You are on page 1of 12

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Gizi merupakan komponen aspek penting dalam perkembangan manusia. Istilah
gizi sendiri berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan (Muchtadi,
2008). Komponen-komponen gizi di dalamnya terbagi atas karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral dan air dan semua elemen tersebut dibutuhkan oleh tubuh.
Apabila terjadi suatu kekurangan gizi baik satu elemen maupun kekurangan
seluruhnya akan berakibat pada gangguan proses pertumbuhan dan perkembangan,
seperti contohnya infeksi, menurun struktur dan fungsi otak yang berdampak pada
kecerdasan dan perilaku anak. (Almatsier,2003). Atas dasar tersebut, kita dapat
mengatakan bahwa suatu daerah atau Negara dapat produktif apabila asupan gizi
yang seimbang terpenuhi.
Sementara itu menurut Endang Rahayu Sedyanighsih selaku Mentri Kesehatan
dalam konfrensi pers pada seminar nasional di Balai Kartini Jakarta 8 November
2012, Indonesia menduduki negara yang kekurangan gizi nomer 5 di dunia, hal ini
juga diperkuat bahwa fakta jumlah penduduk Indonesia berada di urutan empat
terbesar di dunia. Daerah-daerah yang terkena wabah kekurangan gizi tersebut
tersebar secara merata di seluruh Indonesia.
Salah satu daerah yang terkena dampak kekurangan gizi tersebut adalah Propinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya Kecamatan Larantuka Kabupaten Flores
Timur. Propinsi tersebut memiliki iklim kering dan sumber daya alam yang terbatas,
sehingga kehidupan menjadi sulit dan tingkat kemiskinan relative tinggi. Badan Pusat
Statistik menyebutkan bahwa penduduk miskin di Nusa Tenggara Timur pada bulan
Maret 2013 adalah sebesar 993,56 ribu orang (20,03 persen). Tingginya angka
kemiskinan akan berpengaruh terhadap kekurangan gizi dari anak-anak yang berusia
2-5 tahun, dimana pada usia tersebut gizi untuk pertumbuhan balita haruslah
tercukupi.
Penelitian oleh jurnal karya Siti Nur Rochmiwati dkk dilakukan berdasarkan
data-data tersebut untuk menghitung satus gizi dan mengetahui gambaran menu

seimbang dari anak usia 2-5 tahun yang berada pada Kecamatan Larantuka
Kabupaten Flores Timur

I.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran penerapan menu seimbang dari anak usia 2-5 tahun pada
Kecamatan Larantuka Kabupaten Flores Timur
2. Mengetahui status gizi dari anak usia 2-5 tahun pada Kecamatan Larantuka
Kabupaten Flores Timur
3. Mempelajari perhitungan asupan gizi seimbang melalui metode pendekatan
Cross Sectional Study.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang untuk sekali
makan atau untuk sehari-hari. Menu berasal dari kata menu yang berarti suatu
daftar yang tertulis secara rinci. Sedangkan definisi menu adalah rangkaian beberapa
macam hidangan atau masakan yang disajikan atau dihidangkan untuk seseorang atau
sekelompok untuk setiap kali makan, yaitu dapat berupa hidangan pagi, siang, dan
malam. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan
dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi
seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta
pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2005).
Konsumsi makanan sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman empat sehat lima sempurna yang
memuat pesan-pesan berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang maupun
lebih. Susunan makanan yang dianjurkan oleh PUGS adalah yang makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang seimbang, hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi
makanan beraneka ragam setiap hari.
Setiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat gizi yang dikandungnya.
Pengelompokan makanan disederhanakan berdasarkan tiga fungsi utama zat gizi
seperti sumber energi atau tenaga yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, aktivitas otot, metabolisme, untuk memperbaiki kerusakan jaringan
dan tulang yang dapat disebabkan oleh cedera atau sakit (Soetjiningsih, 2004).
Pedoman umum gizi seimbang harus diaplikasikan dalam penyajian hidangan
yang memenuhi syarat gizi yang dikenal dengan menu seimbang. Pola menu
seimbang mulai dikembangkan pada tahun 1950 dengan istilah Empat Sehat Lima
Sempurna (Sulistyoningsih, 2011). Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu
seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh yang mencakup beberapa zat gizi seperti karbohidrat, protein,
lemak, vitamin serta mineral (Almatsier, 2005).
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.
Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi
3

lebih (Almatsier, 2005). Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi
dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan
energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi
yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat
gizi lainnya (Nix, 2005). Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat
diinginkan oleh semua orang (Apriadji, 1986).
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun
keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakitpenyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu
pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan (Thomas,
1988).
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan
keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi
yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit
dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007).
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas)
menyebabkan gangguan pada proses-proses:
a. Pertumbuhan
Anak-anak tidak dapat tumbuh menurut potensialnya, protein digunakan sebagai
zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembik dan rambut mudah rontok.
b. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan sesorang kekurangan
tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Seseorang menjadi
malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.
c. Pertahanan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imun dan antibodi
berkurang, sehingga mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare
(Kartasapoetra, 2007).
d. Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental
dan kemampuan berfikir, otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun,
kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
e. Perilaku

Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku
tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis.
Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana
jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang
dikeluarkan (Nix, 2005). Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi
kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi
disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk
(Apriadji, 1986).

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian dilakukan dengan metode survey dengan pendekatan cross

sectional Study, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada pengukuran variabel

independen dan dependen pada saat yang bersamaan. Populasi dalam jurnal ini
merupakan anak balita dengan umur 2-5 tahun.
Lokasi penelitian di Kecamatan Larantuka Kabupaten Flores Timur. Luas
wilayah 48.91 Ha, terdiri dari 20 desa/kelurahan dan memiliki jumlah penduduk laki
laki 18,555 jiwa dan perempuan 18.793 jiwa. Adapun batas batas wilayah sebagai
berikut; Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Lewolema. Sebelah Selatan
berbatasan dengan Selat Flores, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan
Ilemandiri dan laut Flores, Sebelah barat berbatasan kecamatan Demon pagong.
Jumlah koresponden yang diteliti adalah 139 anak balita
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Larantuka
Kabupaten Flores Timur Tahun 2012

(sumber: Rochmiwati, dkk., 2012)

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Penerapan Menu Seimbang di Kecamatan


Larantuka Kabupaten Flores TImur Tahun 2012
6

(sumber: Rochmiwati, dkk., 2012)


Dari 139 responden dalam penelitian ini menunjukkan 116 responden telah
menerapkan menu seimbang dengan baik. Dapat diasumsikan menu yang disajikan
responden telah menyediakan energi dan zat gizi yang cukup secara kualitas dan
kuantitas, hal ini sejalan dengan status gizi anak yang baik atau normal sebanyak 116
orang (83,5%). Menurut Almatsier (2005) menyatakan bahwa menu seimbang adalah
menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan porsi yang sesuai
sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel
sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini
didukung dengan pendidikan responden yang SMA/sederajat sebanyak 68,3%,
memungkinkan mudah menerima informasi dan mau menerapkannya yang dapat
dilihat dari susunan hidangannya. Makanan yang baik selain menyediakan zat-zat gizi
lengkap mulai dari sumber energi, sumber protein hewanani dan nabati, sumber
vitamin dan sumber mineral. Tersedianya semua zat gizi sesuai kebutuhan dan
dikonsumsi dan tubuh dapat memetabolisme dan memanfaatkannya sehingga anak
akan dapat tubuh dan berkembang dengan optimal. Keaktifan petugas kesehatan
dalam memberikan informasi (penyuluhan) sangat mendukung perubahan dan
peningkatan pengetahuan responden. Asupan Zat Gizi yang baik terjadi bila menu
yang disediakan juga memperhatikan aspek citarasa seperti rasa makanan, tekstur dan
konsistensi, warna dan penampilan makanan tersebut.
Setiap orang memerlukan lima kelompok zat gizi untuk meningkatkan
kualitas hidup. Diantaranya adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Kesemuanya diperlukan dalam jumlah yang seimbang, disamping itu manusia

memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faal dalam tubuh
(Depkes RI, 2003).
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Energi dan Zat Gizi di Kecamatan
Larantuka Kabupaten Flores Timur Tahun 2012

(sumber: Rochmiwati, dkk., 2012)


Pada penelitian ini menunjukkan asupan zat gizi energi sebanyak 101 balita
(72,7%) tergolong kategori baik, dan kurang sebanyak 38 balita (27,3%) dan (69,8%)
asupan proteinnya baik. Sedangkan asupan karbohidrat 84% kurang begitu juga
asupan lemaknya 84% kurang. Jika dilihat dari asupan ini penggunaan pangan
sumber protein cukup tinggi sehingga mencukupi kebutuhan energi sedangkan
konsumsi lemak yang rendah dapat disebabkan oleh cara pengolahan seperti direbus,
dibakar, yang kurang menggunakan minyak dan santan. Sedangan pangan sumber
karbohidrat jumlah dan jenisnya terbatas. Baiknya asupan gizi anak yang dapat
memenuhi kebutuhannya tercermin dari status gizi anak dari ketiga indek yang
digunakan menunjukan sebagian besar baik atau normal (79,9-94,3%). Status gizi
adalah keadaan akibat keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan serta
pemenfaatannya oleh tubuh. Status gizi secara langsung dipengaruhi oleh asupan dan
keadaan kesehatan anak. Asupan zat gizi yang cukup dan keadaan kesehatan anak

baik akan menghasilkan status gizi yang baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
ini yaitu 79,9% baik mengan indeks BB/U dan TB/U dan 94,3% dengan indeks
BB/TB. Asupan gizi yang baik didukung dengan penyediaan menu yang seimbang
dengan citarasa yang baik dan sesuai dengan selera anak. Untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan penerapan menu seimbang yang dilihat dari asupan zat gizi dan
status gizi anak dilakukan analisis statistic (uji chi squar).
Tabel 4. Distribusi Status Gizi Sampel Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB
di Kecamaan Larantuka kabupaten Flores Timur Tahun 2012

(sumber: Rochmiwati, dkk., 2012)


Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa status gizi dengan 3 indeks yaitu
BB/U, TB/U dan BB/TB umumnya baik dan normal masing-masing indeks BB/u
sebanyak 111 anak (79,9%) status gizinya baik, indeks TB/U sebanyak 111 anak
(79,9%) status gizinya normal dan indeks BB/TB sebanyak 131 anak (94,3%)
statusnya normal. Hanya terdapat 1 anak yang tergolong gemuk.
Pada penelitian ini terlihat bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan
antara status gizi dan asupan. Hal ini dapat terjadi bila menu seimbang dilihat dari
kualitas bahan pangan yang digunakan oleh responden. Pada penelitian ini recal
asupan zat gizi hanya dilakukan sekali sehingga tidak mencerminkan asupan yang
sesungguhnya pada waktu yang lalu. Sedangkan status gizi adalah cerminan asupan

10

gizi pada waktu yang lalu dan berlangsung lama. Penerapan menu seimbang adalah
sebagai variable tidak langsung menunjukan asupan yang baik. Bisa terjadi penerapan
menu seimbang sudah baik secara kualitas tetapi secara kuantitas belum menyediakan
zat gizi yang seimbang dan proporsional, sehingga asupan zat gizi menjadi kurang
baik.

IV.

KESIMPULAN

1. Susunan makanan yang dianjurkan oleh PUGS adalah yang makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang seimbang.

11

2. Pedoman umum gizi seimbang harus diaplikasikan dalam penyajian hidangan


yang memenuhi syarat gizi yang dikenal dengan menu seimbang.
3. Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam
tubuh.
4. Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan
keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari
energi yang dikeluarkan.
5. Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana
jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang
dikeluarkan
6. Sebagian besar responden (83,5%) telah menerapkan menu seimbang dengan
baik.
7. Asupan energy 101 balita (72,7%) tergolong kategori baik, dan asupan protein
besar 97 balita (69,8%) baik. Untuk asupan lemak dan karbohidrat 84 (60,4%)
kurang
8. Sebagian besar 111 balita (79,9%) gizi baik menurut indeks BB/U, demikian juga
Indeks TB/U sebagian besar 111 balita (79,9%) gizi normal dan begitu pula
indeks BB/TB sebagian besar 131 balita (94,2%) normal.
9. Tidak terdapat hubungan yang penerapan menu seimbang dan status gizi balita
menurut indeks BB/U, TB/U dan BB/TB.
10. Tidak terdapat hubungan antara Asupan Zat Gizi dan status gizi balita menurut
indeks BB/U, TB/U dan BB/TB.

DAFTAR PUSTAKA
11
Almatsier, Sunita. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Anonim. 2013. Kemiskinan NTT. Available at : http://ntt.bps.go.id/index.php/beritaresmi-statistik/11-profil-kemiskinan-ntt

12

Apriadji, W. H. 1986. Gizi Keluarga. P.T. Penebar Swadaya, Jakarta.


Muchtadi, Deddy. 2008. Pengantar Ilmu Gizi. Alfabeta Bandung. Bandung.
Nix, S. 2005. Williams Basic Nutrition & Diet Therapy, Twelfth Edition. Elsevier
Mosby Inc, USA.
Rochmiwati, S.N., Ipa A., Rano, M. 2012. Gambaran Penerapan Menu Seimbang dan
Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Kecamatan Larantuka Kabupaten Flores
Timur. Jurnal Media Gizi Pangan, Vol. XIV, Edisi 2, 2012, Makassar.
Sulistyoningsih, 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jogjakarta: Graha Ilmu
Wardlaw, G.M. & Jeffrey, S. H. 2007. Perspectives in Nutrition. Seventh Edition. Mc
Graw Hill Companies Inc, New York.

12

You might also like