Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Rombel 1
Pendidikan Kimia 2013
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang, 2014
Abstrak
PT Sri Rejeki Isman atau dikenal dengan Sritex merupakan pabrik tekstil yang telah
diakui dunia internasional. Kualitas hasil produksi pabrik ini baik berupa bahan mentah,
seperti benang, serta bahan jadi, seperti garmen, sudah berstandar internasional. Pabrik
yang mempekerjakan lebih dari 45.000 pegawai ini tentu dalam proses produksinya
membutuhkan komponen-komponen yang saling mendukung.
Kata Kunci:
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT Sri Rejeki Isman (Sritex) merupakan sebuah parbik tekstil yang suskses, dimana
hasil produksinya sudah diakui dunia internasional. Perusahaan tekstil terbesar se-Asia
Tenggara, yang berada di Sukoharjo, Jawa Tengah ini memproduksi berbagai produk
global. Misalnya di sektor pakain jadi (garmen), beberapa produk fashion terkenal seperti
Zara, Guess, dan Timberland juga diproduksi di pabrik ini. Pabrik ini juga memproduksi
pakaian militer yang saat ini telah digunakan oleh lebih dari 30 negara. Tentunya tidak
sembarang pakaian militer yang diproduksi, namun seragam tersebut memiliki
kemampuan yang luar biasa, misalnya seragam militer anti peluru, anti nyamuk, anti air,
anti radiasi, dan lain sebagainya. Pabrik Sritex ini dibangun oleh H.M. Lukminto,
merupakan seorang tokoh yang luar biasa. Perjuangannya dalam mendirikan pabrik
dengan mesin paling modern dimulai dari usaha dagang tekstil yang diberi nama "Sri
Redjeki"
yang
didirikan
pada
1966
di
pasar
Klewer,
Solo,
Jawa
batubara. Sumber energi batubara masih tetap digunakan oleh pabrik Sritex ini untuk
boiler dan steamboat. Sumber energi minyak solar hanya digunakan sebagai
cadangan. Solar digunakan untuk mengaktifkan genset apabila sewaktu-waktu
terjadi pemadaman listrik. Ketika listrik padam, maka tugas pengoperasian mesinmesin pabrik langsung segera dialihkan ke genset, karena apabila tidak ada genset
ketika listrik padam, pabrik dapat mengalami kerugian tidak hanya ratusan juta,
melainkan sampai miliaran rupiah dikarenakan rata-rata semua alat bekerja dengan
menggunakan energi listrik. Sebenarnya, pabrik ini sempat mencanangkan untuk
menggunakan energi batubara sebagai sumber energi utamanya, dikarenakan
batubara lebih murah dan masih banyak tersedia di alam sehingga mudah didapat,
namun hal ini ditolak oleh masyarakat setempat. Masyarakat di sekitar pabrik takut
terkena dampak dari batubara karena tentu limbah yang dihasilkan berbahaya.
Batu bara merupakan salah satu sumber energi termurah dan paling penting,
yang memasok 41% produksi listrik di seluruh dunia, termasuk pada PT Sri Rejeki
Isman Tbk ini. Alasan utama penggunaan batu bara sebagai batu bakar adalah karena
dari segi ekonomi, pengeluaran yang diperlukan untuk bahan bakar adalah murah,
dengan pengeluaran total Rp60.000,00 dalam satu tahun. Dari analisis ekonomi di
atas, setelah sekitar 6 bulan pemakaian batu bara, pengguna batu bara diperkirakan
sudah mampu menekan pengeluaran total dibandingkan dengan yang lain.
Namun, penggunaan batu bara sendiri juga memiliki dampak negatif, yaitu
antara lain yang pertama menimbulkan pencemaran air. Permukaan batu bara yang
mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air menghasilkan asam sulfat
yang tinggi sehingga menyebabkan ikan-ikan mati karena perubahan pH secara
drastis dalam biotanya. Dampak negatif yang kedua adalah pencemaran udara.
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan.
Dapat menimbulkan penyakit bronchitis, pneumonia, serta penyakit kronis seperti
asma dan bronchitis. Dampak ketiga yaitu pencemaran tanah, yang dapat
menimbulkan degradasi kualitas tanah, pengubahan pemanfaatan lahan, dan
menghancurkan profil tanah genetik.
Sebenarnya, langkah untuk mengkonversi sumber daya listrik menjadi sumber
daya batubara merupakan langkah yang disarankan oleh pemerintah. Dalam
mengatasi limbah itu, digunakan bottom ass, semacam container yang berisi limbah
untuk kemudian dikirim ke Cirebon untuk diolah kembali. Namun tentu langkah ini
tidak efisien, karena juga harus keluar biaya untuk memindahkan limbah tersebut.
Saran pemerintah baik, namun tidak disertai dengan fasilitasi, sehingga sulit untuk
5
dijalankan, maka pabrik ini lebih cenderung untuk menggunakan listrik daripada
sumber energi lain.
3. Persediaan Bahan Baku
Jenis dan Mutu Bahan Baku
Jenis bahan baku yang digunakan untuk memproduksi benang tekstil adalah
rayon, polyester, dan cotton. Di PT Sritex bahan baku tersebut berasal dari luar
negeri, seperti Afrika, Amerika, dan Saudi Arabia. Sementara untuk bahan baku
local yang digunakan berasal dari Bandung dan Purwakarta.
Persyaratan mutu bahan baku yang harus dipenuhi untuk memproduksi benang
tekstil, antara lain.
a. Grade
Grade ditentukan oleh tiga factor, yaitu warna, kotoran pada kapas berupa
pecahan biji, daun dan batang kering. Grade kapas akan mempengaruhi mutu
benang yang akan diproses dan hasilnya.
b. Panjang serat
Panjang atau pendeknya serat berpengaruh pada kemampuan serat untuk dibuat
menjadi suatu nomor benang tertentu. Umumnya panjang serat berkisar antara 1
3/32 - .
c. Karakteristik kapas
Sifat kapas ditentukan oleh.
1) Kekuatan serat, berpengaruh pada kekuatan benang. Kekuatan serat
dipengaruhi oleh tua mudanya serat. Kapas yang muda biasanya sangat halus
dan kekuatannya rendah.
2) Kehalusan serat, merupakan salah satu factor yang penting di dalam proses
pemintalan. Kehalusan serat juga dipengaruhi tua mudanya serat.
d. Kandungan air
Kandungan air di dalam kapas bervariasi tergantung dari jenis bahannya. Apabila
bahan baku tersebut kandungan airnya terlalu tinggi, maka prosesnya akan
menjadi kurang lancar.
e. Trash
Trash adalah presentase kandungan kotoran yang terdiri dari potongan-potongan
daun, ranting, batang, maupun biji kapas.
Tabel 1. Jenis dan mutu bahan baku
Jenis
Kekuatan
baku
Rayoon
Polyester
Catton
()
44-49
110-115
85-92
Sumber : Unit Spinning I/II PT Sritex, 2003
25-38
20-38
28-40
1.20-1.50
1.10-1.40
1.10-1.20
Bahan baku yang digunakan adalah rayon, polyester, dan cotton. Pengadaan
bahan baku dilakukan oleh bagian produksi dengan mempertimbangkan persediaan di
gudang. Apabila persediaan terbatas untuk beberapa bulan kedepan, maka segera
dibuat formulir permintaan barang. Sedangkan pengendalian mutunya dilakukan
sebelum bahan bak dipesan dengan pengujian laboratorium berupa contoh bahan baku
yang ditawarkan pihak pemasok. Frekuensi pemesanan untuk seluruh jenis bahan baku
selama satu tahun adalah 113 kali. Biasanya bahan baku ini diimpor dari negaranegara seperti : Australia, Kanada, Amerika, China, dan Brazil. Ini dikarenakan bahan
baku yang ada di Indonesia belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh
perusahaan. Namun rencananya, anak perusahaan akan mengupayakan produksi serat
rayon secara mandiri untuk keperluan perusahaan. Contoh upaya yang akan dilakukan
adalah dengan menanam pohon ekaliptus di lahan yang berada di Pulau Sumatera dan
Kalimantan.
Bahan baku rayon, polyester, dan cotton yang digunakan pada unit I/II
disesuaikan dengan rencana produksi bulanan yang telah disetujui oleh Manager
Spinning. Namun dalam pelaksanaan produksi, kadang tidak tepat sama dengan
perancanaan produksi yang telah ditentukan sebelumnya karena beberapa hal, seperti
kerusakan mesin atau situasi-situasi lain.
Rataan pemakaian bulanan dan simpangan baku rayon, polyester, dan cotton
pada tahun 2003 dapat dilihat pada tabel.
Jenis Bahan Baku
Rataan
(ton)
Rayon Indobharat
150,473
Poly Indorama
147,671
Poly Grisuten
0,165
Poly Saudi Arabia
24,979
Cotton West Africa
98,812
Cotton Amerika Pima
2,146
Cotton Australia Andy
19,979
Cotton Amerika SJV 8,907
Acala
Pemakaian jenis bahan baku terbesar adalah Rayon Indobharat. Adapun biaya
penyimpanan untuk tiap jenis bahan. Biaya penyimpanan bahan baku terbesar adalah
bahan baku Cotton Amerika Pima. Hal ini disebabkan karena cotton merupakan bahan
7
baku yang harganya mahal dan jenis ini dibeli secara lokal sehingga biaya asuransi
persediaannya tinggi.
Pengendalian persediaan bahan baku dilakukan oleh departemen pembelian,
unit spinning, dan departemen gudang. Fungsi persediaan bagi perusahaan adalah
antisipasi yang berguna untuk menghadapi ketidakpastian permintaan, jangka waktu
pengiriman dan pesanan selama periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan
persediaan pengaman untuk menjaga kelancaran proses produksi.
Perusahaan menggunakan sistem PRISM yaitu sistem informasi dengan
perangkat komputer mengenai produksi, logistik dan keuangan. Melalui sistem ini,
kepala departemen dapat melihat kondisi bahan baku, produksi harian, dan status
jadwal produksi. Sistem penilaian bahan baku dilakukan dengan sistem FIFO (First In
First Out), yaitu bahan baku yang pertama datang akan digunakan terlebih dahulu agar
tidak terjadi penurunan mtu bahan baku karena penyimpanan.
4. Proses Produksi Olahan Pabrik Sritex
Pemintalan (Spinning)
Pembagian
berputar
mengubah
serat
menjadi
benang.
Sritex
terus
meningkatkan produksi melalui peningkatan dengan negara terbaru dari mesin &
teknologi seni. Terdiri dari 9 pabrik pemintalan dengan total 4.000 karyawan.
Pembagian berputar didukung oleh 2.500 mesin dengan lebih dari 320.000 cincin
spindle & mesin dimodifikasi diimpor dari Asia & Eropa. Kapasitas produksi 353.000
bal benang / tahun.
Penenunan (Weaving)
Tenun, mengubah benang menjadi kain. menggunakan teknologi yang luar
biasa untuk menghasilkan berbagai jenis kain dengan ringan, menengah dan
konstruksi berat. Terdiri dari 4.000 karyawan dengan 2.600 mesin tenun, termasuk alat
tenun kecepatan tinggi. Kapasitas produksi adalah 120.000.000 meter kain/tahun.
Pencelupan dan Percetakan
Dengan lebih dari 45 tahun pengalaman dalam pencelupan dan Percetakan,
Sritex telah menjadi model peran dunia perusahaan tekstil berkelas. Pencelupan &
pencetakan mengubah kain mentah menjadi kain jadii. Terdiri dari 1.000 karyawan
dan didukung oleh 3 jalur produksi pencelupan, 9 mesin cetak rotary, 12 mesin jet
pencelupan, 9 mesin stenter dengan kapasitas produksi 120.000.000 meter / tahun.
Garmen
8
Material :
-Cotton
-Rayon
-Polyester
SPINNING
Blowing/Mixing,Cording,Drawing,
Combing,Roving, Ring Spinning,
Winding
Material :
-Yarn
Material :
WEAVING
Worping,Sizing, Beaming,Bobbiner
Winding, Twisting Steaming, Pirn
Winding,Reaching Tying
FINISHING
Desizing,
Singing,
Batching,
Scouring, Bleaching, Costicsize,
Heat Setting, RFP,Dying,Printing,
Steaming,Washing
GARMENT
Marker,Spreading,
Numbering
Pressing,
Sewing, Finishing
Produk Akhir
10
Cutting,
border,
Produk Samping/
Limbah
Terdapat tiga jenis limbah di PT. SRITEX: limbah padat (sisa kemasan, bahan
baku, dan sisa penggunaan batubara), limbah cair (dari proses dyeing, printing, dan
finishing), dan limbah emisi (cerobong asap boiler). Teknis pengolahan limbah di
PT. SRITEX adalah melalui cara kimia-fisika (primary treatment), lalu cara biologi
(secondary treatment), kemudian cara lanjutan dengan lumpur aktif (sludge/tertiary
treatment).
A. Pengolahan primer atau primary treatment
Di dalam suatu instalasi pengolahan air limbah merupakan tahapan yang
berfungsi untuk menyisihkan polutan yang berupa padatan (solids). Padatan
yang dimaksud yaitu padatan yang dapat mengendap (settleable solids) maupun
padatan yang dapat terapung (floatable solids). Mekanisme penyisihan padatan
di dalam pengolahan primer dilakukan melalui proses fisika yang dapat berupa
pengendapan (settling, sedimentation) atau pengapungan (flotation).Tangki
pengendapan didesain sedemikian rupa agar air limbah memiliki kecepatan
aliran yang cukup rendah sehingga memungkinkan padatan untuk mengendap.
Tangki pengendapan yang didesain dan dioperasikan secara efisien dapat
menyisihkan 50 hingga 70 persen suspended solids dan 25 hingga 40 persen
BOD (biochemical oxygen demand) dari dalam air limbah (Metcalf&Eddy,
2003). Untuk meningkatkan kemampuan pengendapan, ada kalanya dilakukan
proses penambahan bahan kimia sebelum air limbah memasuki tangki
pengendapan. Penambahan bahan kimia ini akan menghasilkan flok yang
memiliki berat jenis lebih besar sehingga padatan lebih mudah diendapkan.Pada
proses flotasi, gelembung udara diinjeksikan ke dalam tangki untuk
mengapungkan padatan sehingga mudah disisihkan. Dengan adanya gaya dorong
dari gelembung tersebut, padatan yang berat jenisnya lebih tinggi dari air akan
terdorong ke permukaan. Demikian pula halnya dengan padatan yang berat
jenisnya lebih rendah daripada air. Hal ini merupakan keunggulan teknik flotasi
dibanding pengendapan karena dengan flotasi partikel yang ringan dapat
disisihkan dalam waktu yang bersamaan.
B. Secondary Treatment
Pengolahan kedua menurunkan BOD
pengolahan pertama, dan pengolahan terhadap suspensi solid (adalah semua zat
padat seperti pasir, lumpur, tanah liat atau partikel-partikel yang tersuspensi
dalam air dan dapat berupa komonen hidup / biotik seperti fitoplankton,
zooplankton, bakteri, fungi ataupun komponen mati/ abiotik seperti detrius dan
11
Bakteri akan
Proses Anaerobik
Zat organik diuraikan tanpa kehadiran oksigen. Hasil akhir yang dominan
dari proses anaerobik ialah biogas (campuran methane dan carbon dioksida),
uap air serta sedikit exces sluges.
C. Tertiary Treatment
12
dan porositas yang optimal maka dapat dilakukan dengan memvariasikan komposisi
fly ash 20%, komposisi pasir:semen 8:0.75 dan pengadukan 4 menit.
Dalam mengolah libah tekstil, perusahaan ini cukup handal dalam
menanganinya, mereka dapat menjual limbah untuk dapat dijual kembali. Limbah
tersebut dalam bentuk benang dan serat. Benang dapat dijual kepada para penjual
boneka untuk menjadi isi dari boneka yang diproduksi. Sedangkan serat dapat dijual
kepada pabrik kapas untuk diolah menjadi kapas kecantikan.
Sritex selalu mengutamakan kegiatan-kegiatan kepedulian sosial, atau yang
lebih dikenal sebagai dalam Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan-kegiatan
CSR di PT. Sritex dibagi menjadi dua kategori, CSR lingkungan dan CSR masyarakat.
Dalam CSR lingkungan, Sritex telah mengembangkan teknologi pengelolaan limbah.
Perlindungan terhadap ekologi adalah kunci utama dibalik inovasi Sritex dalam
mengelola fasilitas pengolahan limbah. Sritex terus mengembangkan inovasi di bidang
teknologi pengolahan limbah untuk mendukung pengolahan sisa limbah sesuai dengan
peraturan internasional mengenai lingkungan. Unit Pengelolaan Limbah (UPL) Sritex
telah mendapat sertifikat Biru dari Departemen Lingkungan Hidup. Jadi tak ada lagi
pembuangan limbah ke sungai.
III. PENUTUP
14
3.1
Kesimpulan
1. Kebehasilan PT Sritex tak lepas dari peran kepemimpinan para pemimpin
perusahaan melalui struktur organisasi yang jelas.
2. Pada saat ini, industri serat sintetis menggunakan energi dari PLN (40%) dan
dari pembangkit listrik sendiri (60%), namun masih terus diupayakan
penggunaan sumber energi yang dapat lebih maksimal.
3. Bahan baku yang digunakan PT Sritex berupa rayon, polyester, dan cotton
berasal dari luar negeri karena memempertimbangkan kualitas dari bahan baku
itu sendiri.
4. Proses produksi di PT Sritex meliputi pemintalan, penenunan, pencelupan dan
percetakan.
5. Terdapat tiga jenis limbah di PT. SRITEX: limbah padat, limbah cair,
dan limbah emisi. Teknis pengolahan limbah di PT. SRITEX adalah
melalui cara kimia-fisika (primary treatment), lalu cara biologi
(secondary treatment), kemudian cara lanjutan dengan lumpur aktif
(sludge/tertiary treatment).
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
(www.kemenperin.go.id)
15