You are on page 1of 11

ISSN 1978-9513

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

KONDISI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK, BANTEN


BERDASARKAN INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS BENTHOS
Imran Said L Tobing
Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta

ABSTRACT
Knowledge of aquatic environmental condition is important, not only to assess its
habitat function, but also its prospect in sustainable use of natural resources.
Assessment can be done using various methods, one of these is based on benthic
diversity index. This method possibly one of the best because benthos is bottom
dweller, which rarely migrate in case of environmental condition change. Thereby
the diversity index truly reflects its community condition. Accordingly, this research
was conducted to know the condition of coastal water around Merak, Banten,
based on benthic diversity index. There were 22 benthic species found (12 14
species per station), included bivalvia, gastropods, scaphopods, echinoids and
foraminiferas; and the most abundant species found were foraminiferas and
molluscs (bivalvia). Diversity index of benthos at two research station near
Samangraya were classified as middle class, while that at two research station near
Terate were classified as high. This indicates that the coastal water around Merak
is still in relatively good condition; and should be looked after to maintain its
productivity.
Key words : benthos, diversity, condition, coastal, Merak

PENDAHULUAN
Perairan pantai sangat penting
sebagai habitat berbagai jenis organisme.
Perairan
pantai
merupakan
daerah
peralihan antara perairan tawar dan laut,
terutama di daerah-daerah dekat muara
sungai. Sebagai daerah peralihan; perairan
pantai mempunyai kekayaan organisme
yang relatif tinggi, sehingga sangat
potensial untuk dijaga agar kondisinya
tetap dalam keadaan baik.
Kondisi
perairan pantai yang baik, tidak hanya akan
menguntungkan secara ekologis, tetapi juga
merupakan sumber penghidupan bagi
masyarakat; baik secara langsung bagi
masyarakat nelayan maupun secara tidak
langsung bagi masyarakat lainnya.

Tobing ISL

Kondisi suatu perairan dapat dinilai


dengan berbagai metode dan berbagai
sudut pandang.
Pendugaan kondisi
perairan dapat dilakukan berdasarkan sifat
fisika-kimia air maupun berdasarkan data
biotik penghuni perairan tersebut. Sifatsifat ini akan saling berinteraksi dan saling
pengaruh mempengaruhi satu salam lain
secara kompleks; sehingga kondisi fisik
dan/atau kimiawi akan mempengaruhi
kondisi biotik; demikian juga sebaliknya,
bahwa kondisi biotik juga dapat
mempengaruhi kondisi fisik dan/atau
kimiawi suatu perairan. Berbagai jenis
organisme dapat digunakan sebagai
indikator penduga kondisi (kualitas) suatu
perairan;
baik
jenis-jenis
plankton
(fitoplankton dan zooplankton), benthos,
nekton maupun organisme aquatik lainnya.

31

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Setiap jenis atau golongan organisme


masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan untuk digunakan sebagai objek
penduga kondisi perairan. Namun secara
umum, benthos mempunyai kelebihan
karena sifat hidupnya yang relatif menetap
di dasar perairan, sehingga perubahan
kondisi habitat akan berpengaruh lebih
nyata karena sifat benthos yang relatif tidak
bermigrasi. Oleh karena itulah, penelitian
ini memilih benthos sebagai objek penduga
kondisi perairan di Merak, Banten.
Parameter yang digunakan untuk
penilaian juga bervariasi; dapat berupa
keberadaan (kehadiran) suatu jenis tertentu
(bioindikator), kelimpahan populasi, dan
keanekaragaman jenis organisme dalam
suatu badan air. Penggunaan jenis tertentu
sebagai bioindikator dilakukan dengan
eksplorasi kehadiran jenis-jenis sensitif
dan/atau jenis-jenis yang mempunyai daya
toleransi luas terhadap perubahan kondisi
lingkungan. Kehadiran jenis-jenis sensitif
dapat
merupakan
indikasi
kualitas
lingkungan perairan masih baik; sebaliknya
ketidak hadiran jenis-jenis sensitif dan/atau
banyaknya jenis-jenis toleran dapat
merupakan indikasi buruknya kualitas
lingkungan perairan. Selanjutnya, populasi
yang melimpah merupakan indikasi bahwa
kondisi lingkungan yang baik; tetapi ini
hanya berlaku (baik) bagi jenis itu sendiri,
kecuali populasi yang melimpah terjadi
pada sebagian besar jenis penghuni. Hal
ini terjadi karena beberapa jenis benthos
(organisme) hanya dapat hidup dan
berkembangbiak dengan baik dalam lokasi
yang mempunyai kualitas perairan bagus,
tetapi beberapa jenis masih dapat hidup dan
berkembang dengan baik dalam perairan
yang mempunyai kondisi buruk. Bila suatu
jenis organisme (benthos) dapat toleran
terhadap kondisi buruk, maka jenis tersebut
akan berkembang dengan baik karena
sedikitnya kompetitor.

Tobing ISL

Pada penelitian ini, penilaian


kondisi habitat (lingkungan) perairan
dilakukan
menggunakan
parameter
keanekaragaman jenis berupa indeks
keanekaragaman jenis benthos. Parameter
ini mengakomodasi keseimbangan antara
populasi dan jumlah jenis, sehingga
pendugaan kondisi diharapkan akan
menjadi lebih mencerminkan keadaan
sebenarnya. Variasi nilai indeks keanekaragaman akan dikategorikan ke dalam
beberapa tingkatan (Krebs, 1978), dengan
setiap tingkatan menduga kualitas perairan
Semakin buruk kondisi suatu
perairan akan menyebabkan keanekaragaman jenis benthos akan semakin kecil;
karena akan semakin sedikit spesies yang
dapat toleran dan beradaptasi terhadap
kondisi perairan tersebut. Ini terjadi karena
setiap spesies mempunyai rentang atau
daya toleransi tersendiri dalam beradaptasi
terhadap kualitas perairan.
Perairan di sekitar pantai Merak;
dapat mempunyai kondisi berbeda-beda
antar berbagai lokasi, tidak hanya karena
pengaruh geografis tetapi juga karena
pengaruh aktivitas manusia. Perbedaan ini
tentunya akan dapat menjadi sumber
penyebab bagi keanekaragaman jenis
organisme penghuni, termasuk organisme
benthos. Oleh karena itu, penelitian ini
akan mendata beberapa parameter kondisi
fisik perairan yang dianggap dapat menjadi
kendala bagi kelangsungan hidup benthos.
Namun demikian, belum diketahui :
seberapa besar perbedaan kondisi fisik
antar lokasi dalam kawasan perairan sekitar
pantai Merak ? Apakah terdapat perbedaan
jenis-jenis benthos pada lokasi berbeda
dan/atau saat pasang dan surut di perairan
sekitar pantai Merak ? Apakah variasi
kondisi fisik telah berpengaruh terhadap
dinamika populasi benthos di perairan
sekitar pantai Merak ?
Untuk menjawab permasalahan
yang ada maka penelitian ini dilakukan
32

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

dengan tujuan untuk mengetahui dan


memahami kondisi fisik perairan, serta
kondisi biotik (keanekaragaman benthos)
perairan di sekitar pantai Merak, Banten.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah terdapat perbedaan indeks
keanekaragaman benthos; baik antar lokasi
maupun antara saat pasang dan surut, di
perairan sekitar pantai Merak, Banten.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai
patokan
penilaian
kondisi
lingkungan perairan Merak dalam upaya
mempertahankan dan/atau meningkatkan
potensinya sebagai habitat berbagai jenis
organisme aquatik serta fungsinya sebagai
sumber kehidupan bagi masyarakat.

METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan
perairan pantai sekitar Merak, Banten.
Pengambilan sampel ditetapkan di 2 (dua)
lokasi lokasi yaitu : Lokasi I adalah di
daerah perairan sekitar Krakatau Steel
Samangraya, dan Lokasi II adalah di daerah
perairan sekitar Terate Teluk Banten.
Sampling di setiap lokasi dilakukan di 2
(dua) stasion. Stasion pengambilan sampel
di Lokasi I berada pada posisi 1050 85
55 BT dan 050 55 13 LS (Stasion 1)
serta pada posisi 1050 58 55 BT dan 050
54 00 LS (Stasion 2). Selanjutnya,
stasion pengambilan sampel di Lokasi II
berada pada posisi 1060 08 42 BT dan
050 57 53 LS (Stasion 1) serta pada posisi
1060 11 24 BT dan 050 55 37 LS
(Stasion 2).

untuk memeriksa keberadaan benthos.


Selanjutnya alat yang digunakan meliputi :
Eckman Grap untuk mengambil lumpur;
kantong plastik untuk menampung lumpur;
perlengkapan selam untuk membantu
penyelam mengambil lumpur di lepas
pantai; coolbox untuk menyimpan sample
agar tidak rusak.

C. Cara Kerja
Sampling dilakukan dua kali di
setiap stasion penelitian yang telah
ditetapkan pada waktu yang berbeda yaitu
saat kondisi perairan sedang pasang dan
saat kondisi perairan sedang surut.
Pengambilan sampel lumpur untuk
mengetahui dan mendeteksi keberadaan
dan kelimpahan benthos dilakukan
menggunakan eckman grap.
Namun
demikian, pengambilan sampel lumpur di
daerah lepas pantai, penggunaan eckman
grap menjadi tidak efektif karena derasnya
arus (gelombang) yang mengakibatkan
terbawanya alat (eckman grap).
Oleh
karena itu; pengambilan sampel lumpur di
daerah lepas pantai dilakukan dengan
pengambilan langsung (menyelam) dari
dasar perairan. Penyelaman juga digunakan
untuk mengetahui kondisi dasar perairan,
baik kondisi secara fisik maupun kondisi
secara biotik.
Sampel lumpur yang diambil di
setiap stasion, dimasukkan ke dalam
kantong plastik transfaran dan diberi
pengawet (alkohol) untuk menghindari
terjadinya
pembusukan
organisme
(benthos) yang terdapat dalam sampel.
Sampel lumpur disimpan di dalam coolbox
untuk menghindari terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan selama dalam perjalanan.

B. Bahan dan alat penelitian


D. Analisis sampel dan data
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah : alkohol sebagai
bahan pengawet sampel tanah (lumpur)
Tobing ISL

Sampel lumpur yang diambil dari


setiap stasion, diperiksa di laboratorium
33

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

untuk mengetahui keberadaan (identifikasi


jenis) benthos yang hidup di dasar perairan.
Data semua taksa yang ditemukan beserta
jumlah individu / kelimpahan setiap taksa
benthos ditabulasikan berdasarkan periode
sampling (saat kondisi pasang dan saat
kondisi surut) pada masing-masing stasion
(stasion 1 atau stasion 2) di setiap lokasi
penelitian.
Analisis data dilakukan menggunakan Indeks Keanekaragaman ShannonWiener dan nilai Equitabilitas untuk
mengetahui kondisi perairan berdasarkan
kekayaan jenis dan kekayaan individu
setiap
jenis
(Magurran,
1988).
Keseimbangan kedua parameter yang
tercermin dalam indeks keanekaragaman
dijadikan sebagai indikasi kestabilan

ekosistem perairan. Semakin tinggi nilai


indeks
keanekaragaman
merupakan
indikasi bahwa semakin stabil suatu
ekosistem perairan.
Selanjutnya untuk
mengetahui keseragaman jenis benthos di
suatu stasion dilakukan analisis tentang
equitabilitas.
Nilai equitabilitas akan
dimanfaatkan untuk menilai terjadi /
tidaknya keseragaman benthos di suatu
stasion; sekaligus untuk menyimpulkan ada
tidaknya suatu jenis atau taxa yang
dominan di suatu stasion.
Indeks
Keanekaragaman
yang
diperoleh dalam penelitian akan dibandingkan dengan tiga kategori (Tabel 1) yang
ditetapkan oleh Krebs (1978) untuk menilai
tinggi-rendahnya keanekaragaman benthos
di suatu habitat.

Tabel 1. Kategori indeks keanekaragaman

Nilai H

Kategori

0 H 1

: Keanekaragaman Rendah

1 H 3

: Keanekaragaman Sedang

H > 3

: Keanekaragaman Tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN


A.

Kondisi dasar perairan pantai


sekitar Merak

Secara umum, kondisi dasar


perairan pantai sekitar Merak Banten
mempunyai kedalaman dan kekeruhan
bervariasi. Lokasi Samangraya mempunyai
perairan lebih dalam (35 40 meter)
dibandingkan dengan perairan Terate (11
meter). Dasar perairan di Terate adalah
berlumpur, sedangkan di Samangraya
adalah pasir bercampur lumpur (sebelah
Tobing ISL

barat pulau Temposo) serta pasir


bercampur pecahan karang (sekitar
Krakatau Steel) (Tabel 2). Dasar perairan
berlumpur di Lokasi II (perairan pantai
Terate) menyebabkan perairan menjadi
keruh karena terjadinya pengadukan air
oleh gelombang, sehingga jarak pandang
hanya 2 meter; namun di Lokasi I
(Samangraya) yang mempunyai kedalaman
35 40 meter, jarak pandang masih dapat
mencapai 5 meter. Terhalangnya jarak
pandang
mengakibatkan
pengamatan
terhadap biota penghuni menjadi sulit
dilakukan; namun demikian pada Lokasi I

34

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Stasion 2 dan Lokasi II Stasion 2 masih

terdeteksi adanya kehidupan makro algae.

Tabel 2. Kondisi dasar perairan pantai sekitar Merak, Banten

Lokasi I (Samangraya)
No

Kriteria

Lokasi II (Terate)

Stasion 1

Stasion 2

Stasion 1

Stasion 2

35 M

40 M

11 M

11 M

2. Dasar perairan

Pasir dan karang

Pasir dan lumpur

Lumpur

Lumpur

3. Jarak pandang

5M

5M

1,5 M

2M

1. Kedalaman

4. Biota

Kehadiran makro algae di perairan


pantai sekitar Merak merupakan suatu
bukti bahwa perairan tersebut masih dapat
berfungsi sebagai habitat bagi berbagai
jenis biota aquatik, karena algae sebagai
salah satu produsen yang merupakan
sumber
pakan
bagi
hewan-hewan
konsumen masih dapat bertahan hidup.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa;
secara ekologis, perairan pantai sekitar
Merak masih mempunyai kondisi yang
relatif
stabil.
Pendapat
senada
dikemukakan oleh Handayani dan Tobing
(2008); berdasarkan hasil penelitian
mereka,
bahwa
indeks
diversitas
fitoplankton di perairan sekitar Merak
Banten tergolong tinggi (lebih besar dari 4)
yang merupakan indikasi terjaganya
keseimbangan lingkungan perairan.
1. Kondisi perairan pantai Samangraya
Hasil
penelitian
berdasarkan
penyelaman di Lokasi I (perairan sekitar
Krakatau Steel - Samangraya) pada Stasion
1, menunjukkan bahwa kondisi dasar
perairan (kedalaman sekitar 35 meter)
merupakan hamparan pasir dan karang
keras, namun demikian tidak terdeteksi
adanya kehidupan terumbu karang.

Tobing ISL

Algae

Algae

Keadaan ini terjadi karena adanya sedimen


di lokasi tersebut yang tidak sesuai (lagi)
dengan
pertumbuhan
karang
yang
kemungkinan
besar
berasal
dari
pengerukan pantai Merak (dan lokasi ini
merupakan jalur yang biasa dilalui oleh
kapal)
sehingga
kemampuan
jarak
pandangpun (visibility) di dalam air hanya
sekitar 5 meter.
Pada lokasi penyelaman di Stasion
2 (sebelah barat Pulau Tamposo), kondisi
dasar perairan (kedalaman sekitar 40
meter) merupakan hamparan pasir dan
lumpur. Jenis biologi aquatik yang masih
terdeteksi dapat tumbuh adalah beberapa
makro algae; namun demikian terumbu
karang juga tidak terdeteksi hidup
(tumbuh) di daerah ini.
Tidak
ditemukannya terumbu karang, seperti juga
pada lokasi di sebelah barat Dermaga
Pertamina Merak, mungkin sekali terjadi
karena adanya lumpur (yang terbukti
dengan kemampuan jarak pandang di
perairan hanya sekitar 5 meter). Lumpur
yang menutupi dasar perairan diduga
berasal dari reklamasi pantai Merak yang
merupakan pelabuhan Pertamina.
2. Kondisi perairan pantai Terate

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Hasil penelitian di Lokasi II


(perairan sekitar Terate) menunjukkan
bahwa di Stasion 1 (sebelah selatan Pulau
Panjang), kondisi dasar perairan (pada
kedalaman sekitar 11 meter) merupakan
lumpur tebal yang diperkirakan mencapai
sekitar 1 meter. Pada dasar perairan Terate
tidak ditemukan adanya kehidupan
terumbu karang maupun rumput laut.
Menurut informasi masyarakat setempat
(nelayan setempat), dahulu di sekitar pantai
Terate merupakan kawasan padang rumput
laut, tetapi setelah reklamasi pantai
Bojonegoro
mengakibatkan
sedimen
menumpuk di Terate (kemampuan jarak
pandang hanya sekitar 1,5 meter), sehingga
mengakibatkan perubahan kondisi pantai
Terate dan hilangnya rumput laut dari
kawasan tersebut.
Pada Stasion 2 (sebelah timur laut
Pulau Panjang), kondisi dasar perairan
(pada kedalaman sekitar 11 meter) relatif
sama dengan kondisi di lokasi sebelah
selatan Pulau Panjang (lumpur tebal).
Walaupun
sedimen
juga
relatif
menghalangi penetrasi sinar matahari
(kemampuan jarak pandang sekitar 2
meter), tetapi beberapa makro alga masih
dapat ditemukan hidup. Ini menandakan
bahwa walaupun kondisi perairan sudah
mengalami kekeruhan, tetapi kehidupan
masih berlangsung di kawasan tersebut.

B.

Kondisi perairan berdasarkan


indeks keanekaragaman benthos

Secara umum, hasil penelitian


menunjukkan bahwa di perairan pantai
sekitar Merak (Samangraya dan Terate)
ditemukan 22 jenis benthos. Pada perairan
pantai sekitar Samangraya ditemukan 14
jenis benthos (12 jenis di stasion 1 dan 14
jenis di stasion 2), serta 15 jenis di perairan
pantai sekitar Terate (14 jenis di stasion 1
dan 13 jenis di stasion 2). Jenis-jenis yang
ditemukan umumnya adalah moluska dan
Tobing ISL

foraminifera; sedangkan krustasea hanya


ditemukan 2 jenis serta Echinodea 1jenis
(Tabel Lampiran).
1. Kondisi perairan pantai Samangraya
Kondisi perairan, selain dapat
dinilai dari kesesuaian untuk kehidupan
plankton, juga dapat ditinjau dari segi
kehidupan organisme benthos. Jumlah
jenis benthos yang terdeteksi di perairan
sekitar Samangraya mencapai 14 jenis;
yang terdiri dari Mollusca (6 jenis),
Arthropoda (1 jenis), Echinodermata (1
jenis) dan Protozoa (6 jenis) (Tabel
lampiran). Jenis-jenis tersebut ditemukan
dengan kelimpahan dan keanekaragaman
yang sedikit bervariasi antar stasion. Jenisjenis dari Bivalvia (Mollusca) dan
Foraminifera (Protozoa) umumnya dapat
ditemukan di kedua stasion baik dalam
kondisi perairan sedang pasang maupun
saat kondisi perairan sedang surut.
Selanjutnya populasi setiap jenis benthos
yang ditemukan di perairan Samangraya
sangat bervariasi; yang didominasi oleh
jenis-jenis dari foraminifera.
Bahkan
ditemukan satu jenis foraminifera dengan
populasi (jumlah individu) yang sangat
melimpah, yaitu Operculina sp.
Jenis-jenis benthos yang ditemukan
di Stasion 1 adalah 12 jenis, sedangkan di
Stasion 2 adalah 14 jenis. Jenis-jenis yang
ditemukan umumnya adalah dari golongan
Foraminifera (6 jenis) dan Bivalvia (3
jenis), baik di Stasion 1 maupun di Stasion
2.
Demikian juga halnya dengan
kelimpahan populasi; individu terbanyak
yang ditemukan adalah dari golongan
Foraminifera dan Bivalvia, baik di stasion I
maupun di stasion II (Tabel 3) .
Hasil analisis terhadap jumlah
individu dan jumlah taxa benthos yang
ditemukan di Lokasi I (perairan pantai
sekitar Samangraya), seperti tercantum
pada tabel 3, memperlihatkan bahwa secara
36

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

umum indeks diversitas benthos di kedua


lokasi sampling
termasuk ke dalam
golongan sedang (berkisar antara 1 dan 3),
dengan nilai equitabilitas juga tergolong
sedang (rata-rata berkisar antara 70% dan
80 %) di daerah tersebut. Hasil analisis ini
memberi arti bahwa, populasi jenis-jenis

benthos yang hidup di kawasan tersebut


adalah tersebar relatif tidak merata, yang
tercermin dari tingginya populasi jenisjenis Foraminifera terutama Operculina sp.
yang mendominasi komunitas benthos di
kawasan tersebut, baik di Stasion 1
maupun di Stasion 2.

Tabel 3. Keanekaragaman benthos di perairan pantai Samangraya (Lokasi 1), Merak.

Stasion 1

Stasion 2

Sp

Ind

Sp

1. Bivalvia

12

2. Gastropoda

15

3. Scaphopoda

No

Taxa Benthos

4. Crustacea

Ind

5. Echinoidea

6. Foraminifera

110

1
88

Jumlah
Indeks Diversitas
Equitabilitas

12

126

113

2,26

2,76

0,78

0,77

Hasil analisis ini dapat menjadi


indikasi bahwa perairan pantai sekitar
Samangraya, walaupun kondisinya masih
tergolong kualitas sedang, tetapi sudah
memperlihatkan
terjadnya
ketidak
seimbangan populasi antar spesies benthos
penghuni. Ketidak seimbangan populasi
terjadi karena adanya tekanan lingkungan
yang diantisipasi secara bervariasi oleh
spesies penghuni. Perbedaan kemampuan
toleransi antar spesies terhadap tekanan
lingkungan akan mengakibatkan perbedaan
ukuran populasi.
Populasi dari suatu
spesies toleran akan lebih melimpah
dibandingkan dengan populasi suatu
Tobing ISL

14

spesies sensitif; sehingga terjadi ketidak


seimbangan populasi.
2. Kondisi perairan pantai Terate
Jumlah
jenis
benthos
yang
terdeteksi di perairan pantai sekitar Terate
mencapai 15 jenis; yang terdiri dari
Mollusca (8 jenis), Arthropoda (1 jenis),
dan Protozoa (6 jenis) (Tabel Lampiran);
dengan sedikit variasi antar Stasion.
Kesamaan jenis benthos antar kedua
stasion adalah relatif tinggi; yang
dibuktikan oleh jenis-jenis yang ditemukan
antar stasion adalah relatif sama, kecuali
dua jenis Bivalva (hanya ditemukan di
37

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Stasion 1) dan satu jenis dari Foraminifera


(hanya ditemukan di Stasion 2). Jenis-jenis
benthos yang ditemukan mempunyai
variasi populasi yang tidak jauh berbeda,
dengan populasi relatif tinggi adalah dua
jenis benthos dari Foraminifera yaitu
Quinqueloculina sp. dan Spiroloculina sp.
Benthos yang ditemukan di Stasion
I berjumlah 14 jenis, sedangkan di Stasion

2 berjumlah 13 jenis. Jenis-jenis benthos


yang ditemukan berasal dari empat kelas,
dengan jumlah spesies tertinggi berasal dari
Foraminifera (5 jenis di Stasion 1 dan 6
jenis di Stasion 2) dan Bivalvia (5 jenis di
Stasion 1 dan 3 jenis di Stasion 2).
Demikian juga dengan jumlah individu
terbanyak; berasal dari Foraminifera dan
Bivalvia (Tabel 4).

Tabel 4. Keanekaragaman benthos di perairan pantai Terate (Lokasi 2), Merak.

Stasion 1

Stasion 2

Sp

Ind

Sp

Ind

1. Bivalvia

20

16

2. Gastropoda

3. Crustacea

4. Foraminifera

48

40

14

76

13

66

No

Taxa Benthos

Jumlah
Indeks Diversitas
Equitabilitas

3,32

3,50

0,90

0,94

Hasil analisis terhadap jumlah


individu dan jumlah taxa benthos yang
ditemukan di Lokasi II, seperti tercantum
pada tabel 4, memperlihatkan bahwa secara
umum indeks diversitas benthos di kedua
stasion tergolong tinggi (lebih besar dari 3),
dengan nilai equitabilitas juga tergolong
cukup tinggi (lebih besar dari 80 %) di
kedua stasion tersebut. Hasil analisis ini
memberi arti bahwa, walaupun populasi
setiap jenis benthos yang ditemukan adalah
tersebar relatif kurang merata, tetapi belum
menunjukkan adanya satu jenispun benthos
yang benar-benar mempunyai populasi
ekstrim sehingga mendominasi daerah
perairan di sekitar pantai Terate, Merak.
Hasil analisis ini dapat menjadi
indikasi bahwa perairan pantai sekitar
Tobing ISL

Terate, relatif masih baik bagi berbagai


jenis benthos. Ini memberi arti bahwa
kondisi perairan di kawasan perairan pantai
Terate, adalah relatif baik, sehingga
ekosistem perairan tersebut perlu dijaga
agar tidak menjadi rusak. Bila kondisi
perairan menjadi lebih buruk, maka tidak
hanya komunitas perairan saja yang
menjadi terancam tetapi juga akan
berdampak pada kehidupan masyarakat
sekitar.
Secara umum, perairan pantai
sekitar Merak-Banten relatif mempunyai
kualitas baik sampai kualitas sedang.
Penurunan kualitas perairan di sekitar
Samangraya terjadi karena campur tangan
manusia (pengurukan pantai). Oleh karena
itu, aktivitas manusia yang dapat

38

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

mengakibatkan penurunan kualitas perairan


pantai
sekitar
Merak
harus
dipertimbangkan secara serius; karena
kawasan tersebut merupakan sumber
penghidupan masyarakat sekitar terutama
nelayan.

KESIMPULAN DAN SARAN

wastewater, 14th ed.


AWWA WCF.

APHA

Buckland ST, DR Anderson, KP Burnham


and JL Laake. Distance sampling,
estimating abundance of biological
populations. Chapman and Hall.
London. 1994. 446pp.

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di dua lokasi tersebut, beberapa
hal dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Benthos di perairan pantai sekitar
Merak Banten umumnya adalah jenisjenis dari Foraminifera dan Moluska
(Bivalvia)
2. Kondisi perairan pantai sekitar Terate
mempunyai kualitas lebih baik
dibandingkan perairan pantai sekitar
Samangraya
3. Secara umum, kualitas perairan pantai
sekitar Merak - Banten tergolong baik
sampai sedang sehingga masih
potensial sebagai habitat sehingga perlu
dipertahankan agar produktivitasnya
tetap terjaga

B. Saran
1. Penelitian tentang keanekaragaman dan
kelimpahan ikan sangat perlu dilakukan
sebagai salah satu penilaian potensi
ekonomi perairan pantai sekitar Merak
bagi masyarakat
2. Berbagai aktivitas manusia yang dapat
menurunkan kualitas perairan seyogianya menjadi perhatian, agar tidak
merugikan bagi lingkungan dan
masyarakat sekitar

DAFTAR PUSTAKA
APHA-AWWA-WCS. Standard Methods
for the examination of water and
Tobing ISL

Caughley G and ARE Sinclair. Wildlife


Ecology
and
Management.
Blackwell Science.
Cambridge.
1994. 334pp.
Greenwood JJD. Basic techniques. pp. 11110. In : W. J. Sutherland, ed.
Ecological Census Techniques. A
Handbook. Cambridge University
Press. Cambridge. 1997.
Handayani
S
dan
ISL
Tobing.
Keanekaragaman fitoplankton di
perairan pantai sekitar Merak
Banten dan pantai Penet Lampung.
VIS VITALIS, Jurnal Ilmiah Biologi
01 (1) : 29-33, 2008.
Magurran AE. Ecological Diversity and Its
Measurement.
Croom Helm..
London. Sydney. 1988. 179pp.
Nybakken JW.
Biologi Laut; suatu
pendekatan ekologis. Penerbit PT
Gramedia Jakarta. 1992. 453pp.
Pianka ER. Evolutionary Ecology. Third
Edition. Harper & Row, Publishers
New York. 1983. 415pp.
Sulastri dan DI Hartoto. Phytoplankton
changes in some inland water habitat
of Central Kalimantan, Indonesia.
Berita Biologi, Edisi Khusus :
Wetlands Indonesia-Peat Lands, 5 (3)
: 285 - 297, 2000.

39

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Tabel Lampiran.

Jenis-jenis benthos dan jumlah individu yang ditemukan di perairan pantai


sekitar Samangraya (Lokasi I) dan Terate (Lokasi II), Merak.

Perairan Pantai Samangraya


(Lokasi I)
Stasion 1
Stasion 2

Perairan Pantai Terate


(Lokasi II)
Stasion 1
Stasion 2

No

Golongan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

MOLLUSCA
BIVALVIA
Anadara sp.
Corbula sp.
Donacidae
Gafrarium sp.
Nuculana sp.
Tellina sp.
Veneridae

2
7
3

2
8
5

2
2
3
6
7
-

7
3
6
-

GASTROPODA
Atys sp.
Cerithium sp.
Liloa sp.
Ringicula sp.
Volvulela sp.

1
-

2
2
-

2
1
3

3
2
2

SCAPHOPODA
13. Dentalium sp.

ARTHROPODA
CRUSTACEA
14. Cypridinae sp.
15. Pennaiidae sp.1

2
-

3
-

ECHINODERMATA
16. ECHINOIDEA sp.1

PROTOZOA
FORAMINIFERA
Asterorotalia sp.
Cavarotalia sp.
Operculina sp.
Pseudorotalia sp.
Quinqueloculina sp.
Spiroloculina sp.

11
8
60
17
3
11

12
8
47
5
8
8

7
8
6
15
12

5
2
2
5
15
11

Jumlah taksa

12

14

14

13

8.
9.
10.
11.
12.

17.
18.
19.
20.
21.
22.

14

Tobing ISL

15

39

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Indeks Diversitas
Equitabilitas

Tobing ISL

2,26
0,78

2,76
0,77

3,32
0,90

3,50
0,94

40

You might also like