Professional Documents
Culture Documents
A. Tujuan
1. Membuat
preparat
supravital
epietel
mukosa
mulut
dengan
B. Tinjauan Pustaka
1. Preparat supravital
Untuk membuat preparat jaringan segar menggunakan metode supravital.
Metode supravital merupakan suatu metode untuk mendapatkan sediaan dari sel
atau jaringan yang hidup. Zat warna yang biasa dipakai untuk pewarnaan
supravital adalah janus green, neutral red, methylene blue, dengan kosentrasi
tertentu. Preparat supravital merupakan preparat yang bersifat sementara sehingga
harus segera diamati dengan mikroskop setelah pembuatan preparat tersebut
selesai.
mengandung sel-sel induk yang secara kontinyu bermitosis dan anak selnya
dikirimkan ke lapisan yang lebih superfisial. Stratum spinosum terdiri dari
beberapa lapis sel berbentuk bulat atau oval dan mempunyai karakteristik sel yang
mulai matang. Stratum granulosum terdiri dari beberapa lapis sel yang lebih
gepeng dan lebih matang dari stratum spinosum dan mengandung banyak granula
keratohyalin yang merupakan bakal sel keratin. Stratum corneum terdiri dari
selapis atau berlapis-lapis sel (tergantung regio) berbentuk pipih yang tidak
berstruktur dan tidak mempunyai inti sel. Mukosa mulut dapat dikelompokkan
menjadi tiga tipe yaitu mukosa pengunyahan, mukosa penutup dan mukosa
khusus. Mukosa pengunyahan terdapat di regio rongga mulut yang menerima
tekanan kunyah seperti
gusi
dan palatum
durum. Jaringan
epitelnya
parakeratinised (mempunyai lapisan keratin tipis yang beberapa selnya ada yang
masih memiliki inti sel yang tidak sempurna). Mukosa penutup terdapat pada
dasar mulut, permukaan inferior lidah, permukaan dalam bibir dan pipi, palatum
molle dan mukosa alveolaris kecuali gusi. Tipe epitelnya nonkeratinised (tidak
memiliki lapisan keratin). Mukosa khusus terdapat pada dorsum lidah, tipe
epitelnya ortokeratinised (memiliki lapisan keratin yang tebal yang terdiri dari selsel yang sudah tidak berinti) (Puspitawati, 2003). Perbandingan antara sel basalparabasal, sel intermediet, dan sel superfisial disebut indeks maturasi. Pada
kondisi normal, jumlah sel pada lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada
lapisan sel basal (Naib, 1970).
D. Prosedur
Satu tetes zat warna supravital (methylen blue 0,25%) dalam larutan garam
fisiologis diteteskan di atas gelas benda yang bebas lemak dengan jarak 1,5 cm dari
sebelah kiri denagn menggunakan pipet. Epithelium mukosa mulut diambil dengan
menggunakan sendok steril dan diletakkan diatas zat warna supravital tersebut,
kemudian ephitelium mukosa mulut yang sudah diletakkan dengan segera diratakan
dengan menggunakan 2 buah jarum pentul/tusuk gigi. Gelas penutup pada bagian sisi
kirinya diletakkan di sebelah kiri specimen dengan sudut 45o dan ditutupkan secara
hati-hati di atas bahan dengan menggunakan jarum pentul untuk penahan dan
pengatur gelas penutup, sehingga gelas penutup tepat pada specimen tanpa adanya
gelembung udara serta gelas penutup letaknya sesuai. Preparat diamati dengan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran lemah lalu kuat, serta difoto dengan
kamera digital dan dianalisis hasilnya.
E. Hasil Pengamatan
Membrane sel
ephitelium
Inti sel
Sitoplasma
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum pembuatan dan analisis preparat
supravital ephitelium mukosa mulut didapat hasil seperti pada gambar hasil
dibawah
mikroskop
sel-sel
epitel
terwarna
biru
agak
keunguan. Nukleus sel epitel terwarna lebih kuat menjadi lebih biru karena nukleus
lebih mudah untuk menyerap warna dan nukleus bersifat asam akan terwarna oleh
pewarna basa yaitu methylene blue. Saat pengamatan sel masih dalam bentuk
asalnya, tidak terjadi plasmolisis atau krenasi karena menggunakan zat warna dengan
pelarut cairan garam fisiologis 0,9% yaitu pada kosentrasi yang isotonis dengan
kosentrasi cairan tubuh. Didalam preparat masih terdapat kotoran hal ini diduga
berasal dari kotoran yang ada di dalam mulut yang ikut terambil saat pengambilan
epitelium mukosa menggunakan sendok serta dari lensa mikroskop sehingga
mengganggu pengelihatan saat mengamati pada mikroskop. Sel jika di bawah
mikroskop ada yang memisah sendiri dan berkelompok serta ada yang bertumpuk.
Hal ini terjadi karena saat mengoleskan sediaan dari tusuk gigi tidak merata dan
kemungkinan pemberian zat warna yang terlalu berlebih juga mempengaruhi letak sel
dalam preparat sediaan ini. Sel epitel yang terlihat berbentuk pipih. Sebenarnya sel
epitel mukosa mulut berbentuk pipih berlapis, tetapi pada preparat tidak terlihat. Pada
preparat hanya terlihat sel pipih saja.
Pada praktikum tersebut mengambil sampel pada bagian ephitelium mukosa
mulut pada pipi (dalam mulut). Ephitelium pada bagian pipi merupakan bagian dari
mukosa penutup yang terdapat pada dasar mulut, permukaan inferior lidah,
permukaan dalam bibir dan pipi, palatum molle dan mukosa alveolaris kecuali gusi.
Tipe epitelnya nonkeratinised (tidak memiliki lapisan keratin).
G. Kesimpulan
H. Saran
1. Sebaiknya sebelum melakukan praktikum mulut harus dalam keadaan bersih,
dapat dilakukan dengan berkumur terlebih dahulu, sehingga tidak ada kotoran
yang terambil saat pengambilan epitelium mukosa mulut.
2. Pada saat meratakan epithelium mukosa mulut pada gelas benda, hendaknya
benar-benar diperhatikan proses perataannya agar tidak dihasilkan preparat yang
bertumpuk-tumpuk.
I. Daftar Pustaka
Campbell Neil, et al. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid III. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Rudyatmi E 2012. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA
UNNES.
Subowo. 2006. Histologi Umum. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Suntoro HS. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara.
II.
A. Tujuan
1.
2.
B. Tinjauan Pustaka
1. Preparat apusan
Pembuatan preparat sediaan apus darah adalah untuk menilai berbagai
unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, trombosit dan mencari adanya
parasit seperti malaria, microfilaria dan lain sebagainya.
Ciri sediaan apus yang baik :
a. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya1/2 sampai 2/3
panjang kaca.
b. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu
eritrosit tersebar rata berdekatan dan tidak saling bertumpukan.
c. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergaris-garis.
d. Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung
sedimen.
2. Darah (manusia)
Darah merupakan suatu jenis jaringa ikat yang terdiri atas beberapa jenis
sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma. Secara
keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas,
karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang
berbentuk plasma. Secara fungsional darah merupakan jaringan pengikat dalam
arti menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan
integritas (Campbell, 2004). Fungsi darah yaitu sebagai sistem transportasi yang
mengalirkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh dan mengirimkan nutrisi yang
dibutuhkan oleh sel serta mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk di keluarkan melalui ginjal dan kulit. Darah juga berperan sebagai
pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh
dengan
perantaraan leukosit dan antibodi. Selain itu, darah juga menyebarkan panas
keseluruh tubuh. Kemampuan darah dalam mengalirkan oksigen ke seluruh
bagian tubuh tidak lepas dari adanya hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein
Komposisi
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45%
bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang
membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
a. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak
dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin
dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam
penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita
penyakit anemia. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%),
bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
c. Plasma darah
D. Prosedur
a. Tahapan Pemuatan Film Darah Tipis
Ujung jari kiri manis atau manis disiapkan deangan cara tangan dikipakipaskan kea rah kaki kemudian jari diurut kea rah ujung jari dengan
menggunakan tangan kanan. Ujungg jari yang diipilih dan jarum franke
disterilisasi dengan kappa yang telah ditetesi alcohol 70%. Ujung jari ditusuk
dengan jarum tersebut, kemudian darah dikeluarkan dengan cara diurut
dengan tangan kanan. Tetesan darah prtama diusap dengan kapas yang telah
diberi alkohol dan tetesan darah berikutnya diteteskan pada gelas benda A
yang bebas lemak pada posisi 1,5cm dari sisi pendek/tepi kanan gelas benda
A. Gelas benda B yang sisi pendeknya rata diambil dan ditegakkan di sebelah
kiri tetesan darah dengan kemiringan gelas benda B sebesar 45o. Gelas benda
B ditarik dengan cepat kea rah tetesan darah (ke kanan) sehingga terjadi
kapilaritas dan tetesan darah merata di ujung sisi pendek gelas benda B. Gelas
benda B didorong kea rah kiri/ujung kiri gelas benda.
b. Tahapan pewarnaan dengan metode Romanowski
E. Hasil Pengamatan
Gambar
Keterangan
1 : neutrofil
2 : eosinofil
3 : neutrofil
4 : neutrofil
5 : eritrosit
3
4
5
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran
10x40 diperoleh hasil yang cukup bagus dan cukup representatif untuk diamati. Selsel darah terlihat cukup jelas. Sel-sel darah yang terlihat yaitu sebagai berikut:
1. Eritrosit
Eritrosit pada preparat terlihat berbentuk bikonkaf berwarna merah tanpa
intidengan bagian cekung di tengah (berwarna lebih transparan) dan jumlahnya
sangat banyak.
2. Leukosit
Leukosit yang tampak dalam preparat yaitu:
a. Eosinofil
Eosinofil merupakan leukosit granular yang dalam pengamatan
terlihatmempunyai 2 lobus dan berwarna biru.
b. Neutrofil
Neutrofil merupakan leukosit granular yang dalam pengamatan terlihat
mempunyai 3-5 lobus dan berwarna biru.
Fiksatif yang digunakan adalah metil alcohol yang berfungsi untuk mematikan
sel tanpa merusak bentuk dan strukturnya. Pewarna yang digunakan dalam
pembuatan preparat apus darah manusia adalah zat warna Giemsa. Giemsa
merupakan zat warna yang terdiri atas eosin dan metilen azur yang memberi warna
merah muda pada sitoplasma serta metilen blue yang memberi warna biru pada
leukosit. Oleh karena itu dapat diperoleh kekontrasan warna, sehingga inti dari
leukosit dapat teramati dengan jelas. Leukosit berperan dalam pertahanan tubuh.
Eritrosit berperan dalam pengangkutan oksigen dan karbondioksida dimana eritrosit
mengandung hemoglobin (Hb) yang mana hemoglobin membuat eritrosit berwarna
merah. Secara keseluruhan, sel darah merah masih tampak menumpuk. Hal ini
disebabkan karena pada waktu proses pengapusan (pembuatan lapisan tipis) darah
kurang tipis hasilnya, sehingga sel darah merah masih tampak menumpukmenumpuk. Ketebalan film atau kurang tipisnya lapisan darah disebabkan karena
kesalahan pada saat melakukan pengapusan yaitu
pada
saat
mendorong
kecepatannya tidak konstan atau karena terlalu banyak darah yang diteteskan ke
objek gelas.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkansebagai berikut:
1. Preparat apus darah digunakan untuk melihat struktur sel penyusun darah yaitu
eritrosit, eosinofil dan neutrofil. Sel-sel darah yang tampak yaitu eritrosit yang
berwarna merah dan leukosit intinya terwarna biru keunguan. Preparat terlihat
menumpuk pada sisi tertentu.
2. Eritrosit pada preparat terlihat berbentuk bikonkaf berwarna merah tanpa
intidengan bagian cekung di tengah (berwarna lebih transparan) dan jumlahnya
sangat banyak. Serta leukosit yang tampak dalam preparat yaitu eosinofil
merupakan yang leukosit granular yang dalam pengamatan terlihatmempunyai 2
lobus dan berwarna biru dan neutrofil merupakan leukosit granular yang dalam
pengamatan terlihatmempunyai 3-5 lobus dan berwarna biru.
H. Saran
1. Untuk mendapatkan apusan darah yang tipis sebaiknya meneteskan darah
dalam jumlahyang tidak terlalu banyak.
I. Daftar Pustaka
Ahira, Anne. 2011. Darah. http://www.anneahira.com/pencegahanpenyakit/darah.htm
diunduh pada tanggal 03 November 2014.
Campbell Reece. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Isnaeni Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Rudyatmi Ely. 2014. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA
Unnes.