Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Claresta Hilary
Harris Fadhilah Hutama
Hendro Hadiyatmo
Narita Wastu Kresna Dwiyana
Nindia Andani Indraningtyas
Ufia Arba Dzukhron
Dosen :
Jaja P, Ir, M.Eng. Sc.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan pertanggung jawaban dari pembelajaran yang telah kami
laksanakan, sekaligus sebagai salah satu bukti tertulis dalam tugas yang telah kami lakukan.
Makalah ini berisikan tentang pelaksanaan pemasangan bangunan atas box girder baja.
Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini kami berterima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini.
2. Orang tua kami atas dukungan moril, spiritual, dan material.
3. Bapak Jaja P, Ir, M.Eng. Sc. selaku Dosen.
4. Rekan-rekan PJJ yang telah membantu.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan ini masih banyak
kekurangan oleh karena keadaan, kemampuan dan pengetahuan yang terbatas dalam
mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan berbagai
saran yang membangun dari pembaca. Dan harapan kami, semoga laporan ini bukan hanya
tulisan belaka, namun dapat menjadi sumber pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
1.2.
1.3.
Batasan Masalah...................................................................................................... 1
1.4.
Tujuan ..................................................................................................................... 1
2.2.
2.2.1.
2.2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.5.1.
2.5.2.
Balok-T ............................................................................................................ 6
2.5.3.
2.6.
2.7.
3.2.
ii
3.3.
3.4.
3.4.1.
3.4.2.
3.4.3.
3.4.4.
3.4.5.
3.5.
Pekerjaan Survei.................................................................................................... 15
4.2.
4.3.
4.4.
5.2.
5.3.
5.1.1.
5.1.2.
5.1.3.
5.1.4.
5.1.5.
5.1.6.
5.1.7.
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bentuk Penampang Box Girder..................................................................... 2
Gambar 2.2. Longitudinal Prestressing Tendon ................................................................ 2
Gambar 2.3. Transverse Internal Prestressing Tendon .......................................................... 3
Gambar 2.4. Tinggi Box Girder ......................................................................................... 4
Gambar 2.5. Jembatan Box Girder dengan Ketinggian Konstan ...................................... 4
Gambar 2.6. Jembatan Box Girder dengan Ketinggian Bervariasi ................................... 4
Gambar 2.7. Gambar Evolusi Box Girder ......................................................................... 5
Gambar 2.8. Box Girder (Gelagar Kotak) ......................................................................... 6
Gambar 2.9. Box Girder (Balok-T) .................................................................................... 7
Gambar 2.10. Box Girder (Balok Trape Zodial) ................................................................ 7
Gambar 2.11. Bentuk Anatomi Jembatan Gelagar Kotak, dengan Istilah-istilah ............. 8
Gambar 3.1. Metode Konstruksi dengan Menggunakan Sistem Perancah ........................ 10
Gambar 3.2. Metode Konstruksi dengan Menggunakan Sistem Launching ...................... 10
Gambar 3.3. Metode Konstruksi dengan Menggunakan Sistem Launching Gantry .......... 12
Gambar 3.4. Metode Konstruksi dengan Menggunakan Sistem Lifting Frame ................. 12
Gambar 3.5. Metode Konstruksi dengan Menggunakan Sistem Crane ............................. 13
Gambar 3.6. Metode Konstruksi dengan Menggunakan Sistem Fullspan ......................... 13
Gambar 3.7. Metode Konstruksi dengan Menggunakan Sistem Form Traveler ................ 14
Gambar 4.1. Pelaksanaan pemasangan bangunan atas box girder baja .......................... 15
Gambar 4.2. Batas camber setelah ereksi .......................................................................... 17
Gambar 4.3 Tempat penyimpanan baut ............................................................................. 18
Gambar 4.4 Arah baut ........................................................................................................ 19
Gambar 4.5 Pengecekan baut ............................................................................................ 20
Gambar 4.6 Pemasangan baut sementara ......................................................................... 20
Gambar 4.7 Penandaan baut.............................................................................................. 20
Gambar 4.8 Pengencangan baut ........................................................................................ 21
Gambar 4.9 Pemasangan bearing sementara .................................................................... 22
Gambar 5.1. Pelurusan Komponen Baja............................................................................ 33
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Camber PC-Void Girder .................................................................................... 17
Tabel 4.2 Kekuatan rata-rata aksial baut .......................................................................... 18
Tabel 4.3 Alat dan kegunaan .............................................................................................. 21
Tabel 4.4 Spesifikasi lapisan cat ........................................................................................ 23
Tabel 4.5 Metode Perbaikan Kerusakan Pengecatan ........................................................ 26
Tabel 5.1. Cara Penanganan .............................................................................................. 32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Dimana pulau-pulaunya
terbentang dari sabang sampai merauke. Terdapat lima pulau besar di Indonesia yaitu
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Dimana banyak daerah yang terputus
karena adanya sungai, jurang, maupun yang terdapat air dibawahnya. Untuk
menghubungkan antar daerah tersebut, maka dibuatlah jembatan sebagai konstruksi yang
paling tepat.
Terdapat banyak jenis jembatan yang tentunya berbeda-beda baik dari segi struktur
maupun kekuatan sampai biaya pembangunannya. Salah satu jenis jembatan tersebut adalah
jembatan steel box girder yang terbuat dari baja. Panjang total dari jenis jembatan ini yaitu
30 m 60 m untuk jembatan box girder bentang sederhana dan 35 m 90 m untuk jembatan
box girder bentang menerus.
Dalam membangun jembatan ini maka diperlukannya metode konstruksi. Ada
beberapa metode yang dapat digunakan dalam membangun jembatan ini, salah satu metode
tersebut yaitu metode kantilever.
1.4. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mendapatkan metode konstruksi dari
pembuatan jembatan baja box girder.
BAB II
BOX GIRDER BAJA
2.1. Definisi Box Girder
Flyover box girder adalah sebuah flyover dimana struktur atas flyover terdiri dari
balok- balok penopang utama yang berbentuk kotak berongga. Box girder biasanya terdiri
dari elemen beton pratekan, baja structural, atau komposit baja dan beton bertulang. Bentuk
penampang dari box girder umumnya adalah persegi atau trapezium dan dapat direncanakan
terdiri atas 1 sel atau banyak sel.
2. Ketinggian bervariasi biasanya digunakan pada jurang yang dalam dan pada sungai besar.
masing balok Girder dalam arah horisontal. Pengikatan tersebut dilakukan dalam bentuk
pemberian stressing pada diafragma dan balok Girder sehingga dapat bekerja sebagai satu
kesatuan. Deck slab merupakan elemen non-struktural yang berfungsi sebagai lantai kerja
dan bekisting bagi plat lantai jembatan. Deck slab tersebut dibuat dari beton, sedangkan pada
Profil Box Girder tidak mengunakan dek slab karena semunya sudah menyatu dalam box
girder.
untuk bentang sederhana dan 0.065 untuk bentang menerus. Jarak antar gelagar pada
jembatan balok-T tergantung pada lebar jembatan secara keseluruhan, ketebalan slab, dan
biaya formwork sekitar 1.5 kali ketebalan struktur. Jarak yang umum digunakan antara 6-10
ft (1.8-3.1 m). Berikut merupakan Gambar Box Girder bentuk T (T-Beam).
Permasalahan diatas adalah hal klasik yang sering terjadi pada pemasangan box girder.
BAB III
METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BOX GIRDER
3.1. Metode Konstruksi
Salah satu tantangan dalam perencanaan dan pembangunan konstruksi jembatan di
lapangan adalah menentukan metode konstruksi dari struktur utama jembatan tersebut. Berikut
adalah beberapa metode konstruksi yang umum dilaksanakan di lapangan :
1.Sistem perancah ( falsework )
2.Sistem peluncuran ( launching )
3.Ssitem kantilever ( balance cantilever )
10
11
12
13
d) Pengecoran segmen
e) Install tendon penarikan dan lakukan stressing
f) Lepaskan bekisting
g) Majukan gantry pada posisi selanjutnya dan mulailah cycle yang baru.
14
BAB IV
PELAKSANAAN JEMBATAN BOX GIRDER BAJA PADA PROYEK JALAN
BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK SEKSI E2-A PAKET 3 (STA 6+142
STA 8+062,5) DENGAN SISTEM PERANCAH
Pelaksanaan pekerjaan pemasangan bangunan atas box girder baja, secara umum dapat
digambarkan seperti pada bagan alir 4.1.
Persiapan
Pekerjaan Survei
Mobilisasi PC-Void Girder
6 Box Girder
7 Unit
Turunkan dongkrak
Survei
OK
NO
15
tersebut dengan teliti. Pekerjaan ini berperan penting dalam penentuan ukuran dan bentuk
suatu konstruksi agar dapat terlaksana sesuai dengan gambar rencana.
1. Outline
Sebelum proses konstruksi dimulai, harus dilakukan survei dasar terlebih
dahulu. Survei ini untuk mencari garis bearing, as jembatan, panjang bentang dan
titik bench marks. Survei untuk profil jembatan harus dilakukan selama proses
ereksi, dan final survei akan dilakukan setelah ereksi girder diselesaikan.
2. Survei dasar (basic survey)
Sebelum dilakukan survei dasar, titik bench marks dan target points untuk
proses ereksi harus dikonfirmasi dengan rincian, sebagai berikut :
Setting as jembatan
Untuk mencari garis as setiap abutment dilakukan dengan
menggunakan theodolite. Garis as jembatan akan digunakan sebagai acuan
arah longitudinal struktur atas saat proses ereksi. Garis ini juga digunakan
untuk mengetur posisi bearings.
Levelling
Titik bench mark sementara akan dibuat di atas abutment yang telah
diperhitungkan dari titik bench mark.
Survey as jembatan.
16
17
1. Tipe baut
Kualitas baut harus memenuhi spesifikasi baut mutu tinggi, dengan kepala baut
berbentuk hexagonal dan ulir sebagian (Japan Road ass).
2. Penyimpanan Baut
Semua baut disimpan dalam tempat yang kering dan tidak lembab dan cukup
ventilasi udara. Tempat penyimpanan baut berada didalam kontainer yang terlihat
pada (Gambar 4.3).
Gambar
3. Penanganan Baut
Hanya baut yang akan dipasang yang boleh dikeluarkan dari tempat penyimpanan.
Baut harus ditangani dengan hati-hati agar terhindar dari benturan dan debu. Semua
baut yang tersisa setelah pen, harus dikembalikan ke gudang, dan tidak boleh
ditinggalkan pada box penyimpanan di luar ruangan.
4. Kalibrasi
Kalibrasi dilakukan setelah 5 baut selesai dikencangkan. Kekuatan rata-rata aksial
baut harus memenuhi. Kekuatan rata-rata aksial baut terdapat pada (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Kekuatan rata-rata aksial baut
Temperatur (10-30)
Grade
Ukuran
Desain Kekuatan
aksial
M20
165 KN
S10T
M22
205 KN
M24
238 KN
Temperatur (0-10, 30-60 )
Grade
Ukuran
Desain Kekuatan
aksial
18
S10T
M20
M22
M24
165 KN
205 KN
238 KN
167 KN
207 KN
247 KN
211 KN
261 KN
304 KN
5. Prosedur pengencangan
a. Penanganan permukaan sambungan
Semua permukaan sambungan harus dicek untuk memastikan bahwa permukaan
bebas dari cat, oli, kebesaran, dan cacat-cacat lainnya yang akan mengurangi
gaya geser friksi.
b. Pencegahan terjadinya gap pelat
Untuk mencegah terjadinya jarak antara pelat sambung dengan bagian struktur
pada sambungan, baut sementara harus dimasukkan dan dikencangkan
seperlunya. Sentuhan antara pelat sambung dengan bagian struktur harus sedekat
mungkin untuk mendapatkan gaya geser friksi setelah pengencangan baut selesai
dilakukan.
Oleh karena itu, ketebalan dan kondisi pelat harus dicek. Jika ditemukan
kecacatan, perbaikan harus dilakukan dengan menggunakan gerinda.
c. Pemasangan baut
Baut harus dimasukkan ke arah yang tepat secara halus. Pengecekan baut harus
dilakukan untuk memastikan panjang, mutu dan diameter telah sesuai terlihat
pada (Gambar 4.5). Untuk girder melintang, baut harus dimasukkan menuju sisi
tengah bentang, walaupun hal tersebut menjadi sangat sulit, semua baut girder
melintang harus dimasukkan dari arah yang berhadapan terlihat pada (Gambar
4.4).
19
Match mark
Setelah pengencangan awal telah selesai, match mark akan diberikan pada
ujung baut dengan menggunakan kapur berwarna putih terlihat pada (Gambar
4.7).
20
Pengencangan akhir
Setelah tanda telah diberikan, baut akan dikencangkan dengan menggunakan
alat pengencang baut sampai pelat tidak dapat bergeser lagi. Pekerjaan
pengencangan akhir baut harus selesai dalam waktu sehari terlihat pada
(Gambar 4.8).
lapangan
akan
mengevaluasi
kondisi
lapangan
dan
Tujuan
Pengencangan
Sementara
Akhir Pengencangan
Inspeksi
Aplikasi
Pengencangan 60%
Pengencangan 100 %
Kalibrasi
21
a. Pastikan ring baut dapat masuk ke dalam baut. Jika ring tidak dapat terpasang,
baut harus harus dicopot dan diganti dengan yang baru.
b. Pastikan perubahan sudut baut sesuai dengan spesifikasi. Perubahan sudut harus
sebesar 30
c. Jika perubahan sudut tidak dapat tercapai, baut harus dikencangkan sampai
mendekati spesifikasi.
d. Setelah pengencangan akhir, apabila baut terjadi slack, baut dan ring tidak
dapat digunakan kembali apapun alasannya.
22
Posisi tumpuan fix akan dijaga pada garis referensi. Jumlah ekspansi dan kontraksi
girder harus diperhitungkan dengan rumus-rumus yang telah tersedia. Dan nilai
pergerakan akan digunakan sebagai setting tumpuan pada pengukuran.
4.4. Pekerjaan Persiapan Pengecatan
Salah satu musuh besar dalam keawetan struktur baja adalah korosi atau karat. Cara
paling mudah agar jembatan PC-Void Girder ini tahan terhadap korosi adalah melalui proses
pengecatan yang dilakukan secara berlapis.
1. Umum
a. Sistem pengecatan untuk semua struktur baja harus memenuhi spesifikasi
jembatan jalan tol dan spesifikasi teknis.
Sistem pengecatan f-5 dapat dilihat pada (Tabel 4.4).
Bahan cat
Nama cat
Modified epoxy resin paint
Modified epoxy resin paint
Modified epoxy resin paint
Modified epoxy resin paint
Polyurethane paint
Polyurethane paint
Cat yang
dibutuhkan (g/m)
Bahan cat
Nama cat
Modified epoxy resin paint
Modified epoxy resin paint
Modified epoxy resin paint
Modified epoxy resin paint
Cat yang
dibutuhkan (g/m)
240 (brush)
240 (brush)
240 (brush)
240 (brush)
140 (brush)
120 (brush)
DFT
()
60
60
60
60
30
25
Pengecetan (dalam)
Lapisan cat
lapisan pertama
lapisan kedua
lapisan ketiga
lapisan ke empat
240 (brush)
240 (brush)
240 (brush)
240 (brush)
DFT
()
60
60
60
60
23
24
Metode Perbaikan
(Retakan yang menyebar)
Tempat
Pelapisan
25
26
BAB V
PEMELIHARAAN JEMBATAN
5.1. Pemeliharaan / Maintenance
Keberadaan jembatan, flyover dan underpass sangat terkait dengan peningkatan
volume kendaraan. Jika suatu ruas jalan dengan persimpangan sebidang yang ada ternyata
sudah menimbulkan kemacetan atau sudah mengalamai masalah kapasitas jalan. Maka
biasanya akan simpang tidak sebidang dengan bangunan jembatan, flyover atau underpass,
Biasanya kerusakan pada Jembatan, fly over dan underpass meliputi bermacam - macam
kerusakan misalnya:
Kerusakan pelat atas (slab jembatan) diantaranya :
1. Kerusakan bearing Pad
2. Korosi pada baja tulangan,
3. Gompal pada permukaan beton
4. Retak pada girder, pier head dan kolom
5. Terjadi deformasi settlement pada abutment atau pier
6. Kerusakana bangunan pelindung jembatan
7. Kerusakan perlengkapan jembatan
Untuk menjamin tingkat pelayanan jembatan tetap baik, maka perlu dilakukan
perawatan (maintenance). Jika terindikasi terjadi kerusakan jembatan, maka harus segera
dilakukan penelitian dan pengujian jembatan, untuk mengetahui jenis kerusakan, seberapa
parah kerusakan dan lokasi atau bagian serta penyebab tepatnya terjadi kerusakan, sehingga
bisa diputuskan penangannan perbaikan jembatan yang tepat sesuai dengan kerusakan
dengan biaya yang murah.
27
Peralatan laboratorium
Traffic cone
Kendaraan operasional
Melakukan pemeriksaan secara visual pada struktur pilar, pier head/ Kepala pilar, girder/
gelagar dan pondasi hasil pemeriksaan secara visual akan diperoleh struktur yang
memerlukan pemeriksaan khusus.
Melakukan dokumentasi kondisi jembatan dengan kamera sebagai dokumentasi dan dasar
rekomendasi selanjutnya.
Melakukan pemilihan struktur yang akan diuji secara khusus kelayakan teknisnya.
Adapun Bagian - Bagian jembatan yang harus diamati adalah sebagai berikut:
Bangunan Atas
Bangunan Bawah
Jalan pendekat
Perlengkapan
Keberadaan baja terhadap udara laut atau bahan kimia lainnya (dari pabrik)
Keberadaannya terhadap air atau adanya uap air yang terjebak (pada sambungan dan
sebagainya)
Permukaan yang digalvanis dengan cara hot-dipped dapat bertahan sekitar 15-20 tahun
28
Pengecatan ulang biasanya paling lama adalah sekitar 7-10 tahun (tetapi yang paling
baik adalah antara 5-7 tahun), dan hal ini disarankan bagi jembtaan-jembatan rangka baja
yang dipasang di Indonesia. Siklus waktu tersebut mungkin harus dikurangi apabila
jembatan tersebut berada pada daerah pantai.
5.1.1. Penurunan Mutu Lapisan Pelindung Terhadap Karat
a. Penyebab Penurunan Mutu Lapisan Pelindung
Umur
Lapuk
Kecelakaan
Kekerasan/tangan jahil
b. Cara Penanganan
Penanganan lapisan pelindung baja akan sangan tergantung pada:
Besarnya masalah
Lingkungan
Kerusakan yang ada terbatas dan tidak parah. Permukaan lapisan pelindung harus
dibersihkan dan dilakukan pengecatan sebagai bagian dari Pemeliharaan Rutin.
Pembersihan dapat dilakukan dengan cara mencuci dan hanya pada bagian yang
berkarat saja dilakukan penyikatan dengan sikat kawat.
Pengecatan dapat dilakuakn dengan kuas. Cat yang dipakai merupakan suatu cat
yang mempunyai cat dasar yang sederhana dan cat akhir sebagai berikut:
o Cat dasar jenis Alkyd zinc chromate ketebalan 40 mikron (minimum)
o Cat akhir jenis Alkyd enamel ketebalan 50 mikron (minimum)
Dapat pula digunakan sistem cat yang lain untuk lingkungan yang tertentu pula
29
kecuali sandaran dan tiang sandarannya yang rusak. Sandaran yang rusak harus ditangani
sebagaimana diuraikan pada pemeliharaan rutin.
Kerusakan dengan nilai 4-5
Keadaan umum elemen-elemen harus diperiksa. Jika nilai kerusakan yang disebabkan
oleh karat menjadi besar maka seluruh bagian tersebut harus diganti daripada dipelihara.
Jika nilai kerusakannya agak kurang maka bagian tersebut harus diperbaiki (jika
diperlukan) dan penanganan lapisan pelindung permukaan seperti yang akan diuraikan
berikut ini.
b. Cara/Metoda Penyiapan Permukaan
Pertama-tama harus dilakukan pembersihan dengan cara mencuci dan menyikat dengan
menggunakan salah satu dari yang diuraikan berikut ini:
dalam hal penyiapan permukaan dengan tidak menyebabkan kerusakan pada permukaan baja
atau bagian lainnya.
Dalam segala keadaan, harus dilakukan pengecatan dengan cat dasar segera setelah
dilakukan persiapan permukaan dan pembersihan untuk mencegah terjadinya karat.
Pengecatan permukaan harus dilakukan pada hari yang sama dengan pekerjaan pembersihan
permukaan.
c. Sistem Pengaplikasian Cat
Cat dapat diaplikasikan dengan menggunakan:
Penyemprotan dengan hampa udara baik digunakan untuk pekerjaan besar dimana
bidang datar yang akan dicat berupa permukaan yang cukup luas (contoh Jembatan
Gelagar Baja Jepang)
30
d. Sistem Pengecatan
Untuk lingkungan yang normal
31
Harus diperhatikan dengan adanya penambahan pelat atau gelagar benar-benar pada
tempat yang sesuai dan benar-benar dapat memikul beban serta tidak melemahkan
bagian yang aslinya. Misalnya mombor lubang baut tambahan untuk sambungan.
Penggantian
Penggantian bagian yang rusak harus mengembalikan bagian tersebut pada kapasitas
beban rencana semula.
Harus diperhatikan pada waktu diadakan penggantian, apakah penunjang sementara
yang dibuat betul-betul cukup kuat untuk menahan jembatan pada waktu satu bagian
dipindahkan dan dipasang bagian yang baru. Hal tersebut memerlukan perencanaan yang
khusus dan bahkan jembatan harus ditutup selama perbaikan.
5.1.3. Deformasi Pada Elemen Baja (Perubahan Bentuk)
Penanganan hal tersebut sangat beraneka ragam (bervariasi) tergantung pada:
Bagian tersebut merupakan bagian yang structural seperti batang tepi atas rangka
Perubahan bentuk setempat misalnya adanya bengkokan sedikit pada flens batang
diagonal rangka
Perubahan bentuk yang sifatnya menyeluruh atau pada tempat tertentu pada beberapa
lokasi
Perubahan bentuk atau deformasi ini menjadi sangat kritis masalahnya apabila elemen yang
mengalami deformasi tersebut berada dalam kondisi tertekan atau mengalami momen.
Deformasi yang terjadi yang disebabkan oleh adanya gaya tarik tidak berbahaya.
Cara Penanganan
Tabel 5.1. Cara Penanganan
Nilai Kondisi
Elemen Struktural
Nilai kondisi 1
Dipantau saja
Penggantian
32
Perbaikan
Pada umumnya merupakan pekerjaan meluruskan komponen. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan tekanan atau pemanasan dengan panas tertentu yang diijinkan atau
kombinasi dari keduanya.
Apabila digunakan dengan cara penekanan, harus diperhatikan agar tidak terjadi
kerusakan pada bagian lain pada titik pendongkrakan/penekanan atau pada titik adanya
reaksi atau pada titik peralatan dimana diadakan proses penekanan. Contoh dari tiga titik
dimana diadakan penekanan dapat dilihat pada gambar 5.9.
Jika diusulkan menggunakan cara pemanasan, harus dilakukan pemeriksaan terlebih
dahulu terhadap bajanya, apakah panas tersebut akan mempengaruhi sifat-sifat baja
tersebut. Dalam hal ini mungkin diperlukan pendapat seorang metalurgi tentang
bagaimana cara pemanasan atau pendinginan baja tersebut.
Menunjang gelagar yang melendut atau balok kepala melintang antara dua perletakan
Menunjang ikatan angina ujung yang rusak pada rangka baja untuk menghentikan
penurunan
Perkuatan
Dapat dilaksanakan untuk jenis pekerjaan perbaikan yang sementara maupun tetap
apabila adanya suatu komponen yang mengalami lendutan. Jika lendutan yang terjadi
pada komponen tersebut akibat adanya beban yang berlebihan. Maka beban yang
berlebihan tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum diadakan perkuatan.
33
34
dan plat penutup tepat menutupi daerah yang berangkutan. Plat penutup biasanya
dilekatkan dengan cara pengelasan atau dengan baut.
Penggantian atau Perkuatan
Elemen baja yang retak dapat diperbaiki dengan memperkecil beban yang dipikul. Hal
ini dapat dilakukan dengan menaruh balok penunjang. Balok penunjang lain dapat
diletakkan disamping elemen yang rusak guna menampung semua atau sebagian beban
yang ada. Penggantian elemen yang rusak merupakan metoda perbaikan yang paling baik
dan pasti tetapi mungkin harus menghentikan lalu-lintas yang lewat di jembatan selama
proses penggantian tersebut berlangsung.
5.1.5. Rusak Atau Hilangnya Elemen Baja
Cara Penanganan
Jika elemen tersebut masih diperlukan maka harus diadakan penggantian atau perbaikan.
Jika elemen baja tersebut yang pecah/rusak akan diperbaiki, maka teknik perbaikan berikut
dapat dipergunakan:
Pengelasan, pemasangan baut atau paku keeling pada bagian yang baru
Perkuatan atau meringankan beban yang dipikul oleh bagian yang pecah/rusak
35
sebelum bagian yang baru dapat memikul beban. Apabila dipakai baut, maka baut
tersebut harus merupakan baut dengan mutu tinggi dan harus dikencangkan dengan tepat.
Penggantian
Bila diusulkan penggantian elemen baja maka perlu dibuat suatu ketentuan/batasan
khusus untuk lalu-lintas yang akan lewat di jembatan dan guna menunjang konstruksi
yang ada, sementara bagian yang lama dilepas dan diganti dengan bagian yang baru. Hal
ini memerlukan suatu perencanaan khusus.
5.1.7. Ikatan/Sambungan yang Longgar
Cara Penanganan
Baut atau Paku Keling
Bilamana suatu elemen ini longgar, maka hal tersebut harus dikencangkan. Jika elemen
tersebut merupakan elemen dengan mutu tinggi maka baut yang longgar tadi harus
dibuang dan diganti dengan yang baru.
Bilamana sambungan paku keling longgar maka paku keling yang longgar tadi harus
diganti dengan yang baru atau dengan baut mutu tinggi.
Jika lubang baut atau paku keling menjadi besar diameternya karena adanya pergerakan
elemen yang longgar tersebut maka lubang tersebut harus diperbesar sampai adanya
ukuran baut atau paku keling yang akan dipakai.
Sambungan Las
Jika elemen yang longgar tersebut karena las yang pecah, maka ujung bahan yang ada harus
dibersihkan, dipersiapkan kembali untuk diadakan pengelasan kembali. Jika kerusakan yang
terjadi diperkirakan akan berulang kembali maka disarankan agar dibuat rencana yang
khusus untuk hal ini
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tijauan Pustaka. (online),
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja
&uact=8&ved=0CC0QFjAC&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstr
eam%2F123456789%2F31230%2F3%2FChapter%2520II.pdf&ei=5ISDVMLuF8a
WuAT8oIDwDQ&usg=AFQjCNFIhVGbuyxou1Hr4ODKHpdzpu6lQA, diakses 23
November 2014).
Ferdyantoro,
Anthonius.
Metode
Pelaksanaan
Jembatan
baja.
(online),