You are on page 1of 10

BAB VI

Pemilihan Proses, Mesin, dan Perencanaan Kerja


Sebagaimana telah dijelaskan pada BAB 5 banyaknya macam proses
pabrikasi yang dapat digunakan dalam membentuk suatu benda kerja
memberikan kemungkinan adanya kesalahan dalam memilih proses

dan

mesin, kesalahan ini bisa menyebabkan adanya kerugian finansial yang terus
menerus selama proses tersebut berjalan, dan berakhir bila proses

dan

mesin tersebut diganti dengan alternatif lain yang lebih efisien. Oleh karena
itu pada bab ini akan dipelajari bagaimana membuat perencanaan kerja
terkait dengan penentuan Proses dan Mesin.
A. Kompetensi Dasar
Mampu membuat suatu perencanaan kerja untuk pembuatan benda kerja
sesuai dengan gambar kerja (engineering drawing) dengan format production
routing.
B. Indikator
Dapat membuat perencanaan kerja untuk pembuatan benda kerja sesuai
dengan gambar kerja (engineering drawing) dengan format production
routing.
C. Manfaat
o Mahasiswa akan dapat membuat perencanaan kerja dengan memilih
proses, mesin dan alat bantu yang diperlukan untuk membentuk benda
yang akan dikerjakan.
o Mahasiswa akan dapat menghitung kelonggaran (Allowance) dan
effisiensi waktu Kerja
o Mahasiswa

akan

memiliki

dasar-dasar

ilmu

sebagai

seorang

kontraktor.
6.1 Gambar Kerja
Sebagaimana dijelaskan dalam BAB 3, fungsi gambar kerja secara umum
memberikan informasi kepada

pihak pembuat untuk dapat mengerjakan

produk sesuai dengan yang dikehendaki pihak perancang dengan cara yang
efektif dan efisien.
Dari gambar kerja (Gambar 6.1 Komponen Landasan), seorang
perencana dengan segala pengetahuannya tentang proses pembentukan

akan dapat merencanakan alternatif proses pembentukan, urut-urutan proses


pembentukan, mesin dan perkakas potong yang digunakan untuk membentuk
komponen/ produk, serta waktu standard yang diperlukan untuk membentuk
komponen/ produk tersebut dengan format production routing.

.
Gambar 6.1 Komponen Landasan

6.2 Production Routing.


Production Routing (Tabel 6.1) memuat kolom-kolom sebagai berikut: Nomer
Operasi (Operation Number), Deskripsi Operasi (Operation Description),
Mesin (Machine), Alat Bantu (Auxilary Equipment), Waktu Setting (Setting
Time), Waktu Nganggur (Down Time), Waktu Pemesinan (Machining Time),
dan Waktu Standard (Standard Time). Production Routing ini boleh diubah
sesuai dengan kebutuhan karena ini bukan sesuatu yang sifatnya sakral.
Operation Number : Urutan operasi dibuat dengan diawali nomer 10,
kemudian 20, 30 dst. Pengurutan ini dimaksudkan untuk memudahkan
penyisipan nomer operasi apabila ada operasi yang terlupakan setelah
Production Routing selesai dibuat, atau Production Routing baru dari group
produk sejenis harus dibuat namun dengan hanya perlu sedikit modifikasi.
Operation Description: Diisi sesuai dengan urutan pembuatan benda kerja,
dalam hal ini betul-betul diperlukan kemampuan individu dalam membaca
gambar, menetapkan operasi dan mengkaitkannya dengan mesin yang
dibutuhkan (terkait dengan BAB 5).
Sebagai contoh untuk produk dari gambar 6.1 di atas dapat diketahui untuk
tahap awal yaitu penyediaan bahan baku diperlukan sawing machine, yang
selanjutnya untuk permukaan rata alternatif mesin yang bisa digunakan
adalah mesin shaping, planning, atau milling, dalam hal ini dipilih mesin
milling mengingat mesin ini dapat mencapai tingkat kehalusan permukaan N8,
sedangkan untuk shaping, planning hanya bisa mencapai tingkat kehalusan
permukaan N9, disamping itu khusus untuk mesin planning diperuntukkan
untuk produk ukuran besar.
Sedangkan untuk bagian grooving silinder alternatif mesin yang bisa
digunakan adalah engine lathe dan boring mill, dalam hal ini dipilih engine
lathe mengingat ukuran produk yang relatif kecil, sedangkan

boring mill

secara umum untuk produk ukuran besar.


Mengingat drilling machine merupakan mesin yang digunakan secara khusus
untuk pembuatan lubang maka lebih disukai penggunaan drilling machine
daripada engine lathe, ataupun milling machine.

Jadi mesin-mesin yang diperlukan adalah: sawing machine, milling machine,


engine lathe, dan drilling machine.
Machine: Terkait dengan kolom Operation Description pada kolom ini tinggal
diisikan jenis mesin sebagaimana yang dibutuhkan. Dianjurkan diisi dengan
mesin yang umum digunakan (Most commenly used machines), untuk produk
dari gambar 6.1 di atas digunakan sawing machine, milling machine, engine
lathe, dan drilling machine.
Auxilary Equipment: Kolom ini diisi jenis alat bantu apa saja yang diperlukan
untuk setiap tahapan operasi. Didalam perencanaan pabrik Auxilary
Equipment penting untuk disebutkan secara detail terkait dengan kebutuhan
akan kelancaran proses operasi. Untuk sawing machine diperlukan alat bantu
vise, stoper, steel rule, scibber, floor stand, sawblade.
Setting Time (ST): Setting Time [min/hari] termasuk waktu yang tidak
berhubungan langsung dengan pembentukan benda kerja atau non productif
time, kolom waktu ini diisi hasil pengukuran waktu setting baik dengan cara
stop watch time study ataupun sampling kerja (work sampling) terhadap suatu
sistem kerja tertentu yang sudah dibakukan.
Down Time (DT): Sebagaimana Setting Time, Down Time [min/hari] juga
merupakan non productif time, termasuk waktu yang diperlukan untuk
kebutuhan pribadi (personal need), melepas lelah (fatique allowance), dan
untuk hal-hal lain yang sifatnya tidak terduga (unavoidable delay), kolom
waktu ini diisi hasil pengukuran waktu down yang diperoleh melalui cara work
sampling terhadap suatu sistem kerja tertentu yang sudah dibakukan.
Kelonggaran (Allowance) dan Effisiensi waktu Kerja: Sehubungan dengan
diketahuinya setting time dan down time, maka kelonggaran dan effisiensi
waktu kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus yang secara
matematis dituliskan sebagai berikut:
Allowance

DT ST 100%
60 D

Allowance biasanya dinyatakan sebagai p%


Maka effisiensi waktu kerja:
E

E 1

( DT ST )
60
D

DT ST
60 D

E 1 p %

dengan:
E

: Effisiensi waktu kerja

: Running time yang diharapkan per periode [jam/hari]

: Waktu tersedia per periode untuk satu shift kerja,


1 shift kerja = 8 [jam/hari]

DT

: Down time per periode [min/hari]

ST

: Setting time per periode [min/hari]

Dengan catatan DT dan ST sudah berada dalam keadaan normal.


Machining Time (MT) dan Normal Time: Machining Time [min/unit]
termasuk waktu yang berhubungan langsung dengan pembentukan benda
kerja atau productif time, kolom waktu ini diisi hasil pengukuran waktu
pemesinan per produk baik dengan cara stop watch time study, sampling
kerja (work sampling), ataupun dengan menggunakan rumus-rumus waktu
pemesinan yang sudah ada (predetermined time sistem) terhadap suatu
sistem kerja tertentu yang sudah dibakukan.
Untuk proses pemesinan yang dilaksanakan secara otomatis, machining time
akan sama dengan waktu normal (normal time), karena waktu pemesinan
untuk suatu produk dengan produk lainnya sejenis akan memerlukan waktu
yang sama sehingga tidak diperlukan lagi adanya suatu penyesuaian untuk
mengkondisikan Machining Time menjadi waktu normal .

Standard Time (STT):

Standard time [min/unit] sama dengan waktu permesinan (MT) ditambah


dengan kelonggaran waktu kerja dikalikan dengan waktu standar, yang
secara matematis ditulis sebagai berikut:
STT MT p% STT
STT p % STT MT
STT 1 p% MT
STT

MT
1 P %

Contoh:
Hitunglah Allowance, Effisiensi kerja, dan standard time apabila diketahui
Down time selama satu hari kerja DT= 70 [min/hari]
Setting time selama satu hari kerja ST= 16 [min/hari]
Machining time per unit MT= 15 min/unit
Perhitungan:
Allowance
Allowance

DT ST 70 16
60 D

60 8

0,18

Effisiensi kerja
E 1

70 16
60 8

0,82

Standard time
STT

MT
15

18,29
1 P% 1 0,18

Selanjutnya data-data tersebut dimasukkan ke dalam format production


routing sebagaimana tersebut di bawah ini.

Product
: Alat Pemeras Jeruk
Prepared by : Ageng Setyanugraha
Oper.
NO

Operation Description

10

Cut To Lenght16x104x104

20

Facing 6 sides
100x100x12

30

40

Facing and Chamfering,


grooving with inside
diameter 22x5 and
outside diameter 68x5 in
box.
Making Holes 6.5, 8.5,
dan 2

PRODUCTION ROUTING
Part : Landasan
Date : 13 Oktober 2011
Auxiliary
Equipment
Machine

Power hack
saw
Vertical Milling
Machine
Engine Lathe

Drilling
Machine

Vise, Stoper, Steel rule,


Scibber, Floor Stand,
Sawblade.
End milling cutter 10 mm,
foot stock, Arbor cutter,
Mallet, Dial indicator,
Vernier calliper, Wrench
Right hand roughing tool,
Grooving Tool, Vernier
calliper, Micrometer, Live
Centre, 4 jaws independent
Chuck, Allen Wrench
Twist Drill 6,5, 8,5, 2,
Vise, Drill Chuck, Vernier
Calipper, Center Punch

Setting
time
16

Part no. : 005


Sheet : 1 of 1
Down
Mach.
Allow
time
time
. (%)
min
min

hari
70

unit

0,18
(18%)

15

Standard
time
min
unit

18,29

Untuk Oper. No 20, 30, dan 40 perhitungan setting time, Down time, allow, mach. time, dan standard time ditetapkan sendiri.
Catatan: Untuk pembentukan produk di atas dapat juga diselesaikan dengan mengganti Oper. No. 30 dan 40 dengan 1 operasi
yang menggunakan CNC Milling, sehingga urutan proses menjadi 3 nomor operasi (10, 20, dan 30), namun ini sengaja tidak
dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa dapat memahami penggunaan mesin-mesin konvensional (sebagaimana dibahas dalam
BAB 5) secara lebih mendalam.

6.3 Rangkuman
6.3.1 Production Routing
Production Routing (Tabel 6.1) memuat kolom-kolom sebagai berikut: Nomer
Operasi (Operation Number), Deskripsi Operasi (Operation Description),
Mesin (Machine), Alat Bantu (Auxilary Equipment), Waktu Setting (Setting
Time), Waktu Nganggur (Down Time), Waktu Pemesinan (Machining Time),
dan Waktu Standard (Standard Time). Production Routing ini boleh diubah
sesuai dengan kebutuhan karena ini bukan sesuatu yang sifatnya sakral.
6.3.2 Kelonggaran (Allowance) dan Effisiensi waktu Kerja:
Kelonggaran dan effisiensi waktu kerja dapat dihitung dengan menggunakan
rumus-rumus yang secara matematis dituliskan sebagai berikut:

DT ST

Allowance

60 D

sedangkan effisiensi waktu kerja:


E 1

DT ST
60 D

6.3.3 Standard time [min/unit]


Standard time (STT) sama dengan waktu permesinan (MT) ditambah dengan
kelonggaran waktu kerja dikalikan dengan waktu standar, yang secara
matematis ditulis sebagai berikut:
STT

MT
1 P %

6.4 Evaluasi
1) Hitunglah Allowance, Effisiensi kerja, dan standard time apabila diketahui
Down time selama satu hari kerja DT= 75 [min/hari]
Setting time selama satu hari kerja ST= 24 [min/hari]
Machining time per unit MT= 18 min/unit
2) Tentukan urutan deskripsi operasi pembentukan, mesin yang digunakan,
auxiliary equipment, dan production routing untuk gambar 009 dan 015
tersebut di bawah ini (untuk sementara Setting time, Down time, allowance
time, machining time, dan standard time diabaikan).

You might also like