You are on page 1of 20

[Type text]

BAB II
ISI

1. Sejarah Arab Pra Islam ; Asal usul dan tinjauan geografis


Menurut bahasa, Arab artinya padang pasir, tanah gundul, dan gersang yang
tiada air dan tanamannya. Sebutan dengan istilah ini sudah debrikan sejak dahulu
kala kepada jazirah Arab, sebagaimana sebutan yang diberikan kepada suatu kaum
yang disesuaikan dengan daerah tertentu, lalu mereka menjadikannya sebagai
tempat tinggal.
JazirahArab dibatasi Laut Merah dan Gurun Sinai di sebelah barat, disebelah
timur dibatas Teluk Arab dan sebagian besar negara Iraq bagian selatan, di
sebelah utara dibatasi Laut Arab yang bersambung dengan Laut India, sekalipun
mungkin ada sedikit perbedaan dalam penentuan batasan ini. Luasnya
membentang antara satu juta mil sampai satu juta tiga ratus mil.
Jazirah Arab memiliki peranan yang sangat besar karena letak geografis.
Sedangkan dilihat dari kondisi internalnya, jazirah Arab hanya dikelilingi gurun
dan pasir di segala sudutnya. Karena kondisi seperti inilah yang membuat jazirah
Arab seperti benteng pertahanan yang kokoh, yang tidak memperkenankan bangsa
asing untuk menjajah, mencaplok, atau menguasai bangsa Arab. Oleh karena itu
kita bisa melihat Jazirah Arab yang hidup merdeka dan bebas dari segala urusan
semenjak zaman dahulu. Sekalipun begitu mereka hidup berdampingan dengan
dua imperium yang besar saat itu, yang serangannya tak mungkin bisa dihalang
andaikata tidak ada benteng pertahanan yang kokoh seperti itu.
Sedangkan hubungan dengan dunia luar, Jazirah Arab terletak di benua yang
sudah dikenal semenjak dahulu kala, yang mempertautkan daratan dan lautan.
Sebelah barat laut merupakan pintu masuk ke benua Afrika, sebelah timur laut
merupakan kunci untuk masuk ke benua Eropa, dan sebelah timur merupakan
pintu masuk bagi bangsa-bangsa non-Arab, timur tengah dan timur dekat, terus
membentang ke India dan Cina. Setiap benua mempertem ukan lautnya dengan
Jazirah Arab dan setiap kapal laut berlayar tentu akan berssandar di ujungnya.

[Type text]

Karena letak geografisnya seperti itu pula, sebelah utara dan selatan dari Jazirah
Arab menjadi tempat berlabuh berbaga bangsa untuk saling tukar-menukar
perniagaan, peradaban, agama, dan seni1.

2. Arabia
Semenanjung arab adalah salah satu negeri yang terkering dan terpanas.
Disamping itu, perbedaan suhu panas antara siang dan malam cukup besar.
Jazirah Arab terbagi menjadi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian tengah dan
bagian pesisir. Pada bagian tengah Jazirah Arab disebut sebagai jantung Arab.
Sebagian besar Jazirah adalah padang pasir sahara dan tidak ada sungai yang
mengalir tetap, yang ada hanya lembah-lembah berair di musim hujan. Disamping
itu, hamparan pasir yang dibawahnya dapat mengandung air, sehingga mungkin
untuk dijadikan tanah pertanian dan ladang-ladang tempat orang Arab
mengembala ternak, tempat demikian dinamakan Wadi atau Oasis. Di Wadi-wadi
itulah orang Arab membangun desa-desa tempat kediaman (sementara) sebab
mereka mempunyai tradisi nomad (berpindah).
Penduduk sahara sangat sedikit terdiri dari suku-suku Badui yang mempunyai
gaya hidup pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna
mencari air dan padang rumput untuk binatang gembala mereka, kambing, dan
onta.
Sementara di daerah bagian pesisis Arab penduduknya sudah hidup menetap
dengan mata pencaharian bertani dan berniaga. Karena itu, mereka sempat
membina

berbagai

macam

budaya,

bahkan

kerajaan.

Sedangkan asal usul keturunan, penduduk jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua
golongan besar, Yaitu Qahthaniyun (keturunan Qahthan) dan Adnaniyun
(keturunan Ismail ibn Ibrahim)2.

Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, hal 1-2

J.H.Stevens, A Bibliography of Saudi Arabia, diterbitkan R. King

[Type text]

3. Struktur Agama dan Kebudayaan Arab pra Islam


Sebelum Islam datang masyarakat Arab mengant agama yang bermacam-macam.
Kepercayaan yang diwariskan secara turun temurun adalah Hanif, yaitu agama
yang meyakini Allah sebagai Tuhan Maha Esa. Kepercayaan yang menyimpang
dari agama yang hanif disebut dengan Watsniyah, yaitu agama yang
mensyarikatkan Allah dengan mengadakan penyembahan kepada :
-

Anshab , batu yang berbentuk

Autsa, patung dari batu

Ashm\nam, patung dari kayu, emas , pera dan logam

Berhala yang pertama mereka sembah adalah Hubal. Kemudian mereka


membuat berhala seperti Lata, Uzza, Manata. Sebagian masyarakat Arab juga
ada yang menganut agama Yahudi.
BANGSA Arab sebelum lahirnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
dikenal sebagai bangsa yang sudah meiliki kemajuan ekonomi. Letak geografis
yang cukup strategis membuat Islam yang diturunkan di Makkah menjadi cepat
disebarluaskan ke berbagai wilayah di samping juga di dorong oleh faktor
cepatnya laju perluasan wilayah yang dilakukan umat Islam bahkan bangsa Arab
telah dapat mendirikan kerajaan di antaranya Saba, Main dan Qutbah serta
Himyar yang semuanya berasa di wilayah Yaman. Pada masyarakat Arab pra
Islam sudah banyak ditemukan tata cara pengaturan dalam aktivitas kehidupan
sosial yang dapat dibagi pada beberapa sistem-sistem yang ada di masyarakat,
salah satunya adalah sistem politiknya. Orang-orang Arab sebelum Islam telah
mengalami periode-periode kemajuan dengan adanya kerajaan-kerajaan sehingga
hasil budaya mereka dapat di bagi menjadi :
1. Budaya materiil yang sangat terkenal adalah Bendungan Marib di Yaman
dari kerajaan saba dan begitu juga bekas-bekas kerajaan Tsamud, Aaad
dan kaum Amalika.

[Type text]

2. Budaya non material, diantaranya syair-syair bangsa Aarab yang terkenal


dengan cerita-cerita tentang keturunan dan keahlian dalam membuat
patung, serta bersyair3.

4. Nasab Nabi Muhammad SAW


Ada tiga bagian tentang nasab Nabi Muhammad SAW:
1. Bagian yang disepakati oleh pakar biografi dan nasab, yaitu sampai Adnan.
2. Bagian yang mereka perselisihkan, yaitu antara nasab yang tidak diketahui secara
pasti dan nasab yang harus dibicarakan, tepatnya Adnan ke atas hingga Ibrahim
AS.
3. Bagian yang sama sekali tidak diragukan bahwa di dalamnya ada hal-hal yang
tidak benar, yaitu ibrahim ke atas hingga Adam AS.
Bagian pertama, Muhammad, bin Abdulloh bin Abdul-Mutholib (yang namanya
Syaibah), bin Hasyim (yang namanya Amru), bin Abdu Manaf (yang namanya
Al-Mughiroh), bin Qushay (yang namanya Zaid), bin Kilab, bin Murrah, bin Kab,
bin Luay, bin Gholib, bin Fihr (yang berjuluk Quraisy dan menjadi cikal nama
kabilah), bin Malik, bin An-Nadhr (yang namanya Qois), bin kinanah, bin
khzaimah, din Mudrikah (yang namanya) bin Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin
Maad bin Adnan4.
Bagian kedua: Adnan dan seterusnya, yaitu bin Udad, bin hamaisya, bin Salaman,
bin Aush, bin Bauz, bin Qimwal, bin Ubay, bin Awwam, bin Nasyid, bin Haza,
bin Baldas, bin Yadlaf, bin Thabikh, bin Jahim, bin Nahisy, bin Makhi, bin Aidh,
bin Abqor, bin Ubaid , bin Ad-Daa, bin Hamdan, bin sinbar, bin Yatsribi, bin
Yahzan, bin yalhan, bin Arawy, bin Aid, bin daisyan, bin Aishar, bin Afnad, bin

Mohsen Ahmed Baroom, Saudi Arabia and its Place in the World.

Jeddah , Dar Al Shorouq. 1979.


4

Sirah An-nabawiyah, Ibnu hisyam, 1/1-2; rahmah Lil-alamin,2/11-12,52.

[Type text]

iham, bin Muqshir, bin Nahits, bin Zarih, bin Sumay, bin Muzay, bin Iwadhah,
bin Aram, bin Qaidar, bin Ismail, bin Ibrahim5.
Bagian ketiga: Ibrahim dan seterusnya, yaitu bin Tarikh (yang namanya Azar) bin
nahur, bin Saru atau Sarugh, bin Rau, bin falakh, bin Aibar, bin Syalakh, bin
Asfakhsyad, bin Sam, bin Nuh AS bin Lamk, bin Matausyakhalah, bin Akhnukh
atau Idris AS, bin Yard, bin Mahlail, bin Qanain, bin Yanisya, bin Syaits, bin
Adam AS.

5. Perjuangan Rasul Periode Makkah dan Madinah


1. Masyarakat Arab Jahiliyyah Periode Makkah
Objek Dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat
Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan.
Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah
menyimpang jah dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para
Rasul terdahulu, seperti Nabi Adam AS. Mereka umumnya beragama
watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka
puja itu mereka letakkan di Kabah. Di antara berhala-berhala yang
termasyhur bernama : Maabi, Khuzaah, Lattta, Uzza dan Manar. Selain
itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyyah yang menyembah
malaikat danbintang yang dilakukan kaum Sabiin 6.
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada
tanggal 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah (610M) tatkala beliau
sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun.

Al-Allamah Muhammad Sulaiman Al-Manshurfuri telah menghimpun bagian


dari nasab ini berdasarkan riwayat Al-kalbi dan Ibnu Sad, setelah mengadakan
penelitian yang mendetail.
6

Sirah An-nabawiyah, Ibnu hisyam, 1/1-2; rahmah Lil-alamin.

[Type text]

Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota
Makkah.
Muhammad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai
dengan turunnya malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang
pertama kali yakni Al-Quran Surah Al- Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat AlQuran pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzulul Quran.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-ALAQ: 1-5)
turun pula Surah Mudatsir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi
Muhammad berdakwah menyiarkan agama Islam kepada mat manusia. Setelah itu,
tatkala Nabi mUhammad SAW berada di Mekkah selama 13 tahun (610-622 M),
secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Quran
4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Srah-surah yang di turunkan pada periode
Makkah dinamakan Surah Makkiyah7.
3. Ajaran Islam Periode Makkah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal
kenabiannya adala sebagai berikut :
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan kesatuan
4. Strategi Dakwah Rasulullah Periode Makkah
Tujuan dari dakwah Rasulullah periode Makkah adalah karena masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyyahannya di bidang agama, moral dan hukum sehingga
menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan NABI Muhammad SAW dan
ajaran Islam yang disampaikannya, kemudoan di amalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan
yang luhur tersebut sebagai berikut:

1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun

Sirah An-nabawiyah, Ibnu hisyam, 1/1-2; rahmah Lil-alamin.

[Type text]

Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru


untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya
sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah
memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti
Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu
Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid
bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat
dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada
waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa
orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
Abdul Amar dari Bani Zuhrah
Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
Utsman bin Affan
Zubair bin Awam
Saad bin Abu Waqqas
Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi,
yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk
Islam generasi awal)8.

2. Dakwah secara terang-terangan


Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni
setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu
dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Quran
Surah 26: 214-2169.

Sami bin Abdulloh al Maghlouth, al Atlas at tarikhi li sirah ar rasul, jakarta , almahira.2010
9

ibid

[Type text]

Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain


sebaga berikut:
1.

Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk

menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak
yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan
Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka
adalah Ali bin Abu Thalib, Jafar bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2.

Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah,

terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Kabah untuk


berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk
Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib
(paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk
Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar
kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk
Islam antara lain:
Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).
Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj
sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada
gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir
Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga
ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Baiatul Aqabah.
Isi Baiatul Aqabahtersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa
mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka

[Type text]

memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke


Yatsrib10.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah
menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW,
yakni:
1.

Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan

dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka
mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka
juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah
SAW (Islam) melarangnya.
2.

Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang

adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam
akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
3.

Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa

berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan


leluhur mereka.
4.

Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan


dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.

Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi
Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman
bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena
Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang
pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga
keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir
Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena
ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.

10

Sami bin Abdulloh al Maghlouth, al Atlas at tarikhi li sirah ar rasul, jakarta , almahira.2010

[Type text]

Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang


kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Jafar bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan
pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah
wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah
disebut amul huzni (tahun duka cita)11.

B. Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah


1. Arti Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW dan Umat Islam Berhijrah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat
Islam. Pertama hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang
dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik,
yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam),
karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan
kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan
beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri Islam
agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW
dan umat Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul
Awal tahun pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri
kafir) ke Yastrib (negeri Islam) adalah:

Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan


kekerasan kaum kafri Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW
meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah),
rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan maksud untuk
membunuhnya.

11

Sami bin Abdulloh al Maghlouth, al Atlas at tarikhi li sirah ar rasul, jakarta , almahira.2010

10

[Type text]

Agar mempero leh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta


beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad
di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya
(Islam)

2.

Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah

Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh


tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah
sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11
hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah,
selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode
Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis
periode Madinah. Adapaun ajaran Islam periode Madinah, umumnya ajaran
Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah
orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar.
Juga orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk
Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan
tidak termasuk bangsa Arab.

Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah


masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran
Islam baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah,
kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu
oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan
sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk
Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya,
mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi
11

[Type text]

umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di
dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang
terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang
masuk Islam dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula
orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha
menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan
agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy
penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya
dalam surah Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah
SAW dan para sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan
dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi

Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para


pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih
harta rampasan perang, tetapi bertujuan untuk:

Membela diri, kehormatan, dan harta.

Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka

yang hendak menganutnya.

Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara

Persia dan Romawi.


Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu
negara yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka
berusaha menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para
penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa
Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan tersaingi.
Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk menumpas
dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad
bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak

12

[Type text]

tinggal diam sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa
Romawi, yaitu :
Perang Mutah
Peperangan Mutah terjadi sebelah utara lazirah Arab. Pasukan Islam
mendapat kesulitan menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari
Romawi. Beberapa pahlawan gugur melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu
orang itu. Melihat kenyataanyang tidak berimbang ini, Khalid ibn Walid, yang
sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan pasukan
untuk menarik diri dan kembali ke Madinah.
Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah
menjangkau seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir
seluruh Jazirah Arab, termasuk suku-suku yang paling selatan, menggabungkan
diri dalam Islam.
Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah
ternyata menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh
karena itu, secara sepihak orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian
tersebut.

Perang Tabuk
Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara Jazirah
Arab, Syria, yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan
besar itu bergabung Bani Ghassan dan Bani Lachmides.
Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak pahlawan Islam yang
menyediakan diri siap berperang bersama Nabi sehingga terhimpun pasukan
Islam yang besar pula. Melihat besarnya pasukaDi sini beliau membuat
beberapa perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan demikian, daerah
perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang Tabuk
merupakan perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.

Peperangan lainnya yang dilakukan pada masa Rasulullah SAW


seperti:
13

[Type text]

Perang Badar
Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan
kaum musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan
puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin
Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar setelah berbagai
upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan
senjata sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan semangat pasukan yang membaja,
kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima perang pihak
pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas
dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya
menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai
syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (Q.S. 3:
123).

Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum


muslimin. Mereka memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang
dibuat antara mereka dan Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.
Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi
Muhammad SAW memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan
tebusan sesuai kemampuan masing-masing. Tawanan yang pandai membaca dan
menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam yang masih buta
aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa
pun tetap dibebaskan juga12.

12

Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Analisis Aktual Perang Badar & Uhud di Bawah

Naungan Sirah Nabawiyah, Robbani Press, 1998

14

[Type text]

Perang Uhud
Bagi kaum Quraisy Mekah, kekalahan mereka dalam perang Badar
merupakan pukulan berat. Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada
tahun 3 H, mereka berangkat menuju Madinah membawa tidak kurang dari
3000 pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan
Khalid ibn Walid, 700 orang di antara mereka memakai baju besi.
Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar
1000 (seribu) orang. Namun, baru saja melewati batas kota, Abdullah ibn Ubay,
seorang munafik dengan 300 orang Yahudi membelot dan kembali ke Madinah.
Mereka melanggar perjanjian dan disiplin perang.
Meskipun demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal Nabi melanjutkan
perjalanan. Beberapa kilometer dari kota Madinah, tepatnya di bukit Uhud,
kedua pasukan bertemu. Perang dahsyat pun berkobar. Pertama-tama, prajuritprajurit Islam dapat memukul mundur tentaramusuh yang lebih besar itu.
Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid ibn Walid gagal menembus
benteng pasukan pemanah Islam. Dengan disiplin yang tinggi dan strategi
perang yang jitu, pasukan yang lebih kecil itu ternyata mampu mengalahkan
pasukan yang lebihbesar.
Kemenangan yang sudah diambang pintu ini tiba-tiba gagal karena godaan
harta peninggalan musuh. Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan
perang tanpa menghiraukan gerakan musuh, termasuk didalamnya anggota
pasukan pemanah yang telah diperingatkan Nabi agar tidak meninggalkan
posnya.
Kelengahan kaum muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh musuh.
Khalid bin Walid berhasil melumpuhkan pasukan pemanah Islam, dan pasukan
Quraisy yang tadinya sudah kabur berbalik menyerang. Pasukan Islam menjadi
porak poranda dan tak mampu menangkis serangan tersebut. Satu persatu
pahlawan Islam gugur, bahkan Nabi sendiri terkena serangan musuh. Perang ini
berakhir dengan70 orang pejuang Islam syahid di medan laga.
Pengkhianatan Abdullah ibn Ubay dan pasukan Yahudi diganjar dengan
tindakan tegas. Bani Nadir, satu dari dua suku Yahudi di Madinah yang
15

[Type text]

berkomplot dengan Abdullah ibn Ubay, diusir ke luar kota. Kebanyakan mereka
mengungsi ke Khaibar. Sedangkan suku Yahudi lainnya, yaitu Bani Quraizah,
Masih tetap di Madinah13.
Perang Khandaq
Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum
muslimin Madinah melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke
Khaibar yang bersekutu dengan masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga
disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa suku).
Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi,
sahabat Rasulullah SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit
pertahanan di bagian-bagian kota yang terbuka. Karena itulah perang ini disebut
sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.
Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tersebut mengepung Madinah dengan
mendirikan perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini
cukup membuat masyarakat Madinah menderita karena hubungan mereka
dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis itu diperparah pula oleh
pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah
pimpinan Ka'ab bin Asad.
Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin.
Setelah sebulan mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu
berkurang. Sementara itu pada malam hari angin dan badai turun dengan amat
kencang,

menghantam

dan

menerbangkan

kemah-kemah

dan

seluruh

perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa menghentikan


pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu hasil.
Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.
Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzb: 25-26.

13

Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Analisis Aktual Perang Badar & Uhud di Bawah

Naungan Sirah Nabawiyah, Robbani Press, 1998.

16

[Type text]

Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum
muslimin untuk mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin
langsung sekitar 1.400 orang kaum muslimin berangkat umrah pada bulan suci
Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang. Untuk itu mereka mengenakan
pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk menjaga diri, bukan
untuk berperang.
Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak
beberapa kilometer dari Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum
muslimin masuk ke Mekah dengan menempatkan sejumlah besar tentara untuk
berjaga-jaga.
Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah,
yang isinya antara lain:
1. Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara kaum
Quraisy penduduk Mekah dan umat Islam penuduk Madinah
2. Orang Islam dari kaum Quraisy yang datang kepada umat Islam, tanpa
seizin walinya hendaklah ditolak oleh umat Islam
3. Kaum Quraisy, tidak akan menolak orang-orang Islam yang kembali dan
bergabung dengan mereka
4. Tiap kabilah yang ingin masuk dalam persekutuan dengan kaum Quraisy,
atau dengan kaum Muslimin dibolehkan dan tidak akan mendapat rintangan
5.

Kaum Muslimin tidak jadi mengerjakan umrah saat itu, mereka harus
kembali ke Madinah, dan boleh mengerjakan umrah di tahun berikutnya,
dengan persyaratan:

Kaum Muslimin memasuki kota Mekah setelah penduduknya untuk

sementara keluar dari kota Mekah

Kaum Muslimin memasuki kota Mekah, tidak boleh membawa senjata

Kaum Muslimin tidak boleh berada di dalm kota Mekah lebih dari tiga

hari-tiga malam.

17

[Type text]

Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tersebut sebenarnya adalah


berusaha merebut dan menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana
menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain14.

3. Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah

Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam dakwah di Madinah :


a. Membangun Masjid
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah
ialah Masjid Quba, yang berjarak 5 km, sebelah barata daya Madinah.
Masjid Quba dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20
September 622 M).
Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu,
beliau mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan
dakwah Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya
adalah Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong
oleh kaum Muhajirin dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan
kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar
bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib k.w.
Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah
sebagai berikut:
1.

Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah,

ibadah, dan akhlak


2.

Masjid merupakan saran ibadah, khususnya salat lima waktu, salat

Jumat, salat Tarawih, salat Idul Fitri, dan Idul Adha.

14

Agus Wahid, Perjanjian Hudaibiyah Telaah Diplomasi Muhammad SAW,


diterbitkan oleh Jakarta : Grafikatama Jaya, 1991.

18

[Type text]

3.

Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama

Islam yang bersumber kepada Al-Qur;an dan Hadis


4.

Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan

persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya


persatuan
5.

Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya

sebagai

tempat

penampungan

zakat,

infak,

dan

sedekah

dan

menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya, terutama para fakir


miskin dan anak-anak yatim terlantar.
6.

Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai

tmpat pengobatan para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang
menderita luka akibat perang melawan orang-orang kafir. Sejarah mencata
adanya seorang perawat wanita terkenal pada masa Rasulullah SAW yang
bernama Rafidah

Rasulullah SAW menjadikan masjid sebagai

tempat bermusyawarah dengan para sahabatnya. Masalah-masalah yang


dimusyawarahkan antara lain: usaha-usaha untuk memajukan Islam, dan
strategi peperangan melawan musuh-musuh Islam agar memperoleh
kemenangan15.
b. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar
Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang
berhijrah ke Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk
asli Madinah yang memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.
Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin
Khatab tentang mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar, sehingga
terwujud persatuan yang tangguh. Hasil musyawarah memutuskan agar setiap
orang Muhajrin mencari dan mengangkat seorang dari kalangan Ansar
menjadi saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas karena Allah
SWT. Demikian juga sebaliknya orang Ansar.

15

Ahmad Ibrahim Al Sharif, Dawlat Rasul Fi Al amadinah, kairo, kuwait, dar alfikr; dar al - bayan

19

[Type text]

Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abu Thalib
sebagai saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh
oleh seluruh sahabat misalnya:
Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam
yang pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba
sahaya, yang kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW
Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid
Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar)
Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Saad bin Rabi (Ansar)
Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Ansar,
termasuk Muhajirin setelah hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan
secara sepasang- sepasang, layaknya seperti saudara senasab16.

d.

Meletakkan Dasar-dasar Politik, Ekonomi, dan Sosial yang Islami demi


Terwujudnya Masyarakat Madani
Islam tidak hanya mengajarkan bidang akidah dan ibadah, tetapi
mengajarkan juga bidang politik, ekonomi, dan sosial, yang kesemuanya
berumber pada Al-Quran dan Hadis.
Pada masa Rasulullah, penduduk Madinah mayoritas sudah beragam
Islam, sehingga masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya
pemerintahan Islam merupakan keharusan. Rasulullah SAW selain sebagai
seorang nabi dan rasul, juga tampil sebagai seorang kepala negara (khalifah).
Sebagai kepala negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi
setiap sistem politik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat
Islam dapat mengangkat wakil-wakil rakyat dan kepala pemerintahan, serta
membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh rakyatnya.
Dengan syarat, peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari tuntutan AlQuran dan Hadis17.

16

Ahmad Ibrahim Al Sharif, Dawlat Rasul Fi Al amadinah, kairo, kuwait, dar alfikr; dar al - bayan
17

ibid

20

You might also like