You are on page 1of 8
[Beotogt Poputer CBM - Gas Methan dalam Batubara Oleh: SS Rita Susilawati lentu para pembaca sependapat dengan saya bahwa kita ingin suatu veaktu Indonesia tidak mengalami krisis energi, Kkhususnya bahan baker minyak seperti yang selama ini kita alami Krisisenergi_ mengakibatkan pernadaman listrik, antrian gas dan minyak tanah dan tpanyak lagi efek negatif sebagai akibatnya. Penyebabnye Karena harge bahan bakar minyak (BBM) melonjak tajam. Pertanyaannya, bisakah Keinginan tersebut —terwujud? Jawabannya bisa, dengan mengurangi ketergantungan kepada BBM. Penambangan Gas Konvensional Penambangan CBM erbedsan Surur Gas Kerensirl dan Sur CEM, ‘Ada beberapa pilihan pengganti sebagai alternatif, salah satunya adalah beralih kepada batubara dan bahan ini tersedia di bumi pertiwi Indonesia, Batubara mengandung gas methan yang dikenal dengan Coal Bed Methane (CBM). “Pendatang baru" ini sering diartikan sebagai Calon Bahan bakar Masa depan dan keberadaannya sangat menjanikan. Mengenal Coal Bed Methane (CBM) Coal bed methan adalah gas methan yang terperangkap di dalam lapisan batubara, Gas ini terbentuk secara alamiah dalam proses pembentukan batubara (coalification). CBM pertamakali dikenal karena keberadaannya yang sering menimbulkan masalah dalam penambangan batubara bawah tanah, Dalam sejareh pertambangan batubara, kecelakaan akibat ledakan gas tercatat telah banyak memakan korban jiwa, Apabila gas methan yang terakurwulasi di bawah tanah terganggu keberadaannya, misalnya terkena oksigen karena proses penambangan, maka akan meledak. Selain itu, gas ini juga beracun jika terhirup dalam jangka wakww yang cukup lama. Tetapi bila dikelola dan dikemas dengan baik, maka gas methan ini akan bermanfaat dan dapat diandalkan sebagai alternatif pengganti BBM, CBM mulai dilirik dan diproduksi secara komersial untuk kepentingan sumber energi sekitar 15 hingga 20 tahun lalu, terutama di negara-negara Amerika, Canada, China dan Australia. Secara prinsip antara CBM dan gas konvensional, misalnya LPG tidak ada perbedaan karena sama-sama berasal dari dalam bumi. Yang membedakannya adalzhbatuan yang *melabirkannya” atau source rock-nya. Yang bertindak sebagai reservoir maupun source rock dari CBM adalah lapisan batubara, sedangkan pada 98s bumi konvensional adalah batuan yang berbeda atau bukan batubara. Walauoun Source rock gas burn’ itu serpih bitumen ataupun batubara misainya, tetapi gas tersebut bermigrasi keatas melalui lapisan batuan yang porous dan terkumpulterperangkap di dalam _ berbagai tipe reservoir pada batuan lain, bisa batupasir, batugamping ataupun batuan beku. Hal lain yang membedakan antara keduanya adalah dalam hal cara penambangannya. Jka {gas bumi bisa langsung dieksploitasi tetapi pada CBM tidak demikian. Sebelum gas ini mengalir keluar, reservoir batubaranya harus direkayasa terlebih dahulu. Bagaimana CBM terbentuk? Seperti telah dixemukan diatas, gas_methan dalam batubara terbentuk sebagai akibat aroses pembatubaraan. Proses pembentukan batubara diawali oleh pertumbuhan tanaman pembentuk batubara di lingkungan rawa-rawa. Tumbuhan tersebut kemudian mati dan terbenam. Pada akhimnya sisa-sisa tumbuhan yarig mati tersebut membentuk suatu lapisan dan terawetkan meiaivi proses biokimia, Dalam prosesbiokimia, aktivitas bakteri mengubah sisa tumbuhan menjadi gambut (peat), lambat- laun tertimbun oleh endapar-endapan lainnya seperti batulempung, batulanau dan batupasir. Dalam perjalanan waktu yang sangat_lema, puluhan juta tahun misalnya, gambut ini akan mengalami perubahan sifat fisik dan kimia Geologi Popaler 13 Gealog! Populer Gambut roses penbalubarcan dnl da_penanpikn sos tunbutan yong eh ral draverawa,Ssaaisatrbhen eel Keun mengalan poses bana sehingge ere cau (oa). Seng dergen befanya wats dn dengan erga paras dan ekanen darlin ain dalsnya, gambutkemudanbnteh es iit an babar umber tePwatequally moron.) akibat pengaruh tekanan (P) dan temperatur (1), sehingga berubah menjadi batubara. Pada tahap ini proses pembentukan batubara lebih didominasi oleh proses fisika dan geokimia. Sebagai gambaran untuk batubara dengan tebal +2 m, dibutuhkan lapisan sisa-sisa tumbuhan dengan ketebalan + 60m. Selama proses pembentukan batubara, sejumlah besar air dihasilkan bersama-sama dengan gas. Pada proses pembatubaraan, gambut berubah menjadi batubara lignit, bituminous sampai batubara antrasit. Proses perubahan dari gambut menjadi batubara dikenal dengan nama proses pembatubaraan (coalification). Peringkat atau tingkat kematangan. batubara ini bethubungan langsung dengan temperature, tekanan, kedalaman burial, geothermal gradien dan juga lamanya waktu pembebanan Gas dalam batubara dapat terbentuk secara biogenik maupun thermogenik. Secara biogenic gas yang terbentuk ketika material organik mengalami dekomposisi oleh mikroorganisma, menghasilkan gas methan dan CO,. Gas biogenik ini dapat terbentuk pada tahap awal dari proses pembatubaraan (Lignit-sub bituminus) dan pada tahap akhir dari proses pembatubaraan. Sedangkan, secara thermogenic gas yang terbentuk pada tahapan yang lebih tinggi dari proses pembatubaraan. Biasanya pada saat batubara_mencapai kualitas high volatile bituminous atau lebih. Proses bituminisasi akan memproduksi batubara yang kaya akan karbon dengan melepaskan kandungan utama volatile 44 Warta Geologi . Desember 2008 matter seperti methan, CO, dan air. Gas methan di dalam batubara terdapat dalam dua bentuk, terserap (adsorbed) dan bebas Methane yang terserap terdapat pada rangkaian monomolecular di dalam batubara, sedangkan methane dalam bentuk bebas terdapat di dalam pori-pori dan rekahan-rekahan di dalam batubara. Walaupun methan bukan satu-satunya gas yang terdapat di dalam batubara, namun keterdapatannya mencapai 80 - 95% dari total gas yang ada. Gas lain yang umum terdapat di dalam batubara adalah Ethane, Propane, Carbon Dioxide (Co,), Alkanes, Nitrogen (N,), Argon (An), Hydrogen (H,), Helium (He) dan Hydrogen Sulphide (H,S). Dalam lapisan batubara, methan terperangkap dalam salah satu dari 3 bentuk ini; 1) sebagai “free ‘gas" dalam rekahan-rekahan, 2). sebagai molekul gas yang terserap (adsorbed) dalam “mikropore” dan rekahan, dan 3) sebagai molekul yang larut (dissolved) dalarn air yang *erdapat dalam lapisan batubara, Berbagai tipe batubara__memiliki_tingkat penyerapan gas yang berbeda sehingga peringkat batubara berperan penting dalam menentukan kandungan gas dalam suatu lapisan. Kapasitas penyerapan batubara meningkat seiring dengan meningkatnya peringkat mulai dari lignit hingga batubara bituminus, kemudian mengalami penurunan pada batubara bituminus peringkat ‘tinggi hingga antrasit. Hal ini disebabkan pada batubara peringkat tinggi, tekanan, suhu dan juga kedalaman burial menyebabkan gas dipaksa keluar karena tekanan geologi dan juga tekanan hidrostatik. Tingkat kematangan batubara akan mengontrol volume gas methan yang dihasilkan dan disimpan. Oleh karena itu peringkat atau kematangan batubara _sangat _menentukan potensi batubara tersebut dalam menghasilkan os. Kontrol kandungan gas dalam batubara Produksibifitss CBM sangat dipengaruhi oleh faktor geologi seperti, sistem _lingkungan pengendapan, geometri/distribusi_ batubara, peringkat batubara, besarnya kandungan gas, permeabilitas serta tektonik/struktur geologi dan Juga oleh kondisi hidrogeologi. Karena lapisan batubara bertindak sebagai batuan sumber (source bed) dari gas methane dan juga sebagai reservoir untuk gas tersebut, penyebaran/ distribusi batubara yang luas di suatu cekungan ‘akan sangat berpengaruh terhadap besarnya sumberdaya gas methane. Penyebaran vertikal dan lateral batubara sangat dipengaruhi oleh kondisi tektonik, struktur geologi, dan kerangka sedimentasinya. Hai ini disebabkan karena perkembangar/pertumbuhan batubara dikontrol oleh keseimbangan antara penurunan cekungan sedimen dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan pada saat batubara terbentuk. Dalam hal ini, pemahaman terhadap lingkungan pengendapan batubara akan sangat membantu dalam proses eksplorasi CBM. Kandungan gas dalam batubara dapat berubah apabila kondisi batuan reservoir terganggu. Kandungan gas di dalam batubara dapat bertambah, baik secara lokal maupun regional, oleh pembentukan gas biogenik sekunder atau ‘oleh aliran gas dari tempat lain yang terserap oleh lapisan batubara ditempat itu. Air meteorik di dalam recharge yang aktif atau aliran yang konvergen dapat mengurangi kandungan gas, seperti pada batubara yang terangkat dan tererosi menyebabkan tekanan reservoir lebih rendah sehingga gas methane akan lepas dari lapisan batubara tersebut. Permeabiltas batubara dan aliran air bawah tanah juga merupakan faktor yang mengontrol produksibiltas methane. Kedua variabel ini bethubungan erat dengan distribusi batubara dan kerangka tektonik pengendapannya. Hal ini disebabkan aliran air tanah yang melalui lapisan batubara membutuhkan lapisan batubara yang secara lateral bersifat permeabel. Batubara merupakan reservoir yang memiliki permeabilitas yang rendah. Permeabilitas batubara dipengaruhi oleh sistim dari rekahannya (cleat system). Gas dan airtanah akan bermigrasi melalui rekahan (fracture/cleat) tersebut. Sedangkan keberadaan rekahar/cleats tersebut secara langsung dikontrol oleh aktivitas tektonik/sruktur geologi. Rekahan/cleat dalam batubara terdapat dalam dua tipe, dikenal dengan nama "butt cleats” dan “face cleats”. Keduanya terbentuk hampir tegak lurus satu sama lainnya, Face cleat biasanya menerus sehingga menyediakan jalan untuk permeabilitas yang tinggi sedangkan butt cleats tidak menerus dan biasanya berakhir pada face cleats. Permeabilitas rekahan dalam batubara merupakan jalan tama mengalirnya gas, semakin besar permeabilitas semakin besar produksi gas. Kapasiatas penyerapan batubara (adsorption capacity) tethadap gas. didefinisikan sebagai volume gas yang bisa terserap per unit masa batubara yang biasanya disebutkan dalam satuan SCF (stander cubic feet), yaitu volume pada kondisi tekanan dan temperatur standar. Kapasitas penyerapan batubara tergantung pada peringkat dan kualitesnya. Secara normal semakin tebal lapisan batubara biasanya semakin tinggi pula kandungan gasnya, tetapi apabila kondisi geologinya tidak mendukung, misalnya bentuk struktur (fracture/cleat), keberadaan air (hidrogeologi), maka volume gas akan kecil. Sebagai contoh, di Cekungan Cherokee Kansas, sumur CBM pada lapisan batubara berketebalan 1-2 ft dapat memproduksi gas dengan jurr'ah yang cukup besar sementara di daerah lain, lapisan batubara yang memiliki ketebalan dua kali lipat dari lapisan tersebut sama sekali tidak menghasilkan gas arena kondisi geologinya tidak mendukung, Faktor-faktor tersebut diatas merupakan hal yang saling berhubungan satu sama lain dan secara sinergi akan berpengaruh pada produksibilitas com Geologi Populer 15 Ciagram ir: cara tluaa gas dar dete blr; karan: gavbaren deal face dan tu cll dla balbara (Sumber USGS) Geologi Populer Ekspioitasi CRM Berbeda dengan gas konvensional, reservoir batubaraharus_mengalami rekayasa_terlebih dahulu sebelum akhimya blsa_mengeluarkan ges. Rekahan-rekahan atau cleat dalam batubara biasanya dipenuhi oleh air. Semakin dalam lapisan batubara semakin berkurang kandungan air di dalamnya, Untuk mengeluarkan gas dari dalam ‘ratubara, tekanan dalam reservoir tersebut harus dikurangi dengan cara memompa air keluar dari lapisan batubara. Proses ekstraksi methan dari dalam lapisan batubaradilakukan dengan —_melakukan pengeboran pada kedalaman 300 hingga 1500 m kemudian air dipompa Keluar. Aliran air pada lubang bor bisa menurunkan tekanan dalam lapisan batubara, Karena CBM memiliki tingkat pelarutan yang sangat rendah dalam air, maka CBM bisa dengan mudah terpisah dari air ketika tekanan reservoir menurun. Pengeboran dan pemompaan air mendorong keluarnya gas dari lapisan batubara ke dalam lubang bor. Gas methan ini selanjutnya dikirim ke stasiun kompresor untuk selanjutnya dialirkan pada pipa-pipa gas. Sementara itu air hasil dewatering dapat dibuang ke dalam sistem air setempat, untuk pengairan irigasi misalnya Pada tahap awal produksi sumur CBM belum menghasilkan gas dalam jumiah yang ekonomis karena memproduksi sejumlah besar ait. Tidak seperti pada gas konvensional, yang puncak produksinya bise dicapai dalam kurun waktu hanya satu tahun dari masa operasional. Puncak produksi CBM berkaitan dengan dewatering yang diperoleh dalam jangka waktu yang lebih lama, biasanya § hingga 7 tahun dari masa awal produksi. Pada awal produksi, industri CaM memang membutuhkan biaya yang relatif lebih besar dibandingkan dengan konvensional gas. Tetapi pada tahap operasional selanjutnya, menurut pengalaman, biaya produksi CBM bisa lebih murah dibandingkan dengan biaya produksi gas alam konvensional. Manfaat CBM CBM. dapat dimaniaatkan untuk berbagal Keperluan, misalnya sebagai sumber energi pembangkit tenaga listri, untuk keperluan rumah tangga, maupun digunakan dalam berbagai ‘macam indusri, Melalui proses pemurnian sampai 95%, CBM dapat digunakan sebagai pengganti BBM. ‘Ada dua manfaat menggunakan CBM untuk sumber energilistrik. Pertama ramah lingkungan, yang kedua menghasilkan panas yang lebih tinggi dibanding dengan batubara. Jika pemakaian batubara sebagai energi pengganti minyak dan gas bumi banyak mendapat kecaman Karena dianggap mencemari lingkungan dan dianggap memicu ‘erjadinya pemanasan global, CBM dienggap sebagai sumber energi yang lebih ramah terhadap lingkungan. Pembakaran CBM menghasilkan emisi CO, yang jauh lebih sedikit daripada pembakaran batubara. Sebagai contoh, emisi CO, per unit listrik yang dihasikan dari pembakaran batubara_ sub bituminus adalah 1180 ton per GWH (Gega Watt Hour), batubara bituminus menghasilkan 600 ton CO, per GWH, sedangkan hasil pembakaran CBM hanya menghasilkan 25 ton per GWH. Pembakatan CBM juga bebas sulfur sehingga ‘tidak menghailkan sulfur oxides yang dikenal bisa mengakibatkan polusi dan hujan asam. Saat ini para pemethati lingkungan di dunia sangat peduli tethadap emisi gas CO, yang dianggap memicu terjadinya pemmanasan global. Untuk mengurangi emisi gas ini, para ahli berhasil mengembangkan apa yang dinamakan “CO, sequestration” atau penyimpanan CO, secara permanen dengan jalan menginjeksikan’ gas ini onseppearbangan CBM urbe Bish Geog Sane, 205) ke dalam lapisan batuan jauh didalam bumi. | 1% Warta Geologi . Desember 2008 Diagram perantalen C3M Batubara, dikenal sebagai salah satu batuan yang bisa digunakan untuk menyimpan CO,. Secara alamiah molekul CO, lebih mudah terserap oleh lapisan batubara daripada_molekul methan. Sehingga secara sederhana jika 1 molekul CO, mengisi komponen batubara akan ada 1 molexul gas _methan yang dibebaskan dalam rangka menjaga kestabilan kimiawinya. Sehingga penyimpanan CO, pada lapisan batubara yang ‘akan meningkatkan produksi CBMinya, inilah yang dikenal dalam istilan asing, sebagai “enchance CBM recovery’ CBM di Indonesia Penyelidikan CBM sebagai sumber energi alternatif di Indonesia mulai intensit dilakukan sekitar ‘tahun 1990an, mengikuti sukses pengembangan CBM di beberapa negara yang sudah berhasil sebelumnya. Pada tahun 1998, perusahaan minyak Caltex memprakarsai — penyelidikan potensi gas methan dalam batubara di Cekungan Sumatera bagian tengah. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral sendir yang saat itu masih bemama Departemen Pertambangan dan Energi_memprakarsai_pembentukan_kelompok kerja CBM yang bertugas mengkaji kemungkinan pemanfaatan CBM di Indonesia, Ada beberapa— hal yang mendukung pengembangan C8M di Indonesia, diantaranya adalah; kekayaan sumber daya batubara yang berlimpah, krisis energi, serta kesadaran global penggunaan sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Kekayaan sumberdaya batubara di Indonesia memungkinkan —_kehadiran sumberdaya C3M yang potensial. Krisis energi yang diakibatkan menurunnya pasokan bahan bakar minyak (BBM), sementara kebutuhan terus meningkat, memicu pencarian energi alternatif sebagai pengganti BBM merupakan keharusan yang tidak bisa ditunda lagi. Pemanasan global yang menjadi issue hangat lingkungan dewasa ini, dianggap dipicu oleh emisi green house gas yang diakibatkan pembakaran energi fosil seperti misalnya batubara, Schingga pemakaian sumber energi yang jauh lebih ramah lingkungan semakin banyak dituntut. Data terbaru_mencatat jumlah sumber daya batubara Indonesia sebesar total 90.451,87 juta ton, yang sebagian besar berupa batubara eringkat rendah dan menengah. Dengan kandungen batubara sebesar itu, diyakini bahwa indonesia juga memiliki kandungan CBM yang besar. Survei terbaru mengenai CBM di Indonesia yang menghasilkan prediksi potensi CBM di beberapa cekungan batubara Indonesia dilakukan oleh Advances Resources International (ARl) pada tahun 2002. Survei ini dilakukan atas pemintaan Dirjen Migas dan atas biaya Asian Development Bank (ADB). Hasi survei tersebut diketahui bahwa potensi CBM Indonesia sebesar 453 Triliun Cubic Feet (Te) potensial gas in place yang terdapat pada lapisan batubara pada kedalaman 500- 4500 m. Selain yang dilakukan oleh ARI, hingga saat ini belum ada survei terpadu komprehensif _lainnya yang dilakukan untuk menghitung _potensi CBM di seluruh cekungan batubara Indonesia secara lebih akurat. Survei yang dilakukan ARI barulah merupakan survei pendahuluan dengan menggunakan data-data_sekunder, sehingga pembuktian potensi CBM Indonesia dengan menggunakan data-data primer masih harus terus dilakukan. Lemigas bekerjasama dengan CSIRO Australia telah mulai membuat pilot project sumur CBM di cekungan Sumatra Selatan. Hasil yang didapat sejauh ini cukup menggembirakan, Road map pengenbangan nds CBM Indonesia (Sumber jen ia), Geologi Populer 17 [ Geologi Popular mengindikasikan kehadiran gas methan dalam lapisan batubara di cekungan Sumatra Selatan yang cukup potensial, Pemerintah Indonesia mempunyai perhatian yang besar dalam pengembangan _energi altematit termasuk pengembangen CBM. Saat ini, pemerintah telah menyediakan Peraturan Pengusahaan Gas Methan dalam batubara Bahkan melalui Dirjen Migas, pemerintah telah mulai melakukan penawaran wilayah kerja gas methan batubara. Banyaknya aplikasi penawaran menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang tertank melakukan investasi dalam pengusahaan CBM di Indonesia, karena percaya pada keberadean CBM potensial di Indonesia, termasuk diantaranya beberapaperusahaan_—_asing. Mengacu pada data Dirjen Migas, hingga tahun ini tercatat 3 perusahaan telah mengantongi ijn pengusahaan CBM di Indonesia. Patensi CBM Indonesia Secara umum, di Indonesia terdapat dua endapan batubara yang dianggap prospek mengandung CBM. Endapan batubara berumur Miosen dianagap sebagai endapan yang paling prospektf. Walaupun memiliki kualitas yang rendah, tetapi endapannya sangat tebal berada pada kedalaman target CBM serta memiliki kandungan abu yang sangat rendah. Kekurangannya, karena batubara Miosen masin muda, maka memiliki kandungan moisture yang tinggi, sehingge kemungkinan membutuhkan penanganan khusus dalam proses dewatering ketika ekploitasi CBM nantinya. Sebaliknya batubara yang berumur Eosen yang memiliki kualitas yang lebih tinggi dianggap kurang prospektif untuk pengembangan CBM Karena ketebalan endapannya tipis dan terdapat pada kedalaman yang sangat dalam. Walaupun demikian pada beberapa area, batubara jenis ini kemungkinan juga cukup prospektif mengandung com (© teen AAA subduction Zone —w- Smepagt fw Rese Pte Maton Road map peogerbangan indus CBN dinoresia Sumber Dien Mia). 3 Warta Geologi . Desember 2008 Secara_umum, terdapat anggapan bahwa batubara Indonesia terlalu rendah dan terlalu dangkat untuk bisa mengandung prospektit CBM. Tetapi, dengan keberhasilan eksploitasi CBM batubara peringkat rendah di Powder River Basin, Amerika Serikat, make anggapan ini berhasil dipatahkan. Fakta bahwa batubara pada kedalaman dangkal yang ditambang secara open pit di Indonesia memiliki arah jurus yang searah dengan kedalaman cekungan sehingga menjadi gas charged pada kedalaman target C8M pada areal yang luas, Selain itu, juga adanya gas kick pada beberapa sumur minyak yang menembus iapisan batubara, membuat para ali geologi optimis bahwa CBM yang potensial juga mungkin tetdapat pada batubara peringkat rendah yang dimiliki indonesia. Peranan Badan Geologi Sesuai dengan tugasdan fungsinya, Badan Geologi melalui Pusat Sumber Daya Geologi hingga saat ini banyak melakukan kegiatan eksplorasi CBM dengan fokus pada pengumpulen data dasar secara primer serta membangun database batubara Indonesia yang cukup komprehensif Data dasar yang diambil secara ‘angsung ini sangat diperlukan dalam pengkajian potensi CBM di suatu daerah secara lebih akurat. Penghitungan kandungan gas secara langsung (gas desorotion) pada lapisan batubara di beberapa cekungan pembawa batubara telah mulai dilakukan semenjak tahun 2002, demikian juga dengan pengukuran permeabiltas batubara Kandungan gas dan permeabilitas adalah data yang. sangat_penting untuk diketahu guna melakuken kajian potensi CBM di suatu area. Berbagai bentuk workshop dan pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri juga dilakukan dalam rangka mempersiapkan tenaga abli yang kompeten menangani CM. Hingga saat ini Indonesia belum memiliki tenaga ahli yang berpengalaman dalam mengeksplorasi maupun mengeksploitasi CBM. Badan Geologi juga mempersiapkan diri dengan kelengkapan peralatan eksplorasi CBM yang cukup lengkap. Saat ini Badan Geologi memiliki satu. unit Mobile CBM yang bisa digunakan untuk melakukan pengukuran kandungan gas secara langsung di lapangan, disamping alat gas kromatograf untuk menentukan kandungan gas dalam batubara, Penutup Suatu keinginan jika dipendam bak mimpi di siang bolong. Untuk mewujudkannya diperiukan kerja keras. Bumi Pertiwi telah menyediakan sesuatu yang sangat berharga untuk dipergunakan. Tuges kita adalah mengeluarkan gas dari "kungkungan Rank (4 tertinggi) Cekungan 37 Sumatra Selatan. Kutai Daerah Prospeksi ‘Sumber daya CBM (Tef-Trliun Cubic feet) Sumatra Tengah 1 JAWA Rendah - sedang < 5100 - 6100 11,24 Tinggi ~ sangat tinggi_| 6100 - >7100 2,97, 28.530,11 11,937,95 1877,07 Peta LokasiDaeran PenguturenKendungen gas delam balinera i Kelmantan (Sumer: KPP Energi Fos, PusetSunber Daa Geolog, 2007) negeri hitam” itu agar kita bangun dari mimpi. Begitu dia burst out, Insya Allah akan memberikan pasokan listrik yang berlimpah sehingga kita tidak akan lagi mendapat gilian pemadaman, memberikan langit yang lebih biru, jauh dari polusi, sehingga kita menyediakan lingkungan yang lebin aman bagi generasi_ kemudian.m Penulis adelah Pemerhati dan Pencinta CBM Geologi Populer 19

You might also like