You are on page 1of 15

TEORI HIERARCHY OF NEEDS

Tugas Mata kuliah Teori dan Psikologi Belajar


Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Nur Wangid

Disusun oleh:

DESSY DWITALIA SARI

14712251051

RISTIYA KRISNAWATI

14712251053

PROGDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan yang terjadi pada diri siswa. Perubahan yang terjadi merupakan
hasil dari proses belajar seperti perubahan pengetahuan, wawasan,
keterampilan, kecakapan, kemampuan, tingkah laku dan sikap. Sehingga
belajar adalah proses aktif yang terjadi akibat mereaksi peristiwa dan
situasi yang ada pada siswa. Belajar merupakan suatu proses yang
diarahkan pada suatu tujuan tertentu dengan disesuaikan pada tingkat
perkembangan dan kebutuhannya.
Belajar memiliki arti yang luas pada manusia. Belajar dapat
dikatakan sebagai pembaharuan menuju kehidupan dan perkembangan diri
individu

yang lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula merupakan

adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan


lingkungan tersebut. Dalam suatu pembelajaran perlu didukung oleh
adanya motivasi dan suatu teori belajar agar pemberian pembelajaran
menjadi efektif dan efisien.Banyak teori belajar yang dapat mendukung
suatu proses belajar itu seperti: (1) Teori Belajar Behavioristik, (2) Teori
Belajar Kognitifistik, (3) Teori Belajar Kontruktifistik, (4)Teori Belajar
Humanistik.
Salah satu teori yang belajar yaitu Humanistik, dimana proses
belajar tersebut harus berhulu dan bermuara pada si pembelajar atau
manusia itu sendiri. Teori ini beranggapan bahwa belajar dikatakan
berhasil apabila si pembelajar mengetahui dan memahami lingkungan dan
dirinya sendiri, karena teori ini memandang belajar dari sudut pandang
pelaku pembelajar bukan dari sudut pandang pengamat ataupun pengajar.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah tokoh penemu teori Hierarchy Of Needs?
2. Apakah makna teori Hierarchy Of Needs?
3. Bagaimanakah penerapan teori Hierarchy Of Needs dalam pendidikan?
4. Apakah kelebihan dan kelemahan teori Hierarchy Of Needs?

C. Tujuan
1. Mengetahui tokoh penemu teori Hierarchy Of Needs.
2. Mengetahui makna dari teori Hierarchy Of Needs.
3. Mengetahui penerapan teori Hierarchy Of Needs dalam pendidikan.
4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teori Hierarchy Of Needs.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tokoh Teori Hierarchy Of Needs

Abraham H. Maslow
Abraham Maslow dilahirkan pada tahun 1908 dalam keluarga
imigran Rusia-Yahudi di Brooklyn, New York dan meninggal pada
tahun 1970. Ia seorang yang pemalu, neurotik dan depresif namun
memiliki rasa ingin tahun yang besar dan kecerdasan otak yang luar
biasa. Maslow memiliki IQ 195, ia unggul disekolah. Ketika beranjak
remaja, Maslow mengagumi karya para filsuf seperti Alfred North
Whitehead, Henri Bergson, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln,
Plato, dan Baruch Spinoza. Di samping berkutat dalam kegiatan
kognitif, ia juga mempunyai banyak pengalaman praktis. Ia bekerja
sebagai pengantar koran dan menghabiskan liburan dengan bekerja
pada perusahan keluarga.
Maslow hidup dalam zaman di mana bermunculan banyak aliran
psikologi yang baru tumbuh sebagai disiplin ilmu yang relatif muda.
Di Amerika, William James mengembangkan fungsionalisme,
Psikologi Gestalt berkembang di Jerman, Sigmund Freud berjaya di
Wina, dan John. B. Watson mempopulerkan Behaviourisme di
Amerika. Ketika pada tahun 1954 Maslow menerbitkan bukunya yang
berjudul Motivation and Personality, di dalamnya mengemukakan

bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan


yang bersifat hirarkis.
Pada tahun 1950, Maslow mengembangkan teori Hirarki
Kebutuhan (Hierarchy Of Needs) dan teori tersebut sampai saat ini
masih tetap digunakan dalam memahami motivasi manusia, pelatihan
manajemen, dan pengembangan pribadi. Abraham Maslow dianggap
sebagai

bapak

Psikologi

Humanistik.

Psikologi

Humanistik

menggabungkan aspek-aspek psikologi Psikoanalitik dan psikologi


Behaviouristik. Penganut Behaviourisme meyakini perilaku manusia
dikendalikan oleh faktor eksternal. Psikologi psikoanalitik didasarkan
pada gagasan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh kekuatan
bawah sadar internal. Meski mempelajari psikologi Behariouristik dan
Psikoanalitik sekaligus, Maslow menolak gagasan bahwa perilaku
manusia dikendalikan oleh faktor internal dan eksternal saja. Teori
Motivasi Maslow menyatakan bahwa perilaku manusia dikendalikan
oleh kedua faktor tersebut, yakni internal dan eksternal. Selain itu,
Teori Maslow juga menyatakan bahwa manusia

mempunyai

kemampuan unik untuk membuat pilihan dan melaksanakan pilihan


mereka sendiri. Penelitian yang dilakukannya membuat dirinya yakin
bahwa orang memiliki kebutuhan tertentu yang tidak berubah dan asli
secara genetis.
B. Teori Hierarchy Of Needs
Teori kepribadian Maslow dibuat berdasarkan beberapa asumsi
dasar mengenai motivasi. Pertama, Maslow (1970) mengadopsi sebuah
pendekatan menyeluruh pada manusia (holistic approach to motivation).
Yaitu, keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi,
termotivasi.
Kedua, motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal
(motivation is usually complex) yang berarti bahwa tingkah laku seseorang
dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah. Contohnya, keinginan

untuk belajar dapat termotivasi tidak hanya oleh adanya perintah dari
orang tua, tetapi juga kebutuhan akan nilai yang baik, prestasi dan
pengakuan kelompok . selain itu, motivasi untuk melakukan dapat disadari
maupun tidak disadari oleh orang yang melakukan. Contohnya, motivasi
seorang mahasiswa untuk mendapat nilai tinggi dapat menutupi motivasi
yang sesungguhnya yaitu kebutuhan untuk mendominasi atau memperoleh
kekuasaan.
Asumsi ketiga adalah bahwa orang-orang berulang kali termotivasi
oleh kebutuhan-kebutuhan. Ketika suatu kebutuhan terpenuhi, biasanya
kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan
tergantikan oleh kebutuhan lain. Contohnya, selama kebutuhan akan
makanan dan rasa lapar belum terpenuhi, orang akan selalu berusaha
mendapatkan makanan. Akan tetapi, ketika mereka sudah mendapat cukup
makanan, mereka beralih ke kebutuhan-kebutuhan lain seperti keamanan,
pertemanan dan penghargaan tinggi.
Asumsi lainnya adalah bahwa semua orang dimanapun termotivasi
oleh kebutuhan dasar yang sama. Bagaimana cara ornag-orang di kultur
yang berbedabeda memperoleh makanan, membangun tempat tinggal,
mengekspresikan pertemanan, dan seterusnya bisa bervariasi, tetapi
kebutuhan dasar untuk makanan, keamanan dan pertemanan merupakan
kebutuhan yang berlaku umum untuk semua mahkluk.
Asumsi terakhir mengenai motivasi adalah bahwa kebutuhakebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah hirarki (needs can be arranged
on a hierarchy) (Maslow, 1943,1970).
Hirarki Kebutuhan,Teori Maslow (1968,1970) meyakini bahwa
tindakan disatukan oleh pengarahan yang ditunjukkan untuk mencapai
tujuan.

Perilaku

berkesinambungan.

dapat

menunjukkan

Misalnya,

menghadiri

beberapa
pesta

fungsi
bisa

secara

memuaskan

kebutuhan akan kepercayaan diri dan interaksi sosial. Maslow merasa


bahwa teori pengkondisian tidak menangkap kompleksitas perilaku
manusia.

Kebanyakan

tindakan

manusia

menampilkan

usaha

untuk

memuaskan kebutuhan. Kebutuhan itu bersifat hirarki. Kebutuhan di


tingkatan yang lebih rendah harus dipuaskan secara cukup sebelum
kebutuhan diurutan yang lebih tinggi bisa mempengaruhi perilaku,
kebutuhan fisiologis, urutan bawah dalam hirarki, terkait dengan hubungan
pada makanan, udara dan air. Kebutuhan ini dipenuhi bagi kebanyakan
orang sepanjang waktu, tetapi kebutuhan itu menjadi penting ketika tidak
terpenuhi.

Kebutuhan keamanan, mencakup keamanan lingkungan,

mendominasi dalam keadaan yang penuh dengan bahaya: Orang-orang


yang menyelamatkan diri dari banjir akan mengabaikan benda-benda
berharganya untuk menyelamatkan diri. Kebutuhan keamanan juga
tercakup dalam aktivitas seperti menyimpan uang, mempertahankan
pekerjaan, dan memiliki asuransi.
Maslow (1970) mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan berikut ini
berdasarkan prapotensi dari masing-masing: fisiologis (physiological),
keamanan (safety), cinta dan keberadaan (love and belongingness),
penghargaan (esteem), dan aktualisasi diri (self-actualization).
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhann yang paling mendasar pada diri setiap manusia
adalah kebutuhan fisiologis, termasuk didalamnya adalah makanan,
air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh dan lain sebagainya.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang meiliki pengaruh atau
kekuatan besar dari semua kebutuhan. Orang-orang yang terusmenerus merasa lapar akan termotivasi untuk makan (tidak termotivasi
untuk mencari teman atau memperoleh harga diri). Mereka tidak
melihat lebih jauh dari makanan, dan selama kebutuhan ini tidak
terpenuhi, maka motivasi utama mereka adalah untuk mendapatkan
sesuatu untuk dimakan.
Kebutuhan fisiologis berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan
yang lainnya setidaknya dalam dua hal penting. Pertama, kebutuhan
fiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang dapat terpenuhi atau

bahkan selalu terpenuhi. Orang-orang bisa cukup makan sehingga


makanan akan kehilangan kekuatannya untuk memotivasi. Bagi orang
yang selesai makan dalam porsi besar, pikiran tentang makanan
bahkan dapat menyebabkan perasaan mual. Karakteristik berbeda yang
kedua dari kebutuhan fisiologis adalah kemampuannya untuk muncul
kembali. Setelah orang-orang selesai makan, mereka lama kelamaan
akan lapar lagi, mereka kemudian mengisi pasokan makanan dan air,
dan satu tarikan nafas akan dilanjutkan dengan tarikan nafas
berikutnya. Akan tetapi, kebutuhan-kebutuhan di level lainnya tidak
muncul kembali secara terus-menerus. Contohnya, orang yang paling
tidak telah memenuhi kebutuhan mereka akan cinta dan pengahargaan
akan tetap merasa percaya diri bahwa mereka dapat terus memenuhi
kebutuhan mereka akan cinta dan harga diri.
2. Kebutuhan akan Keamanan
Ketika orang telah memenuhi kebutuhan fisiologis mereka,
mereka menjadi termotivasi dengan kebutuhan akan keamanan, yang
termasuk

didalamnya

adalah

keamanan

fisik,

stabilitas,

ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan


yang mengancam, seperti perang, terorisme, penyakit, rasa takut,
kecemasan, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Kebutuhan akan
hukum, ketentraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari
kebutuhan akan keamanan (Maslow, 1970).
Kebutuhan akan keamanan berbeda dengan kebutuhan fisiologis
dalam hal ketidakmungkinan kebutuhan akan keamanan untuk
terpenuhi secara berlebihan. Orang-orang tidak akan pernah benarbenar terlindung dari meteor, bencana alam, kebakaran, banjir, atau
peristiwa bahaya lainnya.
3. Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan
Terpenuhinya kebutuhan fisiologis dan keamanan membuat
orang termotivasi untuk memenuhi kebutuhan akan cinta dan
keberadaan, seperti keinginan untuk berteman, keinginan untuk

memiliki pasangan dan anak, kebutuhan untuk menjadi bagian dari


keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan masyarakat, atau negara.
Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek dari seksualitas
dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk
memberi serta mendapatkan cinta (Maslow, 1970).
Orang yang kebutuhan akan cinta dan keberadaannya cukup
terpenuhi sejak dari masa kecil tidak menjadi panik ketika cintanya
ditolak. Orang semacam ini mempunyai kepercayaan diri bahwa
mereka akan diterima oleh orang-orang yang penting bagi mereka,
jadi ketika orang lain menolak mereka, mereka tidak merasa hancur.
Kelompok kedua adalah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang
tidak pernah merasakan cinta dan keberadaan, dan oleh karena itu,
mereka menjadi tidak mampu memberika cinta. Mereka jarang atau
bahkan tidak pernah dipeluk ataupun disentuh ataupun mendapatkan
pernyataan cinta dalam bentuk apapun. Maslow percaya bahwa orang
semacam ini lama-kelamaan akan belajar untuk tidak mengutamakan
cinta dan terbiasa dengan ketidakhadiran cinta.
Kategori ketiga adalah orang-orang yang menerima cinta dan
keberadaan hanya dalam jumlah yang sedikit. Oleh karena hanya
menerima sedikit cinta dan keberadaan, maka mereka akan sangat
termotivasi untuk mencarinya. Dengan kata lain, orang yang
menerima sedikit cinta mempunyai kebutuhan akan kasih sayang dan
penerimaan yang lebih besar daripada orang yang menerima cinta
dalam jumlah cukup atau yang tidak menerima cinta sama sekali
(Maslow, 1970).
Anak-anak membutuhkan cinta agar mereka dapat tumbuh baik
secara psikologis dan usaha mereka untuk mendapatkan kebutuhan ini
biasanya dilakukan secara jujur dan langsung. Orang dewasa juga
membutuhkan cinta, tetapi usaha mereka untuk mendapatkannya
kadang kala disembunyikan dengan baik. Orang-orang dewasa sering
kali melakukan tingkah laku yang mengalahkan diri sendiri, seperti

berpura-pura tidak ramah pada orang lain atau bersikap sinis, dingin,
kasar, dan acuh dalam hubungan interpersonal. Mereka mungkin
menunjukkan bahwa mereka tampak mandiri dan bebas, tetapi pada
kenyataannya mereka mempunyai kebutuhan yang kuat untuk
diterima dan dicintai oleh orang lain.
4. Kebutuhan akan Penghargaan (self esteem)
Orang-orang yang kebutuhan cinta
terpenuhi,

mereka

bebas

untuk

dan

mengejar

keberadaannya

kebutuhan

akan

penghargaan.
Kepuasan kebutuhan harga diri menimbulkan perasaan dan
sikap percaya diri, diri berharga, diri mampu, dan perasaan berguna
dan penting di dunia. Sebaliknya, frustasi karena kebutuhan harga diri
tak terpuaskan akan menimbulkan perasaan dan sikap inferior,
canggung, lemah, pasif, tergantung, penakut, tidak mampu mengatasi
tuntutan hidup dan rendah diri dalam bergaul. Menurut Maslow,
penghargaan dari orang lain hendaknya diperoleh berdasarkan
penghargaan diri kepada diri sendiri.
5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Akhirnya setelah semua kebutuhan dasar terpenuhi munculah
kebutuhan aktualisasi diri, yakni kebutuhan menjadi sesuatu yang
mampu

mewujudkan

seluruh

bakat

kemampuan

potensinya.

Aktualisasi diri ini mempunyai wujud berupa keinginan untuk


memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri dan untuk menyadari
semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat
melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak
prestasi potensinya.
C. Penerapan Teori Hierarchy Of Needs dalam Pendidikan
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat
penting. Hierarki Maslow dapat membantu guru memahami siswa dan
menciptakan sebuah lingkungan untuk memperkuat pembelajaran.
Tidaklah realis mengharapkan siswa menunjukkan minat pada aktivitas

10

kelas jika mereka memiliki defisiensi fisiologi atau keamanan. Anak yang
datang kesekolah tanpa sarapan dan yang tidak memiliki uang untuk
makan siang tidak bisa berfokus dengan benar pada tugas kelas. Guru bisa
bekerja sama dengan konselor, kepala sekolah, dan pekerja sosial untuk
membantu keluarga anak atau membuat program agar anak mendapatkan
makanan gratis atau pengurangan harga makan.
Beberapa siswa akan menemui kesulitan mengerjakan tugas
dengan adanya gangguan di dekat mereka (misalnya gerakan, suara
berisik). Guru bisa menemui orang tua untuk mengetahui apakah kondisi
rumah mengganggu. Gangguan dirumah bisa muncul karena tidak
terpenuhinya kebutuhan pada keamanan keinginan untuk merasa lebih
aman mengenai pelajaran. Orang tua bisa didorong untuk merancang
lingkungan rumah yang mendukung pembelajaran, meminimalisir
gangguan dikelas, dan mengajari siswa kemampuan untuk menenangkan
diri (misalnya, bagaimana cara berkonsentrasi dan memperhatikan
aktivitas akademik dengan cermat).
Hirarki Maslow merupakan bimbingan umum yang berguna untuk
memahami perilaku. Hirarki ini menunjukkan bahwa tidaklah realistis
mengharapkan siswa belajar dengan baik di sekolah jika mereka
menghadapi kesulitan fisiologis atau deficienchy keamanan. Hirarki
memberikan petunjuk kepada pendidik untuk memperhatikan mengapa
siswa melakukan sesuatu.

Pendidik menekankan prestasi intelektual,

tetapi banyak remaja lebih mementingkan kebersamaan dan keyakinan.


Sehingga di dalam menerapan toeri maslow di dalam pembelajaran, peran
guru tidak terlepas sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa. Guru
memposisikan pembelajaranya secara student centered.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat
penting. Pada proses belajar mengajar misalnya, guru mestinya guru
memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk
memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan

11

rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan
mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut
maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara
langsung, sebelum memahami barangkali ada proses kebutuhan anak yang
belum terpenuhi dibawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi
anak tersebut belum atau tidak melakukan sarapan pagi yang cukup, tidak
tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi/ keluarga yang
membuatnya cemas dan takut.
D. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Hierarchy Of Needs
Sebagaimana sebuah karakter, sebuah teori juga memiliki
kelebihan dan kekurangan. Hal ini pun terdapat pula pada teori yang
sedang kita bahas saat ini. Adapun kelebihan dari teori ini adalah:
1. Teori

Maslow

lebih

realistis

dengan

melakukan

penelitian

menggunakan obyek manusia, sehingga merupakan suatu usaha


menelaah segi-segi yang bermanfaat, bermakna, dan dapat diterapkan
bagi kemanuasiaan.
2. Mengkaji segi psikologis manusia (individu) dari sesi positif yang
dimiliki.
3. Teori ini memberikan informasi bahwa kebutuhan manusia itu jamak
(material dan non material) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula.
4. Kebutuhan manusia itu berjenjang sesuai dengan kedudukan atau
sosial ekonominya. Seorang yang berkedudukan rendah (social
ekonomi lemah) cenderung dimotivasi oleh material, sedang orang
yang berkedudukan tinggi cenderung dimotivasi oleh nonmaterial.
Berikut ini akan dijabarkan dua kelemahan dari teori tersebut.
1. Tiadanya Kebutuhan Spiritual di dalam Teori Maslow
Di dalam teori tersebut, tidak terdapat adanya kebutuhan spiritual.
Padahal selama ini, banyak kasus psikologis yang melibatkan adanya
kebutuhan manusia akan agama, kepercayaan, atau spiritualitas
tertentu. Sehingga hal ini merupakan kekurangan yang dapat dianggap
vital dalam teori maslow tersebut. Misalnya, sesoarng yang hendak
12

berinfak di masjid, menunaikan ibadah sholat, membaca al-Quran, ke


gereja dan sebagainya. Kebutuhan itulah yang tidak dikatgorikan di
dalam teori hierarki Maslow.
2. Tingkatan-tingkatan (hierarki) yang janggal
Koreksi kedua adalah sistem tingkatan yang janggal. Tingkatantingkatan didalam teori Maslow bersifat relative karena mugkin benar
bagi satu orang, tetapi belum tentu sesuai dengan orang yang lainnya.
Misalnya, kebutuhan fisiologis(sandang pangan) harus terlebih dahulu
terpenuhi sebelum kebutuhan cinta dan ingin dicintai.
Pendapat Stephan R. Covey dalam bukunya yang berjudul First
Thing First, menyebutkan bahwa Maslow di tahun-tahun terakhirnya
merevisi teorinya tersebut. Ia pun mengatakan Maslow mengakui
bahwa kebutuhan untuk mengaktualisasi diri bukan kebutuhan
tertinggi adalah self transcendence. Sebagian orang berpendapat self
transcendence adalah kebutuhan akan beragama, kebutuhan spiritual,
atau kebutuhan untuk menghubungkan diri dengan yang di atas
(Tuhan).

13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow merupakan teori motivasi yang
paling dikenal luas. Teori ini mewariskan pesan bahwa begitu orang
melewati tingkat kebutuhan tertentu, maka ia tidak terdorong oleh
motivasi tingkat dibawahnya. Kebutuhan memiliki tingkat yang
berbedda-beda.

Ketika

satu

tingkat

kebutuhan

terpenuhi

atau

mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan


tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi tingkat kebutuhan
berkutnya.
Hendaknya hierarki kebutuhan Maslow tidak dilihat secara kaku
dan mutlak. Batas-batas antara tingkatan yang satu dengan yang lain
tidak terlampau jelas dan lebih menunjukkan saling tumpang tindih.
Tidak bisa dipastikan dengan kaku bahwa kebutuhan rasa aman hanya
akan muncul setelah kebutuhan akan makanan terpuaskan sepenuhnya.
Kebanyakan orang dalam masyarakat telah mampu memuaskan sebagian
besar kebutuhan dasar, kendati belum dalam arti sepenuh-penuhnya.
Pada akhirnya yang hendak ditekankan adalah bahwa begitu suatu tingkat
kebutuhan terpuaskan, maka kebutuhan tersebut tidak lagi akan memiliki
pengaruh yang berarti pada motivasi.

14

DAFTAR PUSTAKA

Freist, J & Freist, Gregory. 1998.Theories of Personality. Amerika : Mc Graw


Hill.

Goble, Frank G. 2002. Mahzab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow.


New York: Washington Square Press.

Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories and Educational Perspective.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Hidayat, Dede Rahmat. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam
Konseling. Bogor . Ghalia.

15

You might also like