You are on page 1of 50

nununsaN, nsnAJATINrsKsr MALA$S {A!

1ry*+99

pAFA snbmAX'SAAAH TErI IIENGAN nSAAJAT BE&dm{YA


PENYAKIT SECARA KLIMS
SKRIPSI

Diajukan kc Fakultas Kedokteran Uniyersitas Andalas sebagai pemenuhan salah


safir syarat untuk mcndapatkrn gclar Sarjana Kedokter*n
, .-'

Oleh

MUHAMMITS FAFIT
9&120058

t'
''

'l

Fakulas Kedekteran Universitas Andalas

D au.lrtx.
adantg

-r

2AA2

fiuBUNcAF{ oEa.A"tAr F{FEI(SI MAt ARTA r4qryr$!lul{P-a--*


I{f;T
SECARA KLINH;

.,$A'DIAA!{, .?ffiAg

'

SiPsi

Oleb,:

i:,.

i,.i,!: -

DS

'Bf Sf,f

:,,,,,,,',"i1gggffiff'nlE fgfgt,nCa{i4nfAlrAl"ttg $*{'$AxlA'


.';.',:' ,3nrr $nffiEryilsfr6$.BsR+.tAfsCftt r
SECANA KTINIS

MUHAMMAD.TADIL
NBP:98120058
:

retabAiii.i

unr+$6s

Ifarna

tiralryrye .Fa&ult*'K4oktero
rcarg44g1rsgryl9fm ' t. ;, :;.;.;..,

Dm-' Flasrniwati ; rM'Kes

Jab*r*

Anegp-f*II

,
,.

,Tanda.fanpnr:

ABSTRACT
THE RELATION OF FALSIFARUM MALARIA INFECTIOUS DEGREE
ON PERIPHE,RAL SMEARWITH CLINICAL SIGNS OT'MAI.ARIA

DECREE
Bv
ltluhammad Fadil
Malaria is the most founded infectious disease in tropical area, causes 12,5 million death annually. Plasmodium falsiparum is responsible for this dea&
which causing severe malaria.
The Cross-sectional shrdy was performed

on

64 patients of RSUP dr. M.

Djanil hospitalized at Internal deparfinent, who diagposd

as falsiparum

maluia

in February, March and April 20A2, selected by simple random sarrpling method,
to know the relation of frlsipanrm malaria infectious degree on peripheral smsr
by counting the amount of parasites, with clinical signs of malaria degree basd

on WHO's preferences. Data were taking from medical record and conformed
straightly to parasite count data in Pamsitologlr Laboratory of Medical School,
University of Andalas.
There were three groups classified according to parasite count, low grade

malaria (43,7W, mitldle grade malaria (46,9/s\, and high grade malaria tgA%r.
Patients with severe ane,nia complications 3,la/a, with hyperpyrexia 6,37o, with
aware less 16%. Patients with sweating

fever

is

59,4o/o.

fevs is 75nls, aad patients with shaking

Chi-squre test showed that there is not any significant relation

between fatsiparum malaria infectious degree on peripheral smear according CI


pq.rasite count with clinical signs of malaria degree, proof

ry founded X2 < 3,84.

ABSTRAK
HUBUNGAT{ DERAJAT INFEKSI MALARIA FALSIPARUM PADA

SEDIAAI{ DARAH TEPI DENGAN DERAJAT BERATNYA PENYAKIT


SECARA KLII{IS
Oleh
Muhammad Fadil
Malaria masih merupakan penyakit infeksi yang paling sering diiumpai di
negara

tropik

dengan kematian L-2,5 jata pertahun. Kematian

ini

disebabkan

karena infeksi Plasrnodiunt falciparum yang menyebabkan malaria berat.

Telah dilalgkan suatu penelitian Cross-sectional terhadap pasien rawat

inap bagipn penyakit dalam RSUP dr.M. Djamil yang terdiagnosa malaria
falsiparum selama bulan Februari, Maret dan April sebanyak 64 sampel dipilih
dengan metode simple random sampling, untuk mengetahur hubungan antara
derajat infeksi malaria falsipanrm pada sediaan darah tepi msnurutPdrasite count
dengan beratrya penyakit secira klinis berdasarkan

triteria WHO. Data -data

yang diperlukan diambil dmi status pasien dan dikonfirmasikan dengan hitmg
pmasit di Laboratorium Parasitologi FK.UNAND.
Berdasarkan parasite count

didapattan kelompok malaria ringan 43,7

malaria sedang 46,9a/odan malaria berat 9,4

o/o.

Va'

Pasien dengan komplikasi anemia

berat didapatkan sebanyak 3,1yo, dengnn hiperpireksia 6,30/o dan

dengan

penunrnan kesadaran 16%. Kriteria demarn pasien dengan ciri berkeringat muncul

pada 48 sampel

(75'/t

dan menggigil pada 38 sampel

(59!yi. Uji chi-squae

menunjukkan bahwa tidak tprdapat hubungan yang bermakna antam derajat

infeksi malaria falsiparum pada sediaan darah tepi dengan beratnya penyakit
secara klinis, terbukti dangan didapatkannyaYJ

.3,84.

KATA PENGANTAR
Bi smill ahirralrm anirrahim

Segala puji dan qyukur penulis panjatkan kehadirat

AlHh SWT yang telah

melimpahkan rahmat, nikmat, kesehatan, motivasi, dan ketabahan kepada penulis


sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan slaipsi yang berjudul

HUBUNGAN DERAJAT INFEKSI MALARIA FALSIPARUM PADA


SEDIAAN DARAH TEPI DENGAN DERAJAT BERATNYA PENYAKIT
SECARA KLINIS. Skripsi

ini

diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan progriun studi Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Fakultas


Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Bantuan moril dan materil telah banyak penulis terima dari berbagai pihak,
oleh karena itu izinkanlah dengan kerendahan hati dan penuh penghargaan pe,nulis
mengucapkan terfuna kasih yang sefirlus- tulusnya kepada

Ibu Dra. Nuzulia Irawati,MS selaku pembimbing


Nasrul Zubir selaku pembimbing

dan Bapak dr.

II sekaligus penasehat

yurg telah berkenan meluangkan waktunya unnrk

akademik,

memberikan

nasehat, petunjuk, dan saran serta bimbingan sejak perencanaan


sampai penyusunan skripsi ini.

2.

Pimpinan sxta sehnuh civitas akademika Fakultas Kedokteratr


Universitas Andalas.

iii

ffi,

Bapak Prof. dr Syafril Syahbuddin, Sp.PD KE, Ibu dr,

Hj Rismawati

Yaswir Sp.PK dan Ibu Dra. Hasmiwati M.Kes, selaku tim penguji
skipsi ini.
4.

Bapak dr. Azlrz Jarnal Sp.MK, Ibu dr. Indrarvati Lipoeto,MSc,PhD,


Bapak dr. Hafni Bachtiar, Drs. Adrial

M. Kes, Bapak Masrul,

Pak

Anwar rekam medik yang tslah meluanglian waktunya untuk


nembanhr penelitian ini.

Papa dan lnama tercinta atas segala nasehat, dorongan dan do'a yang

tulus dalam mengiringi langkatrku untuk menempuh pendidikan


kedoL:teran, serta mama Taci, Bang

ul, Ifa dan Fitra tersayang yang

senantiasa meberikan seruangat untuk tetap bertahan dan tabah.


6.

Teman terbaik yang pernah ada, John, Mia, Udin, Tataw, Dimas,

Miya, Niman, Najib, Beben, Riri, Pail, Yopi, Irwan, Roza, Et, Romi,
Yani, Uci, Wahyu, Ajo, teman teman angkatan 98, pengunts BEM dan

DLM yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terirna kasih

atas

dorongan dan motivasinya.


7.

Ibu dr. Hj Erly, Pak drg. Mustafa, Ibu dr. Eryanti, Ibu DR. Justicia,
Bapak DR. dr. Rusdi Aziz, terima kasih atas perhatian, bimbingan,

kritikan, saran dan pertemanan yang bapak dan ibu berikan pada saya,
Insya Allah saya takkan pernah lupa dan akan berusaha unfuk menjadi
lebih baik laei di masa yang akan datang.

Pak Mas, Bu Emi, Ni Nur, Ni Mar, Bu Rat, Da Mon, Pak Udin, PaIi

Ambo,

Ni Yanti dan seluruh karyawan/ti FK.UNAND terima kasih

lv

atas segala bantusr dan perlakuan khusus yang telah diberikut kepada

sala-

Penulis menyadari bahwa skripsi

ini jauh dsri sempuma, karena

keterbarasan yangilnmlis ndtiki. Untuk inr penulis mohon saran dan *ritikan yang

bersifat menrbangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.

Tralftir penulis menlampaikan mohon maaf yang ssbesu

- besarnS'a

kepadakita semua.

Padang, 16 Se,ptember 2002

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

........
ABSTRAK
KATAPENGAI.{TAR...
DAFTAR ISL..

ABSTRACT

ii

.....'1.:....:.' iii
vr

viii

DAFTARTABEL
BAB

I PENDAHULUA}i

l.l.Latar Belakang

Masalah
l.3.TujuanPenelitian
l.4.Manfaat Penelitian

l.2.Rumusan

BAB

II TINJAUA}{

.'..."""

PUSTAKA

2.1.Malaria
2.1.1.Pengertian...

2,1.2.Sejarah

2.1.3,Puryebab dan Hospes....

Geogafik
2.1.5.DaurHidup.......
2.1.6.Caralnfeksi...
2.1.7.Diagnosis......

2.l.4.Distribusi

2.2.Malaria Falsiparum
2.2. l .Ptasmodium falsiPanrm

vl

I
".'.'..'.'

.'..."

2.2.2.Klasifikasi dan Manifestasi Klinik Malaria Falsiparum


11

BAB

III

2.2.3.Malaria Berat

13

2.2.4.Hiperparasitemia,.. ... ...

15

l8

METODE PENELITIAN

3.l.Desain Penelitisn

18

3,2.Populasi dan Sampel Penelitian

18

3.3.Cara pengambilan Sampel Penelitian

l9

Identifikasi dan pengukuran variabel

l9

3.4.

3.4.

I.Definisi operasional variabel

2l

3.4.2.Natdan Bahan

?t

3.5. Tata Laksana Penelitian


3.6.

Waltu danTempat Penelitian.

IV

HASIL PENELITIAN

BAB

DISKUSI

))
23

3.7,Teknik tuialisis Data

BAB

19

24

29

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

33

6.l,Kesimpulan ...

33

6.2.Saran

34

DAFTAR KEPUSTAIi{A}I

35

LAMPIRAN

39

DAFTARRIWAYAT HIDUP

40

vii

DATTAR TABEL
Halaman

count
*:
Tabel IV.2 Distribusi frekuensi sampel menurut Hb
Tabel IV.3 Distribusi frekuensi sampel menurut suhu
Tabel

IV.l Distribusi

frekuensi sampel menwutpamsite

Tabel IV.4 Distribusi frekuensi sampel menurut pelrurunan


Tabsl IV.5 Distribusi frekuensi sampel menurut kriteria

kesadaran

demam

25
25
26
26

27

Tabel IV.6 Uji kernaknaan hubungan derqiat infeksi malaria


falsiparum pada sdiaan darah tepi menurut

prasite

cotmt dengan beratrya perryakit secara klinis berdasarkan

kriteriawH0

27

vltl

BAB

PENDAHULUAT{

1.1. Latar

Betakang Masalah

Matmia masih menrpakan penyakit infeksi yang paling sering dijrmpai di


negara tropik pernah dilaporkan 270
pertahunr. Kematian

!fia

penderita dengan kematian l-2,5

ini disebabkan karena infeksi

j*a

Plasvnodium falciparum yang

menyebabkan malaria berat. Dari 400 orang yang terkena

gstan nyanruk malaria,

hanya 200 orang akan terinfeksi oleh Plasrnodium, dan krnang lebih 100 orang
akan memperlihatkan gejala klinis khas malaria, sedangkan yang menjadi malaria

benthanya2Yo2"

Mortalitas malaria berat dr beberapa daerah masih cukup tingg

di

Indonesia berkisar 20,9-50V43. Tingginya mortalitas terganfimg dari prosedur


penanganan penderita malaria berat dimulai

dari kecepatan diagnosa dan

pengobatannya serta fasilitas psnanganm pada fasilitas kesehatan. Faktor laia


yang menyebabkan masih tingginya mortalitas ialah patogenesa dari malaria berat
yang masih belum jelasl5.

Masalah lain yang tak kalah pentingnya pada saat

ini ialah timbulnya

resistensi P. falciparura terhadap obat-obat pilihan malmia. Kondisi inilah yang

menimbulkan hiperparasitemia

dan

perkembangan komplikasi-komplikasi

sistenrik yang serius. Peiryakit ini me,mpunyai gffinbaran klinis ymg luas dan
sesuai dengan pola organ yang terinfeksi4. WHO, menetapkan kriteria diagnosa

malaria berat yaitu adanya satu atau lebih komplikasi sebagai berilqri

hiprptrcitmi4 malaria serebral, anemia berat, ikterus , ganggum asam basa

dm etdfiotit, gagal gqial, hipatermia, komplikasi infeksi lain, edema pang


tlpod*emia, kolaps sirkulasi, perdarahan dan gangguan koagulasi,

muntah-

nnrnteh pada terapi peroral dan hemoglobinuria pada penderita dengan benfift

rsdsual

P.

falciparums.

Di Indonesia malaria tersebar di pulau pulau dengan derajat etrde'misitas


ymg berbeda-bda dan dapat bedanekit di daerah dengan ketinggian sampai 1800

ffirdiatas

permukaan laut" Angka Annual Parasite Incidence (API) aau insiden

pdasit per tahun malaria di pulau Jawa dan Bali pada ahun 1997 iatah 0,120 I
1000 penduduk, sedangkan diluar pulau Jalra parasite rate (PR) atau persentase

@ufuk

yang darahnya mengandung parasit malaria pada saat

tertenfi

tetap

tinggi yaitu 4,78olo pada tahun 1997, tidak banyak berbda dengan PR tahrn 1990

(4,S4@.SpesiesyangterbanyakdirjumpaiadalahP.falcilnrumdanvivus.

Di propinsi

Sumatera Barat

, berdasarkar Tabel Data

Kesehatan Tahun

1999 Kanwil De,pkes Sumatera Barat, pemberantasan penyakit malaria masih


menjadi prioritas selama Pelita

Bua tahm
ftoe

VI . Dari hasil survei

malmiometrik Sumatera

1999 diperoleh data Parasite,Rate (PR) 1,52o/o dan Slide Positivity

(SPR) atau persentase sediaan danh yang positif 28,4o/o, dari 7058 sediaan

daah ymg diperiksa. Daerah Tingkat

II

yang terbanyak kasus malmiarrya

ditemukan di Kabupaten Padang Pariaman dengan jumlah penderita klinis 5055

trmg , diikuti

9/l

orangT.

Kabupaten Pesisir Selatan 1170 ormg dan Kabupaten Sawahlunto

Data dari bagian/SMf Iknu Penyakit Dalam RSUP Manado selarna


periode Januari-Deseurber 19Fr8 tercatat 70 kasus malaria berat dengan persentase
terbanyak malaria dengan ikterus

yaitt

4l,6a/o, malaria dengm

itterus ditambah

komBlikasi lainl4.3sfo disusul oleh malaria serebfal sebanyak ll,4oh,dan malaria


dengan gagal

gnjal akut l0%.

Pada tahun 1995 (Januari-Desember) tercatat 19

pasien malaria berat, dengan preseirtase malaria dengan

ikterik

36,8Vo,

malria

ikterik dengan komplikasi lain36,9a/o, malaria serebral 21pyo dan malaria dengm
gagal grnjal akut 20,67o. Mortatitas malaria berat selama tahun 1998 di RSUP
Manado adalah ll,4yo,sdangkan tahrm 1995 ialah 15,87o3.

Kebijaksanaan yang diteurpuh oleh Departemen Kesehatan Republik


Indonesia untuk menanggulangi kasus malaria

di Indonesia adalah program

pemberanmsan malaria (Malaria control), dengan penentuan prioriAs didasarkEil


pada kriteria sosial ekonomi, prevalensi penyakit, daerah pengembangan ekonomi
dan pariwisata, ssrta daerah poteirsial wabah, misal daerah fokus dengan dominan
P.

fal cipnrm

atau resiste,n

obaf

Walaupun begitu, sebeuarnya malaria adalah penyakit yang diagnosa dan

terapinya sedelhana, bahkan jika dibandingkan dengan penyakit infeksi lainnya


kemungkinan hidupnya cukup besar. Maka dari

itu

sangatlah penting untuk

melahrkan penilaian menyehnuh pada setiap kasus malaria. Salah satu ptrtrlefer
porilaian malaria adalahparasite count atau hitung jenis parasite.

1.2. Rumusan ll{asahh


Apakah jumlah parasit P.

falsiprunr dalam darah berhubungan

dengan

berat ringannya penyakit malaria?

13. Tujuan

Penelitian

13.1. Umum
Mengetrhui jumlah parasit dalam darah pada pasien rawat inap
RSUP DR. M. Djamil Padang, yang terdiagnosa malaria falsiparun

13.2. Khusus

a'

Mengetatrui distribusi derajat infeksi malaria falsiparum menurut

hihmgjenis parasit dalam darah pasien malaria falsiparum


b. Mengetahui distribusi derajat beratnya penyakit malmia secara klinis
menurut hemoglobin pasien rnalaria falsiprum

c. Mengeuhui disribusi derat'at berahya penyakit malaria secara klinis


menurut suhu pasien malaria falsiparum

d. Mengetahui distribusi derajat beratnya penyakit malmia secara klinis


msnurut penrruRan kesadaran pasien malaria ftlsipanm

e. Mengetahui hubungan antara jumlah parasit P. falsipantm

pada

scdiaan darah tepi teftadap beratnya penyakit malaria falsiparun


secam klinis.

1.4. ManfaatPenelitian
Dengan penelitian ini diharapkan

aee

1. Dap* mempermudah doktermtuk

menegakkan diagnosa malaria

ber*

sedinimungfuin

2.

Kemungkinan kegagalan diagnostik dan kesalahan penatalaksanam


malaria berat

drya ditekan bahkan dihindari

sehingga penanganamira

menjadi lebih efektif.

3.

Dapat menjadi daa awal untuk penelitian selanjutrya.

4.

Sebagar media dan wadah untuk melatih dan mengaplikasikan


pengetahuan dan ilmu metodologi penelitim-

BAB

II

TINJAUAN KEPUSTAKAAI{

Ll.

Malarh

Ll.L. Pengsrtian
Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu "Mel Aere = udara buruk

air"- lvlaluia adatah infeksi yang

dffih

bad

prakntn

yang termasuk datam phyllum: Apicomplexa, kelas Sporozoa, subkelas

Cruci&ids,

otdo Eucoccidides, sub-ordo Haemosporidiidea, fannli Plasmodidoe,

gerws plasmodium.

Finl

disebabkan parasit malaria, sntafrt

Ciri utalna famili Plasrnodiidae adalah adanya siklus hidup

silklus aseksual yang dimulai pada

vrtebrata dan seterusnya berlanjut pada

nlimuh Malaria ditandai dengan demam tinggr, yang sering intenniten,

dengan

eemia dan pembesaran linryall'l2.

?'J'J. Seiarah
Sejarah ditemukannya siklus hidup malaria dimulai oleh Laveran

pada

Sdaifilya
6 Cdli

ahuo 1880
pada

di Al

dengan me,nemukan pmasit malaria pada darah manusia

Ahun 1886 di Italia Golgi menemukan P. vivax dan P. molariae,

dan Marchiava tahun 1890 menemukm P. falciparun. Ross pada tahun

IEgl-1898

di lndia menemukan siklus hidup parasit pada nyamuk, dan

filannrm

oleh Grassi, Bignami dan Bastianelli di Italia yang menguraikan siklus

H@ prasit

mi

termg

manusia pada nyamuk anopheles. Tahun 1990 Manssn mengrrraikan

penularan pamsit kepada manusia melalui nyamuk, Tahm 1934

Rafflaele menguraikan tentang siklus shzogoni pada erinosit, dilanjutkan antara

tahun 1947-1953 oleh Garnham, shst, Malmos, covell dan shute, dengm
mengrrraikan siklus eksoeritrositik dali. berbagai spesies plasmodium pada
jaringan hati manusial2

2.1.3. Penyebab dan Hospes

Malaria disebabkan aleh protozm dari gerus Plastnodium. pada manusia


Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu p. falciparum,

p.

vivax, p. malariae,ilaa

P. ovale. Keempat spesies plasmodium terdapat di Indonesia yaitu p.


fatciparum
yang rnenyebabkan malmia tropika P. vivm yang menyebabkan malaria
tertiana"
P.

Malariae yang menyebabkan malaria quartana dan p. ovale yangmenyebabkan

malaria ovales. Penularan malaria dilalarkan oleh nyamuk betina

d;y1i

tribas

anopheles (Ross, 19f37). Dari sekitar 400 spesies nyamuk anopheles tslah

ditemukan

67

species yang dapat menularkan malmia dan

ditmukan di Indonesial

2.1.4. Distribusi

24

diantaranya

3.

eografi

Malaria menrpakan penyakit endemis atau hiperendeinis di daerah tropis

marrym subtopis dan menyerang ncgara dengan penduduk pdat.. Diperkirakm


pcvalensi malaria di seluruh dunia berkisar antara 160-400 juta kasus. Batas
dari

peiryebran malaria adalah 64u lintang utara (Rusia) dan 32o lintang selatan
(Argcdina)..

Di Indonesia malaria tersebar di selurutr pulau dengnn derajat endemisitas


yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah dorgan
kstinggian sampai lg00
meter di atas permukaan laut.
spesies yang terbanyak

diirnpai

adarah p.

falciprum

dan

p. vivax. p.

malariae drju rai di Indonesia bagran tiilur, p. ovale pernah diketmukaa


di
Irian Jaya dan

56"

Tenggara Timurs

2.1.5. Daur Hidup

siklus hidup semua spesies parasit malaria pada manusia adalah sam4
yaitu mengalami shdium-stadium
vmg bspindah dari vektor nyamuk ke manusia

dan kembali ke nyamuk lagi. Terdiri dari siklus seksual (sporogoni) yang
berlangsung pada nyamuk arnplwles, dan siklus aseksual yang berlangsung pada
manusia yang terdiri dari fase

2.1.6. Cara

eritosit (erythrocytic schizogony)tz.

Infelsi

Malaria dapat ditularkan melalui dua cara yaitu cara alamiah dm bukan
alamiah-

a, Penularan secara alamiah

(natural irfection), melalui ggtan nyamuk

arnpheles.

b. Penularan

bukan alamiah, dapat dibagi m,rurut cara penularannya,

ialah:

l. Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada


sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi

dai ibu kpada

bayr yang dikaodungnya. Selain melalui plasenta penularan dari ibu


kepada bayi melalui

2. Penularan
janln sunuk

ali pusar

secaf,a mekanik

terjadi melalui tansfirsi darah atau

Penularan melalui janrm suntikbanyak

tujadi pada para

pencandu obat bius yang menggrmakan janrm suntik yang tidak steril.

Infeksi malaia melalui transfusi hanya mengbasilkan siklus eritrosits


karena tidak melatui sporozoit yang memsrlukan siklus hati sehingga
dapat diobati dengan mudah.

3. Penularan s@af,a oral, pernah dibuktikan pada ayam

(P.

gallinasium). brruns d^n (P. relection) danmonyet (P.lffiowlesi).


Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain

yang sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala Hiniss.

2.1.7. Diagnosis
Diagnosis malaria sebagaimana penyakit pada umumnya didasarkan pada
manifestasi

klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologrs dan ditemukanaya

parasit (Plasmodiurnl didalam darah penderita. Manifestasi klinis demam malaria

seringkali tidak kha$ dan menyerupai pe'lryakit infeksi lain tdsnam dmgo",
demarn tifoid) sehingga menyulitkan para klinisi untuk mendiagnosis malaria
dengan mengnndalkan pffigamaan manifestasi klinis saja, untuk

itu diperlukm

pemeriksaan laboratoris untuk menunjang diagnosis malaria sedini mungkin. Hal

ini penting mngrngat infelrsi oleh parasit Plasmodium (terutama

P. folciparum\

dapat berkembang dengan cepat dan menimbulkan penyulit-penyulit yang beraf

l.

Dijumpai riwayat demam dengan ane,mia dan splenomegali mRrpakan petmjuk


untuk diagnosa infeksi malaria khususnya didaerah endemif

Secara garis besar diagnosis laboratoris demam malaria digolongkan


menjadi dua kelompok yaitu perreniksaan mikroskopis (dengan berbagai teknik

termast* Quantitative Buffy Coat) dan uji imunoserologis untgk mendeteksi


adanya antigen spesifik aau antibodi spesifik terhadap Plasmodium. pada tahun

terakhir ini dikembangkan sidik DNA de,ngan berbagai teknik mulai dari DNA
lengkap (entire genome probe) sampai porymemse chain Reaction
@cR) yang
sangat sensitif sehingga dapat mende,teksi pototrgan DNA parasit plasmodiumzs.

2.2. Malaria Falsiparum

Malaria falsiparum atau malaria tropika adalah suatu brtuk penyakit


malaria yang disebabkan oleh p. fatciparam.

2J.1. plasmo{irrm falsiprum


P. falciparum adalah qpesies yang paring te*anava karena poteosial

menimbulkan hiperparasitemia dan kmplikasi. p.


falciparum paling utama
bertanggung jawab untuk pelbagai manifestasi
merupakan suatu bentuk malaria paling berat

klinis dan patologrk dtr

dm

berkomplikasi, diketahui

sebagai malaria frlsiparum, pemicious, subtertian, malignan,

atanr

estivoautummal2s.

Morfologi topozoit p. falciparun berupa ring/cincin kecil


diameter kurang

deng;an

hi t/3 diameter eritrosit normal.Benfirk cincin ini halus,


l0

mempunyai sitoplasma berwarna biru" lffomatin inti merah dan


adalah satu-satrmya spesies yang dapat mempunyai
chromatin)rs,Bentuk skizonnya jarang ada

P falciparum

2 laomatin mti

(double

dalm sirkulasi darah tepi, dan jika

ditenrukan skizon dalam darah tepi hal ini merupakan anda malaria berat. Bentuk
gametositnya sangat

lfias yaitu elips (crescenl berpigpn wama hitam

dengan

sitoplasma kunfug. Pada sediaan tipis mudah diidentifikasikm adanya presipitasi

Hb berupa bintik merah kasar dalan sitoplasma eritosit terinfeksi yang disebut
btntikMaurert6-

P. falciparum mempunyai afinitas terhadap setiap eritrosit

tanpa

mernandang umur. Konsekuensinya pada P. falciparum angka infeksi eritrosit


adalah sangat

tingg, sehingga sering memberi komplikasi berat. Berahya malaria

frlsiparum adalah proporsional terhadap dEnsitas parasit didalam penftuluh


internal dan tidak pada sirkulasi perifer. Pada malaria falsiparum serangannya
sering mendadak" rigcr jarang sekuat pada malmia lain, paroksismalnya kurmg
teratur dan pada infeksi berat demm sering terus menerus.2s

2,2.2. Khsifikasi dan Manifcstasi

Klinik nilahria Fakiparm

Penderita malaria secara umum diklasifikasikm berdasatcan

klinik

dan

parasitologilfe. Klasifikasi klinik didasarkan abs ada dau tidaknya komplikari


dan keadaan rmrum psnderita, hal

ini penting untuk mengetahui ffira yang tepat

dalam pernberim pengobatan (misalnya pada penderita yang muntah-muntah


sebaiknya diberikan obat parenteral, infeksi yang didapat dari daerah yang resisten

11

malaria memerlukan pengobatan yang berbda). Klasifikasi parasitologik


diperlukan untuk me,nentukan jeiris spesiesnya dan derajat parasitemianyale.

Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan


panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang

bany*, dan sering

terjadi komplikasi. Masa inkubasi g-r4 hari. Malaria tropika mernpunyai


perlangsungan yang cepat, dan parasite,mia yang

tingg dan me,nyerang

s$rnrra

bennrk eritrosit. Gejala prodromal yang sering dijumpai yaitu


sakit kepala, nyeri

belakang/ttmgkai, lesu, perasaan dingrn, mual, muntah dan diare. parasit


srlit
ditemui pada pe,nderita dengan pengobatan supresif. Panas biasanya iregrrler
dan

tidak periodit! sering terjadi hiperpireksia dengan temperahr diatas

40t.

lain berupa konvulsi, pneumonia aspirasi dan banyak keringat

gejala

walaupun

temperatur normal. Apabila infeksi memberat, nadi cepat, mause4


muntah, diare

tztt. G"jul.
menjadi berat dan diikuti kelainan paru
malaia
oatuk)
dikelinrkan de,ngnn influenza" hepatitis, gnogguan

ini

sering

lain yang menyenryi

komplikasinya seperti meningitis, ensefalitis.


Pada frse panas, suhu tidak tunm smpai normaf tmperatur
meirjdi

remiten atau kontinua, bahkan kadang-kadang dengan dua puncak.


Kadangkadang demam tidak jelas atau tidak ada, sampai

tinbul

gejala awal dari

komplikasinya. Hal ini disebabkan perbedam stafi$ imrmitas dan


sinkronitas dari
skizogoni aseksual dari parasits-

Limpa membesar dengan cepat, dan biasanya teraba minggu pertama


setelah infeksi. Limpa membesar setiap paiode demam dan menunrn
dengan

interval. Pembesaran disertai nyeri pada perabaan, walaupun limpa


kadang-

t2

kadang tidak teraba. Pembesaran hati jugn sering dijurrpai, bahkan pada malaria

di

Sulawesi Utsra hati lebih sering msmbesm dibandinekan dengan komplikasi

lainnya. Kelainan firngsi hati lebih dominan peningkalan bilirubin dibandingkan


dengan peningkatan enzim transaminase (hanya 2-3

x normal). Kelainan giqial

juga dapat terjadi sebagai komplikasi malaria falsipanrm. Pada urinalisis dijumpai

albuminuria granular dan cast hiaka urin klorida reirdah walaupun tidak
dehidrasi, ini menuqiukkan adanya ganggun fungsi tubulusr?'l8.

Anemia sering terjadi mulai dari iler4jat ringan sempai berat, hemolisis
jarang terjadi dan kasus dengan demanr kurcing hitam jarang dilaporkan. Anemia
biasanya normositik dan sumsum tulang normoblastik Leukope,nia biasanya

dengan hitung leukosit 3000-6000/mm3, dengm peilrnman granulosit dan


peningkatan monositle.

2.23. Malaria Berat


Malaria berat adalah malaria yang disebabkm oleh infeksi P. falcipantm

staditln ase*sual. WHO menebpkan kriteria diagnosa nalilia benat yaitu adanya
satu atau lebih komplikasi sebagai berikut

a.

Terdapat hiperparasiternia yaitu bila > 5% eritrosit dihingeppi parasit

b.

tvlalmia serebral dengan kesadman meilrnm

c.

Anemia berat, kadar hemoglobin <7,1

d.

Ikterus, kadar bilirubin senrm > 50 mmol/l

(delirirn,

stnpor, koma)

gf&

Hipoglikemia kadang*adang Mubrmgnn dengan pengobatan kina

13

f-

Gagal glnjal akut, kadar kreatinin serum > 3,0 g/dl, urin kgrang

mll24 jam pada orang dewasa atau

<lz

ml,rlcg

dari,m

BB pada anak-ad

setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin >3mg%o.

g.

Hipertermia atauhiperpireksia, suhu >

h.

Rlemapanr/ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)

i.

Perdarahan spontan dari hidung, gu$i, tract digestiws, dan/atau diserni

3fC

kelainan laboratorik adanya gangsmn koagulasi intravaskuler;

j.

Kejang benrlang lebih dari

kaldz4 jam setelah pendinginan pada

hipertermia;

k.

Asidemia (pH

I'

Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukm

7.25) dau asidosis (plasma bikmbonat < 15

mmovl)

karena obat anti malaria pada kekurangan G-6-pD);

m. Diagnosa post-mortem

dengan ditemukannya parasit yang padat pada

pembuluh kapiler pada jmingan otak

n. Syok, hipotsmflJ'E

15

Malaria berat terutama malaria serebral yang merupakan komplikasi


terberat sering mengakibatkan kematian, sekurang-kurmgnya 2 j$aorang setiap
tahun di seluruh dunia

a'5.

Gambaran klinis infeksi malaria yang bervariasi, diduga merupakan hasil

interaksi yang kompleks anmra antigen parasit yang bervariasi dan mudah
berubah, dengan reqpon imun individu2e. interaksi

perlindungan dan penyembuhan dari infeksi,

patologis. Sejumlah

frktor seeerti

ini disamping dapat memberi

dapt pula menimbulkan

dampak

ge,netik, status nutrisi, status imrmologi,

t4

keterlarnbatan atau ketidak-tepatan terapi s$ta strain pmasit berpengaruh dalarn


terjadinya malaria beraf .
Prognosa penderita malaria berat terganfirng dari kecepatan dari penderita

untnk mendapatkan diagnosa yang tepat dan penanganan yang akurat. Walaupn
demikian keterlambatan penderita tiba di RS yang mampu melalcukan penanganan

malaria berat merupakan frktor yang penting jugn. Mortalibs malaria bsrat
tergantung dari jenis organ dan jumlah organ yang terlibat dalam komplikasi.
Cangguan kesadaran yang dalam, peningkatan respirasi (> 35 :r/menit), asidosis,
gagal ginjal, hipoglikemia dan admya leukositosis me,nrpakan faktor utama yang

meninggikan angka mortalitas. Dari penelitian di Minahasa yang melibatkan 111


penderita malaria berat, bila komplikasi hanya pada satu organ, mortalitasnya

l0,sYo, dengan

organ torkena mortalitas

47

$% dan bila 3 organ

terkena

mortalitas 88,9o41e.

2.2.4.

IJiprpa rasitemia
Hubungan antara tingkat parasitemia dan mortalitas akibat malaria

falsipanrm pertama kali dilaporkm oleh Field dan Niven- Mortalitas dilaporkan
meningkat pada parasitemia 100.0001pL dan bila parasitemia 500.000/pL maka
angka kematian mencapai 50o/or5. Tingkat parasitemia dapat digunakan untrk
menilai berabya penyakitl5'2O. Meskipun demikian, pada daerah endemis malaria,
pmasitemia yang

tingg sering

ditemukan pada individu yang asimptomatik"

Dilain pihak terdapat kasus kematian akibat malmia dengan tingkat parasitemia

yang re,ndah. Ketidak-sesuaian

ini

dapat ditoangkan berdasarkan stadium

l5

perkembangan parasit dan sinlaonitas infeksi p.


falciparum. Beraurya pe,nyakit

lebih ditenfirkan oleh jumlah parasit yang banekueskasi ke dalam jaringm


daripada jumlah parasit dalam sirkulasi20. Morfologilstadium parasit
dalam
sediaan apus darah tepi mencerminkan proporsi parasit yang bersekuesfiasi
dan

mempunyai nilai prognostik. adanya sizontemia dan atau fiopozoit matang


di
darah tepi merupakan petanda prognosa yang

burukI.

Hiperparasitemia didefinisikan sebagai malaria berat bila hihmg parasit >

5% Q50.000ipL)30. Ada hubungan yang erat antara hiperparasitemia

dengan

mortalitas/risiko kematian, khususnya untuk penderita yang tidak imun.


Bila
parasitenria kurang

dari 100.000/pL mgka keinatian ialah lyo, dan

parasitemia 500.0001pL angka kematian


hiperendemik/holoendemik;1s.

ialah

50o1o

(kecuali

di

bila

daerah

Hal ini disebabkan karena adanya kemungkinan

terjadi gang$an mikrovaskuler lebih banyak terjadi sehingga akan menyebabkan


kelainan metabolik seperti hipoglikemia dan asidosis metabolikrs. parasitemia
10% cukup banyak dijrrmpai, bahkan parasitemia s0-|'0% pemah te{adi pada
kasus

di

Minahasa2a. Penderita tersebut memburuk dengan cepfi, memberikan

gejala malaria serebral, gagal ginjal akut, ikterik yang dalam,


anemia, asidosis,

hipoglikemia dan gagal respirasi akut dalam beberapa jam. Adanya perdaratran

retina membe,rikan pcuduk prognosa yang jelek. Bila terjadi hiperparasitemia


biasanya dijumpai bentuk skizon didarah tepi. Kebalikan dari hiperparasitemia

(hitung parasit rendah/

0) tidak selalu berarti penderita tidak mengalami

msrifestasi berat atau pe,nderita prognosanya baik. Hal

16

ini disebabkan

admya

sekuesffasi pmasit yang m,ngakibatkan pemeriksaan parasit


cocok dengan adanya parasit sebenarnya di dalamjarin$nt

l7

di darah tepi tidak

BAB

III

METODtr PENELTTIAN

3.1. Dcsain

Penclitial

Desain penelitian yang dipakai adalah cross sectional yang bersifat

deskiptif korelatif. Penulis nelalqukan observasi dah pada suatu periode t,fiffhl
kemudian data yang didapat dianalisis hubungan anttra satu keadaan dengan
keadaan lainnya berdasadan toori.

3.2. Populasi dan

Sampl Penelitian

Populasi dalam pe,nelitian

ini

adalah pasien

rawd inap dengan diagrosa

malaria falsiparum dari bagian penyakit dalam RSUP dr. M. Djamit Padang pada

bulan Februari sampai dengm AVnlzWz. Sebagai saryel

dimbil berdasartm

Rumus Jumlah Sarnpel untuk penelitian Cross-Sectional yatrnil0

No= 4P.q

Nr=

Ns

1+No/N

:
p :
No

jumlah sarrpel awal


sifat suatu keadam ddam percea

jilo

tidak diketahui dianggap 50

o/
/o

q:
L :
Nr :

100%-p
derajat ketepa'tan yang dipergunakaa lazimnya 5 7o

jilnlah

sanrpel yang sebenmnya

18

N:

jumlahpopulasilo

Didapatkan

jtmlah sampel sebanyak 64 orang'

33. Cara Pengambilan Sampel Penelitinn


Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling
dengan pnnslp pokok semua individu mempunyai kesempatan yaag $una untuk

terpilih sebagai samPel

ro-

3.4. Identifikasi dar Pengukuran Variabel


3.4.1, Delinisi operasional variabel

a.

Sediaan darah tebal adalah tetesan damh pada kaca objek yang dilebarkan

lebih lnnang t-2 cm sehingga eritrosit masih menumpuk


penyebararmya tidak terlihat dengan jelas, yang dapat

dm

dffiat

pada sediaan

ini adalah pembacaan parasit berdasarknjrrmlah lel*osir

b.

Sediaan darah tipis adatah tetesan darah pada kaca objek yang dilebmkan
dengan objek lain setipis mungftin sehingga penyebaran erifrosit dapat

ditihat denganjelas.

c.

Hitung parasit atavpa msi te count terbagi dua yaitu, menghitung jumlah
parasit yang dapat dilihat pada sediaan d31'ah tbal per 200 leukosit dmt
menghitung jumlah parasit yang dapat dilihat pada sediaan darah tipis

pu

1000 eritrosit.

d. Klasifikasi

derajat infeksi malaria pada sediaan darah tepi terbagi meqiadi

3, yaitu ringan, sedang dan berat. Klasifikasi

19

ini didapatkan dari

interprelasi metoda semi kuantitatif untuk hitung parasit pada sediaan


darah tebal" yainr

+ : 1-10 parasitper 100 laPangan


# = 11-100 parasitper 100 lapangan
+r+ : 1-10 parasitper laPangm
++++ - > 10 parasit

per 1 lapangan

*+-r+* = > 100 parasit per 1 lapangan

25

Setelah dilakukan pengamatafl dan hitung rata-rata didapatkan hasil

jumlah leukosit
lapangan setara de,ngnn 10 leukosit dan dikalikm dengan
normal rat*rata,yainr 800025. Maka dengAn dernftian metoda semikuantitatif dapat diinterpretasikan kedalam

htuk

kuantitatif.

Penghitungan ini dilakukan oleh seorang staf Laboratoritrm Parasitologi

FK.LINAIID yang telah berpeirgalaman dibidangnya selama lebih dari 20


tahun. Kemudian dikelompokkan menjadi 3

keloryo{yaiar:

ringan ; *,+r setara dengan 8-800 Frrasitld


sedang: +++ setam dengan 801-88S parasit/pl

berat : ++-Fl,.ffi

setara dengan

>88m parasit/pl

Klasifikasi infeksi malaria frlsiparum secara Hinis dikelompokkan


menjadi 2 kelompok yaitu malaria berat dan tidak berat, mengacu pada

laiteria WHO15. Penelitian ini mengambil beberapa faktor penyulit yang


meriyebabkao malaria falsiparum menjadi malaia berat, antara lain

Hb < 7,1 grldl diartikan sebagai anemiaberat.

2A

suhu > 39"c diartikan sebagai hipertermia atau hiperpireksia.


Terjadinya penunman kesadaran-

3.4.2. Alet dan Bahan

a.

Sediaan darah tebal tiap-tiap pasien dari bulan Febuari sampai

April

2W2 dilaboratorium Parasitologi FK UNAND

b.

Mikroskop binokuler

c. Mioyak emersi

d.

Stopwatch

e. Tiga buah rak

f.

Alat -alat tulis

g.

Bgku data pasien Laboratorium Parasitologi FK UNAND dari bulan


Febuari sampai APril 2002.

h.

status pasien Baeian penyakit dalam RSU dr.M.Djamil Padang sejak


bulan Febuari sanrpai April 2002.

35. Tata Lalaana Penelitian

sampel yang

tspilih

pe,mbesaran 10

2.

Hitung

jais

akan diamati dibawah milroskop binokuler dengan

X 100,

me,nggunakan minyak enersi.

parasit {parasit count), dilahkan berdasarkan jumlah pamsit

dan leukosit yang ditemukan.

3.

Pada tiap lapangan pandang, parasit dan leukosit dihitung kemudian


dihentikan jika

jmlah

leukssit mencapai 200.

21

4.

Jumlah leukosit rata-rata 8000lul damh, sehingga densitas parasit dapa


dihitung sebagai berikfr
ParasiVgl darah

jumlah parasit vang dihitung x 8000


jumlah leukosit yang dihitrms (200)25

Contoh: Hasil : 1500 parasit200leuko


Bila leukosit 80001pL, hitung parasit:
8000/200 x 1500 par. = 60.000/FL25
5.

untuk mengetahui

pencemaran parasit pada eritrosit, maka dilakukal

perkalian jumlah parasit berdasarkan leukosit dengan 1000 eritrositi200

leukosif6.

6.

setiap hasil yang didapat dikonfirmasikan dengan diagnosa klinis


berdasarkan kriteria

wHols

pada status pasien di bagian penyakit Dalam

RSU dr.M.Djamil Padang pada bulan Febuari sampai April 2002.

3.6. rffaktu dan tempat penelitian

Penelitian dilalilkm pada bulan Mei srmpai bulan Juni 20a2, dengan
status pasien

fa*?t inap bagian penyakit dalam RSUP dr. M. Djamil dan data

sediaan darah tepi pasie,n pada bulan Februari sampai bulan

April

2002.

Pemeriksaan sampel darah dan pengumpulan data dilakukan dilaboratorium


Parasitologi Fakulas Kedokteran Universitas Andalas. Pengumpulan data Hinis
berdasarkan kriteria WHO15 pada status pasien dilakukan di Bagian rekam medik
dan Bagian Penyakit Dalam RSU dr.M.Djamil padang.

22

3,7.

Teloik Anatisis

squffre

DatN

ffia

Data yang didapat diuji secara statistik

deirgan

rntr*

hubunp yag bermah

me,mbr*tikan apakah terdapat

jumlah parasit P. falciparum pada

diaan

hi-

ffii

darah tepi terhadap fr1fi6-fdctr

komplikasi yang berpengmuh terhadap berat ringannya penyakit malaria trrylra-

23

BAB

IV

IIASIL PDNELITIAN

Telah dilaLukan suatu penelitian c.ross sectional yang bersifat deshiptif

korelmif longitudinal tertadap pasien fawat inap bagim petryakit dalam RSUP
dr.M. Djamil selama bulan Februari, Maret dan April sebanyak 64 sampel, unttrk
mengetahui hubnmgan antara dCIajat infeksi malaria falsiparum pada sediam

darah tepi menurut parasite count dwgAn beramya penyakit secara klinis
berdasarkm laiteria WHO"

Populasi didapatkan dari status pasien rawat inap yang terdiagnosa


malaria falsipanrm

di

bagian rekan medik RSUP dr.

M. Djamil dan bagian

penyakit dalam IRNA C RSUP dr. M. Djamil. Kemudian didapatkan sampel


berdasmkan Rurnus
c31g.

Jmlah Sampel wrtuk penelitian Cross-sectional dan dengm

Simple Random sampling. Diperoleh sampel dengan jenis kelamin laki-laki

sebanyak

5lS %

dan perempuan sebanyak 45,4%. Ke,mudian dilah*an

pendataan dengan mengambil data-data yang diperlukm sesuai dengan kriteria

WHO unttft malaria berat yainr }Ib, Suhg, lama dan laiteria de'maq peilrurun
kesadaran, dan qplenomegnli.

Data yurg didapat dikonfirmasikan dengan mengldtmg parasite count

pada laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas fuidalas,


kemudian data diolah dan diuji sec:ra statistik.

pada tabet

IV.l

dapat dilihat gambaran derajat infeksi malaria

falsipom

pada sediaan dcah tepi mmpet mentxvt parasite coant

Tabel

IV.l. Disfrtusi

frekuensi sampel menurutparasite count

Derajat Infeksi
Malaria Falciparum
Ringan

Sampel

Frekuensi (f)
28

Prosentase (%o)

Sedang

30

Brd

46,875
9,38

Jumlah

&

100^00

43,75

Dafi 64 sampel yang terdiagnosa malaria falsiparum, 28 (43,75W oftIng


pasien digolongkat kedalarn kelompok malaria ringnn berdasarkan hitung parasit
dengan rentang 8-800 pafasit/pl,dan 30 (46,875

orang pasien termasuk dalam

kelompok sedang dengan rentang 801-9300 parasit/pl, dan 6 (9,38yi orangpasieit


pada tabel IV.2 dapat dilihat frekuensi sampel dalam klasifikasi beratnya

peiryakit malaria falsiparum secara klinis dengan komplikasi anenria mentrrut

kriteriaWHO
Tabel IV.2 Di$fibusi frekuensi sanrpel menurut Hb

Berahya penyakit Maiaria


Falciparum secara klinis
Tidak berat
Berat
Jumlah

Sampei

Frekuensi

{f}

Prosentase (%)

96,875
3,125

100,00

62

Dmi tabel IV.2 tslihat hanya 2 Q,l25W saja yang menderita anerria beraf,
denganHb<7.1 grldl.

2s

pada tabel IV.3 dapat dilihat frekuensi sampel dalam Hasifikasi beratnya

penyakit malaria falsipanm dengan komplikasi hiperpireksia menurut kriteria

wHo.

Tabel IV.3 Distribusi frekuensi sampelmenurut suhu

Berahya penyakit Malaria


Falciparum secara klinis
Tidak berat

Frekuensi
60

Berat

62s

ffi

100.00

Jumlah

Sampel

(fl

Prosentase
93,75

(oi)

Tabel IV.3 menunjglckan batrwa dari 64 sampel, terdapat 4


pasien yang mengalami komplikasi hiperpireksia

6,25% )

suhu diatas 39 "C ), sehingga

dapat digolongkan malaria berat berdasarkan kriteria WHO.


Pada tabel

IV.4 menunjukkan &ekuensi sampel dalam klasifikasi beratnya

penyakit malaria falsiparum dengan konrplikasi peltunrnan kesadaran menurut


kriteria WHO. Pentrunan kesadaran yang dimaksud meliputi apati, somnolen

da

koma
Tabel IV.4 Distribusi frekuensi sampel menurut penufunan kesadaran
Beratnya penyakit Malaria
Falciparum secara klinis
Tidak brdt
Berat

5'.7

Frosentase (%)
84

16

Jumlah

&

100.00

Pada tabel

Sarnpel
Frekuensi

{fl

IV.4 dapat dilihat, 7 orang

pasie'n

16 %

penunman kesadaran, sisanya ( 84 a/o) composmmtis cooperatif

26

mengnlmi

Pada tabel IV.5 terpapar data frekuensi lriteria demam yang diderita
pirsirl-

Tabel IV.5 Disribusi frekuensi sampel menwut kriteria demam


Frekuensi

Kriteria demam

(fl

Prosentase {7o)

38

59,375
75

Terus menerus

48
20

Hilang timhl
Turun naik

Menggrgil
Berkeringd

Pada tabel

312s
21375
l4,t)6

t4

IV.5 dapat terbaca bafuwa gejala de'mm malaria srdah san86

bervariasi, bahkan untuk kategori malaria dongan pryebab spesies yang sam4
periode demaro pun tidak bisa menjadi acuan lagi. Namun demam dengan ciri
berkeringat muncul pada 48

(75

o/o

) sampel dan menggigil pada 38 {59,375 %)

sampel.

Tabel IV.6 Uji Kemaknaan Hubungan Derajat Infeksi h{alria Falsiprum pada
Sediaan Darah Tepi menurut Parasite Count de,ngan neratnlra Pryakit Ssara
Klinis Berdasarkan Kriteria WHO

Kriteria

Malaria Berat

\rms
\

Kriteria

MalariaTidak

Jumlah

Berd

Laboratoris
Ringan

SedangiBrat

25

28

36

53

&

Jumlah
11

Didapatkan

28

X2 :1,6

27

Berdasarkan

tabllzx}

o/omal<a didapatkm
dengan derajat kepercayaan 95

batas kemaknaan 3,84. Karena

pada chi-squre diperoleh

hrang dali 3,84

maka dapat ditarik kesimputan bahwa tidak teda@ hubrmgan yang befinakna
antara derajat infeksi

mlaria falsipanm pada sedimn

pe,nyakit secara Hinis.

28

alarah

tpi

dengnn bcafnya

BAB V

DISK['SI
Tujuan penelitian Cross-Sectional ini adalah rmtuk mengetahui hubungan

anttra derajat infbksi malaria falnprum pada sediaru da.ah tepi menurut hitung
parasit ataa parasite count dengan bera6ya poyakit scara kiinis berdasa*an
laiteria WHO. Gotd staruisrd unnrk menegakkan diagrcsis mairia sampai sa6

ini adalah menemukan

parasit pada sediaan darah

tepi dan

berdasarkan

pengamatan peneliti beberapa bulm yang dimulai pada awal tahun ini, permintaan

dokter bagian penyakit dalam RSUP dr.


Parasitologi F,akultas Kedokteran

Djamil teftadap labonatorium

unn* melakukm Wmsrte corml segfr

meningkat.
Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pasiil rawat inap

bagtan penyakit daiam RSUP dr. M. Djamil yang terdiagnosa malaria fuisiparun
dari bulan Februari sampai de,ngan bulan April 2002dipilih dengro metode simple

randam sompling. Data -data yang diperlukan diambil dari status pasieo daa
dikonfirmasikan dengan hitung parasit di LaboratoriumParasitologi FK.UNAND.

Dafi 64 sampel yang terdiagnosa malaria faisiparum, 28 <43,75Vo) orang pasia


digolongkan kedalam kelompok malaria ringan berdasarkan hitung parasit dengan

rentang 8-S00 parasivlrl,dan 30 {46,8'75

?0 orang pasien terrrasuk dalam

kelompok sedang dengan rentang 801-880e1parasi#pl, dan 6 (9,387o; orang pasien


didalam kelompok malaria berat dengan parasit > 8800 parasit ltrl. Hitung parasit
terendah adalah 80 parasitlpl, danyang tertinggr adalah 70.000 paraslt

29

lpl.

Dari tabel IV.2 terlihat hanya 2 (3,125W saja yang me'nderita anemia
berat, dengan Hb < 7.1 grldl. Tabel IY.3 menunjulkan bahwa
terdapat

4(

diatas 39

6,25ah

og

),

da1gl

64 sampel

pasien yang mengalami komplikasi hiperpireksia

sehingga dapat digolongftan

malria berat

suhu

berdasarkas lsiteria

IVHO. Suhu yang diarnbil adalah suhu pasien ketika prtama kali masuk rumah
sakit. Pada tabel IV.4 dapat dilihat, ? orang pasien
kesadaran, sisanya

16 o/")mengalami penunman

(54 %\ composmentis cooperatif'

Manifestasi demam yang muneul pada tiap'tiap pasien sangatlah kfbda


antara satu dengan yang lain, pada tabel IV.5 dapat tertaca bahwa gejala demam
malaria sudah sangat bervariasi, bahkan untuk kateggi
spesies yang sarna, periode demam pun

59,37 5 %

Uji

dengnn pe'nyebab

tidak bisa menjadi acran lagi. Nmrm

demam dengan eiri berkeringpt muncul pada 43


pada 38

malilia

(75 % ) smpel

dan meirggigil

) sampel.

chi-squtre menunjukkan

bdrwa tidak terd@

bsmakua antara doajat infe*si malaria falsipanrm pada


dengan beratnya penyakit secara klinis, terbukti dengAn

hgbrmgan yang

dim

dffih

tpi

Oilae*ann:ra X2 < 3,84.

Hal ini menraparkan dugaan yang tua; bahqa tsrdryd multi faktor
mempe,nguuhi patofisiologi dm perke,mbang& penyakit

yang

balt in vito maupun in

vivo.
Pada penelitian ini, kriteria

klinik yang diambil rmtuk membuat klasifikasi

berafirya penyakit secara klinis meliputi Hb, Suhu dm penunman kesadaran.


Berdasarkan kriteria malaria berat menunrt WHO, disebutkan

30

jika terdapat

sahl

pada
atau lebih komplikasi dm faktor penyulit dari laiteria yang dipaparkan

tinjauan pustaka dapat dikategorikan sebagai malaria


pada kenyataannya 3 dari 14 kriteria

ber*'

jusru tidak menur$ukkan hubungan

yang bermakna. Mungkin hal ini disebabkan 3 lsiteria ini tidak mewakili kritria

yang lain, atau dengan tidak menghiraukan kriteria lain berarti menghilangkan
kemungkinan penegakan diagnosa untuk malaria beraf pada mmpel sehinggn
seharusnya

pasien yang dapat dikategorikan malaria berat teningkirkan begitu

saja.

Namun ada beberapa pasien yang menrmjukkan gejala klinis sebagai


malaria berat tapi tidak diikuti deirgan tmuan parasitemia yang tinggl, hal ini bisa

dijelaskan dengan patogenesa mataria yang disebabkan P.falsipannn yang


mengakibatkan sitoadherensi dan sekuestrasi pada kapiler alat-alat dalam
Gambaran k:linis infeksi malaria yang bervariasi, diduga menrpakan hasil

interaksi yang kompleks antara antigen parasit yang bervariasi dan mudah
berubah, dengan respotr imun individu2n. inte"aksi

ini dismping dryaf memberi

perlindungan dan penye,rnbuhan dad infeksi, dapct prla neirimbulkan dafiIpak

patologis. Sejrrmlah faktor seperti genetik, status nutrisi, status imunologi,


ketslambatan atau ketidak+epatan terapi s$A #min parasit berpengnruh dalm
terj adinya

palaria bera( .

Tidak terdapatnya hubungan yang bermakna menurut uji chi-square antara

derajat infeksi malaria fatsipmnn pada sediaan darah tepi dengan beratnya
penyakit secara klinis selain didugn disebabkan karena kurang menyeluruhnya
pendataan yang diambil sesuai dengan laiteria malaia berat WHO, mungkin juga

3l

disebabkan kare,na pengombilan data laitria klinis hanya

@a

saat pasin masuk

rumah sakit saja nemun tidak memantau secaxa keseltnuhan dari perjalaom
penyakit sipasien.

32

BAB

VI

KtrSIMPULAN DAN SARA'N

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilalarkan pada pasien rawat inap di Bagian
Penyakit Dalam RSUP

DR M. Djamil, Padang yang

terdiagEosa dengan malaria

falsiprum pada bulan Februari sampai dengan April 2002, dapat disimpulkan
bahwa:

l.

Berdasarkan hitung jenis parasit dalam darah didapatkan persentase pasien

malaria falsipanrm dengan deraiat ringpn sebanding dengan derajat sedang;


Ditemukan 9,38olo pasien mengalami malaria berat.

2. Berdasarkan

hemoglobin, pada unffnnya pasien tidak mengalami malaria

berat, hanya 3,125a/oyang mengalami malaria berat secara klinis.

3. Berdasarkan suhu, sebagian

besar pasien tidak mwgalami malaria berdt"

hanya 6,25% pasieir yang mengalami malaria berat.

4.

Berdasarkan penurunan kesadaran sebagian besar pasien tidak mengplami


malaria berat. Ditemukan l|o/opasien dengan malaria berat'

5.

Derajat infeksi malaria falsiparum pada sediaan darah tepi menurut parasrte

count tidak berbanding lurus dengan kriteria Hinis malaria berat menunrt
hemoglobin, suhu dan penunrnan kEsadarm'

33

6J"

$ran
Berdasadru pmgit*m

sebagai

inf

terdapat bebe-rapa hal yang

pslu dipsrhatikan

Utm Bettfu,yain:

1. fvfeugndakil podithn lebih laniut mengenai hubungan derajat hfk$i nahria

Afsourm pgfla sediaan


peulrakit

smra klini

darah tepi me.nurut

s herdasarkan

tidak tfjadi pnyitrddran te*adap

Z.

N4dslqrkao

pelitian

prasite carrl

dengan beratnya

laiteria WHO secara mmyeluruh' sf.hinggn

kiffiia

klinis Qalaria be,rat yang laia

lebih hnjut dsngan memsstau keadaaa pa$io sffiara

menyelurft dari prbffi ma$ft rumah salft saryai puleg, dengan dffiikisn
variabel- variabel penggnn$r dapat disingkirkan-

3. Menyarankan kryda $hak rumab sakit agar membenahi dan menaa rekam
medik agar lehih trkordioir dengan baik sehingga populasi dao sanpel yang
didapaCkan lebih rqresenCmif se,xrai dengnn mgka kqiadianysg seUenarnya

4, lv{engffdtrkas kepada retiap dokter


pasien yang terdiagnosa ffialaria
bahaya mataria berat

agar mmeriksakao

falsipruq

34

hitmg parasit pada

sbagai uBaya antisipatif terhadap

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1.

Mrsh K Snow R" Why do some african children develop


malaia ? In: Parasitological today, London, 1991 ; 7 (10) :276 -281.
Green WB,

seYere

2. Riryrald. P, Peyron. F, lrpers. JP, Parasite

vinrlence factors during


q,"toadherence,
and modulation of
falcipanrm malaria : rosetting,
rytoadherence by cytokines, lnfect. Immun, Great Britain,1993; 61 : 5198 52M.

3.

Harijanto PN, Gejala klinik malaria berat. Dalam: Harijanto PN Editor,


Malaria epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis dan penanganan, EGC,
Jakarta, 2000; 9: 166-182.

4.

White NJ, The patofisiolory of malaria. Advances in parasitology, London"


1992;31 :84- 114.

5.

Warrell DA, Clinical features of malaria. In: Gilles HM, Warrell. DA (Eds)
Brucs Chwatt's essential malariolory, 3rdkl, Edward Arnold, Great Britain,
1993,37 -48.

6.

Departernen kesehatan Republik Indonesia, Epidemiologi malaria buku


pedomannomor I, 1990.

1.

Prevalensi malaria dan penyakit kecacingan pada pengobatan


massal di kecamatan pagai kepulauan mentawai surnatera barat bulari februari
1990. Laporan penelitian laboratorium parasitologi FK UNAND, Padang,

Djohar

I,.

1990.

8.

Rampengan. TH, Malaria pada anak. Dalam: Hmijanto PN Editor, Malaria


epiderniologi, patogenesis, manifestasi klinis dan penanganarl EGC, Jakarta

2000; 14 :249 -276.

9. Kakkilaya BS, Evaluation of Cases of malaria. diakses

dari:

http /lwww. malariasite. com.it<akliilava/


:

10.

Azwar A, Prihartono J, Metodologr penelitian kedokteran dan

kesehatan

masymakat. Edisi psrtarfia, Percrbit Bina Rupa Aksara, Jakffita,1987.


parasite. ln Giles HM, Warrel DA (eds) Bruce
Chwa4s essential malariologr. 3 th ed, Edward Arnold, London. 1993 ;12

ll.Gilles HM, The malaria


27.

3s

-*

A., Wagey TM, Siklus hidup plasmoditrm malaria. Dalam: Harijanto


PN Editor, Malaria epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis dan
penanganan, EGC, Jakarta, 2000; 4:38 - 52.

12. Nugroho

WH, The importancs of maltria in the world. In : Krsier JP (ed)


Malaria. Vol l. London : Acedemic Press, 1980: I - 93.

13. Wemsdorfer

W, Knols BGJ, A taxonomic and and bionomic review of the malaria


vectors of Indonesia. ln: Takken W, et. al (eds) Environmental meastnes for
malaria control in Indonesi4 a historical review on species sanitation.
Wageningen Agricultural University, Papers, 1990 : 90'97.

14. Takken

15. WHO, Mataria action progatn. In: Severe md complicated Malaria. Traasc.
of the royal of Tropical Medicine and hygtene, 1990, 84 ( Suppl. 2):31 -3216. Shute GT, The microscopic diagnosis of malaria. In: Gregor M, Wernsdorfer
WH (Eds) Malaria principles and practice of malariolory. Volume I, Churchill
Living Stone, London, 1988 : 781 - 813.

In: Cook GC (ed). Manson's tropical disease. 20ft edition,


WB Saunders, London, 1996: 1087-1164.

17. White NJ, Malaria.

T, Burnag D, The clinical features of malaria. In : Wemsdorfer


WH, Gregor M (eds), Principles and practice of malariolory, Vol. I. Churchill
Living Stone, London, 1988,: 7A9 -734.

18. Harinasuta

19.

Harijanto PN. Gejala klinik malaria. Dalam: Harijanto PN Editor, Malaria


e,pidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis dan penanganan, EGC, Jakarta,

2000:8:151-165.
20. Silamut K, White N.J. The relation of the stage of parasite, development in the
peripheral blood to prognosis in severe falcipartrm Malaria. Trans. R. Soc.
Trop. Med. Hyg. 1993; 87 .436 - M3.
21. Gilles HM. Diagnosis of Malaria" In: Management of severe and complicated
malaria. World Health Organization, Geneva l99l :39-46.

Malaria} . In Mandell GL, Bennet JE,


Bennets principles and practice of
and
eds) Mandell, Douglas
infectious diseases, 4fr edition. Churchil Living Stone, USA, 1995:2415 2421

22. Krogstad DJ, Plasmodium species

Dolin R" (

EW, Allen SD, Blood and tissue parasite. h : eolour atlas and
textbook of diagnostic microbiolory, fourth editicn. TB Lippincott Company,
1992:926 -930.

23. Koneman

36

24. Harijanto PN, Rotty L . Penurunan parasitemia pada diagnosa kasus malaria
berat dengan pengobatan tambahan transfusi ganti. Makalah Lengkap
KOPAPDI X, Padang, 1996.

W, Husada SG, Ilahude FID, Parasit malaria Dalam: Parasitologi


kedokteran, disi ketiga. Penerbit FKUI, Jakart4 1998.

25. Pribadi

S, Diag,nosis malaria. Dalam: Harijanto PN Editor, Malaria


epidemiologi, patogenesis, manifestasi Hinis dan penanganan, EGC, Jakarta,
2000; 10: 185 - 193.

26. Purwaningsih

27. Cohen S, Lambert PH, Malaria. In: Cohen S, Wrre,n KS (eds), Immunolory

of parasitic infestions. Blackwell Scientific Publication, Oxfords, 1982;422414.

M{ Rojas RA, Protozoal and helmentic diseases. In: Kissane TM.


Ed, Anderon's patholory, 9ft edition, Vol I. The CY Mosby Co, St. L,ouis,
t9XJ;44545A.

28. Mmcial

29. Hoffinan S, Diagnosis, treatment and prevention

of Norfh America 1992;1327

1355"

37

of malaria. Medical Clinics

(', (t
o
q c) (o

\t) o)o
N s

t.
(o

q c!
3 o

$
l--

z:l

00

t-

o)
f.-

(o
r.r)

(t)

f.-

N
ce
$

8u
ut<
F3
60
<a

EJ
<I
o-(J

6]
(\t

33
e.)

(! 6t

@l (o (o
lr,l ro (n
I

4Z
au
<:

(ot ro (o

N] N tN] c{ t!.
r.-

1&s
1u.tZ

c)
tf)

m:l
E <Y

c4

?g*
-r <o
As
=H

^t
+l
a\l
\l

t[I

-l

ltl

Al,.r
TI

fiY

2i
Ful

<(L

3f
ruf

ok
zd
<uJ
oc$
zt:)<

rs
fo-r

;H
xz
z9
f;H
Y
f

ol
vl

t^]

il
><

N
I

c..l

ct)

o?

r? ca

N
c.i

cti

ul
i

o
UJ
I

c! N
oq

qJ

c\t c\l

oq oq

oq
I

q.

N F F N
f
uJ

o
E

o
o

q o

..t cj o,

(')

rJ)

co c(

(D

C{

C{

._t
:l:!'r

WARNTWAYATHIDUP

i,.:
!!:

' +1'

:-.

t,sqa

TEmpatltans$l

libir

M&ryad

Fadil

:I^mgsa/ 3l Mei 1980

Agatna

Nama OrangTna

Islan

Ayah

: dr. Asykaruddin Sp.A

Ibu

: Yardek

BA

Alamat Orarrg Trm

Riwayat Fendidikan

: 1. SD Pstiwi Medan, 1986- 1987

Jl. Ade Irma Suryani no 20 A, Payakumtutt

2. SDN 2 Payakumbub,lulus tahun 1992


3. MTs PPMI Assalaam,lulus tahun 1995

4. SM{.IN 14 Bandung, lulirs tahrm 1998


5. Fakultas Kedoktera4 Unirersitas Andalas,

masuk tahun 1998

You might also like