Professional Documents
Culture Documents
Patokan-patokan di atas sering dipakai oleh para seniman ( pelukis ) untuk membuat
efek-efek tertentu dalam lukisannya.
E. Persepsi gerak
Untuk mengamati gerak dibutuhkan Patokan . Dengan demikian, gerakan adalah sesuatu
yang berpindah posisinya dari patokan. Kalau patokannya kabur, maka kita bisa memperoleh
informasi gerakan semu. Gerakan semu terjadi bila ada dua rangsang yang berbeda muncul
hampir bersamaan waktunya.
Bila garis yang ditunjukkan, lalu hilangkan dari medan penglihatan tetapi dengan
cepat di ganti dengan garis B, maka akan diamati , gerakan garis A roboh.
F. Ilusi
Ilusi adalah kesalahan dalam persepsi, yaitu memperoleh kesan yang salah terhadap fakta-fakta
objektif yang d sajikan alat-alat indra kita
Ilusi disebabkan oleh faktor-faktor eksternal: (gambar atau bayangan di cermin kelihatannya
terletak di belakang cermin)
Ilusi disebabkan kebiasaan: rangsang-rangsang yang disajikan sesuai dengan kebiasaan kita
dalam mengenali rangsang akan dengan mudah menimbulkan ilusi.
Ilusi karena kesiapan mental atau harap tertentu: kita akan sering melihat sesuatu yang
mirip dengan barang yang hilang yang sangat kita harapkan untuk kembali.
Ilusi karena kondisi rangsang terlalu kompleks: bila rangsang yang diamati terlalu kompleks,
maka rangsang tersebut dapat menutup-nutupi atau menyamarkan fakta-fakta objektif.
Ciri-ciri rangsang: rangsang yang bergerak di antara rangsang-rangsang yang diam akan lebih
menarik perhatian.
Nilai-nilai dan kebutuhan individu: seorang seniman mempunyai pengamatan yang berbeda
dengan yang bukan seorang seniman dalam mengamati objek tertentu.
KETERANGAN TAMBAHAN :
Definisi Persepsi
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Istilah persepsi sering
dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan sesaat, saat stimulus baru diterima
otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang
berhubungan dengan stimulus tersebut (Wikimedia).
Persepsi adalah proses mulai dari diterimanya suatu rangsangan (penginderaan=
sensation) yang meliputi objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa;
interpretasi terhadap rangsangan-rangsangan tersebut sampai rangsangan itu disadari dan
dimengerti. Oleh karena itu persepsi boleh dikatakan sebagai interpretasi/penafsiran dari
pengalaman (the interpretation of experience).
Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafslrkan pesan. Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang
petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan.
Untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi
tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa
persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam
lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti
terhadap lingkungan oleh seorang individu.
Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang
kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam
hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif
dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358) Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya
respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke
dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru
kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209). Dalam hal ini, persepsi mencakup
penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran
stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk
sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya
sendiri (Gibson, 1986: 54).
mendengar, padahal objek tidak ada atau individu merasa melakukan persepsi padahal individu
tersebut tidak dikenai stimulus, jadi ini merupakan persepsi subjektif dari individu. Contoh orang
mabuk kadang melihat sesuatu yang objeknya tidak ada karena terganggu indera dan
sensorisnya. Keadaan ini merupakan kondisi yang tidak normal dan umumnya merupakan
pertanda bahwa jiwanya telah mengalami gangguan.
mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil
seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna,
sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau
makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.
Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam
atau dahulu. memegang peranan yang penting. Faktor-faktor fungsional yang
menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan halhal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat 1998: 55).
Selanjutnya Rakhmat menjelaskan yang menentukan persepsl bukan jenis atau bentuk
stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli. Persepsi
meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang
dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986 : 54). Selaras dengan
pernyataan tersebut Krech, dkk. (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto 2001: 19)
mengemukakan bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni
pengalaman masa lalu dan faktor pribadi.