You are on page 1of 8

Uji analisa khas biogas

Biogas kira-kira memiliki berat 20 persen lebih ringan dibandingkan udara dan memiliki suhu
pembakaran antara 650 sampai 750C.

Biogas tidak berbau dan berwarna yang apabila dibakar akan menghasilkan nyala api biru
cerah seperti gas LPG.

Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/ m3 dengan efisiensi pembakaran 60 persen pada
konvesional kompor biogas.

Nilai kalor rendah (LHV) (CH4) = 50,1 MJ/kg.

Densitas (CH4) = 0,717 kg/m.


Adapun parameter yang diamati adalah:
1. Tekanan Biogas
Pengukuran tekanan biogas dilakukan dengan melihat angka atau nilai yang ditunjukkan oleh
manometer U yang terpasanag pada tangki pencerna dan plastik pengumpul. Besarnya nilai
tekanan yang ditunjukkan pada manometer U menunjukkan besarnya tekanan biogas yang
dihasilkan.
2. Lama Nyala Api
Lama nyala api dihitung dengan melihat lamanya waktu yang terpakai pada kompor gas mulai
dari api menyala hingga api mati.
3. Warna Nyala Api
Pengamatan warna nyala api dilakukan sekaligus dengan pengamatan lama nyala api. Warna
nyala api dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara

a. Biru (kelas I)
Kategori warna nyala api biru (kelas I) adalah warna nyala api yang dihasilkan pertama kali
sampai warna biru berubah menjadi biru kemerahan/merah.
b. Biru kemerahan/merah kebiruan (kelas II)
Kategori biru kemerahan/merah kebiruan (kelas II) adalah warna nyala api yang dihasilkan
pertama kali sampai warna biru berubah menjadi merah.
c. Merah (kelas III)
Kategori merah (kelas III) adalah warna nyala api yang dihasilkan pertama kali.
4. Analisis Ekonomi
Perhitungan biaya dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang
dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan b iaya tidak tetap.

Komponn biogas

1. Bak Pencampur
Bak pencampur adalah tempat pencampuran kotoran ternak dengan air
agar tercipta media yang baik bagi pertumbuhan bakteri sehingga dapat
menghasilkan gasbio secara optimal.Bahan untuk pembuatan bak
pencampur dapat bermacam-macam, tergantung bahan yang tersedia
diwilayah bersangkutan. Bahan-bahan yang sering digunakan antara lain
tembok, drum yang dibelah dan ember besar. Penempatan bak
pencampur harus lebih tinggi daripada digester.Hal ini dimaksudkan agar
kotoran ternak lebih mudah masuk dari bak pencampur ke dalam digester.
2. Digester
Digester adalah tempat terjadinya fermentasi bahan-bahan organik yang
selanjutnya akan menghasilkan gasbio. Digester harus dibuat kedap
udara, hal ini disebabkan proses fermentasi yang terjadi adalah secara
anaerob (tidak ada oksigen). Digester biogas dapat dibuat dengan
berbagai tipe dan ukuran, tergantung pada bahan dan anggaran yang
tersedia.
3. Penampung Gas
Penampung gas adalah wadah yang berguna untuk menampung gas yang
dihasilkan dari digester sebelum gas tersebut dipergunakan.Penampung
gas dapat dibuat dari berbagai bahan yang memiliki sifat elastis seperti
plastik dan karet (ban dalam).Volume penampung gas tergantung pada
digester yang digunakan, semakin besar digester yang digunakan maka
penampung gasnya pun juga harus semakin besar agar biogas yang
dihasilkan tidak banyak terbuang
Baca Selengkapnya Di : http://harno-net.blogspot.com/2012/05/komponen-utama-yangharus-dibuat-dalam.html#ixzz36nf1v4rT
Komponen

Metana (CH4)

55-75

Karbon dioksida (CO2) 25-45


Nitrogen (N2)

0-0.3

Hidrogen (H2)

1-5

Hidrogen sulfida (H2S) 0-3


Oksigen (O2)

0.1-0.5

Komponen

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Biogas


Pembentukan biogas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
Digester
Membuat unit gas bio/biogas sebenarnya sama dengan meniru perut ternak
untuk proses pencernaan yaitu memasukkan bahan isian ke dalam ruang tertutup
(digester/tangki pencerna) agar mikroba yang bernafas tanpa oksigen dapat
berkembang dengan cepat dan memanfaatkan bahan-bahan organik yang sudah
10
Universitas Sumatera Utara

ada.. Unit perut ternak tiruan tersebut sering disebut disebut unit gas bio karena di
dalam prosesnya menghasilkan gas bio (Junus, 1995).
Jika dilihat dari aliran bahan baku, digeter biogas dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Tipe batch feeding (bak atau tetap)
Pada tipe ini bahan baku isian yang dimasukkan hanya dilakukan diawal
proses hingga selesainya proses degradasi. Tipe ini hanya umum digunakan pada
tahap eksperimen yaitu untuk mengetahui potensi gas dari suatu limbah organik.
2. Tipe continous feeding (mengalir)
Pada tipe ini pengisian bahan baku ke dalam digester dilakukan secara
kontinu yakni setiap hari, pengisian dilakukan pada minggu ketiga dan keempat
setelah pengisian awal tanpa mengeluarkan dan membuang bahan isian awal
(Karim dkk, 2005).
Jika dilihat menurut tata letak, lebih lanjut unit gas bio yang diperkenalkan
pada masyarakat mempunyai tiga macam tata letak di dalam menempatkan
digester (tangki pencerna). Ketiga macam tata letak tersebut adalah :
1. Seluruh tangki pencerna berada di permukaan tanah
Model ini kebanyakan dibuat dari tong-tong bekas minyak tanah
atau aspal walaupun ada model lain yang terbuat dari karet ban dalam yang
nampaknya belum diperkenalkan pada masyarakat. Selain itu model ini hanya
bisa mempunyai volume kecil kecuali yang terbuat dari yang karet bisa diatur
11
Universitas Sumatera Utara

sesuai dengan pesanan. Produksi gas bio maksimal dicapai pada waktu siang hari
karena suhu udaranya mencukupi untuk proses pencernaan di dalam tangki
pencerna. Kecilnya volume tangki pencerna tersebut akan menghasilkan gas bio
yang sedikit juga sehingga tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Umumnya
tangki pencerna tersebut hanya digunakan untuk penelitian atau percobaan di
laboratorium. Keuntungan dari sistem ini adalah tangki pencerna mudah
dipindahkan ke tempat lain dan dicontoh oleh peminat lainnya. Hanya apabila
tong-tong tersebut rusak maka minat untuk memperbaiki kurang sehingga

rangsangan untuk mengembangkan akan terhambat.


2. Sebagian tangki pencerna berada di bawah permukaan tanah
Unit gas bio sistem ini bentuk dan tata letaknya sudah mengalami
modifikasi. Tangki pencernanya terbuat dari semen, pasir kerikil dan kapur yang
dibentuk seperti sumur dan ditutup dengan kuba yang dibuat dari plat baja.
Volume tangki pencerna dapat diperbesar atau diperkecil sesuai dengan
kebutuhan. Produksi gas bio lebih stabil dibandingkan dengan tangki pencerna
yang seluruhnya berada di permukaan tanah hanya masalahnya sistem ini banyak
mengeluarkan biaya untuk pengadaan tutup tangki yang terbuat dari plat baja.
3. Seluruh tangki pencerna berada di bawah permukaan tanah.
Model yang paling populer dalam masyarakat adalah unit gas bio yang
menggunakan tangki pencerna yang seluruhnya berada di bawah permukaan tanah
yang pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh FAO melalui Departemen
Pertanian. Belakangan ini ternyata yang menggunakan sistem ini sudah hampir di
seluruh dunia karena model tangki pencerna yang berada di bawah permukaan
12
Universitas Sumatera Utara

tanah cukup representatif digunakan mengolah limbah peternakan. Tangki


pencerna model ini bentuknya seperti belahan bola yang ditengkurapkan dan dan
didasari dengan fondasi yang berbentuk irisan bola. Belahan dan irisan bola yang
saling menutup dapat membentuk kekompakan tangki pencerna di dalam tanah.
Tanah yang dipakai untuk membenam akan menekan permukaan dinding tangki
pencerna bagian luar sedangkan bahan isian akan menekan permukaan dalam.
Akhirnya dingding tangki pencerna tidak menanggung beban atau beban yang ada
relatif kecil, sehingga bisa tahan lama. Selain itu suhu di bawah permukaan tanah
relatif tetap dan lebih tinggi akibatnya mikroba yang hidup dan yang mencerna
substrat berkembang dengan cepat, sehingga produksi gas bio menjadi lebih
banyak dan lebih kontiniu (Junus, 1995).
Perbandingan C/N Bahan Baku Isian
Rasio C/N adalah perbandingan kadar karbon (C) dan kadar
nitrogen (N) dalam satu bahan. Semua mahluk hidup terbuat dari sejumlah besar
bahan karbon (C) serta nitrogen (N) dalam jumlah kecil. Unsur karbon dan bahan
organik merupakan makanan pokok bagi bakteri anaerob. Unsur karbon (C)
digunakan untuk energi dan unsur nitrogen (N) untuk membangun struktur sel dan
bakteri. Bakteri memakan unsur C 30 kali lebih cepat daripada memakan unsur N,
oleh karena itu perbandingan C/N yang baik adalah 30. Bahan organik yang
mempunyai kandungan C/N yang terlalu tinggi akan menyebabkan proses
penguraian yang terlalu lama. Sebaliknya jika C terlalu rendah maka sisa nitrogen
akan berlebih sehingga terbentuk amonia. Kandungan amonia yang berlebihan
dapat meracuni bakteri. Oleh karena itu, jumlah ratio C/N perlu dihitung dan
13
Universitas Sumatera Utara

direncanakan secara tepat karena menentukan kehidupan dan aktifitas


mikrorganisme (Yuwono, 2006).
Pada Tabel 2 di bawah tercantum perbandingan C/N dari berbagai jenis
limbah pertanian.
Tabel 2. Perbandingan C/N dan persentase berat kering unsur N limbah pertanian
jenis bahan perbandingan C/N N berat kering
Rumput muda 12 4,0
Sayuran (bukan kacang-kacangan) 11-19 2,5-4,0
Jerami 150 0,5

Serbuk gergaji kayu 200-500 0,1

Sumber : Wulandari (2006).


Nisbah C/N yang cukup besar menunjukkan sebagai bahan yang sulit
terdekomposisi, sedangkan nisbah C/N yang rendah relatif menunjukkan
persentase yang lebih besar bahan yang mudah terdekomposisi (Sutanto,2002).
Bahan Baku Isian
Bahan isian yang paling baik digunakan untuk menghasilkan biogas adalah
yang mengandung 7-9 % bahan kering. Untuk mendapatkan kandungan kering
bahan seperti itu maka bahan isian biasanya dicampur dengan air. Sebagai contoh
pada sapi harus dicampur dengan air dengan perbandingan 1: 1 atau 1:1,5
(Wariyanto, 2006).
Starter
Starter atau ragi dalam memproduksi gas bio memang tidak diharuskan
ada apabila menggunakan kotoran ternak ruminansia. Bahkan tanpa starter pun
bisa terbentuk gas bio kalau bahan isian menggunakan berbagai macam kotoran
ternak yang berasal dari ternak ruminansia. Namun, jika tidak menggunakan
14
Universitas Sumatera Utara

kotoran ternak, mutlak menggunakan starter. Tanpa menggunakan starter akan


timbul gas bio yang tidak mengandung gas metan. Akibatnya gas yang dihasilakn
tidak dapat dibakar (Junus, 1995).
Untuk mempercepat terjadinya proses fermentasi, maka dipermulaan
fermentasi perlu ditambahkan cairan yang telah mengandung bakteri metan
(starter). Starter merupakan mikroorganisme perombak yang dijual komersial
tetapi starter bisa juga menggunakan lumpur aktif organik atau cairan isi rumen.
Starter yang dikenal ada 3 macam, yaitu :
1. Starter alami ; yang sumbernya berasal dari alam yang diketahui
mengandung bakteri metan seperti lumpur aktif, timbunan sampah lama,
timbunan kotoran ruminansia dan sebagainya.
2. Starter semi buatan ; yang sumbernya berasal dari tabung pembuat biogas
yang diharapkan kandungan bakteri metannya dalam stadia aktif.
3. Starter buatan ; yang sumbernya sengaja dibuat baik dari media alami atau
buatan yang bakteri metannya dibiakkan secara laboratoris.
(Kamaruddin, dkk, 1995).
Larutan effective microorganism 4 yang disingkat EM4 adalah starter yang
berisi mikroorganisme yang dijual secara komersil. Jumlah mikroorganisme
dalam EM4 sangat banyak sekitar 80 genus. Mikroorganisme tersebut dapat
bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik (Indriani, 2000).
15
Universitas Sumatera Utara

Suhu Pencernaan
Faktor luar yang mempengaruhi kuantitas biogas adalah suhu. Hal
ini penting untuk diperhatikan karena berkaitan dengan kemampuan hidup bakteri
yang memproses biogas. Organisme akan aktif memproduksi gas bio pada suhu
yang berkisar antara 32-37 o C (Setiawan, 2006).
Hal yang penting dalam pembuatan unit gas bio adalah mengusahakan
bahan isian mempunyai suhu di atas 30 o C- 35 o C. Suhu tersebut memang ideal
bagi perkembangan mikroba pembentuk gas bio. Namun tidak perlu khawatir
walaupun suhu di bawah itu asalkan masih di atas 27 o C karena pembentukan gas
bio masih berlangsung (Junus, 1995).

Derajat Keasaman (Ph)


Supaya proses pencernaan anaerobik dapat berlangsung secara optimal,
derajat keasaman (pH) harus dijaga pada kondisi optimum, hal ini disebabkan
apabila pH turun akan menyebabkan pengubahan substrat menjadi biogas
terhambat sehingga mengakibatkan penurunan kuantitas biogas. Nilai pH yang
terlalu tinggi pun harus dihindari, karena akan menyebabkan produk akhir yang
dihasilkan adalah CO2 sebagai produk utama (Pambudi, 2008).
Dalam proses fermentasi, ada dua jenis bakteri yang berperan aktif, yaitu
acidogenic bacteria yang memerlukan kisaran pH berkisar 4,5-7 dan bekerja
secara optimum pada kisaran pH 6-7. Sementara itu methanogenic bacteria
bekerja pada kisaran pH 6,2-7,8 dan bekerja optimum pada kisaran 7-7,2
(Sudrajat, 2007).
16
Universitas Sumatera Utara

Menurut Mahida (1993), pH yang paling efisien untuk pertumbuhan dan


aktivitas mikroba berkisar antara 6,4-7,8 yang walaupun dalam prakteknya
pembatasan pH ini tidak selalu mungkin, tetapi harus ditekankan pH 6 dan diatas
pH 8 dapat menyebabkan perkembangan mikroorganisme merosot cepat. Untuk
menjaga pH supaya tetap pada kisaran diizinkan, maka perlu ditambahkan larutan
kapur sebagai buffer.
Substrat yang digunakan sebagai bahan baku isian (slurry) pada mulanya
mempunyai pH yang rendah, secara perlahan-lahan akan naik setelah gas bio
terbentuk. Jika pH mendekati atau diatas normal berarati pembentukan gas bio
sudah berjalan normal. (Junus,1995).
Lama Fermentasi
Menurut Hadi (1990), biogas sudah terbentuk sekitar 10 hari setelah
fermentasi yaitu sekitar 0,1-0,2 m3 /kg dari berat bahan kering dan penambahan
waktu fermentasi dari 10 hari hingga 30 hari akan meningkatkan produksi biogas
sebesar 50 %. Komponen hasil fermentasi terbagi atas tiga bagian besar yaitu
biogas, bahan padat, dan bahan cair. Biogas berada pada lapisan teratas, di
bawahnya adalah scum, suatu lapisan kerak yang berasal dari bahan isian yang tak
tercerna umumnya mengandung banyak lignin. Lapisan ketiga merupakan bagian
yang terbesar, berupa cairan dari bahan isian dengan air dan merupakan bagian
yang aktif dicerna mikroba ( Wariyanto, 2006).
17
Universitas Sumatera Utara

Pengadukan
Setelah bahan isian dicampur maka perlu diadakan pengadukan
supaya campuran homogen. Bahan baku yang sukar dicerna akan membentuk
lapisan kerak dipermukaan cairan. Lapisan ini dapat dicegah dengan
menggunakan alat pengaduk
reaksi seperti berikut :
4 C6H5 COOH + 24 H2 O ------ 12 CH3COOH + 4 HCOOH + 8 H2
12 CH3COOH ------ 12 CH4 + 12 CO2
4 COOH ------ 4 CO2 + H2
3 CO2 + 12 H2 ------ 3 CH4 + 6 H2O
Secara singkat reaksi keseluruhan di atas dapat disederhanakan menjadi:
4 C6H5 COOH + 18 H2 O ------ 15 CH4 + CO2

1)

Hidrolisis : terjadi penguraian bahan mudah larut dan bahan organik yang komplek
menjadi sederhana .
Reaksi : (C6H10O5)n (s) + n H2O (l) C6H12O6

2)

Asidifikasi : Pada tahap ini, bakteri asam menghasilkan asam asetat.Bakteri asidogen,
Desulfovibrio, pada tahap ini memproses senyawa terlarut pada hidrolisis, menjadi asamasam lemak rantai pendek .yang umumnya asam asetat dan asam format.dalam suasana
anaerob.. Tahap ini berlangsung pada suhu 25 C di digester.
Reaksi: a) n (C6H12O6) 2n (C2H5OH) + 2n CO2(g) + kalor
b) 2n (C2H5OH)(aq) + n CO2(g) 2n (CH3COOH)(aq) + n CH4(g)

3)

Metanogenik : proses pembentukan gas metan dengan bantuan bakteri pembentuk


metan seperti Mathanobacterium, dan Methanococcus. Tahap ini mengubah asam-asam
lemak rantai pendek menjadi H2, CO2, dan asetat. Asetat akan mengalami dekarboksilasi
dan reduksi CO2, kemudian bersama-sama dengan H2 dan CO2 menghasilkan metan
(CH4) dan karbondioksida (CO2). Tahap ini berlangsung pada suhu 25 C di digester.
2n (CH3COOH)(aq) -2 n CH4(g) + 2 CO2

You might also like