Berkala Kesehatan Kilnik
Vol. XIV, No. 2, Desember 2008: 71-75
ARTIKEL PENELITIAN
Pengaruh Amniotomi terhadap Lama Persalinan dan Luaran Janin
pada Induksi Persalinan dengan Misoprostol
Nanik Nurhayati, Moh, Hakimi, Zain Alkaff
BagianSMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RS Dr.Sardjito
Yogyakarta
Abstract
Nanik Nurhayati, Moh. Hakimi, Zain Alkaft: Influence of Amniotomy in Labor Duration and Fetal
‘Outcome on Labor under Induction with Misoprostol
Background: Labors can release anxiety and afraid for some women, especially for wornen
wtio under induction with misoprostol. Prolonged labor increases maternal and fetal morbidity,
example infection, weakness, and fetal asphyxia. Amniotomy is one of active management of
labor, because it can accelerate the labor.
Objective: To determine the impact of amniotomy to the length of labor and fetal outcome on
the patients who under induction with misoprostol.
Methods: This is a prospective randomized controlied trial which is conducted in Sardjfto
hospital, Wonosari hospital, Sleman hospital, Klaten hospital, Mergangsan and Tegalrejo primary
health care. A total 144 subjects eligible under induction with misoprostol are randomly assigned
to a treated (amniotomy) and a control (not ammniotomy) group. On treated group amniotomy is,
done at 4om cervical dilatation. The time when complete cervical dilatation is reached, the
incidence of unprogressed labor, Apgar score, anid cesarean section were noted on both of
Group. The result was processed computerized.
Results and Conclusion: There was significantly different between treated and control group
infength of labor (197.57 & 74.78 minutes versus 288.75 + 95.82 minutes p=0.00}. The incidence
of un progressed labor was clinically different, put no significantly different (RR = 0.65; 95%Cl
0.20-2.40). There is no significantly different on first minute asphyxia (RR 0.67, 95%C! 0.20-
2.26). No difference in the fifth minute asphyxia, cesarean section, and prolonged labor in both
groups. Therefore, it can be concluded that Amniotomy which is done on the patients who
under induction with misoprostol is proven to short the length of labor. Itis no influenced by the
incidence of asphyxia, unprogressed labor, cesarean section, and prolonged labor.
Key words: Amniotomy-misoprostol induction- length of labor-asphyxia
Pendahuluan
Persalinan lebih dari {0% memerlukan induksi
oleh Karena berbagai indikasi seperti kehamilan
Jewat waktu, ketuban pecah dini, preeklamsia atau
eklampsia, diabetes, janin mati dalam kandungan
dan lain sebagainya, Saat ini ada 2 agen utama yang
sering digunakan untuk induksi persalinan, yaitu
oksitosin dan prostaglandin, dengan berbagai ke~
lebihan dan kekurangarmya. Prostaglandin lebih
nyaman karena diberikan secara oral atau vaginal
dibandingkan oksitosin yang harus diberikan melalui
tetesan intravena ",
‘Misoprostol merupakan analog prostaglandin
El sintetik yang telah banyak digunakan untuk
induksi persalinan, Agen ini dapat dapat digunakan
secara oral maupun vaginal, dan diberikan tiap
jangka waktu tertentu sehingga tercapai proses
persalinan.
Bagi sebagian besar wanita persalinan akan
‘memberikan rasa takut dan cemas, terutama bagi
wanita yang belum pernah melahirkan, Proses per-
salinan menpunyai tahapan yang discbut ‘ kala’
dengan penanganan yang berbeda untuk tiap kala
tersebut. Proses pembukaan serviks termasuk
dalam persalinan kala J, yang dibayi lagi menjadi
fase Iaten dan fase aktif, Fase laten mulai dari
dilatasi 1-3om dan fase aktif dari dilatasi 4-10em
atau awal kala I Lama fase laten masih dikatakan
nBerkala Kesehatan Klinik
. 2, Desember 2008: 71-75
normal bila tidak lebih dari 8 jam, sedangken pada
fase aktif memerlukan waktu untuk dilatasi serviks
kurang lebih 1,2 cm/jam*4,
Morbiditas ibu dan janin akan meningkat bila
tefjadi partus lama seperti kelelahan, infeksi dan
asfiksia pada janin, Armniotomi merupakan salah
satu komponen menajernen aktif persalinan karena
dikatakan dapat mempersingkat persalinan, Am-
niotomi adalah suatu tindakan memecah selaput
ketuban, Cara ini dipercaya dapat mempercepat
dilatasi serviks schingga mempersingkat persalinan
dan dapat mencegah distosia persalinan vaginal.
Penggunaan amniotomi secara rutin masih menim-
bulkan kontroversi karena efek merugikan dapat
terjadi prolap tali pusat maupun infeksi *.
‘Amniotomi dipercaya dapat memperbaiki kon-
traksi uterus, selain itu dapat juga untuk menge-
tahui kondisi air ketuban apakah bercampur dengan
mekoneum.Dengan robeknya selaput ketuban kita
dapat mengetahui presentasi janin dan pemantauan
denyut jantung janin lebih jelas**.
Chanrachakul 2001, melaporkan amniotomi
terbukti mempersingkat lama persalinan dan
‘mengurangi kejadian partus lama serta tidak menu-
runkan angka scksio sesarea. Selain itu juga mela-
porkan amniotomi yang dilakukan pada dilatasi
serviks kurang dari 1 cm tidak berbeda kejadian
komplikasi maternal dan fetal
‘Cochrane Review 2002, melaporkan pengaruh
amniotomi pada persalinan spontan pada pasien
nulipara dan multipara. Penelitian ini melaporkan
bahwa amniotomi mengurangi lama persalinan
kejadian seksio sesarea tidak berbeda secara
statistik.
Cocharane Review 2007, melaporkan kombi-
nasi amniotomi dengan oksitosin intravena untuk
induksi persalinan dibandingkan induksi dengan
prostaglandin vaginal, keduanya tidak mempenga-
ruhi luaran maternal dan fetal. Dilaporkan juga pada
induksioksitosin intravena dengan amniotomi angka
kejadian parts talcmaju lebih banyak bila dibanding-
kan induksi prostaglandin vaginal. Kejadian seksio
sesare tidak berbeda secara statistik.
Moldin 1996, melaporkan bahwa kombinasi
amniotomi dan oksitosin intravena terbukti memper-
singkat lama persalinan bila dibandingkan induksi
dengan amniotomi saja’. Luaran maternal dan fetal
tidak ada perbedaan signifikan. Penelitian ini bertu-
juan untuk menjawab pertanyaan penelitian: “apa-
keh amniotomi mempengaruhi lama persalinan dan
luaran janin pada induksi persalinan dengan miso-
prostol?”
Cara Penelitian
Penelitian dilakukan dengan desain ran-
domized controlled trial dengan melibatkan 72
orang . Subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok
yaitukelompok uji dan kelompok kontrol. Kelompok
uji terdiri atas pasien yang mendapatkan induksi
persalinan dengan misoprostol dan dilakukan amnio-
tomi pada saat fase aktif. Sedangkan kelompok
kontrol terdiri atas pasien yang mendapatkan
induksi persalinan dengan misoprostol dan tidak dila-
antara 1-2 jam dan amniotomi tidak menyebabkan ‘kukan amniotomi saat fase aktif.
infeksi meupun kelainan pada fetal heart rate serta
Kriteria
inklusi Yat)
Amniotomi
| Tidak*)
Populasi. |__| Subyek |_| Randomisasi Ye
t Tia
Kriteria ammiotomi Tidak*)
ekdusi
‘Gambar 1. Skemarancangan Penelitian
72'Nanik Nurhayati, dkk, 2008, Pengaruh Amniotomi terhadap lama persalinan dan tuaran Janin
Populasi penelitian adalah seluruh pasien hamil
yang menjalani induksi persalinan dengan misopros-
tol diRS dr. Sarjito, RSUD Sleman, RSUD Wono-
sari, RSUP Klaten, Puskesmas Tegalrejo dan
Puskesmas Mergangsan mulai Februari 2009
sarpai jumlah sampel terpenuhi. Subjek penelitian
adalah populasi penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Subyok akan mendapat per-
lakuan amniotomi setelah masuk persalinan kala
fase aktif dan diamati perjalanan persalinannya
sampai bayi lahir, Kelompok kontrol tidak dilakukan
amniotomi dan pasien terlebih dahulu dimintakan
persetujuan untuk dilibatkan dalam penelitian.
Krriteria inklusi; Pasien yang memenubhi kriteria
inklusi adalah pasien dengan kehamilan tunggal,
presentasi kepala, wanita hamil 37-42 minggu yang.
mendapatkan induksi dengan misoprostol dalam
persalinan dilatasi servik 4 cm selaput ketuban masih
utuh, taksiran berat janin (TBJ) 2500-4000gram,
bersedia mengikuti penelitian.
Kriteria eksklusi: Kriteria eksklusi meliputi
faktor ibu dengan kelainan sistemik maternal,
kelainan kongenital janin, riwayat seksio sesarea,
serta ketuban pecah dini.
Penelitian diawali dengan pengajuan ijin kepada
Komite EtikFK UGM. Sampel penelitian diambil
dengan cara setiap pasien yang memenuhi kriteria
penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai
Jurun waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang
diperlukan terpenuhi. Seluruh subyek penelitian
menandatangani surat pernyataan persetujuan
mengikuti penelitian sebetum mendapat perlakuan,
Pembagian kelompok pada sampel penelitian
berdasarkan randomisasi menggunakan program
komputerisasi. Kelompok perlakuan mendapat
induksi misoprostol dan dilakukan amniotomi saat
dilatasi serviks 4 cm, kelompok kontrol mendapat
induksi misoprostol akan tetapi tidak dilakukan
amniotomi.
pada induks! persalinan dengan Misoprostol
Selama proses petsalinan diamati berapa lam
sampai pembukaan serviks lengkap, kejadian partus
tak maju, seksio sesarea dan asfiksia bayi baru lahir
pada kedua kelompok.
Variabel penelitian dalam penelitien ini adalah
sebagai berikat
1. Variabel bebas: amniotomi pada pasien yang
dinduksi dengan misoprostol dan dilakakan
pada saat persalinan kala I fase aktif (dilatasi
serviks 4 cm) dan pasien dengan induksi miso-
prostol yang tidak dilakukan amniotomi.
2. Variabel tergantung: asfiksia, lama fase aktif,
kejadian sesio sesarea, kejadian partus tak
maju.
3. Variabel luar yang dikendalikan adalah usia ibu,
paritas, dan berat badan lahir bayi.
Pengolahan data dikerjakan dengan komputer,
menggunakan perangkat lunak program SPSS for
window versi 11,0 dengan menggunakan ujistatistik.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini telah diikutkan sebanyak 144
pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
penelitian. Subyek penelitian terbagi dalam dua
kelompok dan keduanya mendapat induksi miso-
prostol, 72 pasien tidak dilakukan amniotomi sebagai
kkelompok kontrol dan 72 pasien dilakukan amniotomi
setelah dilatasi serviks 4cm sebagai kelompok
perlakuan. Karakteristik subyek penelitian,data dan
analisis tersaji pada table berikut.
Pada tabel | memperiihatkan komparabilitas
antara dua kelompok meliputi paritas, umur ibu dan
berat bayi lahir. Berdasarkan tabel diatas dapat
ilihat bahwa data terdistribusi cukup merata antara
Kedua kelompok, menunjukkan sample penelitian
yang homogen.
Tabel I. Komparabilitas subyek penelitian
Variabel ‘Amniotomi Tidak Amniotomi
Nilai p
N % N %
Paritas
‘Primigravida 29 40,3 43 59,7 0,613
Sekundi/multigravida 32 444 40 55.6
Mean (SD) Mean (SD)
‘Umur ibu (tahun) 31,31 (45,70) 30,08 (45,09) 0177
Berat ba} 3098,05 (426909) 3124,03 316,57) 0,597
73Berkala Kesehatan Ktinik
Vol. XIV, No. 2, Desember 2008: 71-75
Pada table 2 menunjukkkan hubungan antara
amniotomi dengan lama fase aktif yang dalam
penelitian ini sebagai lama persalinan. Berdasarkan
data pada tabel 2 terdapat perbedaan yang bermak-
na antara kedua kelompok. Pada kelompok perla-
‘kuan lama fase aktif lebih singkat sekitar 1,5 jam
apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Tabel 2. Hubungan amniotomi pada induksi misoprostol dengan lama fase aktit
Tomleh lama fase aki (menity
Variabel
‘Mean
“Amniotomi R 197,57
Tidak ammiotomi 72 288,75
Tabel 3 menunjukkan hubungan antara amnio-
tomi pada induksi misoprostol dengan kejadian
Partus tak maju. Pada kelompok perlakuan (dilaku-
kan amniotomi) angka kejadian partus tak maju lebih
sedikit apabila dibandingkan dengan kelompok yang
‘Mean
(Menif) Nilaip
‘sD
74,78
91,18 0,00
95,82
tidak dilakukan amniotomi. Kejadian partus tak maju
pada kelompok yang tidak dilakukan amniotomi tiga,
‘kali lipat namun secara statitik perbedaan ini tidak
bermakna.
‘Tabel 3, Hubungon amniotomi pada induksi misoprostol dengan partus tak mau
Partus
Partus
Variabel try ae % ORR OKC
‘Aanalotomi 3 oa
Tidak amniotomi 9 Bas 979 O18) 9.07
‘Tabel 4 menunjukkan hubungan antara amnio-
tomi dengan kejadian asfiksia menit pertama. Pada
kelompok yang tidak dilakukan amniotomi angka
‘Tabel 4. Hubungan amniotomi
kejadian asfiksia lebih banyak bila dibandingkan
dengan kelompok yang dilakukan armniotomi, tetapi
perbedgan ini tidak bermakna secara statitik.
induksi misoprostol dengan asfiksia menit pertama
Tidak y 9
Variabel Asfiksia —fksia = RR @5%CD) ip
‘Amniotomi a 36 2
TH amnioromt $ $6 852967 (0,20-2,26) 0,512
Pada penelitian menunjukkan tidak ada per-
bedaan bermakna pada uji komparabilitas menurut
umur ibu, paritas dan berat badan bayi. Hal ini
menunjukkan sampel kedua kelompok homogen.
Hasil penelitian ini terdapat perbedaan yang ber-
smakna secara statistik yaita lama persalinan antara
kedua kelompok. Perbedaan tersebut terjadi karena
perlakuan semata dalam hal ini amniotomi dan
bukan Karena faktor perbedaan sampel.
Hasil penelitian memunjukkan pada kelompok
yang dilakukan amniotomi lama persalinan lebih
singkat sekitar 1,5 jan (tepatnya 91,18 menit) bila
dibandingkan dengan kelompok yang tidak dilakukan
amniotomi. Perbedaan waktu kelompok yang
74
dilakukan amniotomi (197,57 + 74,78 menit)
dibandingkan dengan kelompok yang tidak dilakcukan
amniotomi (288,75 + 95,82 menit). Berdasarkan
data tersebut menunjukkan perbedaan yang signi-
fikan secara statistik dengan nilai p=0,00. Perbeda-
an tersebut dapat membultikan bahwa pade pasien
dengan induksi misoprostol yang dilakukan amnio-
tomi terjadi pelepasan prostaglandin yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan yang tidak dilaku-
kan amnjotomi (amnion intak). Prostaglandin yang
meningkat akan berakibat meningkatkan kontraksi
uterus menjadi lebih kuat. Kontraksi uterus atau
his yang lebih kuat ini akan memberikan efek proses
pembukaan serviks terjadi lebih cepat sampaiNanik Nurhayati, dkk, 2008. Pengaruh Amniotomi terhadap lama persalinan dan luaran janin
pembukaan maksimal (10 cm) schingga didapatkan
waktu persalinan lebih singkat.
Pada penelitian ini kelompok yang dilakukan
amniotomi kejadian partus tak maju sebesar 4,20%
(3 pasien) lebih kecil bila dibandingkan dengan
kelompok yang tidak dilakukan amniotomi yaitu
sebesar 12,50% (9 pasien) atau bisa dikatakan
kejadiannya pada kelompok kontrol mencapai 3 kali
lipatnya dari kelompok perlakuan, Perbedaan terse-
but secara klinis bermakna tetapi secara statistik
perbedaan tersebut tidak bemakna (RR = 0,65;
95%CI=0,20-2,40; p=0,07). Secara Klinis dikatakan
terdapat perbedaan oleh karena pada perlakuan
amniotomi menyebabkan pelepasan prostaglandin
yang lebih banyak sehingga menimbulkan his yang
lebih baik dan kemajuan persalinan yang lebih baik
sehingga kejadian partus tak maju dapat ditekan **,
Pada kelompok yang dilakukan amniotorn ter-
jadinya asfiksia pada menit pertama sebesar 5,6%
(4 bayi) dan pada kelompok yang tidak dilalaxkan
amniotomi sebesar 8,3% (6 bayi). Perbedaan ini
secara statistik tidak bermakna (RR = 0,67; 95%CI
=0,20-2,26; p=0,512). Berdasarkan data tersebut
membuktiken bahwva tidak ada pengaruh amniotomi
tethadap kejadian asfiksia pada bayi, Meskipun ada
pendapat yang mengatakan amniotomi menye-
babkan terjadinya kompresi tali pusat sehingga
menimbulkan abnormal fetal heartrate, tetapi dalam
penelitian ini tidak terbukti, Hal tersebut diperkuat
bahwa pada kedua kelompok tidak terjadi asfiksia
pada menit kelima **,
Pada penelitian ini didapatkan hasil tidak ada
persalinan yang diakhiri dengan seksio sesarea atas
indikasi ibu maupun indikasi janin pada kedua
kelompok. Hasil lain yang didapat yaitu pada
kelompok yang dilakukan amniotomi meupun
kelompok yang tidak dilakukan amniotomi tidak
terjadi partus lama atau lama fase aktif lebih dari
12 jam,
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpul-
‘kan bahwa:
1, Ammiotomi pada pasien yang dilakukan induksi
misoprostol terbukti secara bermakna mem-
persingkat lama persalinan dengan perbedaan
pada induks! persalinan dengan Misoprostol
waktu yaitu (197,57 # 74,78 menit)
dibandingkan (288,75 4 95,82 menit)
2. Kejadian partus tak maju didapatkan hasil lebih
sedikit pada kelormpok amniotomi, secara Klinis
terdapat perbedaan tetapi secara statistik tidak
berbeda bermakna,
3. Amniotomi tidak mempengeruhi terjadinya
asfiksia bayi.
4, Kejadian seksio sesarea dan partus lama pada
penelitian ini tidak dapat disimpulkan karena
tidak didapatken luaran,
Kepustakaan
1, Crane J., Induction of Labor at Term, SOGC
Clinical Practice Guideline 2001,189(4):1031-5.
2, ChungJ.H., Huang W.H., Rumney P.J., Garite
TJ., Nageotte MP, A prospective randomized
controlled trial that compared misoprostol, Foley
catheter, and combination misoprostol, Foley
catheter and combination misoprostol-Foley
catheter for labot induction, Am J Obstet
‘Gynecol. 2003, 189(4):1031-5
3. Cunningham G.H., Gant N.F., Leveno K.J.,
Bloom S.L., Hanth J.C., Gilstarp L., Wenstrom
K.D., William Obstetrics, 22" ed London,
McGraw-Hill, 729-41, 2001.
4, Suhadi, Pengaruh amniotomi terhadap lama
persalinan dan luaran janin, Bagian OBGIN
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
2006.
5. Pates J.A., Satin A,J,, Active Management of
labor, Obstet Gynecol Clin. Am, 2005, 32:221-
30,
6. Chanrachakul B., Herbutya Y., Panburana P.,
‘Active Management of labor: is it suitable for
developing country? Intemational Journal of
Gynecology & Obstetrics, 2001, (72): 229-34.
7. Moldin PG,Sundell G, Induction of labour: a
randomized clinical trial of amniotomy versus
amniotomy with oxytocin infusion, Br J Obstet
‘Gynaecol. 1996,102(4):306-12.
8. Greenwood C., Lalchandani S,, MacQuillan K.,
Sheil O., Murphy J,, Impey L., Meconeum passed
in labor how reassuring in Clear amniotic fluid,
The American College of Obstetrics and
Gynecologist, 2003:89-93.
75