You are on page 1of 7

Sus Retha Mona Ardiani

2010730103

Leukosit dalam tubuh


Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi,
sekitar 10.000 - 30.000/l. Jumlah leukosit
tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara
13.000 - 38.000 /l. Setelah itu jumlah
leukosit turun secara bertahap dan pada umur
21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500
- 11.000/l. Pada keadaan basal jumlah
leukosit pada orang dewasa berkisar antara
5000 - 10.0004/1

Leukosit Abnormal
Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut
disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik
maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik
dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang,
takhikardi paroksismal, partus dan haid.
Leukositosis yang terjadi sebagai akibat peningkatan yang seimbang
dari masing-masing jenis sel, disebut balanced leokocytosis.
Keadaan ini jarang terjadi dan dapat dijumpai pada
hemokonsentrasi. Yang lebih sering dijumpai adalah leukositosis
yang disebabkan peningkatan dari salah satu jenis leukosit sehingga
timbul istilah neutrophilic leukocytosis atau netrofilia, lymphocytic
leukocytosis atau limfositosis, eosinofilia dan basofilia. Leukositosis
yang patologik selalu diikuti oleh peningkatan absolut dari salah
satu atau lebih jenis leukosit.

Lanjutan
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang
dari 5000/ l darah. Karena pada hitung jenis leukosit,
netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir
selalu leukopenia disebabkan oleh netropenia.
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit
kurang dari 1000/l dan pada anak-anak kurang dari
3000/l darah. Penyebab limfopenia adalah produksi
limfosit yang menurun seperti pada penyakit Hodgkin,
sarkoidosis,penghancuran yang meningkat yang dapat
disebabkan oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat
sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada
thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy.

Trombosit dalam tubuh


Nilai normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, anak
150.000-450.000 sel/mm3.
Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat
ditemukan pada demam berdarah dengue, anemia,
luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya
pada <30.000 sel/mm3.
Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat
ditemukan pada penyakit keganasan, sirosis,
polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit
imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit
jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya,
kecuali jika >1.000.000 sel/mm3.

CRP dalam tubuh


Tes C-reactive protein atau CRP adalah protein fase akut yang
dibentuk terutama di hati sebagai respon tubuh apabila terjadi
infeksi atau inflamasi. CRP sebetulnya bukanlah pemeriksaan yang
spesifik, sehingga penerapan dan interpretasinya harus
memperhatikan kondisi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium
lainnya. Namun akhir-akhir ini, tes CRP cukup sering dilakukan
bahkan pada kasus ringan seperti anak dengan batuk pilek, yang
sebetulnya tidak memerlukan pemeriksaan tersebut.
c-reaktif protein di bentuk dihepar muncul dalam darah pada
kerusakan jaringan akibat inflamasi atau infeksi.Salah acute phase
reactant yang paling sensitif.Meningkt dramatis pada trauma
berat,infeksi berat,inflamasi,bedah atau proliferasi neoplasma.High
Sensitive CRP menilai radang yang sangat ringan-radang pembuluh
darah pada penyakit kardiovaskular.Nilai normal:CRP<0.8mg/dl,hs
CRP 0.02-0.8 mg/dl.Bahan pemeriksaan-serum yang berasal dari
darah beku.

Hubungan CRP,Leukosit,Trombosit
dengan Sistem Imun
Hubungan CRP dengan Sistem Imun yaitu apabila CRP meningkat
akibat adanya infeksi bakteri dengan bantuan CA2+ mengikat
berbagai macam molekul seperti fosforikolin yang berada
dinpermukaan bakteri.Selain itu CRP mengaktifkan ikatan
komplemen.Sedangkan hubungan CRP dengan LED apabila CRP
meningkat maka LED juga meningkat.Hubungan limfosit dengan
sistem imun yaitu apabila di dalam tubuh limfosit meningkat maka
sistem imun juga akan meningkat karena limfosit di produksi oleh
sel T.Sedangkan hubungan trombosit dengan sistem imun yaitu
apabila adanya infeksi/serangan mikroorganisme menyebabkan
kerusakan jaringan sehingga menyebabkan fosfolipid mengaktifkan
asam arakidonat kemudian akan menginduksi COX 2 sehingga
prostaglandin dan sitokinin keluar kemudian terjadilah vasodilatasi
dan peningktan permeabilitas.

You might also like