TEKNOLOGI ASAP CAIR DAN APLIKASINYA
PADA PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
dalam Bidang Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
pada Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada
Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar
Universitas Gadjah Mada
Pada tanggal 28 April 2009
Di Yogyakarta
Oleh
Prof. Dr. Ir, E. Purnama Darmadji, M.Sc.Pembukaan
Fang save muliaken:
Kea, Sekreiuris dan Anggota Majelis Wali Aamanut
Ketua, sekretaris dan Anggota Majelis Guru besar
Ketua, Sekretarts dan Auggota Senut Akudemik
Yang saya hormati:
Rektor dan para Wakil Rekror
Para Dekan di Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Para Tamu Undangun, Sejawai, Handai Tantan dan Kerabat
Rekun Kependidikan, mahusiswa, serta para hadirin semua yang saya
puiliakin
Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha
Pengasih yang telah melimpahkan rahmat keschatan dan keselamatan
bagi kita semua schingga kita diperkenankan berkumpul diruang
sidang terhormat ini.
Pada pagi hari ini saya diberi kesempatan dan kchormatan oleh
Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada untuk menyampaikan
pidato ilmiah dalam pengukuhan sebagai Guru Besar di bidang
Teknologi Pangan dan Pengolahan Hasil Pertanian pada Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada
TEKNOLOGI ASAP CAIR DAN APLIKASINYA.
PADA PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
Hadirin yang saver mudiakan
Teknologi pengasapan telah digunukan secara luas dalam
bidang pengolahan pangan dan hasil pertanian. Pada pangan, teknologi
pengasapan digunakan sebagai upaya pengeringan sekaligus sebagai
penghasil aroma dan rasa pangan seperti: daging asap, ikan asap, sale
pisang, mangut lele, produk bebakaran seperti sate, ikan bakar dan lain
sebagainya. Saui ini konsumen produk berasa dan beraroma asap
semakin meningkat seperti meningkatnya produk bebakaran atau
barhegue sampai ke produk jadah bakar, nasi bakar dan lain2
sebagainya. Di bidang hasil pertanian. pengasapan digunakan juga
untuk proses pengeringan sckaligus pengawetan seperti bawang
merah, jagung dan lain sebagainya dengan cara menempatkan atau
menyimpan di para-para diatas tungku dapur dengan bahan bakar
kayu. Di bidang perkebunan, teknologi pengasapan digunakan secara
tradisional yaitu pada pengolahan karct sheet, pengolahan kopra dan
pengomprongan tembakau. Pengasapan dengan tujuan utama untuk
pengurangan kadar air ini juga berefek positif terhadap keawetan
produk yang diasapi, bahkan kayu yang berada diatas dapur tumgku
akan lebih awet dibanding kayu dibagian bangunan lain yang tidak
terkena asap, Proses pengawetan ini terjadi karena adanya senyawa-
senyawa phenol, karbonil dan asam serta komponen lain yang
jumlahnya ratusan yang merupakan antimikrobia, antioksidan, dan
disinfektan,
Pengertian asap dan pengasapan
Hatlirin yang saya muliakan
Asap merupakan dispersi uap asap dalam udara, yang dihasilkan
dari proses distilasi kering atau pirolisa biomasa seperti kayu, kulit
kayu, tempurung, sabut, bambu, daun, dan lain sebagainya. Proses
pirolisa ini berjalan secara bertahap diawali dari tahap pertama
penghilangan air biomasa pada suhu 120-150°C, dtikuti tahap kedua
proses pirolisa hemiselulosa pada suhu 150-200°C, kemudian tahap
ketiga proses pirolisa selulosa pada suhu 250-300"C, dilanjutkan
tahap ke empat proses pirolisa lignin pada suhu 400°C. Pada tahap
lebih lanjut proses pirolisa akan menghasilkan senyawa-scnyawa baru
hasi] pirolisa produk kondensasi seperti fenol, tar dan senyawa
Polyeyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) yang terjadi pada suhu >300
°C (Girard, 1992; Young Hun-Park, dkk., 2008).
Hemisclulosa tersusun dari pentosan (CsHxO.) dan heksosan
(CeHi9Os)n. Pirolisa pentosan akan menghasilkan furfural, furan dan
derivatnya bersama-sama dengan rantai panjang asam karboksilat
sedangkan pirolisa heksosan bersama-sama dengan selulosa
membentuk asam asetat dan homolognya (Girrard, 1992; Young Hun-
Park, dkk., 2008).Selulosa merupakan rantai panjang lurus dari molekul gula atau
polisakarida yang tersusun dari unit glukosa sebagai polimer sclulosa.
Pirolisa selulosa tahap pertama menghasilkan glukosa, dan reaksi
kedua adalah pembentukan asam asetat dan homolognya, bersama-
sama dengan air dan kadang-kadang bersama-sama lignin membentuk
furan dan fenol.
Lignin terdiri dari sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit
fenilpropana. Pirolisa lignin cukup penting karena menghasilkan
flavor yang dihasilkan oleh adanya senyawa-senyawa derivat yang
termasuk fenot dan ester fenolik seperti guaikol dan siringol bersama-
sama dengan homolog dan derivatnya. |
Dan hasil pirolisa hemiselulusa, selulosa dan lignin tersebut
didapatkan lebih dari 400 senyawa, diantara senyawa tersebut terdapat
48 jenis asam, 21 jenis alkohol, 131 jenis karbonil, 22 jenis ester, 46
jenis furan, 16 jenis keton, dan 71 jenis penol (Maga 1988)
Asap sebagai Pemberi Flavor
Hadivin yang saya muliakan
Senyawa asap memberikan flavor asap (smoky) khas yang tidak
dapat digantikan dengan cara lain, Fenol] merupakan senyawa yang
paling bertanggung jawab pada pembentukan aroma spcsifik yang
diinginkan pada produk asapan,” terutama fenol dengan titik didih
medium seperti guaikol, cugenol dan siringol (Guillen dan Ibargotta,
1996). Fenol dalam hubungannya dengan sifat sensoris mempunyai
bau pungent kresolik, manis, smoky dan seperti terbakar (Daun, 1979.
Meskipun senyawa fenol memegang peranan penting dalam flavor
tersebut, namun diperlukan senyawa lain seperti karbonil, lakton, dan
furan agar flavor karakteristik asap dapat muncul. Ada senyawa minor
yang memeyang peranan penting juga dalam asap yaitu karbonil dan
lakton titik didih tinggi, meliputi homolog 1,2-siklopentadion dan 2-
butanoic yang mempunyai bau karamel. Furfural dan asetofenon
memunculkan aroma sugar dan flowery yang menyenangkan dan
membantu mengurangi flavor dari senyawa fenol. (Kim, dkk., 1972).4
Asap sebagai Pembentuk Warna
Opini umum pembentukan warna pada pengasapan adalah
bahwa wama dihasilkan langsung oleh tar yang terdeposit pada
permukaan makanan selama proses pengasapan. Namun deposit tar
pada permukaan inert seperti pada selongsong sosis terbuat dari
selutosa tidak menghasilkan warna dengan intensitas yang sama
dengan yang terdapat pada permukaan bahan makanan berprotein. Hal
ini membawa pada dugaan bahwa ada reaksi kimia antara komponen
yang terdapat pada asap dan protein dalam makanan. Beberapa
peneliti menyatakan bahwa reaksi karbonil-amino penting dalam
pembentukan wama (Ruiter, 1979).
Pewamaan khas produk asapan berasal dari interaksi antara
konstituen karboni] asap dengan gugus amino protein produk
menghasilkan wama produk ke kuning keemasan sampai coklat gelap.
Pewarnaan ini berkaitan erat dengan parameter teknologi yang
digunakan selama pengasapan (Girrard, 1992). Pada pengasapan
menggunakan asap cair, warna produk asapan dapat dioptimalkan
dengan mengubah komposisinya. Metil glioksal dan glioksal
merupakan senyawa karbonil dalam destilat asap tempurung kclapa
yang penting dalam pembentukan warna coklat (Riha dan Wendor/f,
4993).
Asap sebagai Pengawet
Potensi asap dapat memperpanjang masa simpan produk dengan
mencegah kerusakan akibat aktivitas bakteri pembusuk dan patogen.
Senyawa yang mendukung sifat antibakteri dalam destilat asap cair
adalah senyawa fenol dan asam (Girrard, 1992). Senyawa feno} dapat
menghambat pertumbuhan populasi bakteri dengan memperpanjang
fase lag sccara proporsional di dalam produk, sedangkan kecepatan
pertumbuhan dalam fase eksponensial tctap tidak berubah kecuali
konsentrasi feno] yang tinggi. Fraksi feno! yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri adalah fenol dengan titik didih rendah (Barylko-
Pikeilna, 1979)
Asam Icbih kuat menghambat pertumbuhan bakteri dari pada
senyawa fenol, namun apabila keduanya digabungkan akanOO
menghasilkan kemampuan penghambatan yang lebih besar datipada
masing-masing senyawa. Sclain senyawa fenol masih ada senyawa
lain yang berperanan menghambat pertumbuhan bakteri yaitu
urotropin sebagai derivat dari piridin dan scnyawa_pirolignin
(Fretheim, dkk., 1980).
Komponen antioksidatif asap adalah senyawa fenol yang
bertindak sebagai donor hidrogen dan biasanya efektif dalam jumlah
sangat kecil untuk menghambat reaksi oksidasi (Girrard, 1992). Sifat
antioksidatif asap disebabkan oleh fenol titik didih tinggi terutama 2,6
dimetoksifenol, 2-6 dimetoksi-4-metilfenol dan 2-6-dimetoksi-4-
etilfenol. Fenol bertitik didih rendah menunjukkan sifat antioksidatif
yang lemah (Daun, 1979). Derivat senyawa fenol dalam asap cair
yang juga bersifat antioksidatif adalah pirokatekol, hidroquinon,
guaikol, cugenol, isocugenol, vanilin, salisildchid, asam 2-
hidroksibenzoat dan asam 4-hidroksibenzoat (Pszczola, 1995).
Keamanan Produk Asap
Hadirin yang sava muliakan
Pirolisa lanjut bahan biomasa yang terjadi pada suhu tinggi akan
mengakibatkan terbentuknya senyawa-senyawa baru hasil pirolisa
produk kondensasi seperti fenol, tar, dan senyawa polveielic aromatic
hydrocarbon (PAH). Senyawa PAH merupakan salah satu golongan
polutan karena sifatnya yang karsinogenik, mutagenik, dan sitigenik.
Dari 100 Icbih senyawa PAH yang telah diketahui, hanya 16 jenis
senyawa yang dinyatakan sebagai polutan utama. Sulah satu dari 16
Jjenis ini, benzo(a)pyrene dilaporkan sebagai senyawa PAH dengan
efek karsinogenik yang paling berbahaya (Maga, 1988), sehingga
benzo(a)pyrene dijadiken indikator adanya PAH dan digunakan
sebagai indeks kuanlitatif adanya senyawa karsinogen dalam pangan.
Benzo[a]pyrene, C2jHj2, adalah lima cincin PAH yang bersilat
mutagen, sangat karsinogen, berbentuk padatan kristal kuning yang
merupakan senyawa hasil pembakaran tidak sempurna pada suhu
antara 350 dan 600 °C.
Keamanan produk asapan sangat bervariasi tcergantung pada
metoda serta tujuan pengasapan. Pengasapan yang bertujuan untuk6
pengawetan perlu dicermati karena memerlukan intensitas pengasapan
yang cukup lama agar senyawa pengawet daiam asap terdifusi cukup
ke dalam produk asapan, namun deposit senyawa karsinogen dan
toksik juga akan tinggi, serta aroma dan rasa asap yang sangat kuat.
Pengasapan yang bertujuan menghasilkan cita rasa asap pada produk,
relatif sedikit terpapar oleh senyawa toksik dan karsinogen karena
intensitas pengasapan yang lebih ringan.
Tingkat pencemaran senyawa karsinogen juga tergantung pada
kayu yang digunakan sebagai bahan asap. Produk asapan yang diasap
menggunakan kayu apel akan terpapar PAH dengan konsentrasi yang
rendah sedangkan produk asapan yang diasap dengan kayu cemara
akan terkontaminasi PAH dalam bentuk benzo(a)pyrene pada
konsentrasi yang tinggi sampai 35.07 pg/kg, demikian juga kayu yang
bergetah, pada proses pembakaran akan menghasilkan asap dengan
cemaran benzo(a)pyrene yang tinggi. Untuk produk-produk asapan
yang diasap secara tradisional, juga produk-produk yang kontak
langsung dengan nyala api pada suhu yang tinggi menunjukkan
tingkat cemaran benzo(a) pyrene yang tinggi seperti, ayam, ikan bakar
serta sate bakar (Darmadji, 1996; 2004). Dilaporkan dari total 44
sampel produk asapan 23 sampel terpapar benzo(a)pyrene sebesar
lebih 5.9 microgram per kg melebihi dari persyaratan yang ditetapkan
FAO/ WHO maksimum scbesar | microgram/ kg. (Yabiku, dkk.,
1993).
Teknologi Pembuatan Asap Cair
Hadirin yang saya muliakan
Dengan semakin merebaknya isu keamanan pangan dan
lingkungan yang berhubungan dengan proses pengasapan pangan dan
hasil pertanian, maka Profesor Tranggono (alm) dkk.. (1995)
menginisiasi sebuah inovasi pemanfaatan limbah tempurung kelapa
yang demikian melimpah untuk perbaikan proses pengasapan
tradisional, dilain pihak sebagai upaya memperbaiki proses
pengasapan yang tidak ramah lingkungan. Inovasi terscbut berupa
pemikiran bagaimana mengubah uap asap berwara hitam yang tidak
dapat dikendalikan serta. membahayakan kesehatan tersebut menjadiproduk kondensat cair yang tebih dapat dikendalikan untuk proses
pengasapan, pengawetan dan pengolahan produk pangan dan hasil
pertanian. Berbasis pada pembuatan arang aktif dengan cara pirolisa
yang yang dilakukan FMIPA Kimia UGM maka teknologi proses
distilasi kering atau pirolisa dan kondensasi merupakan teknologi
yang dapat digunakan untuk mengubah asap jadi produk cair. Berbasis
pada inisiasi inovasi tersebut maka dirancanglah sebuah reaktor
pirolisa scderhana untuk produksi asap cair (Darmadji, 1996), dan
selanjutnya dikembangkanlah alat produksi asap cair skala Iebih besar
yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan wakiu serta digumakan
untuk identifikasi asap cair dari berbagai macam kayu (Tranggono,
dkk., 1996). Dengan reaktor ini tempurung kelapa dan berbagai
macam kayu diubah menjadi asap cair, dan bahan sisa berupa arang
dan tar dengan persentase berturut-turut 45%, 45 % dan 10 %. Adapun
komponen «lama penyusun asap cair adalah asam, fenol dan karbonil.
{novasi Apltikasi Teknologi Asap Cair dalam Bidang Pangan
Dalam pengembangan produk dan proses pengawetan pangan
penggunaaan teknologi asap cair terus dilakukan dalam rangka
menghasitkan produk yang mempunyai cita rasa asap, awet scrta aman
untuk dikonsumsi, Untuk itu teknologi proses pemurnian asap cair
telah dikembangkan. Salah satu pengembangan proses pemumian
yaitu dilakukan proses pemisahan tar yang dilakukan dengan proses
pengendapan maupun sentrifugasi. Proses penycndapan sangat efektif’
karena dapat mengendapkan tar sampai 90% dalam waktu 6 jam.
Namun demikian di dalam asap cair terdapat senyawa tar yang
mempunyai berat jenis yang mendekati berat jenis air bahkan lebih
rendah dari air. Proscs pemurnian selanjunya dilakukan dengan
proses redistilasi. Proses redistilasi ini dimaksudkan untuk
memisahkan sisa tar sekaligus untuk mengeliminir senyawa
benzo(a)pyrene yang mempunyai titik didih sckitar 350°C. Untuk
mencapai tujuan redistilasi maka didapatkan kondisi optimum proses
redistilast salu tingkat pada suhu 125°C (Darmadji, 2001). Pada
kondisi ini asap cair yang didapat berwarna putih kekuningan, jernih
dan tidak terlihat adanya senyawa tar. Senyawa benzo(a)pyrene pada
sedistilat asap cair ini ternyata masih tinggi yaitu sckitar 0.196 ppmatau 196 ppb jauh dari yang dipersyaratkan FOA/WHO sebesar 10
ppb pada asap cair dan 1 ppb pada produk pangan. Apabila redistilast
ini dilakukan kembali terhadap redistilat asap cair pada suhu yang
sama maka akan ierjadi penurunan kadar benzo(a)pyrene namun tidak
signifikan. Untuk menentukan konsentrasi asap cair yang aman untuk
perendaman ikan maka dilakukanlah aplikasi dan simulasi
perendaman ikan dalam asap cair pada berbagai konsentrasi dan lama
perendaman terhadap kadar benzo(ajpyrene berdasar pada model
difusi asap cair dalam ikan tongkol (Iwan Setyawan, dkk., 1997).
Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada perendaman ikan dengan
asap cair konsentrasi 16% sclama 15 menit perendaman, maka kadar
benzo{a) pyrene yang terdifitsi dalam ikan scbesar | ppb. (Darmadji
dan Huda Triyudianto, 2006). Schingga dapat direkomendasikan
konsentrasi redistilat asap cair yang diperkenankan untuk proses
perendaman ikan adalah konsentasi maksimum 16% dan waktu
perendaman maksimum 15 menit.
Untuk melihat cfck pengawetan redistilat asap cair pada produk
pangan telah dilakukan bebagai uji antimikrobia dan antioksidan, yang
menunjukkan pada konsentrasi 1% asap cair dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pembusuk, patogen dan bakteri pembentuk
histamin, pertumbuhan jamur scrta menghambat proses oksidasi
(Darmadji, 1996, Darmadji dan Sri Rahardjo, 2002, Darmadji, dkk..
2005:). Asap cair juga dapat menghambat pertumbuhan Listeria
monocytogenes (Guilbaud, dkk., 2008) serta meningkatkan daya awet
dan citarasa produk fillet ikan (Dimitriadou dan Taylor, 2008).
Hadirin yang saya muliakan
tnovasi Pembuatan Tepung Asap
Untuk mempermudah penanganan dan aplikasi redistilat asap
cair, telah dikembangkan inovasi teknologi pembuatan tepung asap
menggunakan maltodekstrin sebagai media pembawanya. Dengan
berbagai perbandingan redistilat asap cair dan maltodekstrin serta
kombinasi metode pengeringan menggunakan kabinet, spray maupun
freeze drier akan diperoleh tepung asap cair yang siap untuk
dipergunakan schagai bahan pengawet maupun pemberi flavor produk. 9
asap. Tepung asap cair dapat dihasilkan dengan perbandingan
perbandingan 3 bagian redistilat asap cair dan | bagian maltodekstrin
(Darmadji, 2002) Dengan berbasis pada tepung asap ini
dikembangkanlah produk bumbu-bumbu siap saji_ seperti. bumbu
mangut, saus barbeque serta fable smoke siap pakai.
Hadiri)
yang sava muliakan
Di Bidang Perkebunan
Inovasi Pembuatan Permen Berflayor Asap Rokok
Melihat arti pentingnya rokok, efék yang serius bagi perokok
serta efek serius terhadap orang lain dan lingkungannya, maka telah
dikcmbangkan penelitian berbasis tcknologi asap cair yaitu optimasi
produksi permen rokok dengan asap cair rokok sebagai saos permen
dan juga menggunakan asap cair tembakau dicampur dengan saus
rokok sebagai saus permen. Asap cair rokok ataupun tembakau yang
dihasilkan, dimumikan untuk mengeliminasi senyawa toksik tar dan
senyawa karsinogen benzopyrenc. Permen bercitarasa asap rokok
dapat diguaakan sebayai pengganti rokok yang aman serta ramah
lingkungan karena tidak menghasilkan asap yang menccmari orang
lain (Kuntyahyawati dan Darmadji 2005).
Bagi perokok, permen rokok ini dapat membantu para perokok
untuk mengendatikan diri, tidak “merokok ditempat umum dengan
hanya menghisap permen rokok. Pennen rokok juga dapat digunakan
sebagai sarana untuk mengurangi ketergantungan merokok scrta
membantu usaha berhenti merokok. Permen rokek juga mengurangi
resiko keamanan bagai perokok dan jaminan keamanan terhadap asap
rokok bagi orang disekitar dan bagi lingkungan.
Inovasi Teknologi Asap Cair sebagai Koagulan Lateks Sheet
maupun Lateks Beku
Hadirin yang sava muliakan
Dalam menanggapi kebijakan Zero Waste di Industri
Perkebunan sesuai dengan ISO 14000, khususnya di Perkebunan
Karet, telah difakukan inovasi penelitian pemanfaatan limbah kayn10
karet tua hasi! peremajaan kebun untuk bahan baku pembuatan asap
cair seria memanfaatkan asap cair tersebut sebagai pengganti
pengasapan karet sheet tradisional sckaligus untuk meningkatkan
kualitas produk karet. Penelitian ini diawali dengan optimasi proses
produksi asap cair dari kayu karet dengan meggunakan Response
Surface Methodology, evaluasi anti bakteri dan anti jamur karel,
evaluasi sebagai koagulan lateks dan karakteristik karet sheet yang
dihasitkan. Hasil uji asap cair kayu karet terhadap pertumbuhan jamur
pada karet, dilaporkan bahwa pada konsentrasi asap 2% dapat
menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan bakteri yang diisolasi
pada karet sheet, ruang sorlasi, ruang penyimpanan dan bidang sadap.
(Darmadji, 1998). Penggunaan asap cair kayu karet untuk proses
pembekuan lateks pada industri perkebunan karet sheet didapatkan
dengan penggunaaan optimum pada konsentrasi 4.45 %, jumlah
120.12 ml dan waktu koagulasi 4.12 jam. Pada kondisi optimum
tersebul karet sheet yang dihasilkan mempunyai elongusi, kekcrasan
dan plastisitas (PRI) yang baik. Secara fisik karet sheet ini setara
dengan kualitas kuret sheet RSS I. (Darmadji dan Suhardi, 1998).
Karet sheet yang dihasilkan berwama coklat keemasan pada produk
yang diakibatkan oleh reaksi pencoklatan nen enzimatis oleh senyawa
karbonil pada asap cair terhadap protein lateks dan karet (Darmadji,
dkk.,1999).
Penelitian tersebut juga dilakukan dengan menggunakan asap
cair kayu karet dan cangkang sawit sebagai koagulan dan pengawet
Jateks beku rakyat (Bokar): Hasil pengamatan dari aspek teknis asap
cair mampu scbagai koagulan dan pengawet koagulum lateks dilihat
dari pengamatan sifat fisik koagulum lateks seperti warna, bau, tekstur
permukaan, jamur dan lain sebagainya. Pengamatan terhadap
vulkanisat karet yang dihasilkan memberikan hasii yang sangat baik
pada parameter kekerasun, PRI, tegangan putus dan perpanjangan
pulus, sekaligus asap cair ini dapat mengurangi bau busuk bokar yang
sangat mengganggu lingkungan
Dalam keterpaduan industri perkebunan karet, asap cair kayu
karet tua temyala juga dapat berfungsi sebagai anti jamur pada kaye
karet serta dapat juya sebagai anti rayap. Dengan metode perendaman
kayu karet dalam asap cair. dihasilkan olahan kayu karet yang awet
dengan warna yang kuning keemasan sampai coklat schin:I
kualitasnya lebih baik (Darmadji, dkk.. 2005; Adi Pazman, 2009).
Arang hasil samping produksi asap cair juga mempunyai potensi yang
sangat besar untuk arang aktif dan aplikasinya untuk pemurnian asap
cair, dan sebagai filler yang baik kompon karet yang selanjuinya
digunakan sebagai bahan pembuatan sol sepatu dan ban (Suhardi,
dkk., 1998; Darmadji, dkk., 2005).
Hadirin yang saya muliakan
Inovasi Teknologi Asap Cair pada Pembuatan Perekat Phenol
Kebutuhan fenol dan turunannya di Indonesia cukup besar dan
terus meningkat dari tahun ke tahun. Data BPS tahun 2008
menunjukan bahwa sclama tahun 2007 impor terhadap fenol dan
turunannya mencapai 372 ton, Salah satu penggunaan fenol tersebut
adalah sebagai perekat melalui proses polimerisasi antara
formaldehida dan senyawa fenolik.
Penggunaan asap cair dalam proses polimerisasi sangat
dimungkinkan karena selain mengandung fenol, asap cair terdiri pula
dari bermacam-macam senyawa yang dapat terpolimerisasi. Berdasar
hipotesa ini telah dikembangkan pembuatan perekat phenol dari
berbagai asap cair seperti asap cair kulit kayu jati, serbuk gergaji kayu
glugu, sampah daun, serta sekam padi. Asap cair tersebut dapat
mensubtitusi fenol dalam pembuatan perekat fenoi formaldehida
dengan kondisi terbaik pada konsentrasi 50 %, pH 9 dan nisbah fenol
formaldehida 1.75 ; | dengan kekuatan rekat 101.5 Ky/cm*, kadar
padatan 46.66 %, pH 8.71, berat jenis 1.19 g/cm’, viskositas 0.8
poise dan waktu gelatinasi 35 menit. Kondisi ini menyamai dengan
kualitas perekat penol yang ada di pasaran (Darmadji, dkk., 2005;
2008).
Hadirin yang saya muliakan
‘Feknologi Asap cair dalam bidang Energi
Asap cair atau bio-oil yang dihasilkan dari proses pirolisa cepat
taengandung energi sebesar separuh energi minyak diesel dan dapat
dikembangkan menjadi bahan bakar untuk transportasi dengan proses
catalytic hidrotretment atau catalytic cracking. Bio-oil ini juga dapat12
digunakan sebagai fue! enhancher untuk memperpanjang masa bakar
ethanol. Berbagai penelitian aptikasi asap cair sebagai fuel enhancer
telah dilakukan di laboratorium Rekayasa Proscs Pengolahan Fakultas
Teknologi Pertanian UGM. Asap cair tempurung kelapa, mewakili
kayu keras, memiliki kekuatan fie/ enhancer schesar 80,25% dan asap
cair kayu randu, mewakili kayu lunak, memiliki kekuatan fuel
enhancer sebesar 31,07% (Darmadji, dkk., 2005). Saat ini juga sedang
dilakukan penelitian catalytic cracking dari asap cair tempurung
kelapa_ hasil pirolisa lambat maupun cepat serta dari tar hasil samping
proses pirolisa. Sejalan dengan penelitian ini Departemen Energi
Amerika juga telah dan sedang dikembangkan energi bio-oil berbasis
pirolisis. Proyek penelitian yang saat ini telah dan sedang
dikembangkan adalah: Produksi bie oil dari switchgrass yang dipanen
pada berbagai tingkat kemasakan (Boateng. dkk,. 2006), Produksi bio
oil switchgrass dengan metoda fluidized bed pyrolysis (Boateng, dkk.,
2007), Karakterisasi konversi termat dari arang hasil pirolisa
switchgrass (Boateng, dkk., 2007), Komposisi bio oil hasil fast
pirolisa (Mullen dan Boateng, 2008), Produksi bio oil dari batang
alfafa dengan fluidized bed pirolisa (Boateng dkk., 2008), dan yang
sedang dilakukan saat ini adalah feasibility study untuk produksi bio
oi! skala industri.
Seiring dengan kesadaran akan energi yang ramah lingkungan
dengan emisi asap rendah, di negara maju. kebutuhan arang yang
ramah lingkungan atau White charcou! sebagai bahan bakar untuk
perapian, pemanggangan sumpai pembangkit listrik mulai diatur
dengan regulasi mengenai ambang batas emisi bahan bakar. White
Charcoal adalah arang yang keras, terbakar lebih lama, berkalori
tinggi, tidak berasap dan tidak berbau, tidak meninggalkan jclaga
ditangan maupun pada tungku. Arang ini secara tradisioni] dibuat
dalam kiln pembuat arang pada suhu yang tinggi (1000 °C) dalam
waktu kurang Iebih 30 hari namun keberhasilannnya masih rendah.
Menggunakan inovasi ‘eknologi pirolisa, dengan mengatur rasio udara
dan bahan baku serta suhu dan waktu pirolisa maka dalam waktu 24
jam akan didapatkan asap cair sekaligus White Charcoal yang
mempunyai sifat-sifat sesuai dengan white charcoal di pasaran.
(Darmadji, dkk, 2008). Schingga dengan teknologi ini dapat
mengurangi waktu produksi whire charcoal sangat signifikan.Aadirin yang save muliakaa
Teknologi Asap Cair di masa depan
1. Di bidang Pangan
Biopreservatif asap cair yang aman sebagai alternatif pengganti
pengawet kimia, perlu dikembangkan dengan penuh kehati-hatian.
Tingkat keamanan dan toksisitas pada dosis tertentu telah ditctapkan
aman (Darmadji, 2008), namun masih perlu terus dikaji dan dipantau
pada berbagai faktor. Faktor pertama, adalah bahan reaktor, pipa serta
patri untuk pirolisator harus betul-betul bahan yang aman untuk
pangan yang tidak menimbulkan cemaran pada suhu tinggi dan
suasana asam. Faktor kedua, adalah jenis bahan baku perlu dicermati,
bahan baku kayu tertentu akan menghasilkan asap cair yang sangat
toksik dan karsinogen. Faktor ketiga, suhu dan waktu pirolisa sangat
berpengarh terhadap terbentuknya senyawa polimerisasi lanjut yang
toksik dan karsinogen. Faktor keempat, proses pemumian baik proses
pengendapan, sentrifugsi, redistilas dan proses adsorbsi perlu
dilakukan dengan seksama untuk menghasilkan asap cair yang tanpa
atau rendah benzo(a)pyren. Faktor kelima, dosis pemakaian baik
sebagai pengawet dan pemberi flavor perlu dicermati, Konsentrasi dan
Jama waktu perendaman perlu diteniukan sehingga kandungan
senyawa toksik dan benzopyren -pada produk awetan dan produk
bercitarasa asap harus tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan.
2. Dibidang Non Pangan
Limbah biomasa hasil pertanian dan perkebunan telah banyak
diteliti penanganan dan pemanfaatannya. Limbah biomasa yang
sampai saat perlu penanganan yang Iebih serius adalah sampah kota
Sampah kota ini merupakan problem regional di daerah tingkat satu
maupun tingkat dua yang sangat serius dikarenakan jumlahnya perhari
yang sanyal besar dan potensinya sebagai pencemar lingkungan yang
cukup berat. Jumlah sampah perhari pada setiap pembuangan sampah
akhir (TPA) sangat bervariasi tergantung pada luas daerahnya.
Sebagai contoh volume sampah di TPA Gresik, Yogyakarta dan14
Jakarta berturut-turut 576, 1.760 dan 10.200 m* per hari (Adisucipto,
2007). Adapun sampah tersebut berasal dari rumah tangga sebesar
73%, hotel 14%, pasar 5% dan 8% berasal dari pusat perhelanjaan,
stasiun, terminal, rumah sakit, rumah makan, kantor dan lain
sebagainya. Berdasarkan komposisi makro sampah kota terdiri dari:
biomasa 58.3%, kertas 9.7%, plastik 22.9%, bahan tak terbakar 4.8%
dan lainnya 4.7% (Darmadji, 2005).
Teknologi pengomposan merupakan teknoloyi alami yang dapat
dipercepat dengan meggunakan peranan mikrobia. Teknologi ini
cukup ramah lingkungan scrta mempunyai daya guna dalam
meningkatkan kesuburan tanah, namun diperlukan areal yang luas dan
jauh dari penduduk sckitar, juga untuk volume yang sangat besar sulit
tertangani, sehingga menimbulkan cemaran bau, Teknologi
pembakaran, cukup efisien untuk sampah kering, untuk sampah basah
akan menghasilkan asap tcbal dan waktu pembakaran yang lama,
sehingga- menimbulkan cemaran asap yang cukup mengganggu
kesehatan. Teknologi jucenerator cukup baik dan efisien, namun
kapasitasnya terbatas. Sehingga timbunan sampah juga akan
mengganggu dan menghasilkan cemaran bau.
Inovasi teknologi asap cair, dengan teknologi pirolisa lambat,
cepat, maupun gasifikasi dilengkapi dengan teknologi kondensasi
sehingga asap yang dihasilkan tidak dibuang di udara bebas namun
dikondensasi atau didinginkan akan menghasilkan asap cair. Hasii
samping dari teknologi asap cair ini berupa arang yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar yang tanpa asap cukup efisien dan
sebagai bahan baku arang aktif dan filler yang berdaya guna tinggi
Asap cajt yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku
industri non pangan seperti phenol glue, fel enhancer, insektisida dan
pestisida, serta diproses lagi menjadi minyak bakar yang dapat juga
untuk menggerakkan turbin penghasil listrik. Di Juar negeri icknologi
pembuat minyak bakar dari asap cair atau bio-oil hasil pirolisis telah
dikembangkan (Holmgren., 2008 ; Rui Li, dkk., 2008; Boateng, et
all, 2008), Penanganan sampah terpadu perlu dilakukan, teknologi
asap cair juga merupakan salah satu upaya dalam penanganan sampah
terpadu. Dengan keterpaduan berbagai disiplin ilmu di UGM ini,
diyakini akan menghasilkan solusi penanganan sampah yang efcktif
dan bernilai tambah tinggi serta ramah lingkunganUcapan Terima Kasih
Mengakhiri pidato ini, perkenankaniah saya menyampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada banyak pihak yang telah
mengantar saya pada jabatan Guru Besar ini.
Pertama, kepada Pemerintah RI melalui Menteri Pendidikan
Nasional atas persctujuannya terhadap usulan Universitas bagi saya
untuk menduduki jabatan Guru Besar di Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Ucapan terima kasih tak terhingga saya
sampaikan pula kepada Majelis Guru Besar, Senat Akademik, Rektor
dan para Wakil Rektor, Dekan dan Wakil Dekan, Pimpinan dan
Anggota Komisi SDM dan Senat Fakultas Teknologi Pertanian, Keua
Jurusan dan Sckretaris Jurusan yang telah — menyetujui dan
mengusulkan kenaikan jabatan saya sebagai Guru Besar.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada Prof. Kamarijani
(alm) yang telah membimbing saya dalam perancangan pabrik serta Ir.
Hardiman, MSc (alm) yang telah membimbing saya menerapkan teori
perancangan pabrik untuk merancang pabrik yang sebenarnya.
Terimakasih pula saya sampaikan kepada Prof. Trangyono (alm) dan
Ir. Suhardi, MS. (alm) yang telah membimbing saya bagaimana untuk
menjadi peneliti mandiri yang handal. Kepada para dosen saya: Prof.
Mohamad Adnan (DPA), Prof. Murdiyati Gardjito (Pembibing
Skripsi). Prof. Zuheid Noor dan Dr. Suparmo atas kebersamaan
dalam penclitian asap cair, Terirfakasih kepada Prof Sri Rahardjo
dan Prof Y. Marsono yang telah berkenan merevicw naskah pidato
pengukuhan ini. Kepada teman-teman di Lab + Prof. Haryadi, Prof.
Sutardi, Dr. Suyitno (alm), Dr. Supriyadi, Dr. Chusnul Hidayat, Dr.
Supriyanto, Dr. Yudi Pranoto, Ir. Agustinus PR, MS., Ir. Bangun MS,
Riniyanti, STP. MS terima kasih atas dukungannnya. Terimakasih
pula pada teman-teman di QUE dan PHK-B_ yang teluh member
inspirasi kerja tim yang bagus, Terima kasih kepada Dr. Pudji Hastuti
dan Dr. Retno Indraté atas kerja samanya dalam Pengelolaan S-2,
terutama Prof, Umar Santoso dan Dr. Suparmo yang telah membantu
Pelaksanaan S-2 Teknologi Hasil Perkebunan. Terima kasih kepada
Tim Peneliti dan para mahasiswa S-t, $-2 maupun S-3 yang telah
bergabung dalam payung penelitian asap cair sejak tahun 1995 sampai
dengan sekarang.16
Terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Toshitaka Nakue
(alm), Prof. Kei Kataoka, Prof. Masathosi Izumimoto, dan Prof. Taku
Miyamoto yang telah membimbing Thesis dan Desertasi saya di
Okayama University, Jepang
Terima kasih tak terhingga saya sampaikan kepada oranytua
saya Bapak KRT Condrodipuro (alm) dan Ibu yang telah metahirkan,
membesarkan dan berkorban dan selalu berdoa untuk saya sehingga
saya dapat mencapai jabalan akademis tertinggi. Terima kasih pula
kepada Bapak Mertua Y. Basuki Yudo Kartono (alm) dan [bu yang
telah mendorong, mendukung dan selalu berdoa untuk kami.
Terimakasih juga kepada kakak dan adik-adikku atas kebersamaan
selama ini. “
Secara khusus saya menyampaikan terimakasih pula kepada
istriku Dra, Agnes Petty Sekardjati yang telah menemani dengan
penuh kebersamaan dalam mengarungi suka-duka hidup ini, dan yang
selalu berdoa untuk kesehatan, kesclamatan, —_ kerukunan,
keberuntungan, keutamaan dan kebijaksanaan keluarga,
Terimakasih pula kepada anak-anakku Hildegardis Rahmi
Sekaringtyas S.Psi. dan Oscar Gilang Purnajali yang telah belajar dan
bekerja keras dalam kesederhanaan, Raihlah bintang dilangit,
selalulah dekat dengan Allah Yang Maha Kasih.
Akhimya, perkenankanlah saya menyampaikan terima kasih
kepada hadirin semua atas perhatian dan kesabarannya mengikuti
Rapait Terbuka MGB dalam rangka pidato pengukuhan saya ini.
Semoga Allah Yang matta Pengasih selalu melindungi dan menyertai
Bapak, Ibu dan Saudara sekalian, serta mohon doa restunya agar saya
tetap rajin meneliti, menulis dan lebih berdaya guna bagi masyarakat
luas. Amin1?
DAFTAR PUSTAKA
Adi Pazman, (2009). Asap Cair Kayu Karet dan aplikasinya untuk
perbaikan warna dan pengawetan kayu karet. Thesis S-2
Teknologi Hasil Perkebunan , 2009
Adi Sucipto, (2007). Penanganan sampah regional terpadu butuh
waktu 20 tahun. Kompas Cyber Media, 30 Januari 2007.
Barylko-Pikeilna N., (1979). Contribution of smoke compound to
sensory, bacteriostatic and antioxidative effect in smoked food.
Pure and Appl. Chem. 49(11)1667-1671
Boateng, A. A.; Hicks, K. B. Vogel, K. P., (2006). Pyrolysis of
switchgrass harvested at several stages of maturity. J. Anal.
Appl. Pvrolysis, 55 - 64.
Boateng, A. A.; Daugaard, D. E.; Goldberg. N. M.; Hicks, K. B.,
(2007) Bench-Scale Fluidized-Bed Pyrolysis of Switchgrass for
Bio-oil Production. dnd. Eng. Chem. Res., 46, 1891 - 1897,
Boateng, A. A., (2007). Characterization and Thermal Conversion of
Charcoal Derived from Fluidized-Bed Fast Pyrolysis Oil
Production of Switchgrass. dnd. Eng. Chem. Res, 2007, 46, 8857
— 8862, .
Boateng, A.A.,. Mullen, C.A., Goldberg, N., and and Hicks . K.B
(2008). Production of Bio-oil from Alfaifa Stems by Fluidized-
Bed Fast Pyrolysis, dnd. Eng, Chem. Res., 47 (12), pp 4115-
4122 -
Darmadji, P. (1996). Kadar benzopyren produk-produk asapan
tradisional. Proceeding Seminar Nasional Makanan Tradicional.
Hotel Jayakarta, Yogyakarta, 1996.
Darmadji, P. (1996). Aktivitas antibakteri asap cair yang diproduksi
dari bermacam-macam limbah pertanian. Agritech 16 (4) : 19-22
Darmadji, P., Sri Rahardjo dan Haryadi (1998, 1999). Production of
liquid smoke from Hevea rubber wood for better preservative
qualities of rubber product. lst and 2nd Year Rescarch Report
Project URGE, World Bank.
Darmadji, P. dan Suhardi. (1998). Produksi karet shect dengan
menggunakan asap cair sebagai koagulannya. Prosiding Seminar
Nasional PATPI p18818
Darmadji, P. (2001). Optimasi pemurnian asap cair dengan metoda
tedistilasi. Prosiding Seminar Nasional PATPI
Darmadji, P. (2002). Optimasi proses pembuatan tepung asap.
Agritech 22 (4): 172-177
Darmadji, P. dan Sri Rahardjo, (2002). Production and purification of
liquid smoke from waste of coconut shell and its potentia! as
antimicrobial, antioxidant, browning and coagulating agents
Proc. on international Conference on Innovations in Food
Processing technology and Engineering. Bangkok.
Darmadji, P. (2004) Benzopyrene of liquid smoke from coconut shell
during production, purification and powdering.. Asean Food
Conference. Bali .
Darmadji, P. (2005). Perancanga pengolahan sampah kota berbasis
Teknologi Asap Cair. Agritech, 2005. vol 25 (4)
Darmadji, P., Zuheid Noor dan Pramana Gentur Sutapa, (2005).
Produksi bio-preservatif dari limbah cangkang kelapa sawit dan
aplikasinya untuk pengawetan patigan hasil perkebunan dan
kehutanan. Laporan Penelitian Hibah Tim Pascasarjana.
Darmadji, P.dan H. Triyudianto (2006). Kadar Benzopyren selama
proses pemumian asap cair dem simulasi akumulasinya pada
proses perendaman ikan, Agritech,26 (2); 94-103
Darmadji, P., Y. Pranoto, R. Rahmat. (2007,2008). Produksi Phenol
Glue dan White Charcoal dari limbah sekam padi. Laporan
Penelitian Kerjasama Litbang Deptan dan dan Universitas
Gadjah Mada, 2007-2008.
Darmadji. P., Y.Marsono dan Suparmo, (2007, 2008). Pembuaten
prototipe biopreservatif asap cair, evaluasi kemanan dan profil
industri sebagai pengawet alami pengganti formalin. Laporan
Penelitian Insentif Terapan. Kementcrian Ristek.
Daun, H., (£979), Interaction of Wood Smoke Components and
Foods, Food Technology (32): 66-71.
Dimitriadou, A. Z., D. Petridis., and A.K.D. Taylor, — (2U08).
Improvement in the Production of Smoked Trout Fillets (Salo
Gairdnerii) Steamed with Liquid Smoke, Food Science and
Technology International 14: 67-77.
Girard, J.P., (1992). Smoking In Technology of Meat Prochicts.
Clermont Ferrand, Ellis Horwood,’New York.19
Guillen, Md dan M.L. Ibargoita, (1996). Relationship between the
maximum temperature reached in the smoke generation process
from Vitis viniera L Shoot sawdust and composition of the
aquaeus smoke flavoring preparation obtained. J. Agrie. Food.
Chem. 44:1302-1307
Guilbaud, M., Chafse, [., Pilet, M., Leroi, Francoise’. Prevost, H’,
Hebraud, M., Dousset,X., (2008). Response of Listeria
monocytogenes to liquid smoke. Journal of Applied
Microbiology, 06, Volume 104, Issue 6,
Herlina dan Darmadji. (2001). Pembuatan asap cair cangkangsawit
dan aplikasinya untuk pembekuan lateks rakyat (Bokar).
Laporan Penelitian “Domestic Collaborative Grant. URGE.
World Bank, 2000.
Holmgren. J., (2008). Hydroprocessing of pyrolysis bio-oil to fuel and
chemical. Smaal Woods. NPRA. National Meeting. Madison,
Wisconsin, 13-15 March 2008
Iwan Setyawan, Budi Rahardjo dan Darmadji, (1997). Difusi asap cair
dalam ikan tongkol. Prosiding Seminar Nasional PATPI p90
Kuntyahyawati dan Darmadji, (2005). Purification and Identification
of volatile compound of liquid smoke from tobacco leaf
Agritech Vo] 24NO 1.
Kim, K., Kuruta, T., and Fujimaki, M., (1972), “Identification of
Flavor Costituens in Carbopyl. Non- Carbonyl, Neutral, and
Basic Fractions of Aqueous Smoke Condensates”, Agric. Biol.
Chem, 38 (1):53-64.
Maga, J.A., (1988). Smoke in Food Processing. CRC Press, Inc Boca
Raton, Florida
Mullen, C. A., Boateng, A. A., (2008). Chemical Composition of Bio-
oils Produced by Fast Pyrolysis of Two Energy Crops. Energy
and Fuels, In Press.
Pszczola, D.E., (1995), Tour Higlights Production and Users of
Smoke Based Flavors. Food Technology. (1). 70-74.
Rika, W.E. and W.F. Wendorf, 1993. Browningpotential of liquid
smoke solution. J. Food Sci. $8(3): 671-67420
Rui Li, Baosheng Jin, Xiangru Jia, Zhaoping Zhong, Gang Xiao.
Xufeng Fu. (2008). Research on combustion characteristics of
bio-oil from sewage sludge. Frontiers of Chemical Engincering
in China
Ruiter, A., (1979). Colour of Smoke Foods. Food Tech., 33 (5): 54-63.
Suhardi, Darmadji, P.. Supranto, Herminiwati dan Rofig R Zulhari,
(1998). Optimasi pembuatan arang aktif dari limbah kayu kering
sebagai filler barang karet. Prosiding Seminar Nasional PATPI
pso.
Tranggono, Suhardi, Bambang Setiadji, Darmadji, P., Supranto dan
Sudarmanto, (1996). “Identifikasi Asap Cair dar Berbagai Jenis
Kayu dan Tempurung Kelapa”, Jarnal [lmu dan Teknologi
Pangan 1 (2); 15-24. 11%123Vazques, G. Antorrena, G,
Gonzales & Mayor. 1995. Bioresource Technology Journal 51.
Elsevier Ltd.
Yabiku, H.Y., Martins, M.S. and Takahashi, M.Y., (1993). Levels of
benzo [a] pyrene and other polycyclic aromatic hydrocarbons in
liquid smoke flavour and some smoked foods. Author: Citation:
Food-addit-contam. London , Philadelphia : Taylor : &
Francis, c1984-. July/Aug 1993. v. 10 (4) p. 399-405.
Young-Hun Park, Jinsoo Kim, Seung-Soo Kim and Young-Kwon
Park, (2008), Pyrolysis Characteristics and Kinetics of Oak
Trees using Thermogravimetric Analyzer and Micro-tubing
reactor, Bioresource Technology 100: 400-405.21
BIODATA
Nama Lengkap = :_:-E. Pummama Darmadji, Prof.
Dr. Ir. MSc
Tempat/Tyl. Lahir » Youyakarta, 29 Maret 1953
NIP : 131471 477
Jabatan : Guru Besar Madya
(Mulai 1 Descmber 2006)
Golongan :Ivic
Alamat Kantor +; Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Partanian UGM.
JIn. Socio Yusticia, Bulaksumur, Yogyakarta
$5281.
Telepon/Fax : 0274-549650
Alamat Rumah :; Gnya Palem Hijau A-4, Jin. Godean Km 7,
Sidoarum, Yogyakarta 55564
Telepon : 0274-6497431
E-mail > purnadji@'yahoo.com; purnadji(e'ugm.ac.id
Pendidikan .*
No | Gelar, Departemen dan | Kota & | Tahun} Bidang Studi
Universitas Negara | Lulus
1 |Sarjana Muda Teknologi | Yogyakarta] 1974- ;Teknologi
Pengolahan Hasil Indonesia | 1978 | Hasil
Pertanian, Universitas - Pertanian
UGM
2 jSarjana Teknologi Yogyakarta| 1979- ) Teknologi
Pengolahan Hasil Indoncsia | 1981 | Hasil
Pertanian UGM Pertanian22
No | Gelar, Departemen dan | Kota & |Tahun| Bidang Studi
Universitas Negara | Lulus
3 |Master of Science in Okayama | 1988- | Agric.Product
Agriculture Product Japan 1990 | Technology
Technology Okayama
Univ.
4 — | Doctor in Science for Okayama | 1991- | Agric.Product
Engineering and Japan 1994 | Technology
Agricultural Technology ,
Okayama Univ.
Riwayat Pekerjaan
‘Tabun
Pekerjaan
1985-Sekarang
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian, UGM
1996-Sekarang
Dosen Pasca Sarjana Fakultas Teknologi
Pertanian UGM
1996-Sckarang,
Staf Peneliti Pusat Studi Hmu Pangan dan Gizi
UGM
1998 - 2000 Ketua Lab. Rekayasa Proses Pengolahan FTP-
UGM
1999 - 2006 Ketua Redaksi Jumal AGRITECH , FTP- UGM
1999 — 2000 Task Force Program QUE Jurusan TPHP-UGM.
2000-Sekarany | Reviewer Jumal AGRITECH
2000 — 2002 Ketua Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil
Pertanian FTP-UGM.
2002 ~ 2006 Ketua Lab Rekayasa Proses Pengolahan FTP-
UGM
2006 — 2008 Task Force Program PHK B, Jurusan TPHP-UGM.
2006-Sekarang
Ketua Program Studi S-2 Teknologi Hasil
Perkebunan FTP-UGM.
2007-Sekarang
Reviewer Penelitian, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UGM23
Pengalaman Riset (5 Tahun)
1 | Produksi Biopreservatif asap cair Limbah ) 2004 s/d 2006
Cangkang Sawit dan aplikasinya untuk
bidang pangan, hasil perkebunan dan
kehutanan. (Hibah = Penelitian = Tim
Pascasarjana |], DIKTI). Peneliti Utama
2 | Produksi Phenol Glue dan White Charcoal | 2007 s/d 2008
dari Asap cair Limbah Sekam Padi
(Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian
dengan Perguruan Tinggi), Peneliti Utama
3 | Pembuatan Prototype Bio-preservative asap | 2007 s/d 2009
cair, evaluasi keamanan dan profil Industri
sebagai pengawet alternatif pengganti
formalin, (Program — Insentif — terapan
Kementerian Ristek) Peneliti Utama
Publikasi IImiah
Darmadji, P. dan Sti Rahardjo (2002). Production and purification of
Liquid smoke from waste of coconut shel! and its potential as
antiomocrobial, antioxidant, browning and coagulating agent.
Proceeding of the International Conference on Innovations in
Food Processing Technology and Engineering. 11-13 December
2003. Asian Institut of Technology, Bangkok, Thailand.
Darmadji, P. (2004) Benzopyrene of liquid smoke from coconut shell
during production, purification and powdering. 2004. Asean
Food and safety Seminar, Bali
Kuntyahyawati dan Darmadji, P. (2005) Identification of volatile
compound of liquid smoke from tobacco leaf. Agritech Vol 24
NO 1, 2005.
Daniel Apituley, Darmadji, P. dan Zuheid Noor (2005).
Penghambatan asap cair terhadap oksidasi protein ikan daging
merah dan daging putih. 2006. AgritechVol. 25(4), 2005
Muhamad Halim, Darmadji, P., dan Retno Indrati (2005). Fraksinasi
dan identifikasi senyawa volati! asap cair cangkang sawit,
Agritech, 25(3), 200524
Muhamad Halim, Darmadji, P., dan Retno Indrati (2006) Aktivitas
Biopreservatif asap cair asap cair cangkang sawit dalam
menghambat bakteri pathogen dan pembusuk. Biosains, 19(1)
Darmadji. P. (2006) Perancangan Penanganan Sampah Kota dengan
Teknologi Asap cair. Agritech Vol 26(1), 2006
Darmadji, P. dan H. Triyudianto (2006), Kadar benzopyrene selama
proses pemurmian asap cair dan simulasi akumulasinya pada
proses perendaman ikan. Agritech 26(2), 2006.
Darmadji. P., Zuheid Noor dan Gentur Sutapa (2004-2006). Produksi
asap cair dari limbah cangkang sawit dan aplikasinya untuk
pengawet pangan, koagulan lateks, pengawet kayu, pembuatan
Jem dan substitusi minyak bakar. “Laporan Penelitian Hibah
Bersaing Pasca-sarjana, DIKTL , 2004-2006.
Darmadji, P.,Y. Pranoto, R. Rahmat dan §. Nugroho (2007-2008),
Produksi Phenol Glue dan White Charcoal dari limbah sekam
Padi. Laporan Tahun ke II Penelitian Kemitraan Depian dan
Perguruan Tinggi,
Darmadji, P., Y. Marsono dan Suparmo (2007-2009), Pembuatan
Prototype Bio-preservative asap cair, cvalunsi keamanan dan
profil Industri sebagai pengawet alternatif pengganti formalin.
Laporan Tahun If Program Insentif Terapan, Kementerian
Ristek. (2007-2009)
Beta Desirani dan Darmadji, P., (2008). Pengembangan produk
kacang bawang bercitarasa asap dengan teknologi inovatif asap
cair. Proceeding Seminar Nasional Pangan, Persatuan Alli
Teknologi Pangan indonesia,-Yogyakarta 17 Januari 2008
Nagroho Dwi Saputro dan Darmadji, P., (2008). Diversifikasi produk
tortilla dengan aplikasi asap air sebagai sumber cita rasa rasa
asap. Proceeding Seminar Nasional Pangan, Persatuan Ahi
Teknologi Pangan Indonesia,. Yogyakarta 17 Januari 2008
Mahendra Dwi Heslirianto dan Darmadji, P.. (2008). Diversifikasi
cita rasa kacang telur dengan aplikasi penambahan asap cair
tempurung kelapa. Proceeding Seminar Nasiona! Pangan,
Persatuan Ahli Teknologi Pangan, Indonesia, Yogyakarta 17
Januari 2008