Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas yang
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel
fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan Peyers patch.
Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan
demam enterik. Demam paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama
dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan, penyakit ini biasanya
disebabkan oleh spesies Salmonella enteriditis, sedangkan demam enterik dipakai
baik pada demam tifoid maupun demam paratifoid.1
Istilah typhoid berasal dari kata Yunani typhos. Terminologi ini dipakai
pada penderita yang mengalami demam disertai kesadaran yang terganggu.
Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena
penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan
lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri
pengolahan makanan yang masih rendah.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam
tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap
tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi
pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam
tifoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir
semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19
tahun.2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Berat Badan
Agama
Alamat
Kebangsaan
MRS
: An. AA
: 8 tahun
: Laki-laki
:16 kg
: Islam
: Desa Tanjung Raja, Muara Enim
: Indonesia
: 19 November 2014, pukul 08.37 WIB
B. ANAMNESA
(Autoanemnesia dan alloanemnesa dengan ibu penderita)
Keluhan Utama
: Demam
Keluhan Tambahan
: Keringatdigin dan muntah
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit, anak mulai panas, tidak
mendadak, muncul perlahan dan tidak terlalu tinggi, dan berangsurangsur meningkat setiap harinya. Oleh ibunya, anak diberi obat penurun
panas, panas turun beberapa saat setelah minum obat, kemudian naik
lagi. Panas terus-menerus sepanjang hari, meningkat terutama pada
malam hari dan tidak begitu panas pada pagi dan siang hari. Pada waktu
malam hari penderita tekadang mengigau, tidak berkeringat dan tidak
ada kejang.
Kurang lebih 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, anak mengeluh
nyeri di daerah ulu hati, anak juga mengalami mual dan muntah, serta
tidak BAB hingga masuk Rumah Sakit. Muntah sering, dengan
frekuensi 2-4 kali dalam sehari. Isi muntahan berupa air yang diminum,
dan terkadang berisi apa yang dimakan. Nafsu makan anak menurun
sejak terjadinya demam, namun minum masih kuat. Buang air kecil
normal seperti biasa, berwarna kuning muda, dan tidak ada sakit waktu
buang air kecil. Anak tidak ada mengeluh nyeri otot atau nyeri
pinggang, serta tidak ada riwayat bepergian ke luar kota.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu dengan keluhan yang sama disangkal
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
GPA
: G2P2A0
Masa kehamilan
: Aterm
Partus
: Spontan
Penolong
: Bidan
: 2600 gr
:-
Keadaan lahir
: Langsung menangis
Riwayat Makanan
ASI
: 0 bulan - 6 bulan
: 7 bulan
Merangkak : Berjalan
: 1 tahun
Riwayat Imunisasi
BCG
: (+)
Polio
Campak
: (+)
Kesan
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Pernapasan
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
: Kompos mentis
: 140 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
: 24 x/menit
: 39,4 oC
: 37 kg
: 130 cm
Status Gizi
- BB/U
- TB/U
- BB/TB
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk
UUB
Rambut
Mata
: 37/40x100% = 92.5%
: 146/149x100% = 97,9%
: 37/37x100% = 100%
:
:
:
:
Normocephali
Tidak menonjol, sutura tidak melebar.
Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
Pupil bulat isokor 2mm, reflek cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Hidung
: simetris, sekret (-), napas cuping hidung (-/-).
Telinga: Sekret (-).
Mulut
: Mukosa mulut dan bibir kering (-), lidah kotor (-)
Leher
: Pembesaran KGB (-)
Thorak
Paru-paru
- Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi -/- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-)
Jantung
-
Abdomen
- Inspeksi : Datar dan simetris.
- Palpasi
: Lemas, shifting dullness (-), hepar/liet ttb
- Perkusi : Timpani.
- Auskultasi : Bising usus normal
Lipat paha dan genetalia : Pembesaran KGB (-)
Ekstremitas
: Akral dingin (-), sianosis (-).
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb
: 11,2 g/dl
Ht
: 32%
Lekuosit
: 10.800/mm3
Trombosit
: 230.000/ mm3
Diff.count
: 0/0/0/39/37/23
DDR
:Tes Widal
- Antigen H :1/80
- Antigen O :1/320
E. DIAGNOSIS BANDING
Demam Berdarah Grade 1
Demam Tifoid
F. DIAGNOSIS KERJA
Demam Tifoid
G. PENATALAKSANAAN
IVFD KAEN IB gtt XIV x/m (makro)
Drip ceftriaxon 1 x 1600 mg drip dalam D5% 100 cc
Injeksi ranitidin 2 x amp
Paracetamol syr 3 x 1 cth
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
: bonam
: bonam
I. FOLLOW UP
Tanggal
20-11-2014
Keterangan
S : Keluhan : Demam (+), muntah (-)
O : Sensorium : CM
Vital sign :
N : 98 x/m, P : 24 x/m, T : 38,20C
Kepala
Leher
Thorax
Pulmo
Cor
Abd
Eks
21-11-2014
cc
Injeksi ranitidin 2 x amp
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Diet bubur saring
O : Sensorium : CM
Vital sign :
N : 90 x/m, P : 24 x/m, T : 380C
22-11-2014
Kepala
Leher
Thorax
Pulmo
Cor
Abd
Eks
cc
Injeksi ranitidin 2 x amp
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Diet bubur saring
Leher
Thorax
Pulmo
Cor
Abd
Eks
Pulang
Kloramfenicol 3 x 1 cth
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
Definisi
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typhoid
fever. Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat
pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu
atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran.1
3.2.
Epidemiologi
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit
ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum
klinis yang sangat luas. Data World Health Organization (WHO) tahun
2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di
seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. 4 Di
negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit
endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi
yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di
rumah sakit. Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh
propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun
dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar
600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur penderita yang terkena di
Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus.3
Salmonella typhi dapat hidup didalam tubuh manusia (manusia
sebagai natural reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat
mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam
jangka waktu yang sangat bervariasi. Salmonella typhi yang berada diluar
tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada didalam
air, es, debu, atau kotoran yang kering maupun pada pakaian. Akan tetapi
S. Typhi hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu pada raw sewage, dan
mudah dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi (temp 63C).1
Terjadinya penularan Salmonella typhi sebagian besar melalui
minuman/makanan yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita
atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama sama dengan tinja
(melalui rute oral fekal = jalurr oro-fekal).
Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari seorang ibu hamil
yang berada dalam bakteremia kepada bayinya. Pernah dilaporkan pula
transmisi oro-fekal dari seorang ibu pembawa kuman pada saat proses
kelahirannya kepada bayinya dan sumber kuman berasal dari laboratorium
penelitian.1
3.3.
Etiologi
Demam Tifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.
typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B (S. Schotmuelleri) dan S. paratyphi C
(S. Hirschfeldii).
Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri
Gram-negatif, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk
spora fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari
oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen (K) yang terdiri polisakarida. Mempunyai makromolekular
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel da
dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid
faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik.1
3.4.
sistemik yang mengakibatkan bakteremia kedua dengan disertai tandatanda dan gejala infeksi sistemik.
Di dalam hepar, kuman masuk ke dalam kandung empedu,
berkembang biak, dan bersama cairan empedu diekskresikan secara
intermitten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan bersama
feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus.
Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi
dan hiperaktif maka pada saat fagositosis kuman Salmonella terjadi
beberapa
pelepasan
mediator
inflamasi
yang
selanjutnya
akan
depresi sumsum tulang, kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem
imunologis.1,4
Manifestasi klinik
Manifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan, lebih
bervariasi bila dibandingkan dengan penderita dewasa. Bila hanya
berpegang pada gejala atau tanda klinis, akan lebih sulit untuk
menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak, terutama pada penderita
yang lebih muda, seperti pada tifoid kongenital ataupun tifoid pada bayi.
kuman salmonella, dan terutama didapatkan di daerah perut, dada, kadangkadang di bokong, ataupun bagian fleksor lengan atas.
Limpa umumnya membesar dan sering ditemukan pada akhir
minggu pertama dan harus dibedakan dengan pembesaran karena malaria.
Pembesaran limpa pada demam tifoid tidak progresif dengan konsistensi
lebih lunak.
Rose spot, suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan
ukuran 1 5 mm, sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks,
ekstremitas dan punggung pada orang kulit putih, tidak pernah dilaporkan
ditemukan pada anak Indonesia. Ruam ini muncul pada hari ke 7 10 dan
bertahan selama 2 -3 hari.1,4,5
Pengamatan selama 6 tahun (1987-1992) di Lab/SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr.Soetomo Surabaya terhadap 434 anak
berumur 1-12 tahun dengan diagnosis demam tifoid atas dasar
ditemukannya S.typhi dalam darah dan 85% telah mendapatkan terapi
antibiotika sebelum masuk rumah sakit serta tanpa memperhitungkan
dimensi waktu sakit penderita, didapatkan keluhan dan gejala klinis pada
penderita sebagai berikut : panas (100%), anoreksia (88%), nyeri perut
(49%), muntah (46%), obstipasi (43%) dan diare (31%). Dari pemeriksaan
fisik didapatkan kesadaran delirium (16%), somnolen (5%) dan sopor
(1%) serta lidah kotor (54%), meteorismus (66%), hepatomegali (67%)
dan splenomegali (7%).10 Hal ini sesuai dengan penelitian di RS Karantina
Jakarta dengan diare (39,47%), sembelit (15,79%), sakit kepala (76,32%),
nyeri perut (60,5%), muntah (26,32%), mual (42,11%), gangguan
kesadaran (34,21%), apatis (31,58%) dan delirium (2,63%).9 Sedangkan
tanda klinis yang lebih jarang dijumpai adalah disorientasi, bradikardi
relatif, ronki, sangat toksik, kaku kuduk, penurunan pendengaran, stupor
dan kelainan neurologis fokal.6
3.6.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis
demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu :
tertinggi
yang
masih
menimbulkan
aglutinasi
2.
3.
dini
dengan
antibiotik,
pemberian
kortikosteroid.
2. Gangguan pembentukan antibodi.
3. Saat pengambilan darah.
4. Daerah endemik atau non endemik.
5. Riwayat vaksinasi.
6. Reaksi anamnesik, yaitu peningkatan titer aglutinin pada
infeksi bukan demam akibat infeksi demam tifoid masa
lalu atau vaksinasi.
Faktor teknik, yaitu
1. Akibat aglutinin silang.
2. Strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.
3. Teknik pemeriksaan antar laboratorium.
4.
Beberapa keterbatasan uji Widal ini adalah:
Negatif Palsu
b) Tes TUBEX
Tes TUBEX merupakan tes aglutinasi kompetitif semi
kuantitatif yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan
menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan
sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen
O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada
Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis
infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan
tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit.
Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes
TUBEX ini, beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan
bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih
baik daripada uji Widal. Penelitian oleh Lim dkk (2002)
mendapatkan hasil sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%. 15
Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar 78% dan
ditemukan
baik
di
alam
maupun
diantara
mikroorganisme
Kelebihan pemeriksaan menggunakan tes TUBEX :
Mendeteksi infeksi akut Salmonella
Muncul pada hari ke 3 demam
Sensifitas
dan
spesifitas
yang
tinggi
Salmonella
Sampel darah yang diperlukan relatif sedikit
terhadap
kuman
menghilangkan
pengikatan
kompetitif
dan
dapat
disebabkan
oleh
Diagnosis
Demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis
yang ringan bahkan asimtomatik. Walaupun gejala klinis sangat bervariasi
namun gejala yang timbul setelah inkubasi dapat dibagi dalam (1) demam,
(2) gangguan saluran pencernaan, dan (3) gangguan kesadaran. Timbulnya
gejala klinis biasanya bertahap dengan manifestasi demam dan gejala
konstitusional seperti nyeri kepala, malaise, anoreksia, letargi, nyeri dan
kekakuan abdomen, pembesaran hati dan limpa, serta gangguan status
mental. Sembelit dapat merupakan gangguan gastointestinal awal dan
kemudian pada minggu ke-dua timbul diare. Diare hanya terjadi pada
setengah dari anak yang terinfeksi, sedangkan sembelit lebih jarang
terjadi. Dalam waktu seminggu panas dapat meningkat. Lemah, anoreksia,
penurunan berat badan, nyeri abdomen dan diare, menjadi berat. Dapat
dijumpai depresi mental dan delirium. Keadaan suhu tubuh tinggi dengan
bradikardia lebih sering terjadi pada anak dibandingkan dewasa. Rose
spots (bercak makulopapular) ukuran 1-6 mm, dapat timbul pada kulit
dada dan abdomen, ditemukan pada 40-80% penderita dan berlangsung
singkat (2-3 hari). Jika tidak ada komplikasi dalam 2-4 minggu, gejala dan
tanda klinis menghilang namun malaise dan letargi menetap sampai 1-2
bulan.
Gambaran klinis lidah tifoid pada anak tidak khas karena tanda dan
gejala klinisnya ringan bahkan asimtomatik. Akibatnya sering terjadi
Diagnosis Banding
Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang-kadang
secara klinis dapat menjadi diagnosis bandingnya yaitu influenza,
gastroenteritis, bronkitis dan bronkopneumonia. Beberapa penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme intraseluler seperti tuberkulosis, infeksi
jamur sistemik, bruselosis, tularemia, shigelosis dan malaria juga perlu
dipikirkan. Pada demam tifoid yang berat, sepsis, leukimia, limfoma dan
penyakit hodgkin dapat sebagai dignosis banding.1
3.9.
Penatalaksanaan
I. Non Medika Mentosa
a) Tirah baring
Seperti kebanyakan penyakit sistemik, istirahat sangat membantu. Pasien
harus diedukasi untuk tinggal di rumah dan tidak bekerja sampai
pemulihan.5
b) Nutrisi
Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) rendah serat
adalah yang paling membantu dalam memenuhi nutrisi penderita namun
tidak memperburuk kondisi usus. Sebaiknya rendah selulosa (rendah
serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita
demam tifoid, basanya diklasifikasikan atas diet cair, bubur lunak, tim,
dan nasi biasa.
c) Cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada
komplikasi, penurunan kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus
mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Kebutuhan kalori anak
pada infus setara dengan kebutuhan cairan rumatannya.
d) Kompres air hangat
mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Bila mampu untuk sediaan Per oral
dapat diberikan Cefixime 10-15 mg/kg/hari selama 10 hari.
Pada demam tifoid berat kasus berat seperti delirium, stupor,
koma sampai syok dapat diberikan kortikosteroid IV (dexametasone) 3
mg/kg dalam 30 menit untuk dosis awal, dilanjutkan 1 mg/kg tiap 6 jam
sampai 48 jam.
Untuk demam tifoid dengan penyulit perdarahan usus kadangkadang diperlukan tranfusi darah. Sedangkan yang sudah terjadi perforasi
harus segera dilakukan laparotomi disertai penambahan antibiotika
metronidazol.
4.0.
Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi 2 bagian :4
1. Komplikasi pada usus halus
a) Perdarahan usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena dapat
disertai nyeri perut dengan tanda tanda renjatan.
b) Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setengahnya dan terjadi
pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis
hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga peritoneum
yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan
diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan
tegak.
c) Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang, dan nyeri tekan.
2. Komplikasi diluar usus halus
a) Bronkitis dan bronkopneumonia
Pada sebagian besar kasus didapatkan batuk, bersifat ringan dan
disebabkan oleh bronkitis, pneumonia bisa merupakan infeksi
sekunder dan dapat timbul pada awal sakit atau fase akut lanjut.
Komplikasi lain yang terjadi adalah abses paru, efusi, dan empiema.
b) Kolesistitis
Pada anak jarang terjadi, bila terjadi umumnya pada akhi minggu
kedua dengan gejala dan tanda klinis yang tidak khas, bila terjadi
kolesistitis maka penderita cenderung untuk menjadi seorang karier.
c) Typhoid ensefalopati
Merupakan komplikasi tifoid dengan gejala dan tanda klinis
berupa kesadaran menurun, kejang kejang, muntah, demam tinggi,
pemeriksaan otak dalam batas normal. Bila disertai kejang kejang
maka biasanya prognosisnya jelek dan bila sembuh sering diikuti
oleh gejala sesuai dengan lokasi yang terkena.
d) Meningitis
Menigitis oleh karena Salmonella typhi yang lain lebih sering
didapatkan pada neonatus/bayi dibandingkan dengan anak, dengan
gejala klinis tidak jelas sehingga diagnosis sering terlambat. Ternyata
peyebabnya adalah Salmonella havana dan Salmonella oranemburg.
e) Miokarditis
Komplikasi ini pada anak masih kurang dilaporkan serta gambaran
klinis tidak khas. Insidensnya terutama pada anak berumur 7 tahun
keatas serta sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga. Gambaran
EKG dapat bervariasi antara lain : sinus takikardi, depresi segmen
ST, perubahan gelombangan I, AV blok tingkat I, aritmia,
supraventrikular takikardi.
f) Infeksi saluran kemih
Sebagian kasus demam tifoid mengeluarkan bakteri Salmonella
typhi melalui urin pada saat sakit maupun setelah sembuh. Sistitis
maupun pilonefritis dapat juga merupakan penyulit demam tifoid.
Proteinuria transien sering dijumpai, sedangkan glomerulonefritis
yang dapat bermanifestasi sebagai gagal ginjal maupun sidrom
nefrotik mempunyai prognosis yang buruk.
g) Karier kronik
Tifoid karier adalah seorang yang tidak menunjukkan gejala
penyakit demam tifoid, tetapi mengandung kuman Salmonella
yang
abnormal,
seperti
schistosomiasis,
mungkin
Pencegahan
Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran demam tifoid:2
Cuci tangan.
Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk
mengendalikan demam tifoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci
tangan anda dengan air (diutamakan air mengalir) dan sabun
terutama sebelum makan atau mempersiapkan makanan atau
setelah menggunakan toilet. Bawalah pembersih tangan berbasis
buah dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah dan
sayuran mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan.
Apabila tidak mungkin mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah
Jika anda adalah pasien demam tifoid atau baru saja sembuh dari demam
tifoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:
Sering cuci tangan.
Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk
menghindari penyebaran infeksi ke orang lain. Gunakan air
(diutamakan air mengalir) dan sabun, kemudian gosoklah tangan
selama minimal 30 detik, terutama sebelum makan dan setelah
menggunakan toilet.
Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.
Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air
setidaknya sekali sehari.
Vaksin polisakarida
Vaksin yang mengandung polisakarida Vi dari bakteri Salmonella.
Mempunyai daya proteksi 60-70 persen pada orang dewasa dan anak
di atas 5 tahun selama 3 tahun. Vaksin ini tersedia dalam alat suntik
Prognosis
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia,
keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara
maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka mortalitas <1%. Di
negara berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya karena
keterlambatan
diagnosis,
perawatan,
dan
pengobatan.
Munculnya