You are on page 1of 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

1.1.1. Undang-Undang Mengenai Upah


Menurut Pasal 1 ayat 30 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Namun, dalam menetapkan besarnya upah, pengusaha dilarang membayar
lebih rendah dari ketentuan upah minimum yang telah ditetapkan pemerintah
setempat.1) Apabila pengusaha memperjanjikan pembayaran upah yang lebih
rendah dari upah minimum, maka kesepakatan tersebut batal demi hokum. 2)
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.3) Kebijakan pemerintah mengenai
pengupahan yang melindungi pekerja/buruh meliputi:

Upah minimum

Upah kerja lembur

Upah tidak masuk kerja karena berhalangan

Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;

Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

Bentuk dan cara pembayaran upah

Denda dan potongan upah;

Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

1) Pasal 90 ayat 1 UU No. 13/ 2003


2) Pasal 91 ayat 2 UU No. 13/2003
3) Pasal 88 ayat 1 No. 13/2003

Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

Upah untuk pembayaran pesangon; dan

Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

Komponen upah sendiri terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka
besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan
tetap. 4)

4) Pasal 94 UU No. 13/2003

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

UPAH DAN GAJI

2.1.1. Upah Minimum Provinsi (UMP)

Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para
pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam
lingkungan usaha atau kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di
setiap provinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum Provinsi.

Pasal 89 Undang-Undang Nomor 13 menyatakan bahwa penentuan upah


minimum diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan kehidupan yang layak. Upah
minimum ditentukan oleh Gubernur setelah mempertimbangkan rekomendasi dari
Dewan Pengupahan Provinsi yang terdiri dari pihak pengusaha, pemerintah dan
serikat buruh/serikat pekerja ditambah perguruan tinggi dan pakar.

2.1.2. Pemberian Upah Pekerja

Pemberian Upah merupakan suatu imbalan/balas jasa dari perusahaan


kepada tenaga kerjanya atas prestasi dan jasa yang disumbangkan dalam kegiatan
produksi. Upah kerja yang diberikan biasanya tergantung pada:
Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya
Peraturan perundang undangan yang mengikat tentang Upah Minimum
Regional (UMR)
Kemampuan dan Produktivitas perusahaan
Jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.
Perbedaan jenis pekerjaan
Kebijakan

komponen

gaji/upah

ditetapkan

oleh

masing-masing

perusahaan. Yang jelas, gaji tidak boleh lebih rendah dari Upah Minimum
Propinsi (UMP) yang ditetapkan pemerintah.
3

2.1.3. Perjanjian Kerja Bersama Mengatur Mengenai Penggajian

Besaran upah atau gaji dan cara pembayarannya merupakan salah satu isi
dari perjanjian kerja (Pasal 54 ayat 1 huruf e UU No. 13/2003). Akan tetapi
dalam perjanjian kerja, tidak dijabarkan secara detail mengenai sistem penggajian,
hal tersebut akan dituangkan lebih lanjut dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau
Perjanjian Kerja Bersama (PKB), atau dibuat dalam bentuk struktur dan skala
upah menjadi lampiran yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari PP/PKB. PP dan PKB merupakan kesepakatan tertulis dan hasil
perundingan antara pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha. 5)

Berdasarkan pasal 14 ayat (3) Permenaker No. 1 Tahun 1999, Peninjauan


besarnya upah pekerja dengan masa kerja lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan atas
kesepakatan

tertulis

antara

pekerja/serikat

pekerja

dengan

pengusaha.

Kesepakatan tertulis tersebut ditempuh dan dilakukan melalui proses perundingan


bipartit antara pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha di perusahaan yang
bersangkutan.

Dari

perundingan

bipartit

tersebut

kemudian

melahirkan

kesepakatan, yang selanjutnya kesepakatan tersebut dituangkan secara tertulis


Peraturan

2.2.

Perusahaan

(PP),

atau

Perjanjian

Kerja

Bersama

(PKB).

PEMOTONGAN GAJI

2.2.1. Jenis Pemotongan Gaji Yang Dilakukan Perusahaan

Upah kotor adalah gaji pokok dan tunjangan tetap yang kita terima
sebelum dilakukan pemotongan-pemotongan. Upah bersih yang didapat pekerja
tiap bulan biasa kita kenal dengan istilah take home pay. 6) Perbedaan antara
upah kotor dan upah bersih disebabkan oleh adanya pemotongan-pemotongan
gaji, seperti :
1. Pemotongan Pajak Penghasilan Menurut pasal 4 ayat 1 huruf a UU No.
36/2008 tentang Pajak Penghasilan, Yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
5) Markus Sidauruk, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan Anggota Dewan
Pengupahan Nasional
6) Suber lainnya : www.detiknews.com

diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, termasuk penggantian atau imbalan berkenaan
dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini

Jadi, perusahaan wajib melakukan pemotongan pajak penghasilan dari gaji


kotor karyawannya. Jumlah pajak penghasilan yang harus dipotong, besarnya
tergantung dari :

Jumlah penghasilan kotor karyawan

Status perkawinan (single, menikah, jumlah anak)

Adanya penghasilan yang tidak boleh dikenakan pajak penghasilan

Tarif pajak yang berlaku

2.

Pemotongan Pembayaran Iuran Jaminan Sosial (Asuransi kesehatan,

jaminan pensiun, dll). Pemotongan upah pekerja karena suatu pembayaran


terhadap negara atas iuran keanggotaan/peserta untuk suatu dana yang
menyelenggarakan jaminan sosial dan ditetapkan dengan peraturan perundangundangan, maka secara hukum pemotongan tersebut merupakan kewajiban dari
pekerja (Pasal 22 ayat 2 PP No. 8 Tahun 1981).

3.

Pemotongan lainnya yaitu pemotongan upah karena absen tanpa

alasan yang jelas secara hukum, apabila pekerja tidak bekerja, maka upah tidak
dibayar (Pasal 93 ayat 1 UU No.13/2003). Namun, pemotongan upah pekerja
yang tidak masuk kerja tidak dapat dilakukan begitu saja, karena berdasarkan
Undang-Undang 13 tahun 2003, pekerja dilindungi haknya untuk mendapatkan
upah penuh untuk hari atau hari-hari ia tidak masuk bekerja, antara lain dalam hal
pekerja tidak masuk kerja karena sakit, menjalani cuti yang merupakan haknya,
menikah, menikahkan anaknya, sedang haid bagi pekerja perempuan, atau ada

anggota keluarga (orang tua, mertua, keluarga dalam satu rumah) meninggal
dunia.
Pemotongan

upah

karena

pekerja

melakukan

pelanggaran

Pemotongan upah mengenai denda atas pelanggaran yang dilakukan pekerja dapat
dilakukan apabila hal tersebut diatur secara tegas dalam suatu perjanjian tertulis
atau perjanjian perusahaan (Pasal 20 ayat 1 PP No. 8 Tahun 1981 tentang
Perlindungan Upah)

Pemotongan upah karena membayar cicilan. Cicilan ini bisa mencakup


berbagai hal seperti membayar cicilan rumah, cicilan mobil, dsb.

Upah tidak perlu dibayarkan bila pekerja tidak melakukan pekerjaan,


kecuali dalam situasi tertentu. Namun ada beberapa situasi dimana pengusaha
tetap harus memberi upah pekerja, seperti :

Pekerja sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.

Pekerja perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya
sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.

Pekerja tidak masuk bekerja karena menikah, menikahkan,mengkhitankan,


membaptiskan anaknya, isteri melahirkan atau keguguran kandungan,
suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau
anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia.

Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan


kewajiban terhadap Negara.

Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah


yang diperintahkan agamanya.

Pekerja bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi


pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri
maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha.

Pekerja melaksanakan hak istirahat/cuti.

Pekerja melaksanakan tugas serikat pekerja atas persetujuan pengusaha.

Pekerja melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

2.3.

TUNJANGAN

2.3.1. Pengertian Tunjangan

Tunjangan adalah tambahan benefit yang ditawarkan perusahan pada


pekerjanya. Ada 2 macam tunjangan, tunjangan tetap dan tidak tetap. Yang
dimaksud tunjangan tetap adalah tunjangan yang diberikan secara rutin per bulan
yang besarannya relatif tetap, contoh: tunjangan jabatan, tunjangan keluarga,
tunjangan keahlian/profesi.

Sedangkan, tunjangan tidak tetap adalah tunjangan yang penghitungannya


berdasarkan kehadiran atau performa kerja, seperti tunjangan transportasi,
tunjangan makan, insentif, biaya operasional
2.3.2. Undang Undang yang Mengatur Mengenai Tunjangan Pekerja
Ada Tunjangan yang diatur ada juga yang tidak. Undang Undang tidak
mengatur mengenai tunjangan tidak tetap (tunjangan makan, transportasi, dll).
Kebijakan mengenai tunjangan jenis ini, tergantung perusahaan masing-masing.
Untuk Tunjangan Kesejahteraan/Kesehatan, dalam UU no 13 pasal 99 mengatur
adanya Jaminan Sosial untuk para pekerja.

Adapula Tunjangan Hari Raya (THR), pemberian THR Keagamaan bagi


pekerja di perusahaan diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.PER.04/MEN/1994 tentang Tunjangan Hari Raya (THR)
Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan. Menurut peraturan tersebut, pengusaha
diwajibkan untuk memberi THR Keagamaan kepada pekerja yang telah
mempunyai masa kerja 3 (tiga) bulan atau lebih secara terus-menerus. Pekerja
yang bermasa kerja 12 bulan secara terus menerus atau lebih, mendapat THR
minimal satu bulan gaji. Sedangkan Pekerja/buruh yang bermasa kerja tiga bulan
secara terus-menerus tetapi kurang dari 12 bulan, mendapat secara proporsional,

yaitu dengan menghitung masa kerja yang sedang berjalan dibagi 12 (dua belas)
bulan dikali satu bulan upah. 7)
Dalam pasal 95 Undang Undang Nomor 13 ditulis bahwa penguasaha
yang karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan
pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah
pekerja.

Gaji/ Upah adalah hak pekerja, kita berhak menanyakan ke bagian


manajemen sumber daya manusia (HRD) mengenai upah. Jika negosiasi
penyelesaian masalah dengan pihak HRD tidak berhasil, kita bisa melaporkan
perusahaan ke polisi/ Departemen Tenaga Kerja. Pasal 169 Undang-Undang
Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pekerja bisa mengajukan permintaan resmi
kepada pemerintah untuk mendapatkan penetapan terhadap berbagai perselisihan
industri mengenai pemutusan hubungan kerjanya dengan pengusaha ketika
pengusaha tidak membayar upahnya pada waktu yang disepakati selama tiga
bulan berturut-turut atau lebih.

Pekerja tetap berhak mendapatkan upah apabila tidak masuk kerja karena
sakit, menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri
melahirkan, atau ada anggota keluarga yang meninggal.
Dalam pasal 93 ayat 4 UU no.13/2003 tentang Tenaga Kerja, upah tidak
masuk kerja karena halangan adalah sebagai berikut :

Pekerja menikah, dibayar untuk 3 (tiga) hari

Menikahkan anaknya, dibayar untuk 2 (dua) hari

Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk 2 (dua) hari

7) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1994 tentang


Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan

Membaptiskan anaknya, dibayar untuk 2 (dua) hari

Istri melahirkan/mengalami keguguran kandungan, dibayar untuk 2 (dua)


hari

Suami/istri, orang tua/mertua, anak atau menantu meninggal dunia,


dibayar untuk 2 (dua) hari

Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk 1


(satu) hari.
Pengaturan pelaksanaan tentang upah tidak masuk kerja karena

berhalangan ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau


perjanjian kerja bersama (PKB).
2.4.

PEMBAYARAN UPAH

2.4.1. Bentuk Pembayaran Upah


Upah yang diterima pekerja umumnya dalam bentuk uang. Akan tetapi,
ada kalanya perusahaan membayar sebagian dari upah dalam bentuk lain, dengan
ketentuan nilainya tidak boleh melebihi 25% dari nilai upah yang seharusnya
diterima.
2.4.2. Tata Cara Pembayaran Upah
Pembayaran upah harus dilakukan dengan alat pembayaran yang sah. Bila
pembayaran upah tidak ditentukan dalam perjanjian atau peraturan perusahaan,
maka pembayaran upah dilakukan di tempat kerja atau kantor perusahaan.
Jangka waktu pembayaran upah secepat-cepatnya bisa dilakukan
seminggu sekali atau selambat-lambatnya sebulan sekali, kecuali dalam perjanjian
kerja tertulis waktu pembayaran kurang dari satu minggu.
Bila bekerja di perusahaan asing, tata cara pembayaran upah apabila gaji
yang dterima dalam bentuk mata uang asing, maka upah ditetapkan dalam mata

10

uang asing, kemudian pembayaran dilakukan berdasarkan kurs resmi pada hari
dan tempat pembayaran.
Apabila upah terlambat dibayar, maka mulai dari hari keempat sampai hari
kedelapan terhitung dari hari pembayaran upah, perusahaan wajib membayar
sanksi keterlambatan yakni sebesar 5% dari gaji untuk tiap hari keterlambatan.
Diatas hari kedelapan, sanksi keterlambatan menjadi 1%/hari keterlambatan.
Apabila sesudah satu bulan upah masih belum dibayar, maka disamping
berkewajiban untuk membayar tambahan upah, perusahaan diwajibkan membayar
bunga yang ditetapkan oleh bank untuk kredit perusahaan yang bersangkutan.
Dalam pasal 95 UU no 13/2003 tentang Tenaga Kerja, pemerintah
mengatur pengenaan denda kepada perusahaan dan/atau pekerja dalam
pembayaran upah.
Perusahaan dapat mengenakan denda kepada pekerja yang melakukan
pelanggaran, sepanjang hal itu diatur dalam secara tegas dalam suatu perjanjian
tertulis/peraturan perusahaan. Besarnya denda untuk setiap pelanggaran harus
ditentukan dan dinyatakan dalam perjanjian tertulis/peraturan perusahaan.
Apabila untuk satu perbuatan sudah dikenakan denda, perusahaan dilarang
untuk menuntut ganti rugi terhadap pekerja yang bersangkutan. Ganti rugi dapat
diminta oleh perusahaan dari pekerja, apabila terjadi kerusakan barang/kerugian
lainnya baik milik perusahaan maupun milik pihak ketiga oleh pekerja karena
kelalaian/kesengajaan. Ganti rugi harus diatur terlebih dahulu dalam perjanjian
tertulis/peraturan perusahaan dan setiap bulannya tidak boleh lebih dari 50% dari
upah
Denda yang dikenakan oleh perusahaan kepada pekerja tidak boleh
dipergunakan untuk kepentingan pengusaha atau orang yang berwenang untuk
menjatuhkan denda tersebut.

11

BAB III
PENUTUP

3.1.

KESIMPULAN
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 ayat 1 No. 13/2003).


Kebijakan pemerintah mengenai pengupahan yang melindungi pekerja/buruh
meliputi:

Upah minimum

Upah kerja lembur

Upah tidak masuk kerja karena berhalangan

Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;

Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

Bentuk dan cara pembayaran upah

Denda dan potongan upah;

Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

Upah untuk pembayaran pesangon; dan

Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

Komponen upah sendiri terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka
besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan
tetap. (Pasal 94 UU No. 13/2003).

Pemberian Upah merupakan suatu imbalan/balas jasa dari perusahaan


kepada tenaga kerjanya atas prestasi dan jasa yang disumbangkan dalam kegiatan
produksi. Upah kerja yang diberikan biasanya tergantung pada:
Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya
Peraturan perundang undangan yang mengikat tentang Upah Minimum
Regional (UMR)
11

12

Kemampuan dan Produktivitas perusahaan


Jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.
Perbedaan jenis pekerjaan

Kebijakan

komponen

gaji/upah

ditetapkan

oleh

masing-masing

perusahaan. Yang jelas, gaji tidak boleh lebih rendah dari Upah Minimum
Propinsi (UMP) yang ditetapkan pemerintah.

3.2.

SARAN

Hendaknya Pemerintah dan para Pengusaha saling bekerja sama dan terus
memperhatikan kehidupan para pekerja Indonesia. Memberikan pelatihan kembali
secara berkelanjutan dan juga terus meningkatkan upah atau gaji sebagai syarat
taraf hidup masyarakat Indonesia yang lebih baik.

13

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.


Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1994
tentang Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan
Markus Sidauruk, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan anggota
Dewan Pengupahan Nasional
www.detiknews.com

13

14

You might also like