You are on page 1of 16

PERPADUAN ANTARA LAGU

TRADISI DENGAN IRINGAN MUSIK


ORKESTRA
Jurnal Ilmiah

oleh :
Danu Hisa Kumala
127865022

UNIVESITAS NEGERI SURABAYA


PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN SENI BUDAYA
2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia

dilahirkan tidak terlepas dari kodrat yang sudah

ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Mulai lahir, mereka sudah
diberikan pengetahuan, bakat, dan kemampuan masing-masing dalam
mengapresiasikan seni dalam kehidupannya. Setiap manusia mempunyai
cara yang berbeda-beda dalam mengapresiasikan seni, ada yang
dituangkan dalam suatu cat dan dilukiskan dalam sebuah kertas, tembok,
alat-alat transportasi, bahkan pada bagian tubuh manusia. Selain itu juga
ada yang diapresiasikan melalui buku-buku yang bisa dalam bentuk
novel, kolaborasi antara gambar dan kata- kata (komik). Selain itu juga
banyak sekali orang mengapresiasikan kedalam bentuk syair yang sangat
indah, dengan diiringi musik. Karena setiap manusia tidak sama dalam
pengapresiasikannya, sehingga seni, terutama seni musik berkembang
dan berevolusi tanpa ada batasnya.
Di dunia ini tidak terhitung jumlah musik yang ada sekarang,
karena perkembangannya tanpa mengenal waktu dan tempat. Jenis-jenis
musik yang ada di seluruh dunia dapat dikelompokkan dengan berbagai
cara misalnya berdasarkan kemiripan ciri-ciri umumnya (genre),
fungsinya, maupun geografi. Secara geografi musik dapat dibagi menjadi
musik Barat yang mengacu kepada negara-negara Eropa, dan musik
Timur di wilayah Asia dan Timur Tengah yang memiliki varian yang
sangat banyak. Disitu ada manusia maka seni terutama seni musik akan
berkembang tak terkendali. Di Indonesia sendiri mempunyai berbagai
macam seni musik, baik itu yang tergolong dalam musik tradisional,
campuran antara tradisional, dan modern. Bertolak belakang dari uraian
diatas, seni juga tidak terlepas dari kebudayaan masing-masing daerah.
Sehingga antara daerah yang satu dengan yang lainnya akan memberikan
nuansa seni musik yang berbeda pula. Ciri khas musik di Jawa tentu
berbeda dengan ciri khas musik yang ada di Minang, Batak, dan Dayak.

Kekhasan inilah yang menimbulkan karakter bentuk yang berbeda-beda


dari masing-masing daerah.
Seiring dengan perkembangan jaman, pengaruh musik dari
mancanegara seperti musik klasik barat pun tidak dapat dipungkiri
keberadaanya di Indonesia. Musik Klasik digunakan sebagai sebutan
bagi semua musik serius yang berkembang di Eropa pada periode
Klasik, 1750-1830. Bahkan sudah lama di Indonesia musik klasik
menjadi acuan pembelajaran di program keahlian musik baik SMK
maupun perguruan tinggi atau institut di Indonesia. Hal ini dikarenakan
sistem pemahaman dan pembelajaran instrumen klasik barat yang runtut
dan berjenjang. Sekarang ini makin banyak orang di negeri ini yang
mahir memainkan instrumen musik klasik seperti biola, cello, flute,
piano, dan lain-lain.
Di sisi lain minat masyarakat kepada musik tradisi mulai
berkurang. Namun, keadaan ini tidak serta merta menghilangkan
keberadaan musik tradisi di Indonesia. Sekarang ini banyak sekali para
komposer dan musisi yang menggeluti musik klasik melakukan
perpaduan estetis antara musik klasik dengan musik tradisi. Perpaduan
yang sering kita jumpai yaitu beberapa lagu tradisi maupun komposisi
baru bernuansa tradisi yang dibawakan atau dimainkan dengan
instrumentasi musik klasik. Perpaduan semacam ini sering dibawakan
musisi-musisi ternama seperti pianis handal Jaya Suprana, grup orkestra
gesek SaUnine, kelompok orkestra Twilite Orchestra, dan lainlain.Kelompok gesek Saunine misalnya, Mereka menggarap lagu-lagu
tradisional rakyat dari Jawa, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan beberapa
daerah lainnya

yang ada di

negeri ini. Tentu

saja mereka

membawakannya dengan format string orchestra, sebuah format yang


sangat sering digunakan dalam pertunjukan musik klasik barat.Mungkin
ini merupakan cara baru untuk mempertahankan karya-karya seni musik
tradisi indonesia agar tidak dilupakan atau dan diklaim negara lain.

II.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Seni Musik

Musik

pada

hakikatnya

adalah

bagian

dari

seni

yang

menggunakan bunyi sebagai media penciptaannya. Walaupun dari waktu


ke waktu beraneka ragam bunyi, seperti klakson maupun mesin sepeda
motor dan mobil, handphone, radio, televisi, tape recorder, dan
sebagainya senantiasa mengerumuni kita, tidak semuanya dapat
dianggap sebagai musik karena sebuah karya musik harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut merupakan suatu sistem
yang ditopang oleh berbagai komponen seperti melodi, harmoni, ritme,
timbre (warna suara), tempo, dinamika, dan bentuk. Walaupun banyak
dari para ahli musik telah mencoba memberikan definisi tentang musik,
namun hingga kini belum adasatupun yang diyakini merupakan satusatunya pengertian yang paling lengkap. Tampaknya ada yang
memahami musik sebagai kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh
indera pendengarannya. Di samping itu ada juga yang pemahamannya
bertolak dari asumsi bahwa musik adalah suatu karya seni dengan
segenap unsur pokok dan pendukungnya. Walaupun demikian ada juga
yang berbeda pandangandari kedua model tersebut. Terlepas dari
berbagai perbedaan sudut pandang tersebut, beberapa definisi berikut ini
dapat membantu kita untuk memahami pengertian tentang musik.
Dari penulis-penulis Indonesia di antaranya dapat dijumpai
sejumlah definisi tentang musik: Jamalus (1988, 1) berpendapat bahwa
musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau
komposisi
penciptanya

musik

yang

melalui

mengungkapkan

unsur-unsur

musik

pikiran

dan

perasaan

yaitu

irama,

melodi,

harmoni,bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.


Rina (2003, 9) setuju dengan pendapat bahwa musik merupakan salah
satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara
atau bunyibunyian. Prier (1991, 9) setuju dengan pendapat Aristoteles

bahwa musik merupakan curahan kekuatan tenaga penggambaran yang


berasal dari gerakan rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang
berirama. Mendelssohn meyakini bahwa musik dapat mencapai suatu
wilayah yang kata-kata tidak sanggup mengikutinya, dan Tchaikovsky
berkata bahwa musik adalah ilham yang menurunkan kepada kita
keindahan yang tiada taranya.
Dari perspektif interpretasi atau penikmatannya, musik juga
dapat dipahami sebagai bahasa karena ia memiliki beberapa karakteristik
yang mirip dengan bahasa. Berkaitan dengan hal tersebut Machlis (1963,
4) memahami musik sebagai bahasa emosi-emosi yang tujuannya sama
seperti bahasa pada umumnya, yaitu untuk mengkomunikasikan
pemahaman. Sebagai bahasa musik juga memiliki tata bahasa,
sintaksis,dan retorika, namun tentunya musik merupakan bahasa yang
berbeda. Setiap kata-kata memiliki pengertian yang kongkrit, sementara
nada-nada memiliki pengertian karena hubungannya dengan nada-nada
yang lain. Kata-kata mengekspresikan ide-ide yang spesifik sedangkan
musik menyugestikan pernyataan-pernyataan misterius dari pikiran atau
perasaan.
Dari beberapa pendapat di atas setidaknya dapat dipahami bahwa
musik merupakan salah satu cabang seni pertunjukan seperti tari, drama,
puisi, dan sebagainya. Sebagai sebuah karya seni, musik adalah
ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan lewat komposisi jalinan
nada atau melodi, baik dalam bentuk karya vokal maupun instrumental.
Di samping itu musik adalah suatu karya seni yang tersusun atas
kesatuan unsur-unsur seperti irama, melodi, harmoni, bentuk atau
struktur, dan ekspresi.

B. Musik Tradisional

Kata tradisional dalam seni sering diartikan sebagai suatu seni


yang sering dikerjakan secara turun-temurun oleh masyarakat. Seni ini
erat kaitannya dengan adat, kepercayaan, kebiasaan masyarakat, ajaran
sosial, nilai-nilai, aturan-aturan perilaku, dan sebagainya. Faktor unsurunsur tersebut yang dapat memunculkan suatu karateristik atau ciri seni
itu sendiri. Ada peribahasa lain ladang lain belalang, lain lubuk lain
pula ikannya, setiap tempat mempunyai adat tatanan masyarakat yang
berbeda-beda. Dengan kata lain, setiap sistem kemasyarakatan
mempunyai kegiatan yang menghasilkan produ karakteristik dan ciri
masing-masing.
Musik tradisi dapat diakatakan sebagai bebunyian yang timbul
karena adanya kebiasaan sosial dalam suatu kelompok mayarakat dan
berlangsung secara turun-temurun serta mempunyai kekhasan dalam
unsur-unsur musik seperti nada, ritme, tempo dan dinamika sesuai latar
sosial masyarakat itu sendiri. Kreativitas pertunjukan dan penciptaan
musik tradisi dibatasi oleh norma-norma yang berlaku pada suatu
kebudayaan sehingga memiliki ciri lokal yang amat kental. Di Indonesia
musik-musik tradisi dapat dikenali berdasarkan batasan geografis dan
etnisitasnya, misalnya musik Minang, musik Batak, musik Dayak, dan
musik Jawa. Di Jawa dan Bali ada istilah khusus untuk menyebut musik
tradisi, yaitu yang dikenal dengan istilah karawitan. Sekarang ada istilah
untuk menyebut seluruh musik yang terdapat di seluruh wilayah
kepuluan Indonesia, termasuk karawitan, yaitu musik Nusantara.
Adanya seni tradisional ini karena seni tersebut mempunyai
fungsi dalam masyarakat. Seni dapat menyampaikan pesan-pesan sosial,
sering juga sebagai alat pemersatu masyarakat. Pada seni musik tradisi
sering kita jumpai lagu-lagu yang berisikan himbauan-himbauan atau
anjuran-anjuran. Misalnya lagu ciptaan Sunan Kalijogo yang berjudul
Ilir-Ilir yang menjadi lagu tradisonal Jawa. Pada lirik atau syair
lagunya berisi tentang ajakan untuk berbuat kebaikan dan taan

menjalankan perintah agama. Kemudian lagu dolanan yang berjudul


Padang Bulan misalnya. Lagu rakyat yang berasal dari Jawa ini dalam
bait-bait syairnya mempunyai makna yang menceritakan tentang
indahnya persahabatan dan kerukunan.

C. Pengertian Orkestra

Orkestra adalah formasi kelompok musik besar yang memiliki


susunan instrumen musik terlengkap di antara kelompok-kelompok
musik yang lain. Di samping memiliki formasi standar, kadang-kadang
orkestra juga secara fleksibel melibatkan instrumen-instrumen lain. Pada
masa Yunani kuno, orkestra berarti ruang di antara penonton dan
panggung yang biasanya ditempati oleh paduan suara dan pemain alat
musik. Dalam bahasa Yunani, orkestra berarti tempat menari. Di
beberapa gedung teater maupun pertunjukan, orkestra adalah tempat
duduk yang terletak tepat di depan panggung pertunjukan. Ruang ini
biasanya digunakan oleh para pemain ensambel musik pengiring teater
atau tari. Pada saat ini tentu saja yang dimaksud dengan istilah orkestra
ialah sebuah ensambel instrumental yang besar dengan dukungan
sejumlah kira-kira 100 pemain (Randel, 1978: 356).
Formasi orkestra berkembang dari waktu ke waktu dan
perkembangan yang sangat pesat terjadi pada abad ke-18 dan ke-19.
Sejak awal abad ke-20 hingga kinisusunannya senantiasa disesuaikan
dengan kebutuhan komposisi sehingga perubahan-perubahan kecil yang
terjadi tidak terlalu mengubah kemapanan formasi yang standar. Dari
segi ukurannya orkestra dapat dibagi menjadi dua macam. Yang pertama
ialah orkes kamar (chamber orchestra) yang didukung oleh 40 pemain
atau kurang, dan yang kedua ialah orkestra penuh yang didukung oleh
100 pemain. Formasi besar ini biasa disebut sebagai orkes simfoni atau
orkes filharmonik. Perbedaan ukuran tersebut tidak memberikan
pengaruh yang signifikan, baik terhadap susunan seksi-seksi instrumen
maupun aturan-aturan dalam orkestra itu sendiri. Sebagai contoh, di

London, Inggris ada dua orkestra besar yang memiliki jumlah pemain
yang berbeda-beda seperti misalnya The London Symphony Orchestra
dan The London Philharmonic Orchestra. Orkes simfoni biasanya
memiliki lebih dari 80 pemain dan kadang-kadang lebih dari 100
pemain.

Susunan Formasi Orkestra Lengkap

Selain formasi lengkap dari berbagai instrumen, istilah orketra


sering juga digunakan pada kelompok musik yang memainkan alat
musik sejenisnya saja yang ada pada format orkestra. Di antaranya ada
string orchestra (orkes gesek), wind orchestra (orkes tiup kayu), brass
orchestra (orkes tiup logam), dan percussions orchestra (orkes perkusi).
Formasi ini di barat juga sering disebut chamber orchestraatau orkes
kamar. Salah satu contoh karya musik klasik yang menggukan konsep
ini adalah deretan komposisi yang dinamai Four Season dengan
komposer Antonio Vivaldi. Dalam komposisi ini sang komposer hanya
menggunakan jenis alat musik gesek yaitu biola, biola alto, violoncello,
dan kontrabass, dengan menyertakan duet biola sebagai tokoh utama.

D. Fenomena Perpaduan Unsur Musik Tradisional dan Unsur Musik


Klasik Barat

Kebudayaan selalu elastis dan lebih bersifat adaptif, oleh


karenanya tidak ada sebabkebudayaan yang kecuali pendukungnya
musnah tanpa sisa. Begitu juga musik, selalu dan selalu bergerak
mengikuti arus pergeseran waktu. Di negeri kita sendiri misalnya,
banyak sekali masyarakat terutama kalangan muda menyukai genregenre musik dari mancanegara dari musik klasik sampai musik hip-hop.
Bahkan jarang sekali sekarang para kaula muda menyukai musik tradisi.
Hal ini jelas nampak di kalangan remaja, karena selama ini musik-musik
tradisi dinilai kurang bisa mengikuti perkembangan jaman. Namun jika
kita amati ternyata problem tersebut dikarenakan kemasan pembawaan
musik tradisi tersebut. Seorang musisi ternama yaitu Dewa Budjana
pernah berpendapat di dalam bukunya yang berjudul Gitarku,
Kekasihku bahwa musik tradisi sekarang ini kurang digemari karena
packaging atau kemasan dalam penggarapan yang terkesan masih kuno.
Dia menambahkan jika penggarapan musik tradisi tersebut disesuaikan
dengan konteks jaman sekarang mungkin akan banyak masyrakat yang
menaruh perhatian pada musik tradisi.

Dalam hal ini perpaduan atau pengkolaborasian dalam seni


musik di Indonesia banyak digalakkan para musisi, khususnya untuk
mengangkat kesenian tradisi. Salah satunya perpaduan unsur musik
tradisi dengan orkestra yang notabene bagian dari unsur musik klasik
barat. Saat ini musik orkestra diyakini mampu menyedot perhatian dari
berbagai kalangan seiring dengan seringnya program acara musik di
televisi yang menyertakan kelompok orkestra. Kelompok orkestra gesek
Saunine misalnya. Baru-baru ini Saunine tengah mempromosikan dua
albumnya yang berisikan lagu-lagu tradisonal hampir dari seluruh
nusantara. Tentu saja mereka menampilkan dengan gaya aransemen
mereka sendiri baik secara instrumental maupun dengan menyertakan
solo vocal. Fenomena ini merupakan sebuah fenomena budaya yang
menarik khususnya yang terjadi dalam bidang seni musik, terutama jika
dilihat

dari

sudut

pandang

perubahan

kebudayaan.

Mengingat

kebudayaan itu dapat berubah sewaktu-waktu sejalan dengan dinamika


kehiddupan msyarakat pemilik budaya itu sendiri.

E. Analisis Perpaduan Lagu Daerah dengan Iringan Musik Orkestra


dalam Contoh Pertunjukan Seni Musik dari Aspek Sejarah, Bentuk
dan Isi, serta Teknik dan Gaya

Berikut ini contoh

pertunjukan seni musik yang menyajikan

perpaduan tradisi dengan musik orkestra.

Sumber

: You Tube

Pengunggah

: Tembi Rumah Budaya

Tanggal mengunggah

: 2 Desember 2011

Judul video

: SaUnine String Orchestra

Ilir-ilir

Tempat

: Gedung Kesenian Jakarta

Waktu

: 20.00 WIB

Tanggal

: 11 November 2011

1. Data Visual
Judul Komposisi

: Ilir-Ilir

Komposer

: Sunan Kalijaga

Arranger

: Dimawan Krisnowo Adji

Kondakter

: Oni Krisnerwinto

Pemain

: SaUnine String Orchestra

Solo Sinden

: Silir Pujiwati

Susunan Formasi SaUnine String Orchestra

2. Aspek Sejarah
Sejarah dalam seni merupakan serangkaian peristiwaperistiwa yang menjelaskan dan

mengggambarkan pengalaman-

pengalaman subjek dan objek seni baik secara empiris maupun


trasedental. Dua pengalaman tersebut tidak dapat dipisahkan dalam
konteks kehidupan manusia karena berbagai pengalamandapat
dijadikan sebagai acuan untuk mengenal sejarah seni masa lampau,
masa kini, dan masa mendatang (Made, 2010:101). Sang komposer
Kanjeng Sunan Kalijogo membuat komposisi ini sebagai salah satu
usahanya untuk menyebarkan ajaran agama Islam di Jawa. Beliau
memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Beliau juga sangat toleran pada budaya lokal, dengan menggunakan


seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana
dakwah. Pada awalnya Sunan Kalijaga membawakan lagu ini dengan
iringan gamelan. Alasan arranger komposisi ini yaitu Dimawan
Krisnowo Adji (Wawan) menggubah kembali lagu ini karena ini lagu
memiliki pesan-pesan sosial. Ia ingin nilai-nilai yang pada syair lagu
ini dapat diamalkan kembali oleh masyarakat.

3. Aspek Bentuk dan Isi


Dalam seni musik istilah bentuk diartikan sebuah gagasan
atau ide yang nampak dalam pengolahan atau penyususan semua
unsur musik (melodi, irama, harmoni, dan dinamika) dalam sebuah
komposisi. Ide ini mempersatukan nada-nada musik serta terutama
bagian-bagian komposisi yang dbunyikan satu per satu sebagai
kerangka. Bentuk musik dapat dilihat juga secara praktis: sebagai
wadah yang diisi oleh seorang komponis dan diolah sedemikian
hingga menjadi musik yang hidup (Prier, 1996:2). Sedangkan isi
dalam musik adalah makna yang terkandung dibalik tatanan unsurunsur musik yang menggambarkan suasana. Pada lagu Ilir-ilir ini
menggunakan format ansambel sejenis yaitu keluaga alat musik
gesek yang menggunakan lima suara. Adapun susuna masing-masing
suara terdiri dari biola 1 sebanyak 10 orang,biola 2 sebanyak 10
orang, biola alto 8 orang, violoncello 8 orang, dan contrabass 4
orang. Komposisi ini juga disertai solo sinden sebagai pelantun syair
atau lirik asli lagu ini.
Bunyi pertama yang mengawali komposisi ini adalah adalah
gesekan kontrabass yang tertahan di nada A. Disusul kemudian
vokal

masuk

dengan

istilah

di

karawitannya

bowo,

yaitu

menyanyikan syair tambahan yang berkaitan dengan syair asli


dengan ritme bebas dengan tempo rubato. Dua suara, kontrabass dan
bowo sinden tersebut menjadi introduksi pada komposisi ini sampai
2 kalimat lagu.Tangga nada A mayor menjadi progres awal progresi

akord, inversi (balikan) akord, dan alunan melodi, yang mengiringi


vokal sinden yang menggunakan tangga nada asli pentatonis Jawa
yaitu laras slendro. Masuk bagian awal syair,instrumen lain masuk
dan tempo sudah berangsur stabil. Namun karakter iringan masih
cenderung lembut dan mengayun dengan gesekan panjang yang
membentuk suasana damai dan tenang. Bagian awal lagu ini
mempunyai 4 kalimat simetri.
Setelah vokal istirahat tempo semakin cepat. Biola 1
mengambil peranan melodi interlude memainkan nada dan ritme
seperti melodi utama namun agak sedikit diberi variasi. Sambil
progres akor membentuk suatu jembatan yang menghubungkan ke
modulasi E mayor. Kemudian bersahut-sahutan antara biola 1 dan
biola 2 serta biola alto bergantian memainkan melodi utama. Di
bagian tengah lagu ini menggambarkan suasana sedikit riuh sebagai
penghubung ke klimaks. Tempo tetap bertahan di allegro sampai
sebelum vokal masuk menggunakan fermata.Vokal masuk serentak
dibarengi para pemain gesek, (kecuali biola 1 dan 2) yang ikut
bernyanyi dengan nada yang sama tentu saja dengan timbre yang
berbeda, karena sebagian besar pemain gesek adalah laki-laki.
Sambil mainkan instrumen para pemain orkes bernyanyi dengan
lantang sampai menjelang ending. Di sinilah letak klimaks pada
komposisi ini yang bermodulasi ke tangga nada G mayor dan ritme
masing instrmuen menjadi ramai penuh dan lincah. Pada bagian
klimaks ini komposer berupaya membentuk suasana sukacita.
Menuju ending suasana klimaks tiba-tiba berhenti sejenak yang
kemudian di sahut ayunan lembut alat gesek yang dimainkan
masing-masing principalper kelompok. Kwintet masing-masing
principal inilah yang menjadi ending pada komposisi ini dengan
melodi utama awal biola 1 dan ditutup melodi utama violoncello.
Suasana yang digambarkan pada ending dan lagu ini manis dan
hangat membuat penonton memberikan standing applause yang
cukup lama.

4. Aspek Teknik dan Gaya


Teknik

dalam

musik

yaitu

bagaimana

seorang

mengungkapkan bebunyian tersebut agar pesan dan kesan lebih


tersampaikan pada penikmat. Sedangkan gaya dalam musik diyakini
sebagai pancaran ciri khas musik yang mengungkapkan bebunyian
tersebut (Muttaqin, 2008:76). Dalam mengaransemen komposisi ini,
aranger

masih

menggunakan

teknik

permainan

dan

gaya

penggarapan lagu yang berkiblat ke orkestrasi barat. Teknik yang


digunakan seperti stacatto, glisando, pizzicatto, dan sebagainya yang
notabene teknik permainan pada instrumen. Stacatto misalnya,
teknik

memainkan

alat

secara

patah-patah

yang

berusaha

menggambarakan suasana tegas dan menggebu-gebu. Gaya yang


disuguhkan bervariasi, mulai melodi biola yang mengikuti scale
pentatonis Jawa, sampai para pemain yang serempak ikut bernyanyi
dan sambil memainkan alat musik pada akhir lagu. Bahkan pada
komposisi lain yang dibawakan pada pertunjukan ini kelompok ini
terkesan humoris dan banyol ketika memainkan lagu dengan candaan
musik, sebagai contoh sang kondakter Oni Krisnerwinto yang malah
keasikan berjoget pada saat orkes yang dipimpinnya memainkan lagu
keroncong Sapulidi.

III.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perpaduan atau pengkolaborasian dalam seni musik di Indonesia


banyak digalakkan para musisi, khususnya untuk mengankat kesenian
tradisi. Salah satunya perpaduan unsur musik tradisi dengan orkestra yang
notabene bagian dari unsur musik klasik barat. Saat ini musik orkestra
diyakini mampu menyedot perhatian dari berbagai kalangan seiring
dengan seringnya program acara musik di televisi yang menyertakan
kelompok orkestra. Kelompok orkestra gesek Saunine misalnya. Mereka
menampilkan dengan gaya aransemen mereka sendiri baik secara
instrumental maupun dengan menyertakan solo vokal. Fenomena ini
merupakan sebuah fenomena budaya yang menarik khususnya yang terjadi
dalam bidang seni musik, terutama jika dilihat dari sudut pandang
perubahan kebudayaan. Mengingat kebudayaan itu dapat berubah
sewaktu-waktu sejalan dengan dinamika kehidupan msyarakat pemilik
budaya itu sendiri.

B. Saran

Lebih meningkatkan muskalitas, skill, dan kreativitas dalam


bermusik agar sajian musik-musik di Indonesia semakin berbobot dan
berkualitas. Tetap melakukan eksperimen-eksperimen yang menarik dalam
penciptaan karya musik tradisi. Ini dilakukan supaya musik tradisi kita
tidak akan punah ataupun diklaim bangsa lain.

DAFTAR PUSTAKA

Prier SJ, Karl Edmund. 1996. Ilmu bentuk Musik, Yogyakarta: Pusat Musik
Liturgi

Sumardjo, Jakob. 2000: Filsafat Seni,ITB Bandung

Muttaqin dkk, Moh. 2008: Seni Musik Klasik,untuk SMK, Jakarta : Direktorat
Pembinaan

Sekolah

Manajemen Pendidikan

MenengahKejuruan,

Direktorat

Jenderal

Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan

Nasional.

Sudira, M.Sn., Made Bambang Oka. 2010. Ilmu Seni (Teori dan Praktik), Jakarta:
Inti Prima

Prier SJ, Karl Edmund. 1996. Ilmu Bentuk Musik, Yogyakarta: Pusat Musik
Sadra, I Wayan. 2005. Lorong Kecil Menuju Susunan Musik., dalam jurnal
Menimbang pendekatan, pengkajian, dan penciptaan Musik
Nusantara. Surakarta : STSI Press.
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta : Kanisius.
Banoe, Pono. Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta : Kanisius

You might also like