Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1. Christina Ria Ernawati
(K2311014)
2. Herdiana Alvian
(K2311033)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ii
35
44
69
71
76
79
A. KRITIK ...............................................................................................................
79
B. SARAN ...............................................................................................................
79
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
untuk
merencanakan,
mengorganisir,
mengeksekusi
rencana,
serta
B. Tujuan
1. Menyusun Standar Operational Prossedure (SOP) yang ideal
2. Menyusun Modul Penggunaan alat yang ideal
3. Menyusun daftar inventaris alat laboratorium Fisika SMA N 2 Sukoharjo
4. Menyusun tata tertib yang ideal
5. Menyusun layout atau desain laboratorium yang ideal.
C. Rumusan Masalah
1
MEBELER LABORATORIUM
Yang dimaksud dengan fasilitas mebeler adalah peralatan mebel seperti meja, kursi,
lemari, rak dan sebagainya. Pada prinsipnya semua mebeler adalah sama, namun karena
fungsi dan tujuan pemakaiannya, maka mebeler laboratorium biasanya memiliki bentuk,
ukuran, dan jenis bahan tertentu yang dapat berbeda dengan mebeler lainnya. Sesuai dengan
tujuan pemakaian dan fungsinya. Fasilitas mebeler laboratorium dapat terdiri dari bermacammacam meja, kursi, lemari, rak dan loker, seperti yang akan dikemukakan berikut ini.
1. Meja
Macam- macam meja di laboratorium adalah meja praktikum, meja demonstrasi,
meja persiapan dan meja tulis.
a. Meja praktikum
Satu meja untuk satu percobaan yang dapat dilakukan oleh dua sampai 4 orang
siswa.
Ukuran meja praktikum kira-kira dua kali meja belajar di kelas dengan atau
misalnya tinggi 75 cm, lebar 70 cm dan panjang 120 cm.
Sebaiknya satu meja dipasang terpisah (jangan berimpit) dengan meja yang
lainnya.
b. Meja demonstrasi
Ukuran panjangnya kira-kira dua kali meja praktikum dengan lebar dan tinggi
yang sama atau bisa juga tinggi 75 cm, lebar 80 cm dan panjang 200 cm.
c. Meja persiapan
3
Untuk guru dan atau laboran mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
untuk proses pembelajaran.
d. Meja tulis
Untuk guru.
Ukurannya sama dengan ukuran meja tulis pada umumnya, lengkap dengan
laci- lacinya.
2. Kursi
Kursi di laboratorium dibedakan atas kursi biasa untuk guru dan kursi praktikum untuk
siswa melakukan percobaan atau mengikuti pembelajaran di laboratorium. Kursi
praktikum biasanya dibuat tanpa sandaran punggung dan tangan.
Kursi praktikum
umumnya dibuat dari rangka besi tingginya sekitar 50 cm dan tempat duduknya terbuat
dari kayu berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 25 cm. Agar tidak cepat merusak
lantai dan tidak menimbulkan suara berisik ketika digeser, bagian bawah (telapak) kaki
kursi sebaiknya dilapisi plastik, kayu atau karet.
3. Lemari
Lemari di laboratorium terutama dapat dibedakan atas lemari alat, lemari buku, dan
lemari administrasi.
a. Lemari alat
Lemari pendek yang terdapat di bagian pinggir ruang praktikum, juga dapat
digunakan sebagai meja praktikum, misalnya untuk percobaan yang
menggunakan instalasi gas..
Semua lemari laboratorium, terutama lemari alat-alat harus terbuat dari bahan yang
kuat untuk menahan beban yang cukup berat, sebaiknya tidak dari partikel blok atau
tripleks dan multiplek yang terlalu tipis.
Agar tidak menyita tempat yang lebar, pintu lemari alat biasanya berupa pintu
geser.
Bagian depan lemari alat di ruang penyimpanan sebaiknya terbuat dari kaca, agar
mudah dilihat alat apa yang terdapat di dalamnya.
Pintu lemari alat harus dilengkapi dengan kunci yang menjamin keamaan alat di
dalamnya.
Lemari ini dapat dibuat dari kayu atau plat logam, dengan ukuran yang
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan tempat.
c. Lemari buku
5
Lemari ini sebaiknya berninding kaca, dan tidak dikunci, agar setiap
pengguna laboratorium dapat menggunakan buku yang disimpan di
dalamnya.
4. Rak
Rak adalah lemari tanpa dinding, yang digunakan untuk menyimpan alat-alat.
Alat-alat yang disimpan dalam rak ini biasanya adalah alat-alat yang memiliki
kotak khusus, atau alat-alat yang tidak terlalu memerlukan perlindungan dari
cuaca dan debu.
Rak dapat disimpan di ruang penyimpanan alat, di ruang persiapan, dan di ruang
guru.
5. Loker
Loker siswa adalah lemari yang disediakan di laboratorium khusus untuk
menyimpan buku dan tas siswa di dalam laboratorium.
Loker ditempatkan dibagian pinggir depan atau belakang ruang praktikum.
Loker di laboratorium biasanya dibuat hanya berupa kotak-kota dari sekat-sekat
dan tahap-tahap tanpa pintu.
Loker dapat dibuat dari bahan kayu dengan ukuran yang ideal untuk siswa.
Sebaiknya disediakan satu kotak untuk tiap satu siswa.
A. Penyimpanan Alat
Penataan dan penyimpanan alat-alat laboratorium sangat perlu memperhatikan
karakteristik dan spesifikasinya. Ini didasarkan pada alasan keamanan alat, kemudahan
pencarian, pemeriksaan, perawatan, pemeliharaan, dan kerapihan penyimpanan alat.
Masalah penyimpanan alat biasanya ditentukan oleh keadaan laboratorium, yaitu dimana
laboratorium berada, keadaan alat dan ada tidaknya gudang dan ruang persiapan.
Masalah penyimpanan alat ini ditentukan juga oleh pemakai laboratorium. Oleh
karena itu alat-alat laboratorium perlu dikelompokkan atau diklasifikasikan berdasarkan
kriteria yang sesuai dengan tujuan pengelompokannya.
Kriteria klasifikasi penyimpanan alat-alat laboratorium antara lain :
1. Bahan utama pembuatan ; misalnya kayu, plastik, kaca, logam, dan lainnya.
2. Massa alat. Alat laboratorium dikelompokkan berdasarkan bobot dan massanya
apakah alat-alat itu ringan atau berat.
3. Bentuk dan volume alat ; misalnya besar, kecil, bola, kubus, balok, silinder dan
lainnya.
4. Pabrik pembuat Alat. Alat laboratorium dikelompokkan berdasarkan produsen atau
pabrik pembuatnya. Pengelompokan ini tentu dengan menyebutkan nama perusahaan
pabrik pembuat dan negaranya.
5. Usia pakai. Usia pakai adalah waktu yang menyatakan berapa lama atau berapa kali
alat dapat digunakan dan berfungsi sesuai dengan spesifikasi pembuatannya.
6. Konsep fisika ; misalnya alat-alat mekanika, alat-alat listrik-magnet, alat-alat optik,
dan lainnya.
7. Fungsi dan kegunaan. Misalnya, alat ukur digunakan pada lebih dari satu percobaan
atau tergabung dalam satu set percobaan, alat peraga atau yang lainnya. Adapun alatalat yang digunakan untuk beberapa percobaan, misalnya termometer yang dipakai
untuk percobaan panas dan listrik.
8. Frekuensi pemakaian & boleh tidaknya diambil sendiri oleh siswa
Alat yang sering digunakan sebaiknya disimpan sedemikan sehingga mudah diambil
dan mudah dikembalikan. Gunakan lemari pada meja demonstrasi yang menghadap
7
ke siswa sehingga iswa dapat mengambil dan mengembalikan sendiri alat- alat
tersebut. Sebagai alternatif dapat digunakan juga lemari pada dinding laboratorium
sebagai pengganti meja demonstrasi.
9. Harga alat
Alat-alat seperti alat ukur listrik, mikroskop, stopwatch, dan termometer sebaiknya
disimpan tersendiri dalam laci atau lemari yang terkunci, karena alat-alat tersebut
selain mahal harganya juga peka dan mudah rusak.
10. Letak dan cara penyimpanan
Gabungkan alat-alat dalam satu set percobaan karena akan membantu mempermudah
pemasangan alat atau letakkan alat berdasarkan besar dan kecilnya alat tersebut
sehingga mudah terlihat apabila dibutuhkan.
Bahan pembuatan
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bahan
utama pembuatannya, misalnya kayu, plastik, kaca, logam, dan sebagainya.
Massa
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bobot
dan massanya apakah alat-alat itu ringan atau berat.
Pabrik pembuat
Usia pakai
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan usia
pakainya. Usia pakai adalah waktu yang menyatakan berapa lama atau berapa kali
alat itu dapat digunakan dan berfungsi dengan baik dan benar sesuai dengan
spesifikasinya pembuatannya.
Konsep fisika
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan konsep
atau materi fisika yang berkaitan dengannya, misalnya alat-alat mekanika, alat-alat
listrik-magnet, alat-alat optik dan sebagainya.
Fungsi/kegunaan
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan
fungsinya ketika digunakan apakah sebagai alat ukur yang dapat digunakan pada
lebih dari satu percobaan, sebagai satu set percobaan, sebagai alat peraga, sebagai
alat perbaikan, atau yang lainnya.
Pada prakteknya sering terjadi bahwa pengelompokkan alat-alat didasarkan kepada
lebih dari satu kriteria. Berikut ini adalah alat-alat fisdika dikelompokkan atas bahan
habis, alat permanen, alat tidak permanen dan alat perbaikan.
2. Bahan habis
Bahan habis di laboratorium fisika dapat terdiri dari bahan material dan alat-alat yang
umur pakainya pendek atau bahkan sekali pakai habis, rusak atau tidak dapat dipakai lagi.
Bahan habis yang benar-benar berupa bahan material misalnya adalah timah patri, pita
kertas ticker timer, kertas karbon, benang, tali, paku keling, spirtus, alkohol, minyak tanah,
9
bensin, pelumas dan sebagainya, sedangkan bahan habis yang berupa alat yang usia
pakainya pendek misanya adalah berbagai komponen elektronika seperti hambatan,
kapasitor, transistor dan sebagainya, pegas dan neraca pegas, termometer, hidrometer, batu
baterai, dan sebagainya. Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan bahan habis
antara lain adalah sebagai berikut ini. Pemilihan alat-alat yang harus dimasukkan ke
dalam kelompok bahan habis. Pemberian label nama dan atribut yang jelas bagi setiap
bahan habis, agar tidak tertukar penyimpanan dan pemakaiannya. Cantumkan catatan,
peringatan dan perhatian cara menggunakan yang tepat dan aman. Penyimpanan yang
sesuai dengan karakteristik alat misalnya :
Tempat penyimpanan yang tepat apakah dari kayu, plastik, kaca dan sebagainya.
Suhu dan kelembaban tempat tempat penyimpanan yang sesuai, apakah bahan harus
disimpan di tempat yang kering, di tempat yang sejuk, jangan di tempat yang
lembab, atau harus dalam lemari es atau freezer, di tempat yang terang atau gelap
dan sebagainya.
Bila bahan habis termasuk bahan yang mudah terbakar, maka harus disimpan jauh
dari sumber api atau sumber panas, atau bahkan membelinya jangan terlalu banyak,
cukup sekali pakai habis saja.
3.
Alat-alat permanen
Alat-alat permanen adalah alat-alat fisika yang disimpan dan sekaligus dipasang
(siap digunakan) di tempat tertentu, tidak harus atau bahkan tidak boleh dipindahpindahkan tempatnya.
Beberapa contoh alat yang dapat dipandang sebagai alat permanen misalnya adalah:
10
Bandul fisis.
Pesawat Ethwood.
yang dapat disetting dalam lebih dari satu macam percobaan, asesoris yang dapat
digunakan pada lebih dari satu alat yang lain, asesoris khusus untuk satu alat tertentu, satu
set percobaan yang tidak dapat dipisah-pisahkan lagi komponen-komponennya, satu set
peraga tidak dapat dipisah-pisahkan lagi komponen-komponennya. Alat-alat tidak
permanen hendaknya disimpan berdasarkan kriteria pengklasifikasian yang sudah
ditentukan.
Alat-alat tidak permanen yang berupa set percobaan atau set peraga jangan
5. Alat-alat perbaikan
11
12
ORGANISASI LABORATORIUM
Yang dimaksud dengan organisasi laboratorium fisika di sekolah dalam uraian ini
adalah pemberdayaan segala sumber daya yang dimiliki sekolah dalam penyelenggaraan
laboratorium fisika di sekolah. Pemberdayaan segala sumber daya itu direncanakan dan
dilaksanakan secara teratur sehingga penyelenggaraan laboratorium fisika sekolah berjalan
sesuai dengan peranan fungsi dan manfaat laboratorium fisika sekolah dalam upaya
mendukung tercapainya visi, misi dan tujuan sekolah. Keberadaan organisasi laboratorium
fisika sekolah ditandai dengan adanya kejelasan fungsi dan kedudukan laboratorium dalam
organisasi sekolah, personalia laboratorium, dan manajemen pengelolaan laboratorium.
Sesuai dengan fungsi laboratorium fisika sekolah sebagai salah satu fasilitas penunjang
proses pembelajaran fisika di sekolah, maka kedudukan laboratorium fisika sekolah dalam
organisasi sekolah sebaiknya berada di bawah bagian kurikulum yang mengayomi semua
bidang studi di sekolah. Dengan demikian seluruh penyelengaraan laboratorium fisika
sekolah dan hubungannya dengan bagian lain di sekolah berada di bawah koordinasi kepala
bagian kurikulum itu. Bila dianggap tidak mungkin (dan umumnya demikian) kepala bagian
kurikulum bertindak langsung sebagai pengelola laboratorium fisika sekolah, maka lebih
baik jika terdapat satuan tugas pengelola laboratorium fisika sekolah yang bertanggung
jawab kepadanya. Hal itu diharapkan dapat menciptakan suasana yang kondusif dalam
penyelenggaraan laboratorium fisika sekolah.
Pada sekolah yang besar dengan laboratorium yang besar dan komplek, personalia
laboratorium mungkin tidak cukup hanya dengan ketua laboratorium dan para guru
fisikanya saja, melainkan bahwa ketua laboratorium harus didampingi oleh beberapa orang
13
Evaluasi dan review keterlaksanaan program kerja semester atau tahun lalu.
Evaluasi dan review keterlaksanaan tata tertib laboratorium satu semester atau satu
tahun yang lalu.
Pendataan sisa bahan habis, dan jumlah serta jenis alat yang rusak dan hilang selama
satu semester atau satu tahun yang lalu.
Analisis kebutuhan alat dan bahan habis satu semester atau satu tahun ke depan.
Penyusunan program kerja laboratorium satu semester atau satu tahun ke depan.
Pembuatan jadwal kegiatan laboratorium satu semester atau satu tahun ke depan.
Pengajuan kebutuhan alat-alat dan bahan habis satu semester atau satu tahun ke depan.
14
ADMINISTRASI LABORATORIUM
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan fasilitas laboratorium adalah
sarana fisik laboratorium seperti fasilitas ruangan, fasilitas instalasi listrik, air dan gas serta
fasilitas mebeler dan sebagainya, sedangkan alat-alat laboratorium terdiri dari bahan-bahan
habis, alat-alat permanen, alat-alat tidak permanen serta peralatan (tools) perbaikan. Semua
fasilitas dan alat-alat tersebut setiap saat dapat berubah keadaan jenis, kualitas, dan
kuantitasnya karena banyak faktor seperti tingginya frekuensi penggunaan, usia pakai,
kerusakan, kehilangan dan sebagainya.
1. INVENTARISASI ALAT DAN FASILITAS LABORATORIUM
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan fasilitas laboratorium
adalah sarana fisik laboratorium seperti fasilitas ruangan, fasilitas instalasi listrik, air dan
gas serta fasilitas mebeler dan sebagainya, sedangkan alat-alat laboratorium terdiri dari
bahan-bahan habis, alat-alat permanen, alat-alat tidak permanen serta peralatan (tools)
perbaikan. Semua fasilitas dan alat-alat tersebut setiap saat dapat berubah keadaan jenis,
kualitas, dan kuantitasnya karena banyak faktor seperti tingginya frekuensi penggunaan,
usia pakai, kerusakan, kehilangan dan sebagainya. Untuk memudahkan pengontrolan dan
analisis kebutuhan atas semua fasilitas dan alat-alat tersebut, maka pengelolaan
laboratorium harus dilengkapi dengan tindakan inventarisasi secara rutin dan teratur
dengan instrument inventarisasi yang jelas, mudah dipahami, dan mudah diakses namun
tidak dapat diubah secara sembarang oleh orang atau pihak yang tidak berwenang.
Instrument yang dimaksud antara lain adalah daftar inventaris alat dan kartu alat.
a. Daftar inventaris alat dan fasilitas laboratorium
Daftar inventaris alat dan fasilitas laboratorium adalah catatan atas semua alatalat dan fasilitas laboratorium.
Daftar inventaris alat dan fasilitas laboratorium dapat dibuat dalam bentuk buku
catatan dengan tulisan tangan, file cetakan, ataupun dalam bentuk file elektronik
seperti dalam disket, hardisk, CD, dan flashdisk.
Daftar inventaris alat dan fasilitas laboratorium memuat nama dan berbagai
atribut alat-alat dan fasilitas laboratorium.
Yang dimaksud dengan atribut alat-alat dan fasilitas laboratorium dalam daftar
inventaris adalah catatan keterangan mengenai nama alat, nomor kode alat,
15
spesifikasi, jumlah, keadaan baik atau rusak, tanggal pembelian atau penerimaan,
pabrik pembuat, nomor seri/tipe/model, tempat penyimpanan bahkan mungkin
juga sumber dana pembelian atau pengadaan serta keterangan lain yang dianggap
perlu sesuai dengan kondisi dan sistem manajemen di laboratorium sekolah yang
bersangkutan.
Perhatikan mungkin ada dan biasanya ada aturan resmi dari pemerintah, dinas
pendidikan atau sekolah mengenai tatacara pembuatan daftar inventaris dan
pemberian berbagai atribut alat dan fasilitas laboratorium.
Daftar inventaris selalu diperbaharui setiap dalam batas perioda tertentu, sehingga
daftar inventaris selalu sesuai dengan keadaan alat dan fasilitas laboratorium
dalam perioda waktu yang bersangkutan.
Daftar inventaris alat dan fasilitas laboratorium sebaiknya dapat dibaca oleh
semua pihak yang berhak dan dianggap memerlukan, tetapi jangan sampai bisa
diberi perubahan oleh siapapun kecuali yang berwenang.
Keterangan dari setiap judul kolom pada daftar inventaris di atas adalah sebagai
berikut ini.
16
1). No. adalah nomor urut masuknya alat ke dalam daftar inventaris.
2). Nama adalah nama alat, nama ini biasanya sama dengan nama yang diberikan
oleh pabrik pembuatnya. Nama alat dapat juga diberikan sesuai dengan konsep
materi fisika.
3). Asesoris adalah kelengkapan kecil atau bagian-bagian alat yang dapat dibuka dan
dipasang pada alat yang bersangkutan.
4). Kode atau nompor kode adalah nomor yang diberikan oleh pembuiat daftar
inventaris kepada setiap alat yang termasuk di dalam daftar inventaris.
Pengkodean ini hendaknya mengacu (jika ada) kepada peraturan pemerintah
mengenai pengkodean inventaris barang-barang negara. Biasanga dua angka
terakhir
menyatakan
nomor
urut
dari
jumlah
alat
sejenis,
misalnya
///2/6, berarti alat itu adalah alat yang ke 2 dari jumlah 6 yang ada.
5). Spesifikasi adalah data-data teknis alat baik dari tampilannya seperti bentuk,
massa, ukuran panjang x lebar x tinggi, warna, bahan utama, ataupun data-data
pengukuran jenis besaran yang diukur (jika listrik misalnya ac, dc, atau ac-dc)
seperti batas ukur, skala makasimum, skala terkecil, ketelitian dan sebagainya.
6). Jumlah adalah banyaknya alat yang ada dan terdaftar dalam daftar inventaris,
biasanya dinyatakan pada angka terakhir dari kode (lihat keterangan kolom 4).
7). Tanggal penerimaan adalah tanggal bulan dan tahun alat itu diterima.
8). Pabrik pembuat adalah pabrik atau perusahaan atau pihak yang memproduksi alat.
9). Nomor seri adalah nomor produk yang diberikan oleh pabrik pembuat berkaitan
dengan serial atau model produksinya.
10). Tempat Penyimpanan adalah nomor lemari, laci atau rak tempat alat disimpan.
b. Kartu alat
Kartu alat adalah kartu yang bertuliskan identitas dan segala atribut alat. Kartu alat
dibuat dari kertas yang tebal agar tidak cepat sobek. Kartu alat digantungkan pada
setiap alat. Kartu alat dapat dibedakan warnanya untuk setiap laboratorium yang
berbeda. Sebaiknya selalu ada persedian kartu kosong untuk alat baru.
c. Label alat
Label alat adalah label atau kartu kecil yang bertuliskan nnama dan kode alat,
ditempel secara permanen pada alat. Label alat ditempel pada setiap alat dan asesoris
17
alat. Warna label alat dapat dibedakan untuk setiap laboratorium atau setiap
klasifikasi alat tertentu. Sistem pengkodean pada label alat sama dengan sistem
pengkodean pada daftar inventaris dan kartu alat.
tetap harus direncakan dengan baik hingga pada saatnya dapat dilaksanakan dengan
lancar. Untuk kegiatan rutin maka perencanaannya harus melibatkan semua guru yang
terlibat didalamnya dengan pembagian tugas dan penjadwalan yang disepakati bersama.
Jadwal kegiatan rutin harus menunjukkan dengan jelas hari, tanggal dan jam serta jenis
kegiatan, peserta dan guru penanggung jawabnya. Untuk kegiatan pembelajaran yang rutin
menggunakan laboratorium serta alat-alat laboratorium, jadalnya dapat dibuat misalnya
seperti pada contoh di bawah ini.
19
Untuk pelaksanaan semua kegiatan rutin dan kegiatan non rutin, administrasi
penggunaan laboratorium dan alat-alat laboratorium dapat dilakukan misalnya dengan
menggunakan tabel di bawah ini.
20
Keterangan :
No. adalah nomor urut pemakai, dimulai dengan nomor satu untuk pemakai pertama,
nomor dua , tiga dan seterusnya secara berurutan.
Jam
Kegiatan adalah nama atau jenis kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan
laboratorium
dan
atau
alat-alat
laboratorium,
misalnya
adalah
kegiatan
Alat yang dipakai adalah nama dan jumlah bahan habis dan atau alat-alat yang
digunakan.
Pada prinsipnya, laboratorium beserta segala bahan habis dan alat-alat labnoratorium
di dalamnya adalah diperuntukkan bagi setiap dan semua guru dan siswa yang
membutuhkannya dalam proses pembelajaran di dalam sekolah. Dengan demikian setiap
dan semua guru dan siswa berhak menggunakannya untuk kepentingan proses
pembelajaran di dalam sekolah yang bersangkutan, namun tidak berarti bahwa semua
berlangsung tanpa kontrol dan tanpa kendali, dan bukan tidak mungkin terjadi pemakaian
di luar laboratorium atau bahkan di luar sekolah. Agar tanggung jawab atas resiko
kehilangan dan kerusakan tidak tertumpu pada seseorang atau akhirnya saling
menyalahkan tanpa bukti, maka diperlukan administrasi peminjaman alat-alat yang tertib
dan dapat memberikan bukti atas peminjaman alat-alat untuk berbagai kepentingan baik di
dalam maupun diluar laboratorium dan sekolah yang bersangkutan.
Yang Juga penting dalam administrasi peminjaman alat-alat laboratorium adalah
adanya kebijakan yang jelas (bila perlu tertulis) mengenai alat-alat yang boleh dan yang
tidak boleh dipinjamkan, serta tata tertib dan prosedur peminjaman. Pelaksanaannya,
administrasi peminjaman alat-alat dapat dilakukan dengan menggunakan bon atau bukti
peminjaman alat dan buku catatan peminjaman alat-alat, seperti contoh di bawah ini.
22
Bon pinjaman tersebut di atas diisi dengan jelas oleh peminjam. Peminjaman harus
mendapat persetujuan paling tidak dari kepala/ketua/penanggung jawab laboratorium.
Peminjaman di catat dalam buku pinjaman alat-alat dan bon/bukti peminjaman ditahan
oleh petugas laboratorium yang melayani peminjaman itu. Bon peminjaman diserahkan
kembali kepada peminjam pada saat peminjam mengembalikan alat-alat yang dipinjamnya
dalam keadaan utuh. Selama bon peminjaman masih berada di tangan petugas
laboratorium, berarti peminjam belum mengembalikan alat yang dipinjamnya.
laboratorium
dapat
meliputi
kegiatan-kegiatan
membersihkan
alat-alat,
memeriksa hasil kerja dan unjuk kerja alat, memperbaiki bagian-bagian alat yang rusak,
mengganti bagian-bagian alat yang hilang, menyimpan alat-alat sesuai dengan daftar
inventaris, memeriksa ketersediaan dan kebutuhan sehingga memeberikan informasi bagi
pengadaan alat-alat.
Kegiatan pemeliharaan dan perawatan itu sebaiknya dijadwalkan dan dicatat
sehingga dapat memberikan informasi tentang riwayat alat sejak dari pembelian,
pemakaian, pemeliharaan sampai habis usia pakainya. Catatan pemeliharaan dan
perawatan alat-alat itu misalnya adalah seperti pada contoh format isian untuk
pemeliharaan dan perawatan alat-alat seperti di bawah ini.
23
KESELAMATAN KERJA
laboratorium akibat kesalahan pengoperasian alat-alat maka manual penggunaan alat dan
penuntun percobaan, harus selalu tersedia bagi setiap yang akan menggunakan alat-alat itu.
Akan tetapi, walaupun segala upaya telah dilakukan, kecelakaan kerja dan kerusakan alat
tetap bisa terjadi. Untuk mengatasi kecelakan kerja dan kerusakan alat yang terjadi maka
diperlukan alat keselamatan, dan alat-alat untuk perbaikan.
A. Tata tertib laboratorium
Tata tertib laboratorium dapat dibedakan tata tertib umum dan tata tertib khusus.
Tata tertib umum adalah tata tertib yang berlaku bagi semua orang yang bekerja di
laboratorium baik itu siswa, guru ataupun pegawai lain yang memasuki laboratorium.
Tata tertib khusus adalah tata tertib yang berhubungan dengan prosedur kerja dan
berlaku di kalangan tertentu misalnya para guru atau pimpinan sekolah, tidak perlu
diketahui oleh siswa.
Yang perlu diatur dan dikemukakan dalam tata tertib umum adalah hal-hal yang
berhubungan dengan :
Barang bawaan yang boleh dan yang tidak boleh dibawa ke dalam dan ka luar
laboratorium.
24
B. Pedoman kegiatan
Pedoman kegiatan laboratorium adalah petunjuk teknis perencanaan, palaksanaan
dan evaluasi serta monitoring kegiatan laboratorium. Kegiatan laboratorium yang
dimaksud dapat berupa kegiatan rutin seperti kegiatan pembelajaran ataupun kegiatan
non rutin seperti perlombaan karya ilmiah, perlombaan kreativitas siswa dan guru dalam
bidang fisika, pameran dan sebagainya. Pedoman kegiatan laboratorium ini ditujukan
kepada mereka yang akan melaksanakan kegiatan laboratorium.
Pedoman kegiatan laboratorium ini berisi antara lain :
Petunjuk pelaksanaan kegiatan yang harus dipenuhi, serta pembagian tugas dan
tanggung jawak perencanaan pelaksanaan dan evaluasi serta monitoring kegiatan
laboratorium yang akan dilaksanakan.
alat yang baru diterima. Selanjutnya manual ini dipelajari dan digunakan oleh setiap
pengguna alat. Manual alat yang ditulis dalam bahasa inggris bahkan ada yang ditulis
dengan huruf kanji hendaknya dibuat versi bahasa indonesianya agar setiap pengguna
alat dapat memahaminya. Jika manual alat yang asli dianggap kurang jelas, kurang rinci
atau kurang operasional, maka lebih baik di buat manual penggunaan yang dianggap
akan lebih mempermudah orang dalam menggunakan alat yang bersangkutan.
D. Penuntun percobaan
Kegiatan percobaan dapat dilakukan oleh siswa sebagai peserta pembelajaran,
maupun oleh guru sebagai pengajar baik ketika ia mempelajari sendiri maupun ketika
memperagakan atau mendemonstrasikan alat percobaan. Agar kegiatan percobaan
berjalan dengan baik dan mencapai tujuan percobaan dan tujuan pembelajarannnya,
diperlukan penuntun percobaan yang disusun sesuai dengan tujuan percobaan dan tujuan
pembelajarannya. Jumlah dan jenis percobaan direncanakan dan diperhitungan bersamasama oleh semua guru fisika sebelum semester berjalan dimulai. Jumlah dan jenis
percobaan disesuaikan dengan tuntutan kurikulum dan kemampuan laboratorium
menyediakan alat-alat dan bahan-bahannya. Penentuan jumlah dan jenis percobaan ini
juga menentukan pengajuan usulan atau permohonan kebutuhan bahan-bahan dan alatalat laboratorium tiap semester.
Setelah jumlah dan jenis percobaan ditentukan, tahap berikutnya adalah pembagian
tugas diantara guru fisika untuk menulis dan menyusun penuntun percobaan atau
memperbaiki penuntun percobaan yang mungkin sudah ada sebelumnya.
Penuntun
percobaan yang disusun oleh seorang guru fisika sebaiknya direviu oleh sesama guru
fisika yang lain.
berpikir siswa yang akan menggunakannya. Penuntun percobaan disusun sesuai dengan
tujuan pembelajaran atau indikator pembelajaran yang hendak dicapai dengan kegiatan
percobaan yang bersangkutan. Penuntun percobaan harus menyebutkan dengan jelas
bahan dan alat yang digunakan, bila perlu lengkap dengan spesifikanya.
Penuntun
Penuntun percobaan
E. Alat-alat keselamatan
26
Alat-alat keselamatan dapat dibedakan atas alat-alat bantu yang digunakan dalam
percobaan untuk menjaga keselamatan alat dan keselamatan kerja percobaan itu, dan
alat- alat atau bahan-bahan yang digunakan untuk memberikan semacam pertolongan
pertama kepada kecelakaan kerja yang terjadi di dalam laboratorium. Beberapa alat-alat
bantu yang digunakan untuk menjaga keselamatan alat dan keselamatan kerja di
laboratorium misalnya adalah sebagai berikut ini.
Tang penjepit dari kayu atau logam berlapis kasa untuk menjepit dan memegang
benda (misalnya tabung reaksi) yang dipanaskan.
Capit buaya yang dihubungkan dengan penghantar untuk dipasang pada kaki
komponen elektronik yang akan disolder sehingga komponen elektronik tidak terlalu
kena panas solder.
Kegiatan laboratorium dapat dibedakan atas kegiatan yang bersifat administratif seperti
bagaimana
melakukan
perencanaan
kegiatan
laboratorium,
pelaksanaan
kegiatan
laboratorium, serta evaluasi dan monitoring kegiatan laboratorium, dan kegiatan laboratorium
yang bersifat akademis atau keilmuan seperti pemeliharaan dan perawatan alat-alat
laboratorium, persiapan alat-alat laboratorium, pembuatan alat peraga sederhana, praktikum,
demonstrasi. Pada kegiatan belajar 1 ini akan dibahas mengenai kegiatan yang bersifat
administratif seperti bagaimana melakukan perencanaan kegiatan laboratorium, pelaksanaan
kegiatan laboratorium, serta evaluasi dan monitoring kegiatan laboratorium.
1. Perencanaan kegiatan laboratorium
Perencanaan kegiatan laboratorium adalah kegiatan awal yang strategis untuk
menetapkan program kerja laboratorium berdasarkan analisis keadaan dan kebutuhan yang
sudah teridentifikasi. Perencanaan kegiatan laboratorium hendaknya melibatkan semua
personil dan guru yang terlibat dalam pengelolaan dan penyelenggaraan laboratorium.
Semua personil dan guru yang terlibat dalam perencanaan kegiatan laboratorium
hendaknya memahami betul program kerja yang direncanakan serta peran dan
kewajibannya masing- masing. Beberapa hal penting dalam perencanaan kegiatan
laboratorium adalah seperti yang akan dikemukakan berikut ini.
Perencanaan kegiatan laboratorium dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali
setiap sebelum satu semester dan satu tahun ajaran baru.
Perencanaan kegiatan
laboratorium harus sesuai dan mendukung program kerja sekolah. Perencanaan kegiatan
laboratorium harus didahului dengan evaluasi dan analisis keadaan serta peluang dan
hambtan yang dimiliki laboratorium.
Perencanaan kegiatan laboratorium dikembangkan berdasarkan hasil analisis
keadaan pada semester berjalan atau yang lalu. Perencanaan kegiatan laboratorium harus
menyebutkan secara eksplisit segala kebutuhan yang diperlukan untuk pelaksanaannya.
Perencanaan kegiatan laboratorium harus mencantumkan secara eksplisit frekuensi dan
jadwal kegiatan yang akan dilakukan.
Perencanaan kegiatan laboratorium harus mencantumkan secara eksplisit wewenang,
kewajiban dan tugas serta tanggung jawab setiap personalia dan guru yang terlibat dalam
kegiatan laboratorium, jika perlu sampai kepada hak-hak yang dapat diperoleh oleh setiap
28
peluang pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari evaluasi dan
monitoring kegiatan laboratorium semester atau tahaun ajaran yang lalu dapat digunakan
sebagai bahan masukan untuk memeperhitungkan peluang dan kendala dalam
meerencanakan kegiatan semester atau tahun ajaran yang akan datang. Evaluasi kegiatan
laboratorium dapat dilakukan berdasarkan data-data dari pelaksanaan kegiatan
laboratorium seperti daftar hadir, dafdtar pemakaian laboratorium, daftar penggunaan alatalat laboratorium, daftar peminjaman alat-alat, berita acara, dan sebagainya.
30
Menganalisis data hasil uji coba sesuai dengan tujuan praktikum atau
demonstrasi yang akan dilakukan. Menyimpan alat-alat yang sudah diseting dan sudah diuji
coba di tempat yang memudahkan penggunaannya.
31
Sering kali laboratorium fisika sekolah atau sekolah tidak memiliki alat-alat yang
dibutuhkan untuk menjelaskan konsep melalui kegiatan percobaan dan demonstrasi. Untuk
membantu mangatasi hal itu, guru dapat memanfaatkan kreatifitasnya untuk membuat alat
fisika sederhana.
Alat fisika sederhana adalah alat fisika yang dibuat (sedapat mungkin) dengan bahanbahan yang mudah diperoleh di sekitar sekolah. Alat-alat fisika sederhana itu dimaksudkan
untuk mempermudah guru dan siswa untuk mengajarkan dan memahami konsep fisika baik
melalui percobaan maupun demostrasi.
menciptakan, meniru, atau memodifikasi Menciptakan alat sederhana berarti membuat alat
fisika sederhana yang belum pernah ada alat standar atau alat baku buatan pabriknya.
Meniru berarti membuat tiruan alat yang sudah ada dengan mengganti bahan-bahan
pembuatanya dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh di sekitar sekolah. Dalam hal
meniru ini harus diperhatikan mengenai hak cipta alat yang ditiru, dan tujuan pembuatan
tiruannya. Memodifikasi berarti membuat berdasarkan kepada alat yang sudah ada dengan
mengubah, menyederhanakan, atau menyempurnakannya, disesuaikan dengan maksud
pembuatan modifikasinya.
D. Praktikum
Praktikum adalah kegiatan melakukan praktek percobaan atau eksperimen. Praktikum
dapat dilakukan oleh siswa atau siapapun, secara individual ataupun berkelompok.
Hendaknya disadari betul bahwa kegiatan praktikum bukan hanya sekedar untuk mengisi
atau menghabiskan waktu. Kegiatan praktikum dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
menumbuh kembangkan atau meningkatkan kompetensi-kompetensi tertentu pada diri para
siswanya, seperti yang dikemukakan berikut ini.
Menumbuhkan dan meningkatkan rasa ingin tahu para siswa terhadap suatu gejala atau
fenomena fisis. Menumbuhkan dan meningkatkan rasa ingin menemukan sendiri mengenai
keteraturan dari suatu gejala atau fenomena fisis. Mengembangkan keterampilan siswa
dalam mengamati dan mengambil data. Mendidik dan membiasakan siswa untuk bekerja
dengan sabar dan teliti. Melatih siswa menganalisis data dan menyusun laporan. Melatih
siswa menggunakan metoda ilmiah dan mengembangkan sikap ilmiah. Melatih siswa untuk
terbiasa meneliti.
Dengan mempertimbangkan manfat kegiatan praktikum seperti tersebut di atas, gru
dapat merancang strategi dan metoda pembelajaran tertentu untuk materi tertentu yang di
dalamnya terdapat kegiatan praktikum yang harus dilakukan oleh siswa. Dengan demikian,
maka kegiatan praktikum merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan guru sebagai fasilitator. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam merencanakan dan melaksanakan serta mengevaluasi kegiatan praktikum
adalah seperti yang akan dikemukakan berikut ini.
Materi pokok pembelajaran memang benar-benar sesuai dengan atau bahkan memang
memerlukan kegiatan praktikum.
32
Ketersediaan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum. Jika
tersedia di sekolah atau di laboratorium, itu memang yang seharusnya ! Jika tidak
tersedia di laboratorium, apakah mudah atau sukar diperoleh di sekitar sekolah ? Jika
mudah diperoleh di sekitar sekolah, apakah sekolah atau laboratorium yang akan
membeli ? Jika sekolah tidak sanggup menyediakannya, hati-hati jangan terlalu cepat
memutuskan untuk membebankannya kepa siswa.
Penuntun percobaan, yang benar-benar sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang
harus dikembangkan. Penuntun percobaan yang jelas dan benar-benar menuntun siswa
melakukan percobaan tidak harus selalu berbentuk resep. Penuntun percobaan
sebaiknya sudah diterima dapat dipelajari siswa beberapa hari sebelum mereka
melakukan percobaan. Tugas awal, tugas pwendahuluan atau pertanyaan yang harus
dilakukan atau di jawab siswa serbelum melakukan praktikum adalah salah satu cara
untuk memaksa siswa mempelajari penuntun percobaan dan materi yang berkaitan,
sebelum mereka melakukan praktikum.
Lembar kerja siswa, yang benar-benar menggambarkan dan menuntut apa yang harus
dilakukan oleh siswa sebelum, selama dan sesudah melakukan kegiatan praktikum.
Harus dipertimbangkan dengan baik, misalnya, apakah tabel pengamatan harus
disediakan dan tinggal diisi oleh siswa, atau keterampilan membuat tabel itu memang
menjadi tuntutan proses pembelajaran.
Evaluasi dan penilaian, yang lebih menonjolkan aspek kinerja atau aspek psikomotoris
siswa, namun tetap tidak melupakan unsure afektif dan kognitifnya. Dengan demikian
evaluasi dan penilaian untuk proses pembelajaran yang mengandung kegiatan praktikum
di dalamnya menjadi lebih banyak komponennya dibandingkan dengan proses
pembelajaran klasikal biasa.
E. Demonstrasi
Pada umumnya, hampir semua materi fisika perlu diajarkan dengan terlebih dahulu
menunjukkan gejala alam terjadi. Itu sesuai dengan sifat empiric dari fisika itu sendiri.
Untuk menunjukkan gejala itu, baik gejala yang sesungguhnya ataupun analogi dari gejala
yang sesungguhnya, diperlukan alat-alat dan bahan-bahan untuk melakukan percobaan. Jika
alat-alat dan bahan-bahan itu tersedia secara lengkap dengan jumlah yang memadai di
sekolah, maka mungkin kegiatan praktikum dapat merupakan pilihan yang terbaik. Tetapi
seringkali, alat dimiliki hanya satu atau dalam jumlah yang terbatas, yang benar-benar harus
dijaga keselamatannya, untuk keadaan ini maka demonstrasi mungkin akan menjadi pilihan
yang terbaik.
33
Dalam demonstrasi, gejala alam atau peristiwa atau fenomena fisik yang terjadi
diperagakan oleh guru atau siswa tertentu yang diminta oleh guru, kepasda semua siswa
peserta pembelajaran. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam demonstrasi ini adalah
seperti yang akan dikemukakan berikut ini.
Guru telah benar-benar mempelajari dan memahami manual alat, sering-sering dan
jauh-jauh hari sebelum demonstrasi dilaksanakan, sehingga tidak akan terjadi salah
pengoperasian alat-alat.
Guru telah benar-benar memerika dan menguji coba bahwa alat-alat yang akan
didemonstrasikan dalam kondisi baik dan meyakinkan memiliki mekanisme dan unjuk
kerja yang pasti dan sistematis.
Guru harus mampu menfokuskan perhatian siswa kepada bagian demonstrasi yang
harus menjadi pusat perhatian siswa.
34
Judul
: Peminjaman Alat
Instansi
A. TUJUAN
Mengatur prosedur peminjaman alat di Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo
B. RUANG LINGKUP
Prosedur ini meliputi tata cara, persyaratan dan mekanisme peminjaman alat di
Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo.
2.
3.
4.
5.
6.
Laboran melaporkan formulir peminjaman alat kepada ketua Laboratorium Fisika SMA
Negeri 2 Sukoharjo
7.
8.
Laboran mengambilkan alat dan peminjam diminta melengkapi jurnal peminjaman alat
9.
Selesai
Nama guru
Mata Pelajaran
Topik /Judul Perc.
Jenis alat/bahan
yang dipinjam
Hari/ Tgl
Sebelum dipinjam
:.............................
:.............................
:.............................
:.............................
:............................
:Baik/rusak
35
Kegiatan
Peminjam
Laboran
Dokumen
Ketua
laboratorium
1.
2.
Laboran memberikan
formulir peminjaman alat
Formulir
3
peminjaman
alat
kepada peminjam
3.
4.
Formulir
4
5.
Formulir
5
peminjaman
alat
Laboran mengecek
6
ketersediaan alat
6.
alat
Peminjam mengumpulkan
formulir ke laboran
peminjaman
Formulir
peminjaman
alat
Laboratorium
7.
Ketua Laboratorium
8
memberikan persetujuan
kepada laboran
8.
9.
melengkapi jurnal
peminjaman alat
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Ketua Laboratorium,
..................................
.....................................
36
No.
Tanggal Peminjaman
Nama Peminjam
No. Telepon
Judul Percobaan
Nama Alat
Jumlah
37
Judul
: Pengembalian Alat
Instansi
A. TUJUAN
Mengatur prosedur pengembalian alat di Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo
B. RUANG LINGKUP
Prosedur ini meliputi tata cara, persyaratan dan mekanisme pengembalian alat di
Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo.
Nama guru
Mata Pelajaran
Topik /Judul Perc.
Jenis alat/bahan
yang dikembalikan
Hari/ Tgl
pengembalian
Kembali dlm
Keadaan
Alat bahan yang
rusak
:.............................
:.............................
:.............................
:.............................
:............................
:Baik/rusak
:............................
38
No.
Tanggal
Pengembalian
Nama Peminjam
Nama Alat
Jumlah
39
Judul
: Perawatan Alat
Instansi
A. TUJUAN
Mengatur prosedur perawatan alat di Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo
B. RUANG LINGKUP
Prosedur ini meliputi tata cara perawatan berupa pembersihan, perbaikan dan
penggantian alat alat laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo.
C. PROSEDUR PERAWATAN ALAT
1. Perawatan dilakukan oleh laboran atau guru yang telah mendapat persetujuan kepala
Laboratorium.
2. Perawatan berupa kegiatan pembersihan serta kegiatan perbaikan dan penggantian bila
alat sangat perlu diberikan tindakan tersebut.
3. Semua kegiatan yang dilakukan dicatat di Form Perawatan alat
40
41
Pembersihan ()
No.
Tanggal
Nama alat
Keadaan
Lokasi
Sudah
Belum
Nama bagian
yang perlu
diperbaiki
Sudah
Penggantian
Belum
Nama bagian
yang perlu
diganti
Sudah
Belum
Nama
Pemeriksa
Keterangan/
Catatan
Sukoharjo,
Mengetahui
Kepala Laboratorium Fisika
42
43
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai
dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu
standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahanbahan acuan tersertifikasi.
Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif,
termasuk di dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua
perangkat pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang
efektif.
Kalibrasi diperlukan untuk:
Perangkat baru
indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar
yang digunakan dalam akurasi tertentu.
Berikut akan dibahas spesifikasi, jenis, cara penggunaan dan kalibrasi beberapa
alat yang ada dalam laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo.
1.
JANGKA SORONG
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur dengan tingkat ketelitian 0.05 mm dan
0.02 mm. Ukuran ketelitian Jangka Sorong biasanya dituliskan pada alat, namun ada juga
yang tidak dituliskan. Untuk mengetahui berapa ketelitian Jangka Sorong adalah dengan
menghitung jumlah strip dari 0 sampai 1 atau dari 1 sampai 2 pada Skala Geser
(Kaliper).
Cara mengkalibrasi jangka sorong tidaklah sulit, namun membutuhkan ketelitian.
Berikut langkah lanakah mengkalibrasi jangka sorong.
44
Strip Angka NOL (0) awal pada Skala Geser tepat segaris strip Angka NOL (0)
pada Skala Utama.
Strip Angka NOL (0) akhir pada Skala Geser tepat segaris salah satu strip pada
Skala Utama.
Jika pembacaan kalibrasi melebihi nilai seharusnya, dalam arti Strip 0 awal pada
Skala Geser melewati Strip 0 pada Skala Utama, maka bersihkanlah kembali
Jangka Sorong terutama dari debu dan karat pada bagian-bagian yang bergeser.
Jika pembacaan kalibrasi kurang dari nilai seharusnya, dalam arti Strip 0 awal
pada Skala Geser belum mencapai Strip 0 pada Skala Utama, maka lakukanlah
pembacaan selisih pergeserantersebut dengan mencari strip pada Skala Geser
yang segaris dengan strip pada Skala Utama. Bacalah selisih pergeseran tersebut
dengan hitungan mundur. Artinya jika strip pada Skala Geser yang segaris
dengan strip pada Skala Utama menunjukkan pada angka 0.85 mm, maka
selisihpergeseran tersebut adalah 0.15 mm dari Nilai 0 Skala Utama.
Selanjutnya apabila alat tersebutdigunakan untuk mengukur, maka hasil
pengukuran harus ditambah dengan 0.15 mm.
2.
MIKROMETER SEKRUP
Mikrometer sekrup memiliki tingkat ketelitian yang lebih bagus dibandingkan
dengan jangka sorong, sebab tingkat ketelitian mikrometer berkisar antara 0.001 mm.
Oleh sebab itu, diperlukan kalibrasi untuk memastikan standar pengukuran tetap sesuai
dengan standarisasi. Berikut tahap tahap dalam mengkalibrasi mikrometer sekrup :
-
Angka nol pada Skala putar tepat pada sumbu skala utama.
Apabila angka nol pada skala putar belum tepat pada sumbu utama mengkalibrasi
dengan cara memutar lubang yang ada dibagian skala utama dan pada bagian dekat
rapid drive (gigi pemutar) pada mikrometer sekrup menggunakan alat pemutar.
45
3.
NERACA OHAUS
Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Neraca
dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca Ohauss,
neraca lengan gantung, dan neraca digital. Neraca Analitis Dua Lengan Neraca ini
berguna untuk mengukur massa benda, misalnya emas, batu, kristal benda, dan lain-lain.
Batas ketelitian neraca analitis dua lengan yaitu 0,1 gram.
Neraca Ohauss ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek
laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah
311
gram.
Batas
ketelitian
neraca
Ohauss
yaitu
0,1
gram.
Neraca Lengan Gantung Neraca ini berguna untuk menentukan massa benda, yang cara
kerjanya
dengan
menggeser
beban
pemberat
di
sepanjang
batang.
Neraca Digital Neraca diigital (neraca elektronik) di dalam penggunaanya sangat praktis,
karena besar massa benda yang diukur langsung ditunjuk dan terbaca pada
layarnya.Ketelitian neraca digital ini sampai dengan 0,001 gram.
1. Fungsi dan Prinsip kerja Neraca ohaus
Alat ukur massa yang sering digunakan dalam laboratorium fisika adalah neraca
Ohaus. Tingkat ketelitian alat ini lebih baik daripada neraca pasar yang sering
dijumpai di toko-toko atau di warung. Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda
dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding
massa benda yang akan dikur dengan anak timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus
berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah
dengan menggeser posisi anak timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat
digeser menjauh atau mendekati poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari
penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca
dalam keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti
prinsip kerja tuas.
2. Skala dalam Neraca Ohaus
Banyaknya skala dalam neraca bergantung pada neraca lengan yang digunakan.
Setiap neraca mempunyai skala yang berbeda-beda, tergantung dengan lengan yang
digunakannya.
Ketelitian neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca yang
digunakan disaat pengukuran. Misalnya pada neraca Ohauss dengan tiga lengan dan
batas pengukuran 310 gram mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hal ini erat kaitannya
46
Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.
Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca tidak
dapat digunakan untuk mengukur.
Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk
neraca ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.
Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil.
Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0; dan
47
Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil
pengukurannya.
lain
yang
dapat
digunakan
adalah
stopwatch
dan
ticker
timer.
Keberadaan alat pengukur waktu sangatlah berperan penting sebab segala sesuatu aktifitas
atau kegiatan yang dilakukan manusia akan dihitung lamanya sehingga dapat
memperkirakan aktifitas atau kegiatan lain yang akan dilakukan atau dapat menjadi tolok
ukur kegiatan manusia itu sendiri.
Banyaknya alat pengukur waktu membuat manusia lebih mudah untuk mengelola
aktifitas atau kegiatannya. Contoh alat pengukur waktu adalah arloji, jam baik jam tangan
atau jam dinding, stopwatch dan ticker timer.
Di dalam ilmu fisika tidak akan lepas dari pengukuran yang berhubungan dengan
waktu, seperti dalam pengukuran kecepatan diperoleh dengan membandingkan jarak yang
ditempuh dengan waktu yang diperlukan. Dengan demikian diperlukan alat ukur yang
waktu yang dapat menghitung lamanya benda bereaksi atau mencapai tujuan. Salah satu
alat ukur untuk menghitung lamanya waktu
Dalam fisika gerak terbagi menjadi gerak lurus dan gerak tidak lurus. Sedangkan gerak
lurus terbagi lagi menjadi Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB).
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda pada lintasan yang lurus di
mana pada setiap selang waktu yang sama, benda tersebut menempuh jarak yang sama
(gerak suatu benda pada lintasan yang lurus dengan kelajuan tetap). Sedangkan
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak suatu benda yang menempuh lintasan
lurus dan mengalami perubahan kecepatan yang sama setiap sekonnya atau mengalami
percepatan yang sama. Gerak lurus suatu benda yang perubahan kecepatannya selalu
bertambah disebut gerak lurus dipercepat. Sedangkan gerak suatu benda yang perubahan
kecepatannya selalu berkurang disebut gerak lurus diperlambat
Suatu alat ukur yang biasa digunakan untuk melakukan percobaan mengenai materi
Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan adalah Ticker Timer. Ticker
Timer (Pengetik waktu) adalah alat yang digunakan untuk mencatat atau mendeteksi
kecepatan suatu troli. Cara kerja ticker timer membentuk ketikan berupa titik-titik pada
pita ketik dengan selang waktu tetap. Ada dua macam, ticker timer yaitu ticker timer 6V
dan 12V AC.
a.
STOPWATCH
Stopwatch adalah suatu alat ukur yang dugunakan untuk mengukur waktu yang
dibutuhkan dalam melakukan kegiatan yang memiliki ketelitian sampai tingkat detik.
Stopwatch ada dua jenis yaitu stopwatch analog dan stopwatch digital. Kedua
stopwatch tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk mengukur lama waktu.
Perbedaannya
hanya
terletak
pada
komponen
penyusunnya
dan
tampilan
pembacaannya
- Stopwatch Analog
Stopwatch analog merupakan jenis stopwatch manual yang menggunakan jarum
penunjuk sebagai penunjuk hasil pengukuran, jarum penunjuk tersebut seperti pada
arloji
-
Stopwatch Digital
Stopwatch digital merupakan jenis stopwatch yang menggunakan layar/monitor
sebagai penunjuk hasil pengukuran. Waktu hasil pengukuran dapat kita baca
hingga satuan detik.
49
c.
d.
Skala pengukuran dalam menit dan dalam detik merupakan ruas atau selang
antara detik dengan satu detik diatasnya atau dibawahnya, ruas atau selang
antara menit dengan satu menit diatasnya atau dibawahnya.
Saat tombol start ditekan penahan pegas pertama akan terbuka sehingga gerigi
berputar dan pegas pertama akan terkalibrasi secara periodik. Sehingga jarum
bergerak.
50
Pada saat yang sama pegas kedua tertekan sehingga tercipta kombinasi kerja
secara mekanik. Jarum akan berhenti dan menunjukkan waktu yang telah
dilalui sejak penekanan pegas pertama.
Pada saat kalibrasi penekan pegas akan membuat pegas kedua terkalibrasi
sehingga pegas pertama kembali tertekan seperti semula. Dan jarum kembali
ke posisi nol.
Stopwatch Digital
Stopwatch
digital
merupakan
jenis
stopwatch
yang
menggunakan
Pada stopwatch digital ada juga stopwatch yang terdapat tombol untuk
mereplay hasil pengukuran yang telah dilakukan.
Cara kerja stopwatch digital dimulai saat tombol dalam keadaan ON arus dari
sumber tegangan (batere) energi surya akan mengalir ke komponen-komponen
elektronik dalam stopwatch digital. Komponenen-komponen elektronik tersebut
yang melakukan perhitungan waktu dan menampilkannya dalam monitor dalam
bentuk angka digital.
Prosedur Penggunaan Stopwatch
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penggunaan stopwatch adalah
sebagai berikut:
a. Menyiapkan stopwatch yang akan digunakan untuk mengukur.
b. Memastikan bahwa keadaan stopwatch dalam keadaan nol atau telah
terkalibrasi.
c. Menekan tombol start untuk memulai pengukuran waktu.
51
52
dengan membandingkan antara skala utama satu putaran penuh dengan jumlah
skala noniusnya dalam satu putaran penuh.
Stopwatch digital
Stopwatch digital memiliki ketelitian alat telah ditentukan sejak perakitan
komponen-komponen dalam stopwatch yaitu sebesar 0,0001 sekon.
b. TICKER TIMER
Ticker timer adalah alat yang digunakan untuk mencatat atau mendeteksi
kecepatan suatu troli. ticker timer dapat diartikan pula yaitu alat yang berfungsi untuk
nyetak tanda di pita untuk percobaan hubungan antara percepatan, akselerasi dan sudut
kemiringan.
Bagian-bagian Ticker timer yaitu sebagai berikut :
1.
2.
3.
Tempat tinta (karbon) yang berfungsi sebagai tempat cetak ketikan-ketikan pada
kertas pita (ticker tape)
4.
Stylus (plat baja) yang berfungsi sebagai pengetik rekaman waktu pada kertas
karbon
5.
Ticker tape (kertas pita) merupakan tempat hasil cetakan yang berupa titik-titik
yang berasal dari kertas karbon
53
Pada dasarnya alat ini bekerja dari energi elektromagnetik yang kemudian dapat
menggerakkan stylus plat baja menghasilkan ketikan pada kertas karbon yang
kemudian tercetak pada kertas pita. prinsip kerja alat ini hampir sama dengan prinsip
kerja bel listrik. Elektromagnet dalam bel listrik berupa inti besi yang berbentuk huruf
U. Inti besi tersebul dililiti kumparan dengan arah belitan yang berbeda. Hal ini
dilakukan dengan maksud agar diperoleh magnet yang berbeda jika kumparan tersebut
dialiri arus listrik. Ketika sakelar ditekan, terjadi aliran arus liitrik. Akibatnya, inti besi
lunak menjadi elektromagnet.
Elektromagnet ini dapat menarik jangkar besi lunak. Saat jangkar besi tersebut
menempel pada elektromagnet, pemukul mengenai bel dan terjadi bunyi. Selama
jangkar besi menempel pada besi lunak. aliran arus listrik terputus. Hal itu
menyebabkan sifat kemagnetan inti besi lunak hilang. Akibatnya. jangkar besi lunak
kembali ke posisi semula. Demikianlah hal ini berlangsung berulang-ulang selama
sakelar bel ditekan.
Alat untuk menyambung atau memutus arus listrik secara berulang-ulang secara
otomatis disebut interuptor. Jadi, elektromagnet pada bel listrik memutus dan
menyambung arus listrik dengan cepat secara otomatis. Namun jika pada ticker timer,
jangkar besi lunak atau plat baja tidak menghasilkan bunyi layaknya pada bel listrik.
Plat baja menghasilkan ketukan sebanyak 50 kali setiap sekonnya.
Kalibrasi Ticker Timer
Pada dasarnya tidak ada kalibrasi pada ticker timer, hanya saja sebelum digunakan kita
periksa terlebih dahulu apakah ticker timer dapat digunakan dan berfungsi dengan baik,
lalu pastikan kertas karbon dan ticker tape (kertas ketik) tersedia. Namun agar lebih
meyakinkan kita bisa melakukan kalibrasi sebagai berikut:
1. Menjepitkan ticker timer pada meja dan hubungkan dengan catu daya (6 volt).
Masukkan ujung pita antara karbon dengan papan. Usahakan supaya pita dapat
bergerak bebas. Salah satu teman Anda siap untuk menarik pita tersebut. Beri beban
pada ujung tali/kawat mobil-mobilan yang bebas.
2. Hidupkan ticker timer dan tariklah pita tersebut selama 4 atau 5 detik. Gunakan
stopwatch untuk memperoleh waktu yang lebih akurat. Pita ditarik sambil berjalan
dengan kecepatan yang kira-kira sama.
3. Matikan ticker timer dan beri tanda titik pertama dan terakhir pada pita. Hitung
jumlah titik-titik, sebaiknya mulai dengan titik yang kedua.
54
5. OSILOSKOP
Osiloskop berguna untuk menyelidiki pola gelombang listrik, mengukur waktu
periode atau frekuensi dan menyelidi bentuk-bentuk gelombang lainnya. Bagian-bagian
osiloskop terdiri atas layar penampil gelombang, tombol pengaturan gelombang, tombol
pengaturan intensitas cahaya, tombol pengatur posisi garis berkas sinar, dan soket-soket
terminal masukan pelacak (probe).
1) Cara Penggunaan Osiloskop
a) Tahapan penyetaraan (kalibrasi).
Perhatikan gambar osiloskop di bawah ini :
d) Perhatikan layar osiloskop. garis berkas cahaya ada di atas garis semula (garis
ground), lihat gambar berikut :
57
6. TERMOMETER
Termometer yang ada di laboratorium fisika ada beberapa jenis, yaitu termometer
umum (berisi raksa atau alkohol), termometer klinis (untuk mengukur suhu badan),
termometer lab./termometer dinding
(untuk mengukur
kelembaban udara)
dan
58
7. Multimeter
Pengertian
59
Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus
listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara umum,
sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa
fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya. Ada juga
orang yang menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter, mungkin maksudnya A
(ampere), V(volt), dan O(ohm).
2. Multimeter Analog
Multimeter Analog lebih sering dipakai untuk keperluan sehari-hari pada
tukang service TV atau komputer. Kelebihan dari multimeter ini adalah mudah
dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih simpel. Sedangkan
kekurangannya
adalah
ukurannya
rendah,
jadi
untuk
mengukur
yang
60
Fungsi Multimeter :
1.
Mengukur tegangan DC
2.
Mengukur tegangan AC
3.
4.
5.
6.
Mengecek transistor
7.
8.
9.
Mengecek induktor
Cara penggunaan
A. Cara Menggunakan Multimeter Analog
1. Untuk memulai setiap pengukuran, hendaknya jarum menunjukkan angka nol
apabila kedua penjoloknya dihubungkan. Putarlah penala mekanik apabila
jarum belum tepat pada angka nol (0).
2. Putarlah sakelar pemilih ke arah besaran yang akan diukur, misalnya ke arah
DC mA apabila akan mengukur arus DC, ke arah AC V untuk mengukur
tegangan AC, dan ke arah DC V untuk mengukur tegangan DC.
3. Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih diarahkan ke sekala ohm
dan nolkan dahulu dengan menggabungkan probe positif dan negatif. Apabila
belum menunjukkan angka nol cocokkan dengan memutar ADJ Ohm.
61
4. Sambungkan penjolok warna merah ke jolok positif dan penjolok warna hidam
ke jolok negatif.
5. Untuk pengukuran besaran DC, jangan sampai terbalik kutub positif dan
negatifnya karena bisa menyebabkan alat ukurnya rusak.
B. Cara Menggunakan Multimeter Digital
Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih
sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena
menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan memakainya.
1.
Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur
siap dipakai.
2.
3.
4.
a) Mengukur tegangan DC
1.
2.
Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di
cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas
ukur 50V.
3.
Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas
ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
4.
5.
b) Mengukur tegangan AC
1.
2.
Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di
cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas
ukur 50V.
62
3.
4.
5.
2.
Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek,
misal : arus yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur
250mA atau 500mA.
3.
Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur
oleh multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada
multimeter akan putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan
fuse (sekring) harus diganti dulu.
4.
5.
Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan
probe (-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek
pemakaian arusnya.
6.
2.
Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
3.
4.
5.
Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama
dengan nilai yang ditunjukkan oleh gelang warna resistor.
63
e)
2.
Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan
diukur.
3.
4.
5.
Untuk mengetahui bagian-bagian pada multimeter analog dapat dilihat pada gambar 2.1.
64
65
Multimeter , dikatakan multi sebab memiliki banyak besaran yang bisa di ukur, misalnya
Ampere, Volt, Ohm, Frekuensi, Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), Nilai Kapasitif,
dan lain sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis Multimeter yaitu Analog dan Digital, yang Digital
sangat mudah pembacaannya disebabkan karena Multimeter digital telah menggunakan
angka digital sehingga begitu melakukan pengukuran Listrik, Nilai yang diinginkan dapat
langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara pemasangan alat ukurnya.
Mari mengenal bagian-bagian Multimeter atau Avometer agar lebih memudahkan dalam
memahami
tulisan
selanjutnya
Bagian-Bagian Multimeter
1. SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau plat
kecil, Sekrup ini berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat pada posisi 0
(NOL), terkadang jarum tidak pada posisi NOL yang dapat membuat kesalahan pada
pengukuran, Posisikan menjadi NOL sebelum digunakan.
2. TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup
pengatur jarum, hanya saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk membuat
jarum menunjukkan angka NOL pada saat Saklar pemilih di posisikan menunjuk
SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm biasanya pilih x1 pada skala
Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung TERMINAL (Ujung terminal Merah
bertemu dengan Ujung terminal Hitam) dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan
67
bergerak ke KANAN (Disitu terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol
Ohm sampai jarum menunjukkan angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI
OhmMeter. Hal ini Muthlak dilakukan sebelum melakukan pengukuran tahanan
(OHM) suatu komponen atau suatu rangkaian.
3. SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di
UKUR, misalnya bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar saklar hingga
menyentuh skala AC yang pada alat ukur tertulis ACV, Begitu pula saat mengukur
tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu seterusnya. Jangan Salah memilih Skala
Pengukuran. Pada setiap bagian SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar
Pemilih, terdapat Nilai-nilai yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala
Tegangan AC (tertulis ACV pada alat ukur) tertera skala 10, 50, 250, dan 750 begitu
pula pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur) tertera skala 0.1 , 0.25 ,
2.5 , 10 , dst. Apa maksud Skala ini?? Dan Bagaimana Memilihnya??
o
Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk membaca hasil
pengukuran, Semua skala dapat digunakan untuk membaca, Hanya saja tidak
semua skala dapat memberikan atau memperlihatkan nilai yang diinginkan,
misalnya kita mempunyai Baterai 9 Volt DC, kemudian kita mengatur
SAKLAR PEMILIH untuk Memilih SKALA TEGANGAN DC pada posisi
2,5 dan menghubungkan TERMINAL Merah dengan positif (+) baterai dan
Hitam dengan Negatif (-) baterai. Apa yang akan terjadi?? Jarum akan
bergerak ke Ujung Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt, Mengapa
Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang dapat diukur bila kita
memposisikan Saklar Pemilih pada skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja,
sehingga untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar harus di putar menuju
Skala yang LEBIH BESAR sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar
pada
Posisi
10
dan
Alat
ukur
akan
menunjukkan
nilai
yang
68
TATA TERTIB
69
70
A1
A2
A3
A4
B4
B1
B2
B3
C1
C3
C2
D
F
G
Pintu
Keterangan :
A : Almari simpan biologi
F : Meja guru
G : Meja demonstrasi
H : Meja siswa
D : Almari asam
E : Meja persiapan
J : Papan tulis
71
A1
A3
A4
B4
C1
C3
C2
LAYOUT BARU
A2
B2
B1
B3
LAYOUT BARU
PINTU
L
M
I
N
I
N
N
p
I
Pintu
p
Keterangan :
A : Almari simpan biologi
F : Meja guru
K : Stop kontak
G : Meja demonstrasi
L : APAR
H : Meja siswa
M : Kotak P3K
D : Almari asam
N : Tata tertib
E : Meja persiapan
J : Papan tulis
72
Perbedaan
Desain Lama
Desain Baru
Alasan/ Tujuan
Stop kontak
Terdapat hanya di
Selain terdapat
Untuk mempermudah
di meja guru, di
mendapatkan sumber
sebelah meja
tegangan apabila
siswa juga.
melakukan praktikum
yang membutuhkan
sumber tegangan listrik
PLN.
Loker
Tidak tersedia
Tersedia loker
loker
Pintu
Terdapat 1 pintu,
Terdapat 2 pintu
apabila terjadi
belakang
kecelakaan yang
sewaktu-waktu terjadi
dapat menggunakan
pintu belakang untuk
keluar.
APAR (Alat
Tidak tersedia
Disediakan
Jika diletakkan di
Pemadam
APAR
APAR yang
tembok belakang
diletakkan di
ataupun di belakang
tembok samping
bagian depan
dan tidak
terhalang oleh
Api Ringan)
73
dilihat oleh
guru,
penempatannya
Tak tersedia
Diletakkan di
isinya.
Tempat
Tempat sampah
Tempat sampah
Dibedakan menjadi
Sampah
berjumlah 2buah
ruang
yang berada di
anorganik agar
laboratorium
dalam ruang
praktikum (
khusus sampah
samaph ( sampah
anorganik ) dan
yang berada di
luar untuk
dibuang ke tempat
sampah organic.
pembuangan
selanjutnya agar tidak
mencemari udara
sekitar .
Tata tertib +
Tidak terdapat
Dipasang pada
himbauan
pada ruang
dinding dekat
membuang
praktikum
sampah
75
INVENTARIS ALAT
SMA NEGERI 2 SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2014 / 2015
No.
Nama Barang
Tahun
Jumlah
Keadaan
Baik
Buruk
Tempat
1995
26 buah
26 buah
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
2002
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
8 buah
16 buah
3 buah
26 buah
22 buah
73 buah
6 buah
1 buah
8 buah
6 buah
8 buah
4 buah
8 buah
5 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
6 buah
10 buah
6 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
8 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
40 buah
8 buah
16 buah
3 buah
10 buah
22 buah
73 buah
6 buah
1 buah
8 buah
6 buah
8 buah
4 buah
8 buah
5 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
6 buah
10 buah
6 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
8 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
40 buah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
Triangle
Glass Cuting
Magnet batang
Electric Tool Kit
Sperometer
Higrometer
Spatula nikel
Jepit Buaya/Crocodile Clip
Jangka Sorong
Mikrometer sekrup
Klem
Kaca
Lensa Cekung
Lensa Cembung
Prisma
Neraca Pegas
Pegas
Termometer
Baterai
Bola Lampu
Bohlam lampu Baterai
Soll Capillary Apparatus
Multipleyer
Multimeter digital
Multimeter analog
Penjepit tabung
Paper tape
Kabel
Beban untuk pegas
Lound Speaker
Ray Box
Troli
Power Supply
Audio Generator
Oscilloscope
Electromagnetic aparatur
Klem
74
75
76
77
78
79
80
Pegas
Beban massa 50 gr
Beban massa 100 gr
Kaca pembesar
Prisma Siku - siku
Prisma Sama Sisi
Neraca/Timbangan
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
2012
2012
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
10 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
10 buah
76 buah
3 buah
4 buah
22 buah
5 buah
20 buah
80 buah
3 buah
17 buah
6 buah
4 buah
8 buah
8 buah
27 buah
1 buah
53 buah
5 buah
2 buah
10 buah
10 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
3 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 karton
2012
2012
2012
2012
2012
2012
1995
6 buah
4 buah
4 buah
4 buah
4 buah
4 buah
3 buah
10 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
10 buah
76 buah
3 buah
4 buah
22 buah
5 buah
20 buah
80 buah
3 buah
17 buah
6 buah
4 buah
8 buah
8 buah
27 buah
1 buah
53 buah
5 buah
2 buah
10 buah
10 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
3 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1
karton
6 buah
4 buah
4 buah
4 buah
4 buah
4 buah
3 buah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
KIT mekanika
KIT Elektromagnetik
KIT Optik
KIT
Alat Tangki Riak
Kompor Listrik
Statif
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
2002
2002
2002
2010
2010
2012
1995
1 buah
2 buah
1 buah
4 buah
1 buah
1 buah
100
buah
4 set
4 set
4 set
2 set
2 set
2 buah
6 buah
1 buah
2 buah
1 buah
4 buah
1 buah
1 buah
69 buah
0
0
0
0
0
0
31
4 set
4 set
4 set
2 set
2 set
2 buah
6 buah
0
0
0
0
0
0
0
Di luar almari
Di luar almari
Di luar almari
Di luar almari
Di luar almari
Di luar almari
Di luar almari
78
BAB 3
KESIMPULAN
A. Kritik
1. Belum adanya APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ) dan P3K ( Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan ) sehingga apabila terjadi kecelakaan dalam praktikum belum bisa
ditangani secara maksimal
2. Belum adanya pintu darurat ( pintu belakang ) sebagai alternative jalan apabila terjadi
kecelakaan atau kebakaran saat praktikum.
B. Saran
1. Disediakannya APAR dan P3K dalam ruang praktikum sebagai penanganan pertama
apabila terjadi kecelakaan.
2. Adanya pintu darurat ( pintu belakang ) sebagai jalur alternative keluar.
79