borasi dengan anggota tim perawat lain.
5) Perawat memantau pasien dengan ketat terhadap reaksi menggigil yang lebih
lanjut
6) Perawat memberikan cairan intravena dan obat-obatan yang diresepkan termasuk
antibiotic untuk memulihkan volume vascular.
A. Pengkajian
1. Aktifitas
Gejala : Malaise
2. Sirkulasi
Tanda
:
Tekanan darah normal/ sedikit dibawah normal ( selama hasil curah jantung
tetap meningkat ).
Denyut perifer kuat, cepat ( perifer hiperdinamik ): lemah/lembut/mudah
hilang, takikardi ekstrem ( syok ).
Kulit hangat,
( vasokontriksi ).
3. Eliminasi
Gejala
: Diare
4. Makanan/Cairan
Gejala
Tanda
ke arah
oliguri,anuria.
5. Nyeri/Kenyamanan
Gejala
6. Pernapasan
Tanda
Menggigil.
Luka yang sulit / lama sembuh, drainase purulen,lokalisasi eritema.
Ruam eritema macular.
7. Seksualitas
Gejala
: Pruritus perineal.
Tanda
8. Pendidikan kesehatan
Gejala
Riwayat splenektomi.
Baru saja menjalani operasi / prosedur invasive, luka traumatic.
Penggunaan antibiotic ( baru saja atau jangka panjang ).
9. Rencana Pemulangan:
Mungkin dibutuhkan bantuan dengan perawatan / alat dan bahan untuk luka.
Perawatan diri dan tugas-tugas rumah tangga.
Pemeriksaan Diagnostik :
1. Kultur ( luka, sputum, urine, darah ) untuk mengindentifikasi organisme
penyebab sepsis. Sensitivitas menentukan pilihan obat-obatan yang paling
efektif.
Ujung
jalur
kateter/intravaskuler
mungkin
diperlukan
untuk
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan vasodilatasi, kerusakan
fungsi jantung dan deficit volume cairan.
2. Kerusakan pertukaran Gas yang berhubungan dengan hipertensi pulmonal,
edema dan ARDS
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan syok.
Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri :
1.
Kaji
dan
pantau
status
Mengetahui apakah
pesanan
Hb menunjukan terjadinya
4 jam.
keadaan normal/tidak
Intervensi
Rasionalisasi
penurunan respirasi
1- 2 jam
Mengetahui penurunan
oksigenasi
Adanya tanda-tanda
tubuh
:
Tidak adanya tanda-tanda infeksi
Klien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
Klien tidak mengalami syok lagi
Ttv dalam batas normal
Intervensi
Rasionalisasi
infeksi
antibiotic
sesuai
program
Membatasi perkembangan
mikroorganisme
tindakan invasive.
Pantau tanda-tanda infeksi
Mempercepat proses
penyembuhan
pengobatan.
Gunakan tehnik aseptic saat melakukan
Memperkecil kemungkinan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Syok septic adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai potensi
untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin. Hasilnya adalah keadaan ketidak
adekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan. Syok septic dibagi menjadi dua
fase yaitu fase hangat (hiperdinamik) dan fase dingin (fase hipodinamik).
B.
SARAN
Diharapkan agar membaca dan melatih diri agar dapat melakukan penanganan
pertama pada pasien dengan syok septic agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander R H, Proctor H J. Shock. Dalam buku: Advanced Trauma Life Support Course
for Physicians. USA, 1993 ; 75 - 94
Atkinson R S, Hamblin J J, Wright J E C. Shock. Dalam buku: Hand book of Intensive
Care. London: Chapman and Hall, 1981; 18-29.
Bartholomeusz L, Shock, dalam buku: Safe Anaesthesia, 1996; 408-413
Franklin C M, Darovic G O, Dan B B. Monitoring the Patient in Shock. Dalam buku:
Darovic G O, ed, Hemodynamic Monitoring: Invasive and Noninvasive
Clinical Application. USA : EB. Saunders Co. 1995 ; 441 - 499.
Haupt M T, Carlson R W. Anaphylactic and Anaphylactoid Reactions. Dalam buku:
Shoemaker W C, Ayres S, Grenvik A eds, Texbook of Critical Care.
Philadelphia, 1989 ; 993 - 1002.
Thijs L G. The Heart in Shock (With Emphasis on Septic Shock). Dalam kumpulan
makalah: Indonesian Symposium On Shock & Critical Care. JakartaIndonesia, August 30 - September 1, 1996 ; 1 - 4.
Wilson R F, ed. Shock. Dalam buku: Critical Care Manual. 1981; c:1-42.
Zimmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C, Diagnosis and Management of
Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of Critical Care
Medicine, 1997.