Professional Documents
Culture Documents
Volume 1, Nomor 2
Halaman: 13-19
ISSN: 1411-321X
Oktober 1999
ABSTRAK
This research is objected to find out (1) the number, the type and the size of chromosomes, (2) the karyotype formulae and maps of the
chromosomes, and (3) the phylogenetic relationship of Allium. In this research, six species are examined, i.e. A.ascalonicum (shallot), A.cepa
(onion), Allium sp. (big shallot), A.sativum (garlic), A.fistulosum (Japanese bunching) and A.porrum. Referring to Backer and Bakhuizen van den
Brinks manual (1968), they are identified before the examination. The result found out that all species has a same number of chromosomes, i.e. 2n
= 16. All of chromosomes have metacentric shape, except for the first chromosome pair of Allium sp. which has the sub-metacentric shape. The
longest of haploid chromosome length is A.sativum with 196.36 m, then for A.porrum is 137.27m, Allium sp. is 132.69 m, A.ascalonicum is
124.71 m and A.fistulosum is 113.60 m. The relative asymetric index is over then 50 (53.79 57.70). The R-ratio of A.ascalonicum and A.sativum
subsequently are 1.6 and 1.7, then for A.cepa is 2.25, A.fistulosum is 2.28, A.porrum is 2.67 and Allium sp.is 2.71. A.ascalonicum and A.fistulosum have
the closest genetic relationship with similarity index of 80, then followed by A.cepa and Allium sp. with similarity index of 75. The four species
joint with A.porrum with similarity index of 65. A.sativum is the last species that joint with them with similarity index of 35.
Key words: Allium, chromosomal karyotype, phylogenetic relationship.
PENDAHULUAN
Genus Allium memiliki banyak anggota, sebagian di
antaranya bernilai ekonomi tinggi dan telah
dimanfaatkan sejak lama. Allium berguna untuk bumbu,
sayuran, obat dan tanaman hias. Kebutuhan pasar dunia
akan jenis sayuran ini sangat tinggi, begitu pula
kebutuhan nasional. Namun produksi di Indonesia sangat
terbatas, bahkan beberapa spesies harus diimpor. Karena
meskipun iklim, musim dan lahan di Indonesia
mendukung pembudidayaan, kebanyakan petani tinggal
di dataran rendah sedang Allium umumnya merupakan
tumbuhan dataran tinggi (Rismunandar, 1989; Samadi
dan Cahyono, 1999). Untuk memproduksi Allium secara
besar-besaran, harus dilakukan pemuliaan tanaman agar
diperoleh kultivar-kultivar dataran rendah. Di samping
harus menarik, ukuran besar, masa panen singkat, tahan
penyakit dan lain-lain (Pike, 1989).
Terdapat tujuh spesies Allium yang sering
dibudidayakan, yaitu: bawang putih (Allium sativum L.),
bawang merah (Allium ascalonicum L.), bawang bombay
(Allium cepa L.), bawang luncang (Allium fistulosum L.),
bawang prei (Allium porrum L.), bawang kucai (Allium
odorum L.) dan bawang langkio (Allium schaenoprasum
L.) (Jones dan Mann, 1963), Menurut Rismunandar
(1989), dua spesies terakhir jarang dibudidayakan di
Indonesia. Di samping itu Pike (1989) menambahkan
bawang kurat (Allium ampeloprasum L), bawang rakkyo
(Allium chinense G. Don) dan bawang prei cina (Allium
tuberosum L) yang belum dibudidayakan di Indonesia.
Allium umumnya merupakan herba biennial, memiliki
batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun.
Daun tersusun berseling, tumbuh dari batang sejati
berbentuk pipih atau cawan. Daun yang lebih tua terletak
di sebelah luar dan membungkus daun yang lebih muda.
Helai berwarna hijau untuk fotosintesis, sedang pelepah
14
Pembuatan Preparat
Preparat dibuat dengan metode squash semi
permanen (Darnaedi, 1991; Okada, 1981; Robert dan
Short, 1979; Soerodikoesoemo, 1989) sebagai berikut:
Pra-perlakuan. Ujung akar dipotong 3-5 mm, dimasukkan dalam
botol flakon berisi 2-3 ml kolkisin 0,2%. Lalu dibungkus kertas
aluminium dan disimpan dalam lemari es selama 2-4 jam.
Pencucian. Kolkisin dibuang dan dicuci dengan akuades tiga kali.
Fiksasi. Akuades dibuang, diganti asam asetat glasial 45% dan
disimpan dalam lemari es bersuhu 5oC selama 15 menit.
Pencucian. Asam asetat glasial 45% dibuang dan dicuci akuades tiga kali.
Hidrolisis. Akuades dibuang, diganti HCl 1N dan disimpan dalam
oven bersuhu 60oC selama 2 menit, tergantung besarnya bahan.
Pencucian. HCl 1N dibuang dan dicuci dengan akuades tiga kali.
Analisis Hasil
Pembuatan karyotipe
Karyotipe dibuat sekurang-kurangnya dari dua foto
kromosom prometafase dengan fokus berbeda-beda.
Kedua foto tersebut dijiplak (diblat) pada plastik
transparansi, lalu digunting dan diatur sesuai dengan
bentuknya. Kemudian jumlah kromosom dan panjang
kedua lengannya diukur (Ruas dkk., 1995; Davina dan
Vernandes, 1989; Robert dan Short, 1979), setelah itu
dipasang-pasangkan sesuai homolognya (Ahmad dkk.,
1993).
Data morfometri diperoleh dari 10 kromosom
prometafase. Sifat yang diamati meliputi; panjang
absolut (m), indeks sentromer relatif (centromeric
index = Ci), panjang keseluruhan kromosom haploid
(haploid chromosome length = HCL), indeks asimetri
relatif (asimetry index = AsI%), perbandingan pasangan
kromosom terpanjang dan terpendek (ratio = R), serta
perbandingan lengan panjang dan pendek (L/S).
Panjang absolut (m),
Ukuran absolut kromosom ditentukan secara
langsung (Ruas dkk., 1995).
Indeks sentromer relatif (centromeric index = Ci),
Bentuk kromosom ditentukan berdasarkan posisi
relatif sentromer (Levan dkk., 1964).
Ci
15
Analisis Karyotipe
Indeks sentromer (Ci)
Dalam penelitian ini keenam spesies yang diamati
memiliki jumlah kromosom sama, 2n = 16. Hampir
semua pasangan kromosom berbentuk metasentris,
kecuali pasangan kromosom pertama Allium sp.
Pasangan ini berbentuk submetasentris (Sm), dengan
indeks sentromer 34,0, sehingga rumus karyotipe 2n =
14m + 2 sm, sedang kelima spesies lain rumus
karyotipenya 2n = 16 m. Hal ini menunjukkan tingginya
tingkat kesamaan genetik pada keluarga Allium.
Perbandingan lengan panjang dan pendek (L/S)
Nilai L/S ini memiliki kegunaan sama dengan indeks
sentromer dari Levan dkk. (1964). Indeks sentromer
tersebut dapat dikonversi menjadi nilai L/S sebagai berikut:
Bentuk kromosom metasentris: nilai CI = 50-37,5
atau nilai L/S = 1,00-1,67
Bentuk kromosom sub-metasentris: nilai CI = 37,525 atau nilai L/S = 1,67-3,00
Bentuk kromosom sub-telosentris: nilai CI = 2512,5 atau nilai L/S = 3,00-7,00
Dalam penelitian ini, keenam spesies yang masingmasing memiliki 8 pasangan kromosom hampir
semuanya memiliki nilai L/S antara 1,00-1,67, sehingga
kromosom berbentuk metasentris. Kecuali pasangan
pertama kromosom Allium sp., dimana nilai L/S-nya
adalah
1,92,
sehingga
kromosomnya
berbentuk
submetasentris.
Panjang keseluruhan kromosom haploid (HCL)
Nilai HCL tertinggi diperoleh A.sativum, yaitu
196,34, disusul A.porrum 137,27 m, Allium sp. 132,69
m, A.ascalonicum 124,71 m, A.cepa 116,8 m dan
A.fistulosum 113,6 m. HCL dapat digunakan untuk
menduga perbedaan fenotip, perbedaan panjang HCL
mengindikasikan perbedaan jumlah gen yang
mengontrol sifat fenotip tersebut. Dari nilai HCL di atas
terlihat bahwa A.sativum memiliki HCL yang jauh
berbeda dengan kelima spesies lain. Hal ini berkaitan
dengan hubungan kekerabatannya yang jauh berbeda
dengan kelima spesies lainnya.
Indeks asimetri relatif (AsI%)
Indeks ini menunjukkan simetri rata-rata antara
lengan panjang dan pendek dalam kromosom set. Dalam
penelitian ini, nilai AsI% keenam spesies sedikit di atas
50, sehingga cenderung berbentuk simetris (metasentris).
Secara berturut-turut nilai AsI% keenam spesies adalah
A.cepa 53,79, A.porrum 54,88, A.sativum 55,45, Allium
sp. 56,26, A.ascalonicum 57,30 dan A.fistulosum 57,70.
Tingkat simetri kromosom A.cepa paling tinggi sedang
tingkat simetri A.fistulosum palilng rendah.
16
17
20 m
Gambar 7.
Peta karyotipe (karyogram) dan idiogram enam spesies Allium: 1. Allium sativum, 2. Allium porrum, 3. Allium sp.,
4. Allium ascalonicum, 5. Allium cepa dan 6. Allium fistulosum.
19
No
Nama
Pasangan kromosom
4
5
A.sativum
A.porrum
Allium sp.
A.ascalonicum
A.cepa
A.fistulosum
30,93
27,99
25,94
18,20
22,54
20,25
28,36
22,08
21,85
17,60
17,76
17,99
26,54
19,35
18,43
16,99
15,48
15,71
25,31
16,39
16,38
16,23
13,66
14,11
(L/S)
1.
A.sativum
2.
A.porrum
3.
Allium sp.
4.
A.ascalonicum
5.
A.cepa
6.
A.fistulosum
1,13
1,08
1,92
1,50
1,11
1,47
1,28
1,37
1,13
1,127
1,17
1,126
1,14
1,18
1,08
1,33
1,27
1,46
1,32
1,40
1,25
1,28
1,22
1,48
1.
2.
3.
4.
5.
6.
HCL
AsI%
24,71
15,02
15,26
15,49
13,66
13,89
21,99
13,66
14,11
14,87
12,52
11,84
20,31
12.30
11,15
13,96
11,16
10,93
18,19
10,48
9,57
11,37
10,02
8,88
196,34
137,27
132,69
124,71
116,80
113,60
55,45
54,88
56,26
57,30
53,79
57,70
1,70
2,67
2,71
1,60
2,25
2,28
1,12
1,28
1,09
1,27
1,07
1,35
1,20
1,22
1,14
1,39
1,20
1,36
1,58
1,00
1,45
1,36
1,13
1,29
1,40
1,30
1,21
1,34
1,20
1,17
Keterangan:
Backer, C.a. dan R.C. Bakhuizen van den Brink, 1968, Flora of Java,
Vol. III, Groningen: Wolters Noordhoff.
Berlyn, G.P. dan J.P. Mische. 1976. Botanical Microtechnique and
Cytocemistry. Ames: Iowa State University Press.
Cai, Q. dan C.C. Chinnappa. 1987. Giemsa C-Banded Karyotipes of
seven north American Spesies of Allium. American Journal of
Botany 74 (7): 1087-1092.
Chikmawati, T., R. Megia, U. Widyastuti dan I.N. Farikhati, 1998.
Karyotipe Musa acumunata Mas Jambe dan M. balbisiana
Klutuk Wulung. Hayati. Juni 1998: 54-57.
Chinnappa, C.C. dan G.P. Basappa. 1986. Citological Studies on some
Western Canadian Allium Spesies. American Journal of Botany
73: 529-534.
Darnaedi, D., 1991, Kromosom dalam Taksonomi, Bogor: Herbarium
Bogoriense, Puslitbang Biologi - LIPI, .
Eigsti, O.J. dan P. Dustin, 1957, Colchicine in Agriculture, Medicine,
Biology and Chemistry, Ames-Iowa: The Iowa State Collge Press.
Jones, H.a. dan L.K. Mann, 1963, Onion and Their Allies, London:
Leonard Hilll Ltd.
Levan, A., K. Fredga dan A.A. Sandberg, 1964, Nomenclature for
Centromeric Position on Chromosome. Hereditia 52: 201-220.
Mc Lean, R.C. dan W.R.I. Cook. 1965. Plant Science Formulae.
London: Macmillan.
Min, H.G., H.T. Ma dan G.H. Liang. 1984. Karyotype Analysis of
seven species in the genus Sorghum. Jorunal of Heredity 75: 196202.
Okada, H., 1981, Report on Trainings and Investigations in LBN-LIPI,
Osaka: Departement of Biology Osaka University.
Pielou, E.C., 1984, The Interpretation of Ecological Data, A Primer on
Classification and Ordination, New York: John Wiley and Sons.
Pike, L.M. 1989. Onion Breeding dalam Breeding Vegetable Crops.
New York: AVI Publishing Co.
Radford, A.E., W.C. Dickinson, J.R. Massey dan C.R. Bell, 1974,
Vascular Plant Systematics, New York: Harper and Row
Publishers.
Riesenberg, L.H., P.M. Petersen, D.E. Soltis dan C.R. Annable. 1987.
American Journal of Botany 74 (11): 1614-1624.
Rismunandar, 1989, Membudidayakan 5 Jenis Bawang, Bandung:
Penerbit Sinar Baru.
Roberts, A.V. dan K.C. Short, 1979, An Experimental Study of
Mitosis, Journal of Biological Education 13 (3): 195-198.
Ruas, C.F., P.M. Ruas, N.I. Matzenbacher, G. Ross, C. Bernini dan A.
L.L. Vanzela, 1995, Cytogenetic Studies of Some Hypochoeris
Spesies (Compositae) from Brazil, American Journal of Botany
(82) 3: 369-375.
Sokal, R.R. dan P.H.A. Sneath, 1963, Principles of Numerical
Taxonomy, San Francisco: W.H. Freeman and Co.
Suryo, 1995, Sitogenetika, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.