You are on page 1of 82

MAKALAH

MANAJEMEN PENGELOLAAN LABORATORIUM FISIKA


SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

Disusun Oleh :
1. Christina Ria Ernawati

(K2311014)

2. Herdiana Alvian

(K2311033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2014

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

ii

BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................................

BAB 2 ISI .......................................................................................................................

A. STANDARD OPERATIONAL PROSEDURE (SOP) (TEORI) .......................

B. STANDARD OPERATIONAL PROSEDURE (SOP) (PENERAPAN) ...........

35

C. MODUL PENGGUNAAN ALAT .....................................................................

44

D. TATA TERTIB ...................................................................................................

69

E. LAYOUT LABORATORIUM ...........................................................................

71

F. DAFTAR INVENTARIS ALAT ........................................................................

76

BAB 3 PENUTUP ..........................................................................................................

79

A. KRITIK ...............................................................................................................

79

B. SARAN ...............................................................................................................

79

ii

iii

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengelolaan Laboratorium (Laboratory Management) adalah usaha untuk mengelola
Laboratorium. Bagaimana suatu Laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan
oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa alat-alat
laboratorium yang canggih, dengan staf profesional yang terampil belum tentu dapat
beroperasi dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya manajemen Laboratorium yang
baik.
Oleh karena itu manajemen laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan Laboratorium. Suatu manajemenlab yang baik memiliki sistem
organisasi yang baik, uraian kerja (job description) yang jelas, pemanfaatan fasilitas .yang
efektif, efisien, disiplin, dan administrasi lab yang baik pula.
Secara umum manajemen sering didefinisikan sebagai, Getting things done through
other people menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Telah disebutkan berkali-kali
bahwa supervisor merupakan manajer lini terdepan yang melaksanakan pekerjaan
manajemen

untuk

merencanakan,

mengorganisir,

mengeksekusi

rencana,

serta

mengendalikan dan mengontrol proses pekerjaan menuju hasil yang diharapkan.


Jika dilihat pada sistem manajemen laboratorium, Manajememn pengelolaan
laboratorium Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo sudah cukup baik. Dimana
sudah terdapat log keluar dan masuk alat lata eksperimen Fisika. Selain itu, ketua
laboraorium juga rutin secara berkala melakukan pendataan alat alat Fisika yang butuh
perawatan dan perbaikan. Hal ini terbukti dari adanya inventarisasi alat laboratorium Fisika
yang sudah cukup rinci. Tetapi untuk manajemen peletakan barang barang atau barang
inventarisasi masih kurang. Keamanan laboratorium dan kebersihan laboratorium juga masih
kurang.
Oleh sebab itu pada makalah ini akan dibahas manajemen laboratorium beserta
perangkat perangnkat Laboratorium Fisika SMA NEGERI 2 Sukoharjo yang sesuai
dengan keadaan ideal.

B. Tujuan
1. Menyusun Standar Operational Prossedure (SOP) yang ideal
2. Menyusun Modul Penggunaan alat yang ideal
3. Menyusun daftar inventaris alat laboratorium Fisika SMA N 2 Sukoharjo
4. Menyusun tata tertib yang ideal
5. Menyusun layout atau desain laboratorium yang ideal.

C. Rumusan Masalah
1

1. Bagaimana cara menyusun Standar Operational Prossedure (SOP) yang ideal?


2. Bagaimana penyusunan Modul Penggunaan alat yang ideal
3. Bagaimana cara menyusun daftar inventaris alat laboratorium Fisika SMA N 2
Sukoharjo
4. Bagaimana cara menyusun tata tertib yang ideal
5. Bagaimana cara menyusun layout atau desain laboratorium yang ideal.

A. SOP (STANDARD OPERATIONAL PROSSEDURE)


TEORI

MEBELER LABORATORIUM

Yang dimaksud dengan fasilitas mebeler adalah peralatan mebel seperti meja, kursi,
lemari, rak dan sebagainya. Pada prinsipnya semua mebeler adalah sama, namun karena
fungsi dan tujuan pemakaiannya, maka mebeler laboratorium biasanya memiliki bentuk,
ukuran, dan jenis bahan tertentu yang dapat berbeda dengan mebeler lainnya. Sesuai dengan
tujuan pemakaian dan fungsinya. Fasilitas mebeler laboratorium dapat terdiri dari bermacammacam meja, kursi, lemari, rak dan loker, seperti yang akan dikemukakan berikut ini.
1. Meja
Macam- macam meja di laboratorium adalah meja praktikum, meja demonstrasi,
meja persiapan dan meja tulis.
a. Meja praktikum

Untuk siswa melakukan praktikum atau kegiatan pembelajaran di laboratorium

Satu meja untuk satu percobaan yang dapat dilakukan oleh dua sampai 4 orang
siswa.

Ukuran meja praktikum kira-kira dua kali meja belajar di kelas dengan atau
misalnya tinggi 75 cm, lebar 70 cm dan panjang 120 cm.

Dilengkapi dengan instalasi listrik.

Sebaiknya satu meja dipasang terpisah (jangan berimpit) dengan meja yang
lainnya.

b. Meja demonstrasi

Untuk guru melakukan demonstrasi atau kegiatan pembelajaran di


laboratorium.

Dipasang di bagian depan ruang praktikum di depan papan tulis.

Ukuran panjangnya kira-kira dua kali meja praktikum dengan lebar dan tinggi
yang sama atau bisa juga tinggi 75 cm, lebar 80 cm dan panjang 200 cm.

Dilengkapi dengan instalasi listrik berupa stop kontak.

Di samping meja demonstrasi dapat dipasang bak cuci.

c. Meja persiapan
3

Untuk guru dan atau laboran mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
untuk proses pembelajaran.

Dipasang di ruang persiapan.

Ukurannya kira-kira sama dengan meja demonstrasi.

Dilengkapi dengan instalasi listrik berupa stop kontak.

d. Meja tulis

Untuk guru.

Di pasang di ruang guru di laboratorium.

Ukurannya sama dengan ukuran meja tulis pada umumnya, lengkap dengan
laci- lacinya.

2. Kursi
Kursi di laboratorium dibedakan atas kursi biasa untuk guru dan kursi praktikum untuk
siswa melakukan percobaan atau mengikuti pembelajaran di laboratorium. Kursi
praktikum biasanya dibuat tanpa sandaran punggung dan tangan.

Kursi praktikum

umumnya dibuat dari rangka besi tingginya sekitar 50 cm dan tempat duduknya terbuat
dari kayu berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 25 cm. Agar tidak cepat merusak
lantai dan tidak menimbulkan suara berisik ketika digeser, bagian bawah (telapak) kaki
kursi sebaiknya dilapisi plastik, kayu atau karet.
3. Lemari
Lemari di laboratorium terutama dapat dibedakan atas lemari alat, lemari buku, dan
lemari administrasi.
a. Lemari alat

Dibuat dan disediakan khusus untuk menyimpan alat-alat laboratorium.

Lemari alat di laboratorioum dibedakan atas lemari tinggi yang disimpan di


ruang penyimpanan, dan lemari pendek yang terdapat di bagian pinggir ruang
praktikum.

Lemari pendek yang terdapat di bagian pinggir ruang praktikum, juga dapat
digunakan sebagai meja praktikum, misalnya untuk percobaan yang
menggunakan instalasi gas..

Semua lemari laboratorium, terutama lemari alat-alat harus terbuat dari bahan yang
kuat untuk menahan beban yang cukup berat, sebaiknya tidak dari partikel blok atau
tripleks dan multiplek yang terlalu tipis.

Agar tidak menyita tempat yang lebar, pintu lemari alat biasanya berupa pintu
geser.

Bagian depan lemari alat di ruang penyimpanan sebaiknya terbuat dari kaca, agar
mudah dilihat alat apa yang terdapat di dalamnya.

Pintu lemari alat harus dilengkapi dengan kunci yang menjamin keamaan alat di
dalamnya.

Alas tahapan lemari alat sebaiknya dapat dibongkar-pasang untuk memudahkan


penyimpanan alat-alat yang lebih tinggi dari tinggi tahap yang tersedia.

Gambar Lemari alat


b. Lemari administrasi

Lemari administrasi adalah lemari yang digunakan untuk menyimpan


segala format administrasi laboratorium.

Lemari ini dapat dibuat dari kayu atau plat logam, dengan ukuran yang
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan tempat.

Lemari ini disimpan di ruang guru, dan diberi kunci.

Gambar Lemari administrasi

c. Lemari buku
5

Digunakan untuk menyimpan berbagai buku kepustakaan laboratorium.

Lemari ini sebaiknya berninding kaca, dan tidak dikunci, agar setiap
pengguna laboratorium dapat menggunakan buku yang disimpan di
dalamnya.

Lemari ini dapat disimpan di ruang guru.

Gambar Lemari buku

4. Rak

Rak adalah lemari tanpa dinding, yang digunakan untuk menyimpan alat-alat.

Alat-alat yang disimpan dalam rak ini biasanya adalah alat-alat yang memiliki
kotak khusus, atau alat-alat yang tidak terlalu memerlukan perlindungan dari
cuaca dan debu.

Rak dapat disimpan di ruang penyimpanan alat, di ruang persiapan, dan di ruang
guru.

5. Loker
Loker siswa adalah lemari yang disediakan di laboratorium khusus untuk
menyimpan buku dan tas siswa di dalam laboratorium.
Loker ditempatkan dibagian pinggir depan atau belakang ruang praktikum.
Loker di laboratorium biasanya dibuat hanya berupa kotak-kota dari sekat-sekat
dan tahap-tahap tanpa pintu.
Loker dapat dibuat dari bahan kayu dengan ukuran yang ideal untuk siswa.
Sebaiknya disediakan satu kotak untuk tiap satu siswa.

TEKNIK PENYIMPANAN ALAT, BAHAN HABIS DAN ALAT-ALAT


LABORATORIUM

A. Penyimpanan Alat
Penataan dan penyimpanan alat-alat laboratorium sangat perlu memperhatikan
karakteristik dan spesifikasinya. Ini didasarkan pada alasan keamanan alat, kemudahan
pencarian, pemeriksaan, perawatan, pemeliharaan, dan kerapihan penyimpanan alat.
Masalah penyimpanan alat biasanya ditentukan oleh keadaan laboratorium, yaitu dimana
laboratorium berada, keadaan alat dan ada tidaknya gudang dan ruang persiapan.
Masalah penyimpanan alat ini ditentukan juga oleh pemakai laboratorium. Oleh
karena itu alat-alat laboratorium perlu dikelompokkan atau diklasifikasikan berdasarkan
kriteria yang sesuai dengan tujuan pengelompokannya.
Kriteria klasifikasi penyimpanan alat-alat laboratorium antara lain :
1. Bahan utama pembuatan ; misalnya kayu, plastik, kaca, logam, dan lainnya.
2. Massa alat. Alat laboratorium dikelompokkan berdasarkan bobot dan massanya
apakah alat-alat itu ringan atau berat.
3. Bentuk dan volume alat ; misalnya besar, kecil, bola, kubus, balok, silinder dan
lainnya.
4. Pabrik pembuat Alat. Alat laboratorium dikelompokkan berdasarkan produsen atau
pabrik pembuatnya. Pengelompokan ini tentu dengan menyebutkan nama perusahaan
pabrik pembuat dan negaranya.
5. Usia pakai. Usia pakai adalah waktu yang menyatakan berapa lama atau berapa kali
alat dapat digunakan dan berfungsi sesuai dengan spesifikasi pembuatannya.
6. Konsep fisika ; misalnya alat-alat mekanika, alat-alat listrik-magnet, alat-alat optik,
dan lainnya.
7. Fungsi dan kegunaan. Misalnya, alat ukur digunakan pada lebih dari satu percobaan
atau tergabung dalam satu set percobaan, alat peraga atau yang lainnya. Adapun alatalat yang digunakan untuk beberapa percobaan, misalnya termometer yang dipakai
untuk percobaan panas dan listrik.
8. Frekuensi pemakaian & boleh tidaknya diambil sendiri oleh siswa
Alat yang sering digunakan sebaiknya disimpan sedemikan sehingga mudah diambil
dan mudah dikembalikan. Gunakan lemari pada meja demonstrasi yang menghadap
7

ke siswa sehingga iswa dapat mengambil dan mengembalikan sendiri alat- alat
tersebut. Sebagai alternatif dapat digunakan juga lemari pada dinding laboratorium
sebagai pengganti meja demonstrasi.
9. Harga alat
Alat-alat seperti alat ukur listrik, mikroskop, stopwatch, dan termometer sebaiknya
disimpan tersendiri dalam laci atau lemari yang terkunci, karena alat-alat tersebut
selain mahal harganya juga peka dan mudah rusak.
10. Letak dan cara penyimpanan
Gabungkan alat-alat dalam satu set percobaan karena akan membantu mempermudah
pemasangan alat atau letakkan alat berdasarkan besar dan kecilnya alat tersebut
sehingga mudah terlihat apabila dibutuhkan.

B. Klasifikasi alat-alat laboratorium


Penataan dan penyimpanan alat-alat laboratorium sangat perlu memperhatikan
karakteristik dan spesifikasinya, baik untuk alasan keamanan alat, kemudahan pencarian
dan pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan, ataupun sekedar kerapihan penyimpanan.
Oleh karena itu alat-alat laboratorium perlu dikelompokkan atau diklasifikasikan
berdasarkan kritria yang sesuai dengan tujuan pengelompokkannya. Kriteria klasifikasi
alat-alat laboratrorium antara lain adalah bahan utama pembuatan, massa, bentuk dan
volume, pabrik pembuat, usia pakai, konserp fisika, fungsi atau kegunaan.

Bahan pembuatan
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bahan
utama pembuatannya, misalnya kayu, plastik, kaca, logam, dan sebagainya.

Massa
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bobot
dan massanya apakah alat-alat itu ringan atau berat.

Bentuk dan volume


Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bentuk
dan ukuran volumenya, misalnya besar, kecil, bola, kubus, balok, silinder dan
sebagainya.

Pabrik pembuat

Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan produser


atau pabrik yeng membuatnya. Pengelompokkan ini tentu dengan menyebutkan
nama PT pabrik pembuat dan negaranya.

Letak dan cara penyimpanannya


Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan Letak
dan cara penyimpanan atau cara pemasangannya. Berdasarkan kriteria ini alat
dikelompokkan atas alat-alat permanen dan alat-alat tidak permanen. Alat-alat
permanen adalah alat-alat yang terpasang tetap di bagian tertentu dalam
laboratorium, dan alat-alat tidak permanen adalah alat-alat yang dapat disimpan atau
dipindahkan sesuai dengan kebutuhan penggunaannya.

Usia pakai
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan usia
pakainya. Usia pakai adalah waktu yang menyatakan berapa lama atau berapa kali
alat itu dapat digunakan dan berfungsi dengan baik dan benar sesuai dengan
spesifikasinya pembuatannya.
Konsep fisika
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan konsep
atau materi fisika yang berkaitan dengannya, misalnya alat-alat mekanika, alat-alat
listrik-magnet, alat-alat optik dan sebagainya.
Fungsi/kegunaan
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan
fungsinya ketika digunakan apakah sebagai alat ukur yang dapat digunakan pada
lebih dari satu percobaan, sebagai satu set percobaan, sebagai alat peraga, sebagai
alat perbaikan, atau yang lainnya.
Pada prakteknya sering terjadi bahwa pengelompokkan alat-alat didasarkan kepada
lebih dari satu kriteria. Berikut ini adalah alat-alat fisdika dikelompokkan atas bahan
habis, alat permanen, alat tidak permanen dan alat perbaikan.

2. Bahan habis
Bahan habis di laboratorium fisika dapat terdiri dari bahan material dan alat-alat yang
umur pakainya pendek atau bahkan sekali pakai habis, rusak atau tidak dapat dipakai lagi.
Bahan habis yang benar-benar berupa bahan material misalnya adalah timah patri, pita
kertas ticker timer, kertas karbon, benang, tali, paku keling, spirtus, alkohol, minyak tanah,
9

bensin, pelumas dan sebagainya, sedangkan bahan habis yang berupa alat yang usia
pakainya pendek misanya adalah berbagai komponen elektronika seperti hambatan,
kapasitor, transistor dan sebagainya, pegas dan neraca pegas, termometer, hidrometer, batu
baterai, dan sebagainya. Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan bahan habis
antara lain adalah sebagai berikut ini. Pemilihan alat-alat yang harus dimasukkan ke
dalam kelompok bahan habis. Pemberian label nama dan atribut yang jelas bagi setiap
bahan habis, agar tidak tertukar penyimpanan dan pemakaiannya. Cantumkan catatan,
peringatan dan perhatian cara menggunakan yang tepat dan aman. Penyimpanan yang
sesuai dengan karakteristik alat misalnya :

Tempat penyimpanan yang tepat apakah dari kayu, plastik, kaca dan sebagainya.

Ditutup dengan rapat.

Tidak ditutup rapat atau bahkan terbuka

Suhu dan kelembaban tempat tempat penyimpanan yang sesuai, apakah bahan harus
disimpan di tempat yang kering, di tempat yang sejuk, jangan di tempat yang
lembab, atau harus dalam lemari es atau freezer, di tempat yang terang atau gelap
dan sebagainya.

Bila bahan habis termasuk bahan yang mudah terbakar, maka harus disimpan jauh
dari sumber api atau sumber panas, atau bahkan membelinya jangan terlalu banyak,
cukup sekali pakai habis saja.

Perhatikan batas waktu pemakaian dan

kadaluarsanya. Pengadaan yang sesuai dengan kebutuhan, jangan sampai berlebihan


sehingga sisa menjadi lewat bataas waktu pemakaian atau kadaluarsa. Termasuk ke
dalam bahan habis adalah bahan-bahan (padat, cair, gas) pembersih seperti sabun
dan pembersih lantai, cairan khusus pembersih lensa, lap, tissue dan sebagainya.

3.

Alat-alat permanen
Alat-alat permanen adalah alat-alat fisika yang disimpan dan sekaligus dipasang
(siap digunakan) di tempat tertentu, tidak harus atau bahkan tidak boleh dipindahpindahkan tempatnya.
Beberapa contoh alat yang dapat dipandang sebagai alat permanen misalnya adalah:

Barometer untuk mengukur tekanan udara di laboratorium

Termometer suhu ruangan untuk mengukuir suhu udara di laboratorium.

Higrometer untuk mengukur kelembaban udara dalam ruangan laboratorium.

10

Bandul fisis.

Pesawat Ethwood.

Foto, diagram, gambar, poster, contoh grafik.

Pembakar bunsen dan instalasi gasnya.


Pemasangan alat-alat permanen hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini :
Pemilihan tempat yang stategis untuk pengamatan atau bahkan melakukan percobaan.
Ketepatan posisi pemasangan di tempat yang sudah ditentukan.
Tempat pemasangan dan alat yang dipasang ditempat itu harus terhindar dari faktorfaktor yang dapat mengganggu atau merusak alat seperti panas matahari, kelembaban,
banyak getaran dan sebagainya.
Setiap alat permanen dapat diberi kartu alat yang menjelaskan nama dan atributatribut lain alat tersebut seperti jumlah, spesifikasi, asesoris dan tempat
penyimpanannya.

4. Alat-alat tidak permanent


Sebagian besar alat-alat fisika adalah alat-alat tidak permanen. Alat-alat tidak
permanen adalah alat-alat yang penyimpanan dan pemakaiannya dapat berpindah-pindah
tempat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penyimpanan atau penggunaannya.
Alat-alat tidak permanen dapat dikelompokkan berdasarkan kriteria pengklasifikasian
yang pernah dijelaskan sebelumnya.

Alat-alat tidak permanen dapat berupa alat ukur

yang dapat disetting dalam lebih dari satu macam percobaan, asesoris yang dapat
digunakan pada lebih dari satu alat yang lain, asesoris khusus untuk satu alat tertentu, satu
set percobaan yang tidak dapat dipisah-pisahkan lagi komponen-komponennya, satu set
peraga tidak dapat dipisah-pisahkan lagi komponen-komponennya. Alat-alat tidak
permanen hendaknya disimpan berdasarkan kriteria pengklasifikasian yang sudah
ditentukan.

Alat-alat tidak permanen yang berupa set percobaan atau set peraga jangan

sampai komponen-komponen atau asesoris-asesorisnya tercerai berai. Untuk itu maka


setiap set percobaan atau set peraga dapat disimpan disatu tempat sekaligus, misalnya
disimpan dalam satu kotak atau dus. Setiap alat tidak permanen dapat diberi kartu alat
yang menjelaskan nama dan atribut-atribut lain alat tersebut seperti jumlah, spesifikasi,
kondisi, asesoris dan tempat penyimpanannya.

5. Alat-alat perbaikan
11

Alat-alat perbaikan adalat alat-alat (tools) yang digunakan untuk memperbaiki


atau bahkan membuat alat-alat laboratorium.

Alat-alat perbaikan mutlak harus ada di

laboratorium. Alat-alat perbaikan diinventarisir dan disimpan di tempat yang mudah


dicari. Alat-alat perbaikan harus selalu diambil dan disimpan dari dan ke tempat yang
sudah ditentukan. Jumlah, jenis dan kualitas alat perbaikan dapat disesuaikan dengan
kemampuan mengadakannya namun hendaknya memadai dan memenuhi kebutuhan.
Tidak usah mengadakan, membeli atau memiliki alat perbaikan yang personalia
laboratorium tidak dapat menggunakannya. Alat-alat perbaikan harus terpelihara dan
terawat dengan baik jumlah, jenis dan kualitasnya sehingga selalu ada dan siap dapat
berfungsi dengan benar ketika digunakan untuk memperbaiki. Sebagian dari alat-alat
perbaikan dapat merupakan bahan habis, misalnya adalah mata bor, mata gergaji, pisau
cutter, dan sebagainya. Alat perbaikan berupa tools kit dapat diangga sebagai contoh
minimal dari alat perbaikan yang harus ada di laboratorium.

12

ORGANISASI LABORATORIUM

Yang dimaksud dengan organisasi laboratorium fisika di sekolah dalam uraian ini
adalah pemberdayaan segala sumber daya yang dimiliki sekolah dalam penyelenggaraan
laboratorium fisika di sekolah. Pemberdayaan segala sumber daya itu direncanakan dan
dilaksanakan secara teratur sehingga penyelenggaraan laboratorium fisika sekolah berjalan
sesuai dengan peranan fungsi dan manfaat laboratorium fisika sekolah dalam upaya
mendukung tercapainya visi, misi dan tujuan sekolah. Keberadaan organisasi laboratorium
fisika sekolah ditandai dengan adanya kejelasan fungsi dan kedudukan laboratorium dalam
organisasi sekolah, personalia laboratorium, dan manajemen pengelolaan laboratorium.
Sesuai dengan fungsi laboratorium fisika sekolah sebagai salah satu fasilitas penunjang
proses pembelajaran fisika di sekolah, maka kedudukan laboratorium fisika sekolah dalam
organisasi sekolah sebaiknya berada di bawah bagian kurikulum yang mengayomi semua
bidang studi di sekolah. Dengan demikian seluruh penyelengaraan laboratorium fisika
sekolah dan hubungannya dengan bagian lain di sekolah berada di bawah koordinasi kepala
bagian kurikulum itu. Bila dianggap tidak mungkin (dan umumnya demikian) kepala bagian
kurikulum bertindak langsung sebagai pengelola laboratorium fisika sekolah, maka lebih
baik jika terdapat satuan tugas pengelola laboratorium fisika sekolah yang bertanggung
jawab kepadanya. Hal itu diharapkan dapat menciptakan suasana yang kondusif dalam
penyelenggaraan laboratorium fisika sekolah.

Pada sekolah yang besar dengan laboratorium yang besar dan komplek, personalia
laboratorium mungkin tidak cukup hanya dengan ketua laboratorium dan para guru
fisikanya saja, melainkan bahwa ketua laboratorium harus didampingi oleh beberapa orang
13

anggota pengelola laboratorium, baru kemudian guru-guru lain sebagai pengguna


laboratorium.
Tugas utama pengelola laboratorium adalah mengkoordinir semua kegiatan
laboratorium, melaksanakan inventarisasi dan administrasi alat-alat dan fasilitas
laboratorium, serta menciptakan suasana akademik laboratorium yang nyaman dan kondusif
sehingga menjamin keselamatan kerja di laboratorium. Agar tugas utamanya itu dapat
terlaksana dengan baik, pengelola laboratorium dapat menyelenggarakan rapat koordinasi
dengan semua guru dalam rangka merencanakan semua kegiatan laboratorium yang akan
dilakukan berikut strategi dan pengaturan pelaksanaan serta cara mengevaluasi dan
mengembangkannya.
Dalam rapat koordinasi pengelola laboratorium dapat didiskusikan dan disepakati halhal yang berkaitan dengan penyelenggaraan laboratorium, antara lain sebagai berikut ini.

Evaluasi dan review keterlaksanaan program kerja semester atau tahun lalu.

Evaluasi dan review keterlaksanaan tata tertib laboratorium satu semester atau satu
tahun yang lalu.

Pendataan sisa bahan habis, dan jumlah serta jenis alat yang rusak dan hilang selama
satu semester atau satu tahun yang lalu.

Analisis kebutuhan alat dan bahan habis satu semester atau satu tahun ke depan.

Penyusunan program kerja laboratorium satu semester atau satu tahun ke depan.

Pembagian tugas setiap individu pengelola laboratorium.

Pembuatan jadwal kegiatan laboratorium satu semester atau satu tahun ke depan.

Pengajuan kebutuhan alat-alat dan bahan habis satu semester atau satu tahun ke depan.

14

ADMINISTRASI LABORATORIUM

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan fasilitas laboratorium adalah
sarana fisik laboratorium seperti fasilitas ruangan, fasilitas instalasi listrik, air dan gas serta
fasilitas mebeler dan sebagainya, sedangkan alat-alat laboratorium terdiri dari bahan-bahan
habis, alat-alat permanen, alat-alat tidak permanen serta peralatan (tools) perbaikan. Semua
fasilitas dan alat-alat tersebut setiap saat dapat berubah keadaan jenis, kualitas, dan
kuantitasnya karena banyak faktor seperti tingginya frekuensi penggunaan, usia pakai,
kerusakan, kehilangan dan sebagainya.
1. INVENTARISASI ALAT DAN FASILITAS LABORATORIUM
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan fasilitas laboratorium
adalah sarana fisik laboratorium seperti fasilitas ruangan, fasilitas instalasi listrik, air dan
gas serta fasilitas mebeler dan sebagainya, sedangkan alat-alat laboratorium terdiri dari
bahan-bahan habis, alat-alat permanen, alat-alat tidak permanen serta peralatan (tools)
perbaikan. Semua fasilitas dan alat-alat tersebut setiap saat dapat berubah keadaan jenis,
kualitas, dan kuantitasnya karena banyak faktor seperti tingginya frekuensi penggunaan,
usia pakai, kerusakan, kehilangan dan sebagainya. Untuk memudahkan pengontrolan dan
analisis kebutuhan atas semua fasilitas dan alat-alat tersebut, maka pengelolaan
laboratorium harus dilengkapi dengan tindakan inventarisasi secara rutin dan teratur
dengan instrument inventarisasi yang jelas, mudah dipahami, dan mudah diakses namun
tidak dapat diubah secara sembarang oleh orang atau pihak yang tidak berwenang.
Instrument yang dimaksud antara lain adalah daftar inventaris alat dan kartu alat.
a. Daftar inventaris alat dan fasilitas laboratorium
Daftar inventaris alat dan fasilitas laboratorium adalah catatan atas semua alatalat dan fasilitas laboratorium.

Daftar inventaris alat dan fasilitas laboratorium dapat dibuat dalam bentuk buku
catatan dengan tulisan tangan, file cetakan, ataupun dalam bentuk file elektronik
seperti dalam disket, hardisk, CD, dan flashdisk.

Daftar inventaris alat dan fasilitas laboratorium memuat nama dan berbagai
atribut alat-alat dan fasilitas laboratorium.

Yang dimaksud dengan atribut alat-alat dan fasilitas laboratorium dalam daftar
inventaris adalah catatan keterangan mengenai nama alat, nomor kode alat,
15

spesifikasi, jumlah, keadaan baik atau rusak, tanggal pembelian atau penerimaan,
pabrik pembuat, nomor seri/tipe/model, tempat penyimpanan bahkan mungkin
juga sumber dana pembelian atau pengadaan serta keterangan lain yang dianggap
perlu sesuai dengan kondisi dan sistem manajemen di laboratorium sekolah yang
bersangkutan.

Perhatikan mungkin ada dan biasanya ada aturan resmi dari pemerintah, dinas
pendidikan atau sekolah mengenai tatacara pembuatan daftar inventaris dan
pemberian berbagai atribut alat dan fasilitas laboratorium.

Daftar inventaris selalu diperbaharui setiap dalam batas perioda tertentu, sehingga
daftar inventaris selalu sesuai dengan keadaan alat dan fasilitas laboratorium
dalam perioda waktu yang bersangkutan.

Daftar inventaris alat dan fasilitas laboratorium sebaiknya dapat dibaca oleh
semua pihak yang berhak dan dianggap memerlukan, tetapi jangan sampai bisa
diberi perubahan oleh siapapun kecuali yang berwenang.

Daftar inventaris alat dan fasilitas laboratorium harus memudahkan penyimpanan


dan pengambilan serta pemeriksaan alat dan fasilitas laboratorium.
Berikut ini adalah salah satu contoh daftar inventaris yang dapat dibuat.

Keterangan dari setiap judul kolom pada daftar inventaris di atas adalah sebagai
berikut ini.
16

1). No. adalah nomor urut masuknya alat ke dalam daftar inventaris.
2). Nama adalah nama alat, nama ini biasanya sama dengan nama yang diberikan
oleh pabrik pembuatnya. Nama alat dapat juga diberikan sesuai dengan konsep
materi fisika.
3). Asesoris adalah kelengkapan kecil atau bagian-bagian alat yang dapat dibuka dan
dipasang pada alat yang bersangkutan.
4). Kode atau nompor kode adalah nomor yang diberikan oleh pembuiat daftar
inventaris kepada setiap alat yang termasuk di dalam daftar inventaris.
Pengkodean ini hendaknya mengacu (jika ada) kepada peraturan pemerintah
mengenai pengkodean inventaris barang-barang negara. Biasanga dua angka
terakhir

menyatakan

nomor

urut

dari

jumlah

alat

sejenis,

misalnya

///2/6, berarti alat itu adalah alat yang ke 2 dari jumlah 6 yang ada.
5). Spesifikasi adalah data-data teknis alat baik dari tampilannya seperti bentuk,
massa, ukuran panjang x lebar x tinggi, warna, bahan utama, ataupun data-data
pengukuran jenis besaran yang diukur (jika listrik misalnya ac, dc, atau ac-dc)
seperti batas ukur, skala makasimum, skala terkecil, ketelitian dan sebagainya.
6). Jumlah adalah banyaknya alat yang ada dan terdaftar dalam daftar inventaris,
biasanya dinyatakan pada angka terakhir dari kode (lihat keterangan kolom 4).
7). Tanggal penerimaan adalah tanggal bulan dan tahun alat itu diterima.
8). Pabrik pembuat adalah pabrik atau perusahaan atau pihak yang memproduksi alat.
9). Nomor seri adalah nomor produk yang diberikan oleh pabrik pembuat berkaitan
dengan serial atau model produksinya.
10). Tempat Penyimpanan adalah nomor lemari, laci atau rak tempat alat disimpan.

b. Kartu alat
Kartu alat adalah kartu yang bertuliskan identitas dan segala atribut alat. Kartu alat
dibuat dari kertas yang tebal agar tidak cepat sobek. Kartu alat digantungkan pada
setiap alat. Kartu alat dapat dibedakan warnanya untuk setiap laboratorium yang
berbeda. Sebaiknya selalu ada persedian kartu kosong untuk alat baru.
c. Label alat
Label alat adalah label atau kartu kecil yang bertuliskan nnama dan kode alat,
ditempel secara permanen pada alat. Label alat ditempel pada setiap alat dan asesoris
17

alat. Warna label alat dapat dibedakan untuk setiap laboratorium atau setiap
klasifikasi alat tertentu. Sistem pengkodean pada label alat sama dengan sistem
pengkodean pada daftar inventaris dan kartu alat.

2. ADMINISTRASI PENGGUNAAN LABORATORIUM


Administrasi penggunaan alat terutama ditujukan untuk mengetahui kapan, berapa
lama, dan untuk apa dan oleh siapa laboratorium dan alat-alat laboratorium digunakan.
Data ini penting berkaitan dengan efisiensi dan efektifitas penggunaan laboratorium dan
alat- alat laboratorium serta kegiatan pemeliharaan dan perawatan alat-alat, karena setiap
alat memiliki usia pakai yang dapat berbeda satu sama lain.
Pada garis besarnya, kegiatan laboratorium dapat dibedakan atas kegiatan rutin dan
kegiatan non rutin atau insidental. Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilaksanakan
dengan jadwal teratur dan berkala menurut perioda tertentu, sedangkan kegiatan non ruitn
atau insidental adalah kegiatan yang dilaksanakan sewaktu-waktu jika diperlukan.
Walaupun hanya dilaksanakan sewakltu-waktu jika diperlukan saja, kegiatan non rutin
18

tetap harus direncakan dengan baik hingga pada saatnya dapat dilaksanakan dengan
lancar. Untuk kegiatan rutin maka perencanaannya harus melibatkan semua guru yang
terlibat didalamnya dengan pembagian tugas dan penjadwalan yang disepakati bersama.
Jadwal kegiatan rutin harus menunjukkan dengan jelas hari, tanggal dan jam serta jenis
kegiatan, peserta dan guru penanggung jawabnya. Untuk kegiatan pembelajaran yang rutin
menggunakan laboratorium serta alat-alat laboratorium, jadalnya dapat dibuat misalnya
seperti pada contoh di bawah ini.

Gambar Label alat

2. ADMINISTRASI PENGGUNAAN LABORATORIUM


Administrasi penggunaan alat terutama ditujukan untuk mengetahui kapan, berapa
lama, dan untuk apa dan oleh siapa laboratorium dan alat-alat laboratorium digunakan.
Data ini penting berkaitan dengan efisiensi dan efektifitas penggunaan laboratorium dan
alat- alat laboratorium serta kegiatan pemeliharaan dan perawatan alat-alat, karena setiap
alat memiliki usia pakai yang dapat berbeda satu sama lain.
Pada garis besarnya, kegiatan laboratorium dapat dibedakan atas kegiatan rutin dan
kegiatan non rutin atau insidental. Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilaksanakan
dengan jadwal teratur dan berkala menurut perioda tertentu, sedangkan kegiatan non ruitn
atau insidental adalah kegiatan yang dilaksanakan sewaktu-waktu jika diperlukan.
Walaupun hanya dilaksanakan sewakltu-waktu jika diperlukan saja, kegiatan non rutin
tetap harus direncakan dengan baik hingga pada saatnya dapat dilaksanakan dengan
lancar. Untuk kegiatan rutin maka perencanaannya harus melibatkan semua guru yang
terlibat didalamnya dengan pembagian tugas dan penjadwalan yang disepakati bersama.
Jadwal kegiatan rutin harus menunjukkan dengan jelas hari, tanggal dan jam serta jenis
kegiatan, peserta dan guru penanggung jawabnya. Untuk kegiatan pembelajaran yang rutin
menggunakan laboratorium serta alat-alat laboratorium, jadalnya dapat dibuat misalnya
seperti pada contoh di bawah ini.

19

Untuk pelaksanaan semua kegiatan rutin dan kegiatan non rutin, administrasi
penggunaan laboratorium dan alat-alat laboratorium dapat dilakukan misalnya dengan
menggunakan tabel di bawah ini.

20

Keterangan :

No. adalah nomor urut pemakai, dimulai dengan nomor satu untuk pemakai pertama,
nomor dua , tiga dan seterusnya secara berurutan.

Tanggal adalah tanggal bulan dan tahun pemakai melaksanakan kegiatan

Jam

adalah waktu pelaksanaan kegiatan.

Pemakai atau pengguna adalah personal/individu guru, siswa atau pihak


penanggunbg jawab kegiatan yang menggunakan laboratorium dan atau alat-alat
laboratorium termasuk bahan habis.

Jumlah peserta adalah banyaknya perserta yang memngikuti kegiatan.

Kegiatan adalah nama atau jenis kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan
laboratorium

dan

atau

alat-alat

laboratorium,

misalnya

adalah

kegiatan

pembelajaran, demonstrasi, praktikum atau yang lainnya..

Alat yang dipakai adalah nama dan jumlah bahan habis dan atau alat-alat yang
digunakan.

3. Administrasi peminjaman alat-alat laboratorium


21

Pada prinsipnya, laboratorium beserta segala bahan habis dan alat-alat labnoratorium
di dalamnya adalah diperuntukkan bagi setiap dan semua guru dan siswa yang
membutuhkannya dalam proses pembelajaran di dalam sekolah. Dengan demikian setiap
dan semua guru dan siswa berhak menggunakannya untuk kepentingan proses
pembelajaran di dalam sekolah yang bersangkutan, namun tidak berarti bahwa semua
berlangsung tanpa kontrol dan tanpa kendali, dan bukan tidak mungkin terjadi pemakaian
di luar laboratorium atau bahkan di luar sekolah. Agar tanggung jawab atas resiko
kehilangan dan kerusakan tidak tertumpu pada seseorang atau akhirnya saling
menyalahkan tanpa bukti, maka diperlukan administrasi peminjaman alat-alat yang tertib
dan dapat memberikan bukti atas peminjaman alat-alat untuk berbagai kepentingan baik di
dalam maupun diluar laboratorium dan sekolah yang bersangkutan.
Yang Juga penting dalam administrasi peminjaman alat-alat laboratorium adalah
adanya kebijakan yang jelas (bila perlu tertulis) mengenai alat-alat yang boleh dan yang
tidak boleh dipinjamkan, serta tata tertib dan prosedur peminjaman. Pelaksanaannya,
administrasi peminjaman alat-alat dapat dilakukan dengan menggunakan bon atau bukti
peminjaman alat dan buku catatan peminjaman alat-alat, seperti contoh di bawah ini.

22

Bon pinjaman tersebut di atas diisi dengan jelas oleh peminjam. Peminjaman harus
mendapat persetujuan paling tidak dari kepala/ketua/penanggung jawab laboratorium.
Peminjaman di catat dalam buku pinjaman alat-alat dan bon/bukti peminjaman ditahan
oleh petugas laboratorium yang melayani peminjaman itu. Bon peminjaman diserahkan
kembali kepada peminjam pada saat peminjam mengembalikan alat-alat yang dipinjamnya
dalam keadaan utuh. Selama bon peminjaman masih berada di tangan petugas
laboratorium, berarti peminjam belum mengembalikan alat yang dipinjamnya.

4. Administrasi pemeliharaan dan perawatan alat-alat laboratorium


Pemeliharaan dan perawatan alat-alat merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan
laboratorium yang paling penting dilakukan untuk menjaga agar alat-alat laboratorium
dapat digunakan sesuai dengan batas usia pakainya. Kegiatan memelihara dan merawat
alat-alat

laboratorium

dapat

meliputi

kegiatan-kegiatan

membersihkan

alat-alat,

memeriksa hasil kerja dan unjuk kerja alat, memperbaiki bagian-bagian alat yang rusak,
mengganti bagian-bagian alat yang hilang, menyimpan alat-alat sesuai dengan daftar
inventaris, memeriksa ketersediaan dan kebutuhan sehingga memeberikan informasi bagi
pengadaan alat-alat.
Kegiatan pemeliharaan dan perawatan itu sebaiknya dijadwalkan dan dicatat
sehingga dapat memberikan informasi tentang riwayat alat sejak dari pembelian,
pemakaian, pemeliharaan sampai habis usia pakainya. Catatan pemeliharaan dan
perawatan alat-alat itu misalnya adalah seperti pada contoh format isian untuk
pemeliharaan dan perawatan alat-alat seperti di bawah ini.

23

KESELAMATAN KERJA

Yang dimaksud dengan keselamatan kerja di laboratorium adalah menyangkut


keselamatan orang yang melakukan kegiatan di laboratorium dan keselamatan alat-alat
laboratorium yang digunakannya. Keselamatan kerja di laboratorium perlu diperhatikan
dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan kerja bagi orang yang melakukan kegiatan
atau perkerjaan di laboratorium dan mencegah terjadinya kerusakan alat laboratorium yang
digunakannya.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat kesalahan cara dan prosedur
melakukan pekerjaan, maka perlu diadakan tata tertib laboratorium dan pedoman kegiatan
laboratorium

yang jelas, sedangkan untuk mencegah terjadinya kerusakan alat-alat

laboratorium akibat kesalahan pengoperasian alat-alat maka manual penggunaan alat dan
penuntun percobaan, harus selalu tersedia bagi setiap yang akan menggunakan alat-alat itu.
Akan tetapi, walaupun segala upaya telah dilakukan, kecelakaan kerja dan kerusakan alat
tetap bisa terjadi. Untuk mengatasi kecelakan kerja dan kerusakan alat yang terjadi maka
diperlukan alat keselamatan, dan alat-alat untuk perbaikan.
A. Tata tertib laboratorium
Tata tertib laboratorium dapat dibedakan tata tertib umum dan tata tertib khusus.
Tata tertib umum adalah tata tertib yang berlaku bagi semua orang yang bekerja di
laboratorium baik itu siswa, guru ataupun pegawai lain yang memasuki laboratorium.
Tata tertib khusus adalah tata tertib yang berhubungan dengan prosedur kerja dan
berlaku di kalangan tertentu misalnya para guru atau pimpinan sekolah, tidak perlu
diketahui oleh siswa.
Yang perlu diatur dan dikemukakan dalam tata tertib umum adalah hal-hal yang
berhubungan dengan :

Disiplin waktu melaksanakan dan mengikuti kegiatan di laboratorium.

Cara berpakaian untuk bekerja di laboratorium.

Cara bertutur kata, dan berperilaku di dalam laboratorium.

Barang bawaan yang boleh dan yang tidak boleh dibawa ke dalam dan ka luar
laboratorium.

Prosedur peminjaman, pemakaian dan pengembalian alat-alat laboratorium.

Keselamatan kerja dan keselamatan alat-alat laboratorium.

24

Pemeliharaan keamaan, kebersihan dan kenyamanan laboratorium.

B. Pedoman kegiatan
Pedoman kegiatan laboratorium adalah petunjuk teknis perencanaan, palaksanaan
dan evaluasi serta monitoring kegiatan laboratorium. Kegiatan laboratorium yang
dimaksud dapat berupa kegiatan rutin seperti kegiatan pembelajaran ataupun kegiatan
non rutin seperti perlombaan karya ilmiah, perlombaan kreativitas siswa dan guru dalam
bidang fisika, pameran dan sebagainya. Pedoman kegiatan laboratorium ini ditujukan
kepada mereka yang akan melaksanakan kegiatan laboratorium.
Pedoman kegiatan laboratorium ini berisi antara lain :

Informasi dan penjelasan tentang organisasi laboratorium.

Prosedur kerja dan tata tertib laboratorium.

Berbagai peluang dan kendala yang dimiliki laboratorium.

Rencana kerja dan jadwal kegiatan rutin laboratorium.

Jadwal kosong laboratorium yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan


laboratorium non rutin.

Petunjuk teknis pengorganisasian kegiatan laboratorium

Petunjuk pelaksanaan kegiatan yang harus dipenuhi, serta pembagian tugas dan
tanggung jawak perencanaan pelaksanaan dan evaluasi serta monitoring kegiatan
laboratorium yang akan dilaksanakan.

C. Manual pengunaan alat


Buku manual alat atau biasa disebut secara singkat sebagai manual alat adalah buku
atau lembaran kertas yang berisi informasi mengenai spesifikasi alat, fungsi alat, teknik
pengoperasian dan cara menggunakannya.
Manual alat diterima bersamaan dengan penerimaan alat yang dibeli atau dipesan
atau dikirim. Alat-alat yang berasal dari luar negeri, manualnya biasa ditulis dalam
bahasa inggris atau bahkan ada yang ditulis dengan huruf kanji. Apapun bentuk dan
isinya, manual alat harus selalu ada selama alat yang bersangkutan itu ada dan masih
berfungsi. Ketika alat baru diterima, manualnya harus segera difotocopy, manual aslinya
disimpan atau diamankan dan yang kemudian digunakan adalah fotocopynya. Manual
alat pertama kali digunakan oleh penerima alat untuk memeriksa kelengkapan alat yang
diterima bersamanya. Manual alat kemudian digunakan untuk memeriksa keberfungsian
25

alat yang baru diterima. Selanjutnya manual ini dipelajari dan digunakan oleh setiap
pengguna alat. Manual alat yang ditulis dalam bahasa inggris bahkan ada yang ditulis
dengan huruf kanji hendaknya dibuat versi bahasa indonesianya agar setiap pengguna
alat dapat memahaminya. Jika manual alat yang asli dianggap kurang jelas, kurang rinci
atau kurang operasional, maka lebih baik di buat manual penggunaan yang dianggap
akan lebih mempermudah orang dalam menggunakan alat yang bersangkutan.

D. Penuntun percobaan
Kegiatan percobaan dapat dilakukan oleh siswa sebagai peserta pembelajaran,
maupun oleh guru sebagai pengajar baik ketika ia mempelajari sendiri maupun ketika
memperagakan atau mendemonstrasikan alat percobaan. Agar kegiatan percobaan
berjalan dengan baik dan mencapai tujuan percobaan dan tujuan pembelajarannnya,
diperlukan penuntun percobaan yang disusun sesuai dengan tujuan percobaan dan tujuan
pembelajarannya. Jumlah dan jenis percobaan direncanakan dan diperhitungan bersamasama oleh semua guru fisika sebelum semester berjalan dimulai. Jumlah dan jenis
percobaan disesuaikan dengan tuntutan kurikulum dan kemampuan laboratorium
menyediakan alat-alat dan bahan-bahannya. Penentuan jumlah dan jenis percobaan ini
juga menentukan pengajuan usulan atau permohonan kebutuhan bahan-bahan dan alatalat laboratorium tiap semester.
Setelah jumlah dan jenis percobaan ditentukan, tahap berikutnya adalah pembagian
tugas diantara guru fisika untuk menulis dan menyusun penuntun percobaan atau
memperbaiki penuntun percobaan yang mungkin sudah ada sebelumnya.

Penuntun

percobaan yang disusun oleh seorang guru fisika sebaiknya direviu oleh sesama guru
fisika yang lain.

Penuntun percobaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan

berpikir siswa yang akan menggunakannya. Penuntun percobaan disusun sesuai dengan
tujuan pembelajaran atau indikator pembelajaran yang hendak dicapai dengan kegiatan
percobaan yang bersangkutan. Penuntun percobaan harus menyebutkan dengan jelas
bahan dan alat yang digunakan, bila perlu lengkap dengan spesifikanya.

Penuntun

percobaan harus jelas melatrihkan keterampilan melakukan penyelidikan/penelitian.


Penuntun percobaan tidak harus selalu berbentuk resep.

Penuntun percobaan

hendaknya harus sudah dapat dipelajari anak sebelum melakukan percobaan.

E. Alat-alat keselamatan
26

Alat-alat keselamatan dapat dibedakan atas alat-alat bantu yang digunakan dalam
percobaan untuk menjaga keselamatan alat dan keselamatan kerja percobaan itu, dan
alat- alat atau bahan-bahan yang digunakan untuk memberikan semacam pertolongan
pertama kepada kecelakaan kerja yang terjadi di dalam laboratorium. Beberapa alat-alat
bantu yang digunakan untuk menjaga keselamatan alat dan keselamatan kerja di
laboratorium misalnya adalah sebagai berikut ini.

Tang penjepit dari kayu atau logam berlapis kasa untuk menjepit dan memegang
benda (misalnya tabung reaksi) yang dipanaskan.

Statif dan klem untuk menjaga atau menggantungkan.

Benang atau tali untuk mengikat atau menggantungkan.

Capit buaya yang dihubungkan dengan penghantar untuk dipasang pada kaki
komponen elektronik yang akan disolder sehingga komponen elektronik tidak terlalu
kena panas solder.

Hambatan geser untuk menjaga agar arus tidak terlalu besar.


Selain alat-alat tersebut diatas dan banyak alat lain yang belum disebutkan, pelaku

percobaan atau kegiatan laboratorium juga perlu memeperhatikan pakaian yang


dikenakan ketika melakukan percobaan. Pakaian yang dikenakan harus simpel dan
memberikan kemudahan bergera. Pada percobaan-percobaan tertentu mungkin perlu
digunakan laboratorium jas, sarung tangan dari bahan tertentu, kaca mata, alas kaki,
masker dan sebagainya.
Untuk menanggulangi atau memberikan semacam pertolongan pertama pada
kecelakaan, maka setiap laboratorium hendaknya memiliki instalasi keselamatan atau
sekurang- kurangnya kotak PPPK.
Kotak PPPK (P3K) adalah kotak yang berisi alat-alat dan obat-obatan untuk
pertolongan pertama pada kecelakaan. Kotak ini biasanya berwarna putih dan diberi
tanda palang merah, disimpan di tempat yang strategis dan mudah dijangkau. Tissu, lap
pembersih serta alat-alat untuk membersihkan zat cair atau bahan lain yang tumpah atau
tercecer, serta alat-alat kebersihan yang lain.. Tissu, lap perbersih, atau kertas dan lap
khusus serta bahan-bahan atau zat-zat yang tertentu untuk membersihkan alat-alat yang
tertentu pula. Tabung pemadam kebakaran atai sekurang-kurangnya lap basah dan lebar
atau kotak berisi pasir untuk memadamkan api sesegera mungkin, bahkan dalam
laboratorium yang cangging terdapat instalasi keselamatan berupa sensor asap dan
sprayer serta sistem hidram dan alarm kebakarannya.
27

PERENCANAAN PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEGIATAN


LABORATORIUM

Kegiatan laboratorium dapat dibedakan atas kegiatan yang bersifat administratif seperti
bagaimana

melakukan

perencanaan

kegiatan

laboratorium,

pelaksanaan

kegiatan

laboratorium, serta evaluasi dan monitoring kegiatan laboratorium, dan kegiatan laboratorium
yang bersifat akademis atau keilmuan seperti pemeliharaan dan perawatan alat-alat
laboratorium, persiapan alat-alat laboratorium, pembuatan alat peraga sederhana, praktikum,
demonstrasi. Pada kegiatan belajar 1 ini akan dibahas mengenai kegiatan yang bersifat
administratif seperti bagaimana melakukan perencanaan kegiatan laboratorium, pelaksanaan
kegiatan laboratorium, serta evaluasi dan monitoring kegiatan laboratorium.
1. Perencanaan kegiatan laboratorium
Perencanaan kegiatan laboratorium adalah kegiatan awal yang strategis untuk
menetapkan program kerja laboratorium berdasarkan analisis keadaan dan kebutuhan yang
sudah teridentifikasi. Perencanaan kegiatan laboratorium hendaknya melibatkan semua
personil dan guru yang terlibat dalam pengelolaan dan penyelenggaraan laboratorium.
Semua personil dan guru yang terlibat dalam perencanaan kegiatan laboratorium
hendaknya memahami betul program kerja yang direncanakan serta peran dan
kewajibannya masing- masing. Beberapa hal penting dalam perencanaan kegiatan
laboratorium adalah seperti yang akan dikemukakan berikut ini.
Perencanaan kegiatan laboratorium dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali
setiap sebelum satu semester dan satu tahun ajaran baru.

Perencanaan kegiatan

laboratorium harus sesuai dan mendukung program kerja sekolah. Perencanaan kegiatan
laboratorium harus didahului dengan evaluasi dan analisis keadaan serta peluang dan
hambtan yang dimiliki laboratorium.
Perencanaan kegiatan laboratorium dikembangkan berdasarkan hasil analisis
keadaan pada semester berjalan atau yang lalu. Perencanaan kegiatan laboratorium harus
menyebutkan secara eksplisit segala kebutuhan yang diperlukan untuk pelaksanaannya.
Perencanaan kegiatan laboratorium harus mencantumkan secara eksplisit frekuensi dan
jadwal kegiatan yang akan dilakukan.
Perencanaan kegiatan laboratorium harus mencantumkan secara eksplisit wewenang,
kewajiban dan tugas serta tanggung jawab setiap personalia dan guru yang terlibat dalam
kegiatan laboratorium, jika perlu sampai kepada hak-hak yang dapat diperoleh oleh setiap
28

individu tersebut. Perencanaan kegiatan laboratorium harus disampaikan kepada pihak


sekolah sebagai proposal kegiatan laboratorium untuk semester atau tahun ajaran yang
akan datang. Setelah proposal perencanaan kegiatan laboratorium itu disetujui oleh pihak
sekolah, hendaknya segera diinformasikan kembali kepada semua pihak yang terlibat
sebagai program kerja laboratorium yang resmi akan dilaksanakan. Semua pihak yang
terlibat hendaknya dapat mentaati dan malaksanakan segala yang sudah direncanakan
secara maksimal.
2. Pelaksanaan kegiatan laboratorium
Pelaksanaan kegiatan laboratorium merupakan bukti konkrit dari segala perencanaan
kegiatan laboratorium yang telah dilakukan sebelumnya. Agar itu dapat dilaksanakan,
maka pelaksanaan kegiatan laboratorium hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut ini.
Pelaksanaan kegiatan laboratorium tidak boleh menyimpang apalagi dengan sengaja
disimpangkan dari perencanaannya, kecuali penyesuaian untuk hal-hal kecil yang tidak
terperhitungkan pada saat perencanaannya. Pelaksanaa kegiatan laboratorium harus sesuai
dengan jadwal kegiatan laboratorium yang telah dibuat dan disepakati pada saat
perencanaannya.
Setiap pelaksana kegiatan laboratorium harus sudah memahami betul dan mau
melaksnakan kewajibannya sesuai dengan yang direncanakan. Setiap pelaksana kegiatan
laboratorium harus memenuhi tata tertib dan prosedur laboratorium yang berlaku dan
disepakati. Pelaksanaan kegiatan laboratorium harus tercatat datanya, misalnya dalam
bentuk daftar hadir, daftar pemakaian laboratorium, daftar penggunaan alat-alat
laboratorium, bahkan jika memang perlu dapat dibuat berita acara pelakasanaan kegiatan
laboratorium.
3. Evaluasi dan monitoring kegiatan laboratorium
Evaluasi dan monitoring kegiatan laboratorium dilakukan untuk mengetahui
keterlakasanaan ketercapaian tujuan kegiatan laboratorium yang telah direncanakan dan
sedang dilaksanakan.
Evaluasi dan monitoring kegiatan laboratorium diperlukan untuk mengontrol dan
mengendalikan serta memotivasi kegiatan laboratorium yang sedang dilaksanakan dalam
semeter atau tahun ajaran berjalan.

Evaluasi dan monitoring kegiatan laboratorium

dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai keterlakasanaan kegiatan laboratorium


yang seharus dilaksanakan sesuai dengan perencanaannya, kendala atau hambatan dan
29

peluang pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari evaluasi dan
monitoring kegiatan laboratorium semester atau tahaun ajaran yang lalu dapat digunakan
sebagai bahan masukan untuk memeperhitungkan peluang dan kendala dalam
meerencanakan kegiatan semester atau tahun ajaran yang akan datang. Evaluasi kegiatan
laboratorium dapat dilakukan berdasarkan data-data dari pelaksanaan kegiatan
laboratorium seperti daftar hadir, dafdtar pemakaian laboratorium, daftar penggunaan alatalat laboratorium, daftar peminjaman alat-alat, berita acara, dan sebagainya.

30

KEGIATAN AKADEMIS LABORATORIUM

A. Pemeliharaan dan perawatan alat-alat laboratorium


Pengadaan dan atau pembelian alat-alat pengganti alat yang rusak dan alat-alat baru
dapat ditekan seminimal mungkin dengan merawat dan memelihara alat-alat yang sudah
dimiliki. Perawatan dan pemeliharaan alat-alat dimaksudkan untuk mempertahankan
kualitas dan unjuk kerja alat-alat sehingga tidak menjadi rusak sebelum batas usia pakainya
habis. Perawatan dan pemeliharaan alat-alat tidak berarti bahwa alat tidak boleh menjadi
rusak. Beberapa kegiatan pemeliharaan dan perawatan alat-alat adalah seperti yang akan
dikemukakan berikut ini.
Memeriksa kelengkapan asesories dan bagian-bagian alat yang mungkin tercecer,
hilang dan atau rusak. Mengganti bagian pelengkap atau asesoris yang hilang dengan
pengganti yang spesifikasinya sama atau sekurang-kurangnya dapat dianggap sama.
Memperbaiki bagian pelengkap atau asesories yang rusak, jika kerusakannya masih dapat
diperbaiki sendiri. Membayar jasa tukang servis untuk memperbaiki kerusakan yang tidak
dapat diperbaiki sendiri. Membersihkan alat-alat dengan menggunakan alat-alat dan bahanbahan pembersih yang tepat. Memeriksa dan memperbaiki kembali (jika dapat) setelan dan
unjuk kerja alat-alat. Memeriksa skala nol alat-alat pengukur. Mengkalibrasi kembali (jika
dapat) skala alat ukur. Memasukkan alat-alat yang tidak dapat dipakai lagi ke dalam daftar
alat yang rusak dan dapat dinyatakan musnah.

B. Persiapan alat-alat laboratorium


Yang dimaksud dengan persiapan alat-alat laboratorium disini adalah kegiatan
menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk kegiatan proses pembelajaran fisika seperti
untuk praktikum dan demonstrasi. Persiapan alat-alat untuk proses pembelajaran meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut ini.
Pemilihan alat-alat laboratorium sesuai dengan jenis, jumlah dan spesifikasi yang
dibutuhkan untuk proses pembelajaran. Memeriksa kelengkapan dan asesories dari setiap
alat yang akan digunakan. Melakukan perawatan dan pemeliharaan alat-alat laboratorium
yang akan digunakan. Melakukan perbaikan bila memang dibutuhkan dan dapat dilakukan.
Mengganti bagian yang tidak dapat diperbaiki dengan pengganti yang tepat. Memeriksa
unjuk kerja atau kinerja dari setiap alat yang akan digunakan. Menguji coba setting alat-alat
yang akan digunakan seperti pada percobaan atau demonstrasi yang sesungguhnya akan
dilakukan.

Menganalisis data hasil uji coba sesuai dengan tujuan praktikum atau

demonstrasi yang akan dilakukan. Menyimpan alat-alat yang sudah diseting dan sudah diuji
coba di tempat yang memudahkan penggunaannya.

Menggunakan alat-alat pada jadwal

yang sudah ditentukan.

C. Pembuatan alat fisika sederhana

31

Sering kali laboratorium fisika sekolah atau sekolah tidak memiliki alat-alat yang
dibutuhkan untuk menjelaskan konsep melalui kegiatan percobaan dan demonstrasi. Untuk
membantu mangatasi hal itu, guru dapat memanfaatkan kreatifitasnya untuk membuat alat
fisika sederhana.
Alat fisika sederhana adalah alat fisika yang dibuat (sedapat mungkin) dengan bahanbahan yang mudah diperoleh di sekitar sekolah. Alat-alat fisika sederhana itu dimaksudkan
untuk mempermudah guru dan siswa untuk mengajarkan dan memahami konsep fisika baik
melalui percobaan maupun demostrasi.

Membuat alat fisika sederhana dapat berarti

menciptakan, meniru, atau memodifikasi Menciptakan alat sederhana berarti membuat alat
fisika sederhana yang belum pernah ada alat standar atau alat baku buatan pabriknya.
Meniru berarti membuat tiruan alat yang sudah ada dengan mengganti bahan-bahan
pembuatanya dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh di sekitar sekolah. Dalam hal
meniru ini harus diperhatikan mengenai hak cipta alat yang ditiru, dan tujuan pembuatan
tiruannya. Memodifikasi berarti membuat berdasarkan kepada alat yang sudah ada dengan
mengubah, menyederhanakan, atau menyempurnakannya, disesuaikan dengan maksud
pembuatan modifikasinya.

D. Praktikum
Praktikum adalah kegiatan melakukan praktek percobaan atau eksperimen. Praktikum
dapat dilakukan oleh siswa atau siapapun, secara individual ataupun berkelompok.
Hendaknya disadari betul bahwa kegiatan praktikum bukan hanya sekedar untuk mengisi
atau menghabiskan waktu. Kegiatan praktikum dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
menumbuh kembangkan atau meningkatkan kompetensi-kompetensi tertentu pada diri para
siswanya, seperti yang dikemukakan berikut ini.
Menumbuhkan dan meningkatkan rasa ingin tahu para siswa terhadap suatu gejala atau
fenomena fisis. Menumbuhkan dan meningkatkan rasa ingin menemukan sendiri mengenai
keteraturan dari suatu gejala atau fenomena fisis. Mengembangkan keterampilan siswa
dalam mengamati dan mengambil data. Mendidik dan membiasakan siswa untuk bekerja
dengan sabar dan teliti. Melatih siswa menganalisis data dan menyusun laporan. Melatih
siswa menggunakan metoda ilmiah dan mengembangkan sikap ilmiah. Melatih siswa untuk
terbiasa meneliti.
Dengan mempertimbangkan manfat kegiatan praktikum seperti tersebut di atas, gru
dapat merancang strategi dan metoda pembelajaran tertentu untuk materi tertentu yang di
dalamnya terdapat kegiatan praktikum yang harus dilakukan oleh siswa. Dengan demikian,
maka kegiatan praktikum merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan guru sebagai fasilitator. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam merencanakan dan melaksanakan serta mengevaluasi kegiatan praktikum
adalah seperti yang akan dikemukakan berikut ini.

Materi pokok pembelajaran memang benar-benar sesuai dengan atau bahkan memang
memerlukan kegiatan praktikum.

32

Ketersediaan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum. Jika
tersedia di sekolah atau di laboratorium, itu memang yang seharusnya ! Jika tidak
tersedia di laboratorium, apakah mudah atau sukar diperoleh di sekitar sekolah ? Jika
mudah diperoleh di sekitar sekolah, apakah sekolah atau laboratorium yang akan
membeli ? Jika sekolah tidak sanggup menyediakannya, hati-hati jangan terlalu cepat
memutuskan untuk membebankannya kepa siswa.

Penuntun percobaan, yang benar-benar sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang
harus dikembangkan. Penuntun percobaan yang jelas dan benar-benar menuntun siswa
melakukan percobaan tidak harus selalu berbentuk resep. Penuntun percobaan
sebaiknya sudah diterima dapat dipelajari siswa beberapa hari sebelum mereka
melakukan percobaan. Tugas awal, tugas pwendahuluan atau pertanyaan yang harus
dilakukan atau di jawab siswa serbelum melakukan praktikum adalah salah satu cara
untuk memaksa siswa mempelajari penuntun percobaan dan materi yang berkaitan,
sebelum mereka melakukan praktikum.

Lembar kerja siswa, yang benar-benar menggambarkan dan menuntut apa yang harus
dilakukan oleh siswa sebelum, selama dan sesudah melakukan kegiatan praktikum.
Harus dipertimbangkan dengan baik, misalnya, apakah tabel pengamatan harus
disediakan dan tinggal diisi oleh siswa, atau keterampilan membuat tabel itu memang
menjadi tuntutan proses pembelajaran.

Laporan praktikum yang benar-benar menggambarkan ketercapaian tujuan dan indicator


pembelajaran yang ditetapkan. Dalam hal laporan ini harus dipikirkan bentuk laporan
yang dituntut, apakah lisan atau tertulis, individual atau kelompok, harus disampaikan
selama kegiatan praktikum atau segera setelah praktikum, atau beberapa hari setelah
melakukan kegiatan praktikum.

Evaluasi dan penilaian, yang lebih menonjolkan aspek kinerja atau aspek psikomotoris
siswa, namun tetap tidak melupakan unsure afektif dan kognitifnya. Dengan demikian
evaluasi dan penilaian untuk proses pembelajaran yang mengandung kegiatan praktikum
di dalamnya menjadi lebih banyak komponennya dibandingkan dengan proses
pembelajaran klasikal biasa.

E. Demonstrasi
Pada umumnya, hampir semua materi fisika perlu diajarkan dengan terlebih dahulu
menunjukkan gejala alam terjadi. Itu sesuai dengan sifat empiric dari fisika itu sendiri.
Untuk menunjukkan gejala itu, baik gejala yang sesungguhnya ataupun analogi dari gejala
yang sesungguhnya, diperlukan alat-alat dan bahan-bahan untuk melakukan percobaan. Jika
alat-alat dan bahan-bahan itu tersedia secara lengkap dengan jumlah yang memadai di
sekolah, maka mungkin kegiatan praktikum dapat merupakan pilihan yang terbaik. Tetapi
seringkali, alat dimiliki hanya satu atau dalam jumlah yang terbatas, yang benar-benar harus
dijaga keselamatannya, untuk keadaan ini maka demonstrasi mungkin akan menjadi pilihan
yang terbaik.

33

Dalam demonstrasi, gejala alam atau peristiwa atau fenomena fisik yang terjadi
diperagakan oleh guru atau siswa tertentu yang diminta oleh guru, kepasda semua siswa
peserta pembelajaran. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam demonstrasi ini adalah
seperti yang akan dikemukakan berikut ini.

Guru telah benar-benar mempelajari dan memahami manual alat, sering-sering dan
jauh-jauh hari sebelum demonstrasi dilaksanakan, sehingga tidak akan terjadi salah
pengoperasian alat-alat.

Guru telah benar-benar memerika dan menguji coba bahwa alat-alat yang akan
didemonstrasikan dalam kondisi baik dan meyakinkan memiliki mekanisme dan unjuk
kerja yang pasti dan sistematis.

Guru harus mampu menfokuskan perhatian siswa kepada bagian demonstrasi yang
harus menjadi pusat perhatian siswa.

Sebaiknya guru melakukan sendiri atau menyuruh siswa melakukan demonstrasi


dengan menggunakan skenario yang sudah dibuat

34

B. STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)


LABORATORIUM FISIKA
SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

Judul

: Peminjaman Alat

Instansi

: SMA Negeri 2 Sukoharjo

A. TUJUAN
Mengatur prosedur peminjaman alat di Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo

B. RUANG LINGKUP
Prosedur ini meliputi tata cara, persyaratan dan mekanisme peminjaman alat di
Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo.

C. PROSEDUR PEMINJAMAN ALAT


1.

Peminjam menemui laboran

2.

Laboran memberikan formulir peminjaman alat kepada peminjam

3.

Peminjam mengisi formulir peminjaman alat

4.

Peminjam mengumpulkan formulir ke laboran

5.

Laboran mengecek ketersediaan alat

6.

Laboran melaporkan formulir peminjaman alat kepada ketua Laboratorium Fisika SMA
Negeri 2 Sukoharjo

7.

Ketua Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo memberikan persetujuan kepada


laboran

8.

Laboran mengambilkan alat dan peminjam diminta melengkapi jurnal peminjaman alat

9.

Selesai

Nama guru
Mata Pelajaran
Topik /Judul Perc.
Jenis alat/bahan
yang dipinjam
Hari/ Tgl
Sebelum dipinjam

:.............................
:.............................
:.............................
:.............................
:............................
:Baik/rusak

35

D. ALUR PEMINJAMAN ALAT


Unit
No.

Kegiatan

Peminjam

Laboran

Dokumen

Ketua
laboratorium

1.

Peminjam menemui laboran


1

2.

Laboran memberikan
formulir peminjaman alat

Formulir
3

peminjaman

alat

kepada peminjam
3.

Peminjam mengisi formulir


peminjaman alat

4.

Formulir
4

5.

Formulir
5

peminjaman

alat

Laboran mengecek
6

ketersediaan alat
6.

alat

Peminjam mengumpulkan
formulir ke laboran

peminjaman

Laboran melaporkan formulir

Formulir

peminjaman alat kepada ketua

peminjaman

alat

Laboratorium
7.

Ketua Laboratorium
8

memberikan persetujuan
kepada laboran
8.

Laboran mengambilkan alat


9

9.

Laboran menyerahkan alat


dan peminjam diminta

Jurnal peminjaman alat


10

melengkapi jurnal
peminjaman alat

Mengetahui,
Kepala Sekolah

Ketua Laboratorium,

..................................

.....................................

36

FORM PEMINJAMAN ALAT


LABORATORIUM FISIKA
SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

No.

Tanggal Peminjaman

Nama Peminjam

No. Telepon

Judul Percobaan

Nama Alat

Jumlah

Keadaan Alat Sebelum


Dipinjam

37

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)


LABORATORIUM FISIKA
SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

Judul

: Pengembalian Alat

Instansi

: SMA Negeri 2 Sukoharjo

A. TUJUAN
Mengatur prosedur pengembalian alat di Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo

B. RUANG LINGKUP
Prosedur ini meliputi tata cara, persyaratan dan mekanisme pengembalian alat di
Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo.

C. PROSEDUR PEMINJAMAN ALAT


1. Peminjam menemui laboran sambil membawa alat yang akan dikembalikan
2. Laboran mengecek alat yang dikembalikan
3. Peminjam mengisi formulir pengembalian alat dengan diawasi laboran.
4. Selesai

Nama guru
Mata Pelajaran
Topik /Judul Perc.
Jenis alat/bahan
yang dikembalikan
Hari/ Tgl
pengembalian
Kembali dlm
Keadaan
Alat bahan yang
rusak

:.............................
:.............................
:.............................
:.............................
:............................

:Baik/rusak
:............................

38

FORM PENGEMBALIAN ALAT


LABORATORIUM FISIKA
SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

No.

Tanggal
Pengembalian

Nama Peminjam

Nama Alat

Jumlah

Keadaan Alat Setelah


Dipinjam

39

Judul

: Perawatan Alat

Instansi

: SMA Negeri 2 Sukoharjo

A. TUJUAN
Mengatur prosedur perawatan alat di Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo
B. RUANG LINGKUP
Prosedur ini meliputi tata cara perawatan berupa pembersihan, perbaikan dan
penggantian alat alat laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo.
C. PROSEDUR PERAWATAN ALAT
1. Perawatan dilakukan oleh laboran atau guru yang telah mendapat persetujuan kepala
Laboratorium.
2. Perawatan berupa kegiatan pembersihan serta kegiatan perbaikan dan penggantian bila
alat sangat perlu diberikan tindakan tersebut.
3. Semua kegiatan yang dilakukan dicatat di Form Perawatan alat

40

41

FORM PERAWATAN ALAT


LABORATORIUM FISIKA
SMA NEGERI 2 SUKOHARJO
Perbaikan

Pembersihan ()
No.

Tanggal

Nama alat

Keadaan

Lokasi
Sudah

Belum

Nama bagian
yang perlu
diperbaiki

Sudah

Penggantian

Belum

Nama bagian
yang perlu
diganti

Sudah

Belum

Nama
Pemeriksa

Keterangan/
Catatan

Sukoharjo,
Mengetahui
Kepala Laboratorium Fisika

42

43

D. MODUL PENGGUNAAN ALAT


LABORATORIUM FISIKA
SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai
dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu
standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahanbahan acuan tersertifikasi.
Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif,
termasuk di dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua
perangkat pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang
efektif.
Kalibrasi diperlukan untuk:

Perangkat baru

Suatu perangkat setiap waktu tertentu

Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)

Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi


mengubah kalibrasi

Ketika hasil observasi dipertanyakan


Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau

indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar
yang digunakan dalam akurasi tertentu.
Berikut akan dibahas spesifikasi, jenis, cara penggunaan dan kalibrasi beberapa
alat yang ada dalam laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo.
1.

JANGKA SORONG
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur dengan tingkat ketelitian 0.05 mm dan
0.02 mm. Ukuran ketelitian Jangka Sorong biasanya dituliskan pada alat, namun ada juga
yang tidak dituliskan. Untuk mengetahui berapa ketelitian Jangka Sorong adalah dengan
menghitung jumlah strip dari 0 sampai 1 atau dari 1 sampai 2 pada Skala Geser
(Kaliper).
Cara mengkalibrasi jangka sorong tidaklah sulit, namun membutuhkan ketelitian.
Berikut langkah lanakah mengkalibrasi jangka sorong.
44

a. Bersihkan jangka sorong dari kotoran yang menempel,


b.

Longgarkan baut pengunci jangka sorong,

c. Geser rahang caliper dan rahang geser sehingga saling berhimpit,


d.

Lakukan pembacaan kalibrasi seperti berikut ini:


-

Strip Angka NOL (0) awal pada Skala Geser tepat segaris strip Angka NOL (0)
pada Skala Utama.

Strip Angka NOL (0) akhir pada Skala Geser tepat segaris salah satu strip pada
Skala Utama.

e. Jika kondisi tersebut tidak tercapai, maka lakukan hal berikut :


-

Jika pembacaan kalibrasi melebihi nilai seharusnya, dalam arti Strip 0 awal pada
Skala Geser melewati Strip 0 pada Skala Utama, maka bersihkanlah kembali
Jangka Sorong terutama dari debu dan karat pada bagian-bagian yang bergeser.

Jika pembacaan kalibrasi kurang dari nilai seharusnya, dalam arti Strip 0 awal
pada Skala Geser belum mencapai Strip 0 pada Skala Utama, maka lakukanlah
pembacaan selisih pergeserantersebut dengan mencari strip pada Skala Geser
yang segaris dengan strip pada Skala Utama. Bacalah selisih pergeseran tersebut
dengan hitungan mundur. Artinya jika strip pada Skala Geser yang segaris
dengan strip pada Skala Utama menunjukkan pada angka 0.85 mm, maka
selisihpergeseran tersebut adalah 0.15 mm dari Nilai 0 Skala Utama.
Selanjutnya apabila alat tersebutdigunakan untuk mengukur, maka hasil
pengukuran harus ditambah dengan 0.15 mm.

f. Alat ukur Jangka Sorong siap untuk digunakan.

2.

MIKROMETER SEKRUP
Mikrometer sekrup memiliki tingkat ketelitian yang lebih bagus dibandingkan
dengan jangka sorong, sebab tingkat ketelitian mikrometer berkisar antara 0.001 mm.
Oleh sebab itu, diperlukan kalibrasi untuk memastikan standar pengukuran tetap sesuai
dengan standarisasi. Berikut tahap tahap dalam mengkalibrasi mikrometer sekrup :
-

Pengunci dalam keadaan terbuka.

Angka nol pada Skala putar tepat pada sumbu skala utama.

Apabila angka nol pada skala putar belum tepat pada sumbu utama mengkalibrasi
dengan cara memutar lubang yang ada dibagian skala utama dan pada bagian dekat
rapid drive (gigi pemutar) pada mikrometer sekrup menggunakan alat pemutar.

45

3.

NERACA OHAUS
Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Neraca
dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca Ohauss,
neraca lengan gantung, dan neraca digital. Neraca Analitis Dua Lengan Neraca ini
berguna untuk mengukur massa benda, misalnya emas, batu, kristal benda, dan lain-lain.
Batas ketelitian neraca analitis dua lengan yaitu 0,1 gram.
Neraca Ohauss ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek
laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah
311

gram.

Batas

ketelitian

neraca

Ohauss

yaitu

0,1

gram.

Neraca Lengan Gantung Neraca ini berguna untuk menentukan massa benda, yang cara
kerjanya

dengan

menggeser

beban

pemberat

di

sepanjang

batang.

Neraca Digital Neraca diigital (neraca elektronik) di dalam penggunaanya sangat praktis,
karena besar massa benda yang diukur langsung ditunjuk dan terbaca pada
layarnya.Ketelitian neraca digital ini sampai dengan 0,001 gram.
1. Fungsi dan Prinsip kerja Neraca ohaus
Alat ukur massa yang sering digunakan dalam laboratorium fisika adalah neraca
Ohaus. Tingkat ketelitian alat ini lebih baik daripada neraca pasar yang sering
dijumpai di toko-toko atau di warung. Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda
dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding
massa benda yang akan dikur dengan anak timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus
berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah
dengan menggeser posisi anak timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat
digeser menjauh atau mendekati poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari
penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca
dalam keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti
prinsip kerja tuas.
2. Skala dalam Neraca Ohaus
Banyaknya skala dalam neraca bergantung pada neraca lengan yang digunakan.
Setiap neraca mempunyai skala yang berbeda-beda, tergantung dengan lengan yang
digunakannya.
Ketelitian neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca yang
digunakan disaat pengukuran. Misalnya pada neraca Ohauss dengan tiga lengan dan
batas pengukuran 310 gram mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hal ini erat kaitannya
46

ketika hendak menentukan besarnya ketidakpastian dalam pengukuran. Berdasarkan


referensi bahwa ketidakpastian adalah dari ketelitian alat. Secara matematis dapat
ditulis:
Ketidakpastian = x skala terkecil
Misalnya untuk neraca dengan tiga lengan dan batas ukur 310 gram mempunyai
skala terkecil 0,1 gram, sehingga diperoleh ketidakpaastian 0,1
3. Bagian-bagian Neraca Ohauss:

Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.

Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca tidak
dapat digunakan untuk mengukur.

Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk
neraca ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.

Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat


digeser-geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.

Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik


kesetimbangan

4. Kalibrasi pada neraca ohaus


Adapun teknik pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar
tombol kalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga titik kesetimbangan lengan atau
ujung lengan tepat pada garis kesetimbanagn, namun sebelumnya pastikan semua
anting pemberatnya terletak tepat pada angka nol di masing-masing lengan.
5. Cara mengukuran massa benda dengan neraca Ohaus
Dalam mengukur massa benda dengan neraca Ohaus dua lengan atau tiga lengan
sama. Ada beberapa langkah di dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan
neraca ohaus, antara lain:

Melakukan kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang,


dengan cara memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri
atau ke kanan posisi dua garis pada neraca sejajar;

Meletakkan benda yang akan diukur massanya;

Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil.
Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0; dan

47

Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil
pengukurannya.

6. Cara membaca hasil pengukuran pada neraca ohaus


Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan Neraca dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut :

Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh anting (pemberat) pada masing-masing


lengan neraca.

Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :

Hasil Pengukuran (xo) = Penjumlahan dari masing-masing Lengan


Misalnya pada neraca Ohauss III lengan berarti hasilnya= LenganI + Lengan II
+Lengan III.
Seperti halnya pada alat ukur panjang, hasil pengukuran menggunakan neraca dapat
anda laporkan sebagai :
Massa M = xo ketidakpastian

4. STOPWATCH DAN TICKER TIMER


Dalam kehidupan sehari-hari kita membutuhkan sesuatu yang dapat mengukur lama
atau biasa disebut alat pengukur waktu untuk menghitung waktu yang berjalan selama
kegiatan yang kita lakukan, misalnya dengan menggunakan arloji atau jam. Alat pengukur
waktu

lain

yang

dapat

digunakan

adalah

stopwatch

dan

ticker

timer.

Keberadaan alat pengukur waktu sangatlah berperan penting sebab segala sesuatu aktifitas
atau kegiatan yang dilakukan manusia akan dihitung lamanya sehingga dapat
memperkirakan aktifitas atau kegiatan lain yang akan dilakukan atau dapat menjadi tolok
ukur kegiatan manusia itu sendiri.
Banyaknya alat pengukur waktu membuat manusia lebih mudah untuk mengelola
aktifitas atau kegiatannya. Contoh alat pengukur waktu adalah arloji, jam baik jam tangan
atau jam dinding, stopwatch dan ticker timer.
Di dalam ilmu fisika tidak akan lepas dari pengukuran yang berhubungan dengan
waktu, seperti dalam pengukuran kecepatan diperoleh dengan membandingkan jarak yang
ditempuh dengan waktu yang diperlukan. Dengan demikian diperlukan alat ukur yang
waktu yang dapat menghitung lamanya benda bereaksi atau mencapai tujuan. Salah satu
alat ukur untuk menghitung lamanya waktu

yang akurat adalah stopwatch.


48

Dalam fisika gerak terbagi menjadi gerak lurus dan gerak tidak lurus. Sedangkan gerak
lurus terbagi lagi menjadi Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB).
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda pada lintasan yang lurus di
mana pada setiap selang waktu yang sama, benda tersebut menempuh jarak yang sama
(gerak suatu benda pada lintasan yang lurus dengan kelajuan tetap). Sedangkan
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak suatu benda yang menempuh lintasan
lurus dan mengalami perubahan kecepatan yang sama setiap sekonnya atau mengalami
percepatan yang sama. Gerak lurus suatu benda yang perubahan kecepatannya selalu
bertambah disebut gerak lurus dipercepat. Sedangkan gerak suatu benda yang perubahan
kecepatannya selalu berkurang disebut gerak lurus diperlambat
Suatu alat ukur yang biasa digunakan untuk melakukan percobaan mengenai materi
Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan adalah Ticker Timer. Ticker
Timer (Pengetik waktu) adalah alat yang digunakan untuk mencatat atau mendeteksi
kecepatan suatu troli. Cara kerja ticker timer membentuk ketikan berupa titik-titik pada
pita ketik dengan selang waktu tetap. Ada dua macam, ticker timer yaitu ticker timer 6V
dan 12V AC.
a.

STOPWATCH
Stopwatch adalah suatu alat ukur yang dugunakan untuk mengukur waktu yang
dibutuhkan dalam melakukan kegiatan yang memiliki ketelitian sampai tingkat detik.
Stopwatch ada dua jenis yaitu stopwatch analog dan stopwatch digital. Kedua
stopwatch tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk mengukur lama waktu.
Perbedaannya

hanya

terletak

pada

komponen

penyusunnya

dan

tampilan

pembacaannya
- Stopwatch Analog
Stopwatch analog merupakan jenis stopwatch manual yang menggunakan jarum
penunjuk sebagai penunjuk hasil pengukuran, jarum penunjuk tersebut seperti pada
arloji
-

Stopwatch Digital
Stopwatch digital merupakan jenis stopwatch yang menggunakan layar/monitor
sebagai penunjuk hasil pengukuran. Waktu hasil pengukuran dapat kita baca
hingga satuan detik.

49

Prinsip Kerja Stopwatch


Stopwatch dirancang untuk memulainya dengan menekan tombol diatas sehingga
bergerak jarumnya dan menekan kembali tombol tersebut maka jarum berhenti
sehingga suatu waktu detik ditampilkan sebagai waktu yang berlalu. Kemudian
dengan menekan tombol yang kedua akan mememasang lagi jarum stopwatch pada
kondisi nol
- Stopwatch Analog
Stopwatch analog mempunyai penunjuk seperti jarum jam dan mempunyai dua
buah tombol yaitu tombol star/stop dan tombol kalibrasi/ pembuat posisi nol .
Perhitungan waktu pada stopwatch analog ini berdasarkan gerakan mekanik.
Sistem yang mekanik sangat sulit diubah, (ditambah atau dikurang) karena
peletakan komponen -komponennya memerlukan presisi yang sangat tinggi.
Adapun bagian bagian dan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Tombol start/stop berfungsi sebagai tombol untuk memulai pengukuran
(tombol start) dan untuk mengakhiri pengukuran waktu (tombol stop). Tombol
ini terletak menjadi satu.
b.

Tombol kalibrasi/ pembuat posisi nol berfungsi untuk mengkalibrasi sebelum


pengukuran dan pembuat posisi jarum menunjukkan angka nol. Stopwatch
analog ini ada yang berjenis tombol start/stop dan kalibrasi/pembuat nol
dipisah, ada pula yang digabung.

c.

Jarum penunjuk menit berfungsi untuk menunjukkan hasil pembacaan dalam


menit dan jarum penunjuk detik untuk menunjukkan hasil pembacaan dalam
detik.

d.

Skala pengukuran dalam menit dan dalam detik merupakan ruas atau selang
antara detik dengan satu detik diatasnya atau dibawahnya, ruas atau selang
antara menit dengan satu menit diatasnya atau dibawahnya.

Prinsip kerja stopwatch Analog adalah sebagai berikut :

Saat tombol start ditekan penahan pegas pertama akan terbuka sehingga gerigi
berputar dan pegas pertama akan terkalibrasi secara periodik. Sehingga jarum
bergerak.

50

Pada saat yang sama pegas kedua tertekan sehingga tercipta kombinasi kerja
secara mekanik. Jarum akan berhenti dan menunjukkan waktu yang telah
dilalui sejak penekanan pegas pertama.

Pada saat kalibrasi penekan pegas akan membuat pegas kedua terkalibrasi
sehingga pegas pertama kembali tertekan seperti semula. Dan jarum kembali
ke posisi nol.

Stopwatch Digital
Stopwatch

digital

merupakan

jenis

stopwatch

yang

menggunakan

layar/monitor sebagai penunjuk hasil pengukuran, seperti jam digital dimana


perhitungan waktu berdasarkan perhitungan elektronik.
Adapun bagian-bagian dan fungsi dari stopwatch digital adalah sebagai
berikut :

Layar/monitor sebagai media penampilan pembacaan atau hasil pengukuran


secara elektrik berupa angka-angka.

Tombol start/stop untuk memulai pengukuran (tombol start) dan untuk


mengakhiri pengukuran (tombol stop).

Tombol kalibrasi sebagai tombol untuk mengkalibrasi ke angka nol.

Pada stopwatch digital ada juga stopwatch yang terdapat tombol untuk
mereplay hasil pengukuran yang telah dilakukan.

Cara kerja stopwatch digital dimulai saat tombol dalam keadaan ON arus dari
sumber tegangan (batere) energi surya akan mengalir ke komponen-komponen
elektronik dalam stopwatch digital. Komponenen-komponen elektronik tersebut
yang melakukan perhitungan waktu dan menampilkannya dalam monitor dalam
bentuk angka digital.
Prosedur Penggunaan Stopwatch
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penggunaan stopwatch adalah
sebagai berikut:
a. Menyiapkan stopwatch yang akan digunakan untuk mengukur.
b. Memastikan bahwa keadaan stopwatch dalam keadaan nol atau telah
terkalibrasi.
c. Menekan tombol start untuk memulai pengukuran waktu.
51

d. Menekan tombol stop untuk mengakhiri pengukuran waktu.


e. Membaca hasil pengukuran.
f. Untuk mengulangi pengukuran maka menekan tombol start/stop 1 kali dan
jarum akan kembali ke nol kemudian tekan tombol start lagi untuk
melakukan pengukuran kembali dan stop untuk mengakhiri. Begitu
seterusnya.

Pembacaan hasil Pengukuran


Pembacaan stopwatch disesuaikan dengan jenisnya.
Stopwatch Analog
Pada stopwatch analog, bila pengukuran lebih dari 1 menit maka pertama
sekali lihatlah jarum yang menunjukkan menit (jarum yang pendek) pada
stopwatch baru kemudian lihat jarum yang menunjukkan detik (jarum yang
panjang) dan jumlahkan nilai tersebut maka akan didapatkan waktu hasil
pengukuran.
Stopwatch Digital
Pada stopwatch digital tidak terlihat turus-turus angka seperti stopwatch
analog. Kita hanya melihat angka yang muncul dari layar/monitor yang telah
menunjukkan angka pengukuran baik jam, menit, sampai detik.
Kalibrasi
Untuk kalibrasi, pada stopwatch analog kita hanya perlu menekan tombol start/stop
maka jarum penunjuk detik dan jarum penunjuk menit menunjuk ke angka nol.
Bila belum menunjukkan angka nol maka putarlah tombol kalibrasi hingga kedua
jarum tepat berada pada nol. Sedangkan pada stopwatch digital hampir sama
dengan stopwatch analog. Setelah menekan tombol kalibrasi maka angka pada
layar/ monitor akan menunjukkan angka nol.
Ketelitian Stopwatch
Stopwatch analog
Ketelitian alat dapat kita ketahui berdasarkan skala yang tertera pada
stopwatch. Untuk mengetahui besar ketelitian alat tersebut kita dapat mencarinya

52

dengan membandingkan antara skala utama satu putaran penuh dengan jumlah
skala noniusnya dalam satu putaran penuh.
Stopwatch digital
Stopwatch digital memiliki ketelitian alat telah ditentukan sejak perakitan
komponen-komponen dalam stopwatch yaitu sebesar 0,0001 sekon.

b. TICKER TIMER
Ticker timer adalah alat yang digunakan untuk mencatat atau mendeteksi
kecepatan suatu troli. ticker timer dapat diartikan pula yaitu alat yang berfungsi untuk
nyetak tanda di pita untuk percobaan hubungan antara percepatan, akselerasi dan sudut
kemiringan.
Bagian-bagian Ticker timer yaitu sebagai berikut :
1.

Suatu besi yang dililiti kumparan yang berfungsi menghasilkan elektromagnet


untuk menggetarkan stylus (plat baja)

2.

Magnet U yang berfungsi untuk menginduksi

3.

Tempat tinta (karbon) yang berfungsi sebagai tempat cetak ketikan-ketikan pada
kertas pita (ticker tape)

4.

Stylus (plat baja) yang berfungsi sebagai pengetik rekaman waktu pada kertas
karbon

5.

Ticker tape (kertas pita) merupakan tempat hasil cetakan yang berupa titik-titik
yang berasal dari kertas karbon

Prinsip Kerja Ticker Timer


Prinsip kerja ticker timer memakai prinsip aturan tangan kanan dan induksi
elektromagnet. Cara kerja ticker timer membentuk ketikan berupa titik-titik pada pita
ketik dengan selang waktu tetap. Alat ini mempunyai sebuah plat baja yang dapat
bergetar 50 kali setiap sekonnya. Setiap kali bergetar plat baja ini akan membuat
sebuah tanda titik hitam pada kertas pita yang ditarik oleh benda yang akan diamati
geraknya.
Pada rangkaian ticker timer terdapat dua buah dioda dan frekuensi listrik yang
dipakai f = 50 Hz. Berarti tiap 1 detik terjadi 50 ketikan. Untuk 10 ketikan diperlukan
waktu seperlima ( 0,2) sekon.Alat ini dapat bekerja pada tegangan 6V dan 12V AC.

53

Pada dasarnya alat ini bekerja dari energi elektromagnetik yang kemudian dapat
menggerakkan stylus plat baja menghasilkan ketikan pada kertas karbon yang
kemudian tercetak pada kertas pita. prinsip kerja alat ini hampir sama dengan prinsip
kerja bel listrik. Elektromagnet dalam bel listrik berupa inti besi yang berbentuk huruf
U. Inti besi tersebul dililiti kumparan dengan arah belitan yang berbeda. Hal ini
dilakukan dengan maksud agar diperoleh magnet yang berbeda jika kumparan tersebut
dialiri arus listrik. Ketika sakelar ditekan, terjadi aliran arus liitrik. Akibatnya, inti besi
lunak menjadi elektromagnet.
Elektromagnet ini dapat menarik jangkar besi lunak. Saat jangkar besi tersebut
menempel pada elektromagnet, pemukul mengenai bel dan terjadi bunyi. Selama
jangkar besi menempel pada besi lunak. aliran arus listrik terputus. Hal itu
menyebabkan sifat kemagnetan inti besi lunak hilang. Akibatnya. jangkar besi lunak
kembali ke posisi semula. Demikianlah hal ini berlangsung berulang-ulang selama
sakelar bel ditekan.
Alat untuk menyambung atau memutus arus listrik secara berulang-ulang secara
otomatis disebut interuptor. Jadi, elektromagnet pada bel listrik memutus dan
menyambung arus listrik dengan cepat secara otomatis. Namun jika pada ticker timer,
jangkar besi lunak atau plat baja tidak menghasilkan bunyi layaknya pada bel listrik.
Plat baja menghasilkan ketukan sebanyak 50 kali setiap sekonnya.
Kalibrasi Ticker Timer
Pada dasarnya tidak ada kalibrasi pada ticker timer, hanya saja sebelum digunakan kita
periksa terlebih dahulu apakah ticker timer dapat digunakan dan berfungsi dengan baik,
lalu pastikan kertas karbon dan ticker tape (kertas ketik) tersedia. Namun agar lebih
meyakinkan kita bisa melakukan kalibrasi sebagai berikut:
1. Menjepitkan ticker timer pada meja dan hubungkan dengan catu daya (6 volt).
Masukkan ujung pita antara karbon dengan papan. Usahakan supaya pita dapat
bergerak bebas. Salah satu teman Anda siap untuk menarik pita tersebut. Beri beban
pada ujung tali/kawat mobil-mobilan yang bebas.
2. Hidupkan ticker timer dan tariklah pita tersebut selama 4 atau 5 detik. Gunakan
stopwatch untuk memperoleh waktu yang lebih akurat. Pita ditarik sambil berjalan
dengan kecepatan yang kira-kira sama.
3. Matikan ticker timer dan beri tanda titik pertama dan terakhir pada pita. Hitung
jumlah titik-titik, sebaiknya mulai dengan titik yang kedua.
54

5. OSILOSKOP
Osiloskop berguna untuk menyelidiki pola gelombang listrik, mengukur waktu
periode atau frekuensi dan menyelidi bentuk-bentuk gelombang lainnya. Bagian-bagian
osiloskop terdiri atas layar penampil gelombang, tombol pengaturan gelombang, tombol
pengaturan intensitas cahaya, tombol pengatur posisi garis berkas sinar, dan soket-soket
terminal masukan pelacak (probe).
1) Cara Penggunaan Osiloskop
a) Tahapan penyetaraan (kalibrasi).
Perhatikan gambar osiloskop di bawah ini :

Gambar Panel osiloskop yang perlu diketahui


Sebelum osiloskop digunakan sebaiknya osiloskop dikalibrasi. Tahapan urutan
kalibrasi adalah sebagai berikut :
(1)Sesuaikan tegangan masukan sumber daya AC 220 yang ada di belakang
osiloskop sebelum kabel daya AC di masukkan stop kontak PLN.
(2)Nyalakan osiloskop dengan menekan tombol power yang bertanda

(3) Set saluran pada tombol CH1 (4)


(4) Set mode pada Auto
(5) Atur intensitas, jangan terlalu terang pada tombol INTEN
(6) Atur posisi berkas cahaya horizontal dan vertikal dengan mengatur tombol
yang bertanda sebagai berikut
55

(7) Set level mode pada tengah-tengah (-) dan (+)

(8) Set tombol tegangan (volt/div) bertanda V pada 2 V, sesuaikan dengan


memperkirakan terhadap tegangan masukan.
(9) Pasang pelacak pada salah satu saluran-1, CH1 dengan tombol pengalih
AC/DC pada kedudukan AC.
(10) Atur saklar-switch pada pegangan pelacak pada posisi pengali 1x
(11) Tempelkan ujung probe/pelacak pada titik kalibrasi yang bertanda Call 2V/p-p
dan atur tombol volt/div pada ujung tombol, berkas cahaya garis berada pada
pembecaan 2 volt.
(12) Atur Time/Div pad posisi 1 ms agar tampak tegangan kotak-kotak garis yang
cukup jelas.
(13) Setelah tahapan 12, osiloskop siap digunakan untuk mengukur tegangan.
2) Pengukuran tegangan DC dengan osiloskop
a) Lakukan seperti pada tahapan kalibrasi dari 1 s/d 13 terkecuali tahapan 12.
b) Hubungkan tegangan yang akan anda cek pada ujung probe (ground kabel luar dan
positif pada ujung probe). Misal pada gambar berikut diperlihathan mengukur
tegangan baterai.

Gambar Mengukur tegangan baterai


c) Tegangan baterai adalah 1,5 volt oleh karena itu Volt/div dapat diset pada 1
Volt/div.
56

d) Perhatikan layar osiloskop. garis berkas cahaya ada di atas garis semula (garis
ground), lihat gambar berikut :

Gambar Garis berkas cahaya pada layar osiloskop


e) Hitung tegangan baterai, berapa kotak garis berkas cahaya ada di atas garis ground.
f) Mengukur tegangan DC pada osiloskop seperti penjelasan di bawah ini :
Tahanan R1 dan R2 berfungsi sebagai pembagi tegangan. Ground osiloskop
dihubungkan ke negatif catu daya DC. Probe kanal-1 dihubungkan ujung
sambungan R1 dengan R2. Tegangan searah diukur pada mode DC.
Misalnya : VDC = 5V/div. 3div = 15 V

Gambar Cara pengukuran tegangan DC


Bentuk tegangan DC merupakan garis tebal lurus pada layar CRT. Tegangan
terukur diukur dari garis nol ke garis horizontal DC.

57

Gambar Mengukur tegangan DC dengan osiloskop


3) Pengukuran tegangan dan frekuensi arus AC dengan osiloskop
a) Lakukan seperti pada tahapan kalibrasi dari 1 s/d 13 terkecuali tahapan 12 (jika
tidak perlu dilakukan kalibrasi ulang).
b) Arus AC yang diukur, misal tegangan yang keluar dari power supply AC.
c) Set tegangan keluar AC power supply misal pada tegangan 6 Volt/AC.
d) Tetapkan Volt/div pada posisi 1 volt/div.
e) Set Time/div pada 10 ms/div yaitu sesuai untuk satu div atau satu kotak untuk
setiap jarak kotak horizontal 100 Hertz.
f) Misal setelah dihubungkan tampak pada layar sebagai berikut

Gambar Gambar arus AC pada osiloskop


Pada gambar di atas, misal jarak antara puncak ke puncak horizontal adalah 5 div.
Ini berarti periode (T) tegangan adalah :
T = 5 x 10 ms = 50 ms = 0,05 s
Frekuensinya adalah f = 1/T = 20 Hz
g) Tegangan dari puncak ke puncak adalah 3 div ke atas dan 3 div ke bawah
jumlahnya adalah 6 div. Jadi tegangan yang puncak- ke puncak adalah 6 Volt.
h) Perhatikan penjelasan berikut untuk pengukuran tegangan AC, periode (T), dan
frekuensi (F). Terdapat trafo yang digunakan untuk mengisolasi antara listrik yang
diukur dengan listrik pada osiloskop.

6. TERMOMETER
Termometer yang ada di laboratorium fisika ada beberapa jenis, yaitu termometer
umum (berisi raksa atau alkohol), termometer klinis (untuk mengukur suhu badan),
termometer lab./termometer dinding

(untuk mengukur

kelembaban udara)

dan
58

termometer maksimum minimum. Masing-masing termometer ini mempunyai rentang


skala yang berbeda, misalnya:
200 s.d 500 (termometer umum);
350 s.d 420 0,10 (termometer klinis);
300 s.d 600 10 C (termometer dinding);
300 s.d 500 0,50 C (termometer maksimum minimum);
Beberapa masalah yang sering timbul pada termometer adalah sebagai berikut:
- Termometer pecah pada saat akan diambil / digunakan
- Skala termometer pudar atau terhapus
- Cairan dalam termometer terpisah/patah
Untuk memecahkan masalah di atas yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Menjaga termometer agar tidak pecah
a) Supaya termometer tidak terjatuh saat diambil, pada ujung atas termometer
hendaknya diberi benang (benang kasur) atau tali rafia.
b) Pada waktu termometer digunakan mengukur suhu cairan, termometer hendaknya
tidak digunkan sebagai pengaduk. Ketika digunakan mengukur cairan, bola
termometer disentuhkan pada dasar wadah
c) Termometer hendaknya disimpan dalam bungkusnya (berupa plastik) atau pada
kotaknya yang terbuat dari dus. Simpan termometer secara horizontal di lemari
atau laci.
2) Teknik mengatasi termometer yang patah/ pecah
a) Jika cairan dalam termometer terpisah/ patah, untuk menyambungkannya kembali
dapat dilakukan dengan cara merendam termometer dalam campuran es, air dan
garam (jika perlu CO2 kering). Jika tidak berhasil, letakkan termometer dalam
freezer sampai cairan dalam termometer bergabung kembali. Apabila dengan cara
di atas masih belum berhasil juga panaskan termometer dalam air.
b) Pemanasan dilakukan dalam pemanas minyak. Hati-hati, jangan memanaskan
melewati kapasitas termometer itu.

7. Multimeter

Pengertian
59

Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus
listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara umum,
sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa
fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya. Ada juga
orang yang menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter, mungkin maksudnya A
(ampere), V(volt), dan O(ohm).

Jenis jenis multimeter


Multimeter terbagi menjedi dua jenis yaitu multimeter Digital dan multimeter Analog.
1. Multimeter Digital
Multimeter Digital memiliki ukuran yang tinggi, dan kegunaannya pun lebih
banyak dibandingkan dengan multimeter analog. Kelebihannya yaitu memiliki
tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih
banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja seperti yang ada di
multimeter analog. Kekurangan dari multimeter ini adalah susah untuk
mengontrol tegangan yang tidak stabil. Jadi apabila melakukan pengukuran
tegangan yang bergerak-gerak naik turun, sebaiknya menggunakan multimeter
analog.

2. Multimeter Analog
Multimeter Analog lebih sering dipakai untuk keperluan sehari-hari pada
tukang service TV atau komputer. Kelebihan dari multimeter ini adalah mudah
dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih simpel. Sedangkan
kekurangannya

adalah

ukurannya

rendah,

jadi

untuk

mengukur

yang

menggunakan ketelitian tinggi sebaiknya menggunakan multimeter digital.

60

Fungsi Multimeter :
1.

Mengukur tegangan DC

2.

Mengukur tegangan AC

3.

Mengukur kuat arus DC

4.

Mengukur nilai hambatan sebuah resistor

5.

Mengecek hubung-singkat / koneksi

6.

Mengecek transistor

7.

Mengecek kapasitor elektrolit

8.

Mengecek dioda, led dan dioda zener

9.

Mengecek induktor

10. Mengukur HFE transistor (type tertentu)


11. Mengukur suhu (type tertentu)

Cara penggunaan
A. Cara Menggunakan Multimeter Analog
1. Untuk memulai setiap pengukuran, hendaknya jarum menunjukkan angka nol
apabila kedua penjoloknya dihubungkan. Putarlah penala mekanik apabila
jarum belum tepat pada angka nol (0).
2. Putarlah sakelar pemilih ke arah besaran yang akan diukur, misalnya ke arah
DC mA apabila akan mengukur arus DC, ke arah AC V untuk mengukur
tegangan AC, dan ke arah DC V untuk mengukur tegangan DC.
3. Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih diarahkan ke sekala ohm
dan nolkan dahulu dengan menggabungkan probe positif dan negatif. Apabila
belum menunjukkan angka nol cocokkan dengan memutar ADJ Ohm.
61

4. Sambungkan penjolok warna merah ke jolok positif dan penjolok warna hidam
ke jolok negatif.
5. Untuk pengukuran besaran DC, jangan sampai terbalik kutub positif dan
negatifnya karena bisa menyebabkan alat ukurnya rusak.
B. Cara Menggunakan Multimeter Digital
Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih
sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena
menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan memakainya.
1.

Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur
siap dipakai.

2.

Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah


disambungkan dengan alat ukur.

3.

Catat angka yang tertera pada multimeter digital.

4.

Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya


terpasang terbalik karena display dapat memberitahu.

a) Mengukur tegangan DC
1.

Atur Selektor pada posisi DCV.

2.

Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di
cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas
ukur 50V.

3.

Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas
ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.

4.

Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan


dicek, probe warna merah pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik
(-) tidak boleh terbalik.

5.

Baca hasil ukur pada multimeter.

b) Mengukur tegangan AC
1.

Atur Selektor pada posisi ACV.

2.

Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di
cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas
ukur 50V.
62

3.

Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya

4.

Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan


dicek. Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.

5.

Baca hasil ukur pada multimeter.

c) Mengukur kuat arus DC


1.

Atur Selektor pada posisi DCA.

2.

Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek,
misal : arus yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur
250mA atau 500mA.

3.

Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur
oleh multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada
multimeter akan putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan
fuse (sekring) harus diganti dulu.

4.

Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan


DC dan AC, karena mengukur arus berarti kita memutus salah satu
hubungan catu daya ke beban yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan
multimeter sebagai penghubung.

5.

Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan
probe (-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek
pemakaian arusnya.

6.

Baca hasil ukur pada multimeter.

d) Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap


1.

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter....

2.

Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.

3.

Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil


penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas
ukur.

4.

Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh


terbalik.

5.

Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama
dengan nilai yang ditunjukkan oleh gelang warna resistor.

63

e)

Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)


1.

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.

2.

Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan
diukur.

3.

Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil


penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas
ukur.

4.

Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh


terbalik.

5.

Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel


resistor dan pastikan penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan
putaran VR.

Untuk mengetahui bagian-bagian pada multimeter analog dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Bagian-bagian multimeter analog


Dari gambar di atas, dapat terlihat panel terminal dan fasilitas yang dimiliki multimeter,
yaitu:
1. Scale (Skala Maksimum/SM)
Skala Maksimum (SM) merupakan batas nilai tertinggi pada panel.

64

1) Skala maksimum mengukur resistansi, nilainya dari kanan ke kiri


2) Skala maksimum pengukuran arus, tegangan AC ataupun DC, nilainya dari kiri ke
kanan
(3) Mirror/Cermin
Cermin ini berfungsi sebagai acuan dalam melaukan pengukuran yang
ditunjukkan oleh jarum meter. Dalam pengukuran posisi mata pengamat harus
tegak lurus dengan Multimeter, sehingga pada saat melakukan pengukuran posisi
jarum meter tidak memiliki bayangan pada cermin, yang menandakan
pengukuran tepat pada petunjuk yang diperoleh.
(4) Pointer/Jarum meter
Jarum meter ini berfungsi sebagai petunjuk dalam pengukuran yang dilakukan
pada Multi meter
(5) Zero Correction / Pengenolan Jarum
Zero Correction ini berfungsi sebagai mengenolkan jarum pada posisi kiri dalam
mengukur arus dan tegangan.
(6) Ohm Adjusment
Ohm Adjusment ini berfungsi sebagai mengenolkan jarum pada posisi kanan
dalam mengukur hambatan.
(7) Batas Ukur (BU)
Batas Ukur merupakan Nilai maksimal yang bisa diukur oleh multimeter

65

1) Paling kiri atas merupakan blok selektor DC Volt;


2) Paling kiri atas merupakan blok selektor AC Volt;
3) Bawah kanan tertulis satuan Ohm untuk mengukur resistansi;
4) Kiri bawah tertulis DC mA yang digunakan untuk mengukur Arus DC;
1. Range Selektor berfungs iuntuk memilih/range batasan arus, tegangan maupun
hambatan yang akan diukur.
2. Measuring Terminal / Probe ( + / )

Fungsi dan tujuan dari kalibrasi adalah sebagai berikut:


1. Untuk menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur tetap sesuai dengan
spesifikasinya;
2. Untuk menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran konvensional petunjuk suatu
instrumen ukur;
3. Untuk menjamin hasil pengukuran sesuai standar nasional dan internasional;
4. Untuk melihat tingkat ketelitian alat ukur dibangingkan dengan alat ukur standar;
5. Untuk mempresisikan alat ukur dan memperkecil error.
Berikut adalah langkah langkah dalam kalibrasi:
1. Jarum penunjuk meter diperiksa apakah sudah tepat pada angka 0;
2. Jika belum putar sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk meter ke kiri atau ke
kanan dengan menggunakan obeng pipih (-) kecil;
3. Pasang Probe pada konektor + dan ;
4. Putar range selektor switch ke skala Ohmmeter;
5. Tempelkan probe + ke probe agar terjadi Short Circuit;
6. Pastikan jarum penunjuk sudah mengarah ke nol pada skala ohmmeter atau
tidak, jika belum maka putar zero adjustment agar jarum menunjuk ke nol.
Pada tutorial akan dibahas lebih lengkap mengenai Cara Mudah Untuk Membaca Alat Ukur
Listrik Multimeter / Avometer Analog.
Yang dimaksud Multimeter atau Avometer adalah Alat ukur Listrik yang memungkinkan kita
untuk mengukur besarnya Besaran listrik yang ada pada suatu rangkaian baik itu Tegangan,
Arus, maupun Nilai Hambatan/Tahanan. AVOmeter adalah singkatan dari Ampere Volt Ohm
Meter, jadi hanya terdapat 3 komponen yang bisa diukur dengan AVOmeter sedangkan
66

Multimeter , dikatakan multi sebab memiliki banyak besaran yang bisa di ukur, misalnya
Ampere, Volt, Ohm, Frekuensi, Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), Nilai Kapasitif,
dan lain sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis Multimeter yaitu Analog dan Digital, yang Digital
sangat mudah pembacaannya disebabkan karena Multimeter digital telah menggunakan
angka digital sehingga begitu melakukan pengukuran Listrik, Nilai yang diinginkan dapat
langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara pemasangan alat ukurnya.
Mari mengenal bagian-bagian Multimeter atau Avometer agar lebih memudahkan dalam
memahami

tulisan

selanjutnya

Bagian-Bagian Multimeter
1. SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau plat
kecil, Sekrup ini berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat pada posisi 0
(NOL), terkadang jarum tidak pada posisi NOL yang dapat membuat kesalahan pada
pengukuran, Posisikan menjadi NOL sebelum digunakan.
2. TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup
pengatur jarum, hanya saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk membuat
jarum menunjukkan angka NOL pada saat Saklar pemilih di posisikan menunjuk
SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm biasanya pilih x1 pada skala
Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung TERMINAL (Ujung terminal Merah
bertemu dengan Ujung terminal Hitam) dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan
67

bergerak ke KANAN (Disitu terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol
Ohm sampai jarum menunjukkan angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI
OhmMeter. Hal ini Muthlak dilakukan sebelum melakukan pengukuran tahanan
(OHM) suatu komponen atau suatu rangkaian.
3. SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di
UKUR, misalnya bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar saklar hingga
menyentuh skala AC yang pada alat ukur tertulis ACV, Begitu pula saat mengukur
tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu seterusnya. Jangan Salah memilih Skala
Pengukuran. Pada setiap bagian SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar
Pemilih, terdapat Nilai-nilai yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala
Tegangan AC (tertulis ACV pada alat ukur) tertera skala 10, 50, 250, dan 750 begitu
pula pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur) tertera skala 0.1 , 0.25 ,
2.5 , 10 , dst. Apa maksud Skala ini?? Dan Bagaimana Memilihnya??
o

Pedoman Memilih SKALA Pengukuran :

Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk membaca hasil
pengukuran, Semua skala dapat digunakan untuk membaca, Hanya saja tidak
semua skala dapat memberikan atau memperlihatkan nilai yang diinginkan,
misalnya kita mempunyai Baterai 9 Volt DC, kemudian kita mengatur
SAKLAR PEMILIH untuk Memilih SKALA TEGANGAN DC pada posisi
2,5 dan menghubungkan TERMINAL Merah dengan positif (+) baterai dan
Hitam dengan Negatif (-) baterai. Apa yang akan terjadi?? Jarum akan
bergerak ke Ujung Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt, Mengapa
Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang dapat diukur bila kita
memposisikan Saklar Pemilih pada skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja,
sehingga untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar harus di putar menuju
Skala yang LEBIH BESAR sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar
pada

Posisi

10

dan

Alat

ukur

akan

menunjukkan

nilai

yang

diinginkan.Penjelasan Lebih Lengkap Mengenai MEMBACA ALAT UKUR


akan di Bahas selanjutnya pada tutorial ini.

68

TATA TERTIB

TATA TERTIB GURU DI LABORATORIUM

1. Member penjelasan sehingga siswa mau mematuhi tata tertib laboratorium


2. Mengawasi siswa yang sedang praktek di laboratorium
3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai untuk praktek
4. Menjelaskan setiap alat yang belum dikenal siswa atau yang mudah rusak dan setiap
bahan yang berbahaya, mudah terbakar atau meledak
5. Memberitahu kepada siswa tentang penggunaan alat listrik
6. Mengusahakan agar laboratorium tetap bersih, tertib, dan rapi
7. Etiket pada botol harus benar dan jelas
8. Member peringatan, petunjuk, atau larangan agar praktikum berhasil, keamanan
terpelihara, dan keselamatan terjamin
9. Mengecek bahan pemadam kebakaran harus selalu siap pakai
10. Kotak PPPK selalu tersedia dan terawatt, guru harus mampu menggunakan isi kotak
PPPK ini
11. Memadamkan lampu laboratorium apabila akan meninggalkan laboratorium

69

TATA TERTIB SISWA DI LABORATORIUM


1. Siswa tidak diperkenankan masuk dalam laboratorium tanpa seijin guru
2. Jagalah kebersihan meja dan ruangan praktikum
3. Alat-alat serta bahan yang ada di laboratorium tidak diperkenankan untuk di bawa
keluar lab, kecuali perintah dan petunjuk guru
4. Alat dan bahan harus digunakan sesuai dengan petunjuk yang diberikan dan tidak
bekerja menurut kehendaknya sendiri
5. Jika terjadi kecelakaan, barang pecah, alat rusak segera dilaporkan kepada guru IPA
yang bertugas pada waktu itu.
6. Hanya zat berbentuk cair yang dibuang di bak cuci. Pecahan kaca harus dibuang
dalam tempat khusus untuk itu.
7. Usahakan jangan sampai menumpahkan zat-zat kimia ke atas meja
8. Tidak diperkenankan mencicipi bahan kimia. Cara membau bahan kimia dengan
mengibaskan tangan di atas botol / tempat yang mengeluarkan uap kerah hidung
9. Jangan mencampurkan bahan kimia sembarangan saja. Alat dan bahan kimia harus
digunakan menurut petunjuk
10. Jika dimasukkan pipa kaca ke dalam sumbat karet / gabus, gunakan gliserin atau
pelican yang lain dan lindungi tangan dengan menggunakan kain. Kecuali reaksi
organic, pelicinnya air
11. Alat bedah setelah selesai digunakan harus dibersihkan dengan sempurna kemudian
dicuci dengan spirtus
12. Hendakkan selalu berhati-hati dan menghindari kebakaran. Kayu dan kertas yang
terbakar atau menyala jangan diletakkan / dibuang pada tempat sampah. Untuk
menyalakan pemanas jangan menggunakan kertas bakar
13. Untuk mencegah terpegang benda panas tanpa diketahui sebelumnya, rasakan benda
itu dengan mendekatkan punggung telapak tangan kepada benda yang diperkirakan
masih panas
14. Setelah digunakan, alat-alat harus dibersihkan dan setelah itu harus dikembalikan ke
tempat semula. Sebelum ditinggalkan, meja praktikum harus dalam keadaan bersih
15. Setelah praktikum selesai, tangan harus dicuci dengan bersih ( menggunakan sabun ).
16. Khususnya kelas IPA diwajibkan memakai jas praktikum

70

LAYOUT LABORATORIUM FISIKA


LAYOUT LAMA
RUANG LABORATORIUM IPA SMA N 2 SUKOHARJO

A1

A2

A3

A4

B4

B1

B2

B3

C1

C3

C2

D
F
G

Pintu

Keterangan :
A : Almari simpan biologi

F : Meja guru

B : Almari simpan fisika

G : Meja demonstrasi

C : Almari simpan kimia

H : Meja siswa

D : Almari asam

I : Papan bak cuci

E : Meja persiapan

J : Papan tulis

71

A1

A3

A4

B4

C1

C3

C2

LAYOUT BARU
A2

B2

B1

B3

LAYOUT BARU
PINTU

RUANG LABORATORIUM IPA SMA N 2 SUKOHARJO


F
G

L
M

I
N

I
N

N
p

I
Pintu
p

Keterangan :
A : Almari simpan biologi

F : Meja guru

K : Stop kontak

B : Almari simpan fisika

G : Meja demonstrasi

L : APAR

C : Almari simpan kimia

H : Meja siswa

M : Kotak P3K

D : Almari asam

I : Papan bak cuci

N : Tata tertib

E : Meja persiapan

J : Papan tulis

O : Loker penyimpanan tas


P : Tempat sampah

72

Perbandingan dan alasan-alasannya:

Perbedaan

Desain Lama

Desain Baru

Alasan/ Tujuan

Stop kontak

Terdapat hanya di

Selain terdapat

Untuk mempermudah

dekat meja guru

di meja guru, di

mendapatkan sumber

sebelah meja

tegangan apabila

siswa juga.

melakukan praktikum
yang membutuhkan
sumber tegangan listrik
PLN.

Loker

Tidak tersedia

Tersedia loker

loker

Loker sebagai tempat


penyimpanan tas dan
barang lainnya agar
lebih aman dan rapi.

Pintu

Terdapat 1 pintu,

Terdapat 2 pintu

Pintu belakang sebagai

yaitu pintu masuk

yaitu pintu depan pintu darurat agar


dan pintu

apabila terjadi

belakang

kecelakaan yang
sewaktu-waktu terjadi
dapat menggunakan
pintu belakang untuk
keluar.

APAR (Alat

Tidak tersedia

Disediakan

Jika diletakkan di

Pemadam

APAR

APAR yang

tembok belakang

diletakkan di

ataupun di belakang

tembok samping

pintu, maka sulit untuk

bagian depan

dijangkau dan tidak

dan tidak

mudah terlihat oleh

terhalang oleh

siswa maupun guru

pintu yang dapat

maka APAR diletakkan

Api Ringan)

73

dilihat oleh

di bagian depan yang

semua siswa dan

secara otomatis dapat

guru,

dilihat oleh semua

penempatannya

siswa dan guru.

tidak lebih tinggi


dari bahu
P3K

Tak tersedia

Diletakkan di

kotak P3K beserta sebelah APAR

Supaya mudah dilihat


dcan mudah dijangkau

isinya.
Tempat

Tempat sampah

Tempat sampah

Dibedakan menjadi

Sampah

terdapat jauh dari

berjumlah 2buah

samah organic dan

ruang

yang berada di

anorganik agar

laboratorium

dalam ruang

nantinya lebih mudah

praktikum (

dalam mendaur ulang

khusus sampah

samaph ( sampah

anorganik ) dan

organic terletak diluar

yang berada di

agar bisa segera

luar untuk

dibuang ke tempat

sampah organic.

pembuangan
selanjutnya agar tidak
mencemari udara
sekitar .

Tata tertib +

Tidak terdapat

Dipasang pada

Tata tertib dipasang

himbauan

pada ruang

dinding dekat

pada dinding dekat bak

membuang

praktikum

papan bak cuci

cuci agar setiap siswa

sampah

mengetahui tata tertib


yang harus dilakukan
saat berada di ruang
praktikum untuk
menjaga keamanan dan
keselamatan serta
papan himbauan
membuang sampah
74

pada tempatnya agar


siswa tidak membuang
sampah di bak cucian
sehingga kebersihan
selalu terjaga.

75

INVENTARIS ALAT
SMA NEGERI 2 SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2014 / 2015

No.

Nama Barang

Tahun

Jumlah

Keadaan
Baik

Buruk

Tempat

Resistance Box(3 watt)

1995

26 buah

26 buah

Almari B.1 Rak I

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Resistance Box(5 watt)


Fixed Resistor
Hels
Basic meter
Stopwatch
Kompas
Garpu Tala / Tuning forks
Sphymomanometer
Baterai Holder(Biru)
Baterai Holder(Hitam)
Baterai Holder(Hitam)
Baterai Holder(Orange)
Switch Kinife
Resistor 100 Ohm
Lampu Baterai
Neraca/timbangan
Deluxe magnifier
Classic Magnifier
Penggaris plastik
Penggaris mika
Mistar kayu
Beban kayu
Beban logam untuk timbangan
Rain gange
Komperator
Rol kabel
Bejana Penguapan
Papan luncur
Pembangkit getaran
Aneroid Barometer
Disseching set
Inertea balance
Audio transfener
Tiker timer
Kubus/cubes

1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
2002
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995

8 buah
16 buah
3 buah
26 buah
22 buah
73 buah
6 buah
1 buah
8 buah
6 buah
8 buah
4 buah
8 buah
5 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
6 buah
10 buah
6 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
8 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
40 buah

8 buah
16 buah
3 buah
10 buah
22 buah
73 buah
6 buah
1 buah
8 buah
6 buah
8 buah
4 buah
8 buah
5 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
6 buah
10 buah
6 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
8 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
40 buah

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Almari B.1 Rak I


Almari B.1 Rak I
Almari B.1 Rak I
Almari B.1 Rak II
Almari B.1 Rak II
Almari B.1 Rak II
Almari B.1 Rak II
Almari B.1 Rak II
Almari B.1 Rak III
Almari B.1 Rak III
Almari B.1 Rak III
Almari B.1 Rak III
Almari B.1 Rak III
Almari B.1 Rak III
Almari B.1 Rak III
Almari B.1 Rak IV
Almari B.1 Rak IV
Almari B.1 Rak IV
Almari B.1 Rak IV
Almari B.1 Rak IV
Almari B.1 Rak V
Almari B.1 Rak V
Almari B.1 Rak V
Almari B.1 Rak V
Almari B.1 Rak V
Almari B.1 Rak V
Almari B.1 Rak V
Almari B.1 Rak V
Almari B.1 Rak V
Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
76

37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73

Triangle
Glass Cuting
Magnet batang
Electric Tool Kit
Sperometer
Higrometer
Spatula nikel
Jepit Buaya/Crocodile Clip
Jangka Sorong
Mikrometer sekrup
Klem
Kaca
Lensa Cekung
Lensa Cembung
Prisma
Neraca Pegas
Pegas
Termometer
Baterai
Bola Lampu
Bohlam lampu Baterai
Soll Capillary Apparatus
Multipleyer
Multimeter digital
Multimeter analog
Penjepit tabung
Paper tape
Kabel
Beban untuk pegas
Lound Speaker
Ray Box
Troli
Power Supply
Audio Generator
Oscilloscope
Electromagnetic aparatur
Klem

74
75
76
77
78
79
80

Pegas
Beban massa 50 gr
Beban massa 100 gr
Kaca pembesar
Prisma Siku - siku
Prisma Sama Sisi
Neraca/Timbangan

1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
2012
2012
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995

10 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
10 buah
76 buah
3 buah
4 buah
22 buah
5 buah
20 buah
80 buah
3 buah
17 buah
6 buah
4 buah
8 buah
8 buah
27 buah
1 buah
53 buah
5 buah
2 buah
10 buah
10 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
3 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 karton

2012
2012
2012
2012
2012
2012
1995

6 buah
4 buah
4 buah
4 buah
4 buah
4 buah
3 buah

10 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
10 buah
76 buah
3 buah
4 buah
22 buah
5 buah
20 buah
80 buah
3 buah
17 buah
6 buah
4 buah
8 buah
8 buah
27 buah
1 buah
53 buah
5 buah
2 buah
10 buah
10 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
3 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1
karton
6 buah
4 buah
4 buah
4 buah
4 buah
4 buah
3 buah

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Almari B.1 Rak VI


Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
Almari B.1 Rak VI
Almari B.2 Rak I
Almari B.2 Rak I
Almari B.2 Rak I
Almari B.2 Rak I
Almari B.2 Rak I
Almari B.2 Rak I
Almari B.2 Rak I
Almari B.2 Rak I
Almari B.2 Rak I
Almari B.2 Rak I
Almari B.2 Rak I
Almari B.2 Rak I
Almari B.2 Rak II
Almari B.2 Rak II
Almari B.2 Rak II
Almari B.2 Rak II
Almari B.2 Rak II
Almari B.2 Rak II
Almari B.2 Rak II
Almari B.2 Rak II
Almari B.2 Rak II
Almari B.2 Rak III
Almari B.2 Rak III
Almari B.2 Rak III
Almari B.2 Rak III
Almari B.2 Rak III
Almari B.2 Rak III

0
0
0
0
0
0
0

Almari B.2 Rak III


Almari B.2 Rak III
Almari B.2 Rak III
Almari B.2 Rak III
Almari B.2 Rak III
Almari B.2 Rak III
Almari B.3 Rak I
77

81
82
83
84
85
86
87

Peralatan teori kinetik


Tabung Spektrum
Mikrowave apparatus
Neraca/Timbangan
Pengubah arus AC-DC
Neraca/Timbangan
Hambatan Shunt

88
89
90
91
92
93
94

KIT mekanika
KIT Elektromagnetik
KIT Optik
KIT
Alat Tangki Riak
Kompor Listrik
Statif

1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
2002
2002
2002
2010
2010
2012
1995

1 buah
2 buah
1 buah
4 buah
1 buah
1 buah
100
buah
4 set
4 set
4 set
2 set
2 set
2 buah
6 buah

1 buah
2 buah
1 buah
4 buah
1 buah
1 buah
69 buah

0
0
0
0
0
0
31

Almari B.3 Rak I


Almari B.3 Rak I
Almari B.3 Rak I
Almari B.3 Rak II
Almari B.3 Rak II
Almari B.3 Rak III
Almari B.3 Rak III

4 set
4 set
4 set
2 set
2 set
2 buah
6 buah

0
0
0
0
0
0
0

Di luar almari
Di luar almari
Di luar almari
Di luar almari
Di luar almari
Di luar almari
Di luar almari

78

BAB 3
KESIMPULAN

A. Kritik
1. Belum adanya APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ) dan P3K ( Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan ) sehingga apabila terjadi kecelakaan dalam praktikum belum bisa
ditangani secara maksimal
2. Belum adanya pintu darurat ( pintu belakang ) sebagai alternative jalan apabila terjadi
kecelakaan atau kebakaran saat praktikum.
B. Saran
1. Disediakannya APAR dan P3K dalam ruang praktikum sebagai penanganan pertama
apabila terjadi kecelakaan.
2. Adanya pintu darurat ( pintu belakang ) sebagai jalur alternative keluar.

79

You might also like