Professional Documents
Culture Documents
Pepi MP Pros B3 2009
Pepi MP Pros B3 2009
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten, Jl. Raya Ciptayasa Km 01 Ciruas 42182 Serang, Banten
ABSTRACT
Food is a basic need and improvement on food consumption would positively
increase human resource quality. The purpose of this paper is to examine expenditure and
food consumption pattern of rice farmers households. Data used in this study was that of
conducted during the 2007 Patanas survey in 5 provinces (Java and off Java) on 350
respondent. The analysis uses qualitative descriptive using tables. The study results are:
(1) Welfare level of rice farmers households in West Java and Central Java is better than
that of in other provinces; (2) Largest household food expenditure is spent on basic foods,
followed by expenditure on tobacco/betel and animal-based foods; (3) Rice is the staple and
single food for farmers obtained from own rice field, i.e., 38 to 63 percent in Java and 53-94
percent in off Java; (4) Energy and protein consumption level is vatried between villages and
regions, but generally below the standard adequasi level. Main energy share comes from
cereals (44-69%). The implication of this condition suggests the improvement of food
consumption pattern for rice farmers household with direction on the balance nutirient intake
according to health recommendation. This suggestion could be conducted through
communication program (Komunikasi Informasi Edukasi) using various media, such as
extension activity, leaflet, demonstration, etc.
Key words: expenditure pattern, food consumption, rice farmers
ABSTRAK
Pangan merupakan hak azasi manusia dan perbaikan pola konsumsi pangan
sebagai sarana mewujudkan kualitas sumber daya manusia. Tulisan ini mengkaji pola
pengeluaran dan konsumsi pangan rumah tangga petani padi. Data yang digunakan adalah
PATANAS 2007 dengan jumlah contoh sekitar 350 rumah tangga petani padi di 5 provinsi
(Jawa dan Luar Jawa). Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan tabel-tabel.
Hasil analisis menunjukkan bahwa : 1) tingkat kesejahteraan rumah tangga petani padi di
Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah lebih baik dibandingkan dengan di provinsi yang
lainnya; 2) pPengeluaran pangan rumah tangga terbesar adalah pengeluaran makanan
pokok, kemudian diikuti dengan pengeluaran tembakau/sirih dan pangan hewani; 3) beras
adalah pangan pokok petani padi dan bersifat tunggal, yang bersumber dari hasil sendiri,
berkisar 38 63 persen di Jawa dan 53-94 persen di luar Jawa; 4) tingkat konsumsi energi
dan protein bervariasi antardesa atau wilayah, namun pada umumnya masih dibawah angka
kecukupan. Sumbangan energi terbesar dari kelompok padi-padian (4469 %). Implikasinya
adalah masih diperlukan upaya perbaikan pola konsumsi pangan pada rumah tangga petani
padi secara terus menerus dan terarah agar pola pangannya sesuai dengan kaidah gizi dan
kesehatan. Upaya tersebut dilakukan melalui Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dengan
memanfaatkan berbagai media seperti penyuluhan, leaflet, demonstrasi dan lain-lain.
Kata kunci : pola pengeluaran, konsumsi pangan, petani padi
219
PENDAHULUAN
220
Pengeluaran pangan
(%)
59,61
59,16
60,80
55,56
54,61
Pengeluaran total
(Rp/kap/bulan)
257.157
218.042
281.752
225.439
224.046
221
- Tugu
- Simpar
- Sindangsari
Jawa Tengah - Tambahmulyo
- Demangan
- Mojorejo
- Padangsari
Jawa Timur - Padomasan
- Sungegeneng
- Kaligondo
Sulawesi Selatan- Carawali
- Salu Jambu
Sumatera Utara - Lidah Tanah
- Kwala Gunung
Pengeluaran
Pangan (%)
49,7
49,4
58,2
48,2
44,5
47,8
53,0
60,5
58,5
48,3
55,2
48,6
59,2
57,3
Pengeluaran Total
(Rp/kap/bulan)
332.460
360.690
220.560
235.660
275.940
265.100
167.970
241.960
225.570
210.700
282.610
203.990
393.630
234.540
Hanya pada rumah tangga di Provinsi Jawa Barat yang mengikuti pola
Susenas. Di Desa Simpar, pengeluaran total paling besar yaitu Rp 360.690/kapita/
bulan dan pangsa pengeluaran pangannya juga paling kecil (49,4%) dibandingkan
dengan desa lain Provinsi Jawa Barat. Kondisi ini diduga rumah tangga dalam
menentukan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi tidak selalu mengacu pada
pendapatannya. Dalam arti, aspek pendapatan tidak selalu mempengaruhi dalam
pola konsumsi pangan tetapi aspek lain seperti kebiasaan makan dan adanya pola
hidup sederhana dalam rumah-tangga. Temuan ini sangat menarik dan perlu
dilakukan kajian lebih mendalam dalam kaitannya dengan aspek sosial budaya
yang melekat pada masyarakat.
Dengan memperhatikan pangsa pengeluaran pangannya, terlihat tingkat
kesejahteraan rumah tangga petani padi di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah
lebih baik dibandingkan dengan di provinsi yang lainnya. Bahkan di Desa
Demangan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, tingkat kesejahteraan rumah tangga
petani padi paling sejahtera dibandingkan dengan di desa lain dalam provinsi yang
sama. Klaten termasuk salah satu sentra produksi padi utama di Jawa tengah,
karena lahan yang diusahakan adalah irigasi teknis, yang dapat ditanami padi tiga
kali dalam satu tahun.
Tabel 3 menyajikan pangsa pengeluaran pangan menurut kelompoknya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengeluaran pangan rumah tangga terbesar
222
223
224
225
Frekuensi konsumsi
Normal
Paceklik
3
2-3
3
3
2-3
3
Beras
Beras
Beras
Beras
Beras
Beras
3
3
3
3
3
3
3
3
Beras
Beras
Beras
Beras
Beras
Beras
Beras
Beras
Beras
Beras +Jagung
Beras
Beras
Beras
Beras +Jagung
Beras
Beras
-Jember
-Banyuwangi
Sulsel
-Sidrap
-Luwu
3
3
3
3
3
3
3
3
Beras
Beras
Beras+Sagu
Beras
Beras
Beras+Sagu
Sumut
- Deli Serdang
- Asahan
3
3
3
3
Beras
Beras
Beras
Beras
Pola pangan pokok berupa beras tampaknya sulit diubah walaupun rumah
tangga menghadapi musim paceklik. Petani tidak akan mengganti beras sebagai
pangan pokok walaupun harga beras meningkat. Persepsi ini menunjukkan bahwa
226
227
228
229
Tabel 7. Pola Pengadaan Pangan Pokok (Beras) Rumah Tangga Petani Padi di Luar Jawa
(%)
Sulawesi Selatan
Asal perolehan
- Produksi sendiri
- Membeli raskin
- Membeli di pasar
- Pemberian/ Lainnya
Carawali
Salujambu
94,4
5,6
0,0
0,0
54,6
30,3
15,1
0,0
Sumatera Utara
Kwala
Lidah Tanah
Gunung
53,1
62,5
15,6
20,0
31,3
17,5
0,0
0,0
230
(99%), dan Lamongan (88%), sedangkan di luar Jawa ditemukan di Luwu (88%)
dan Asahan (83%). Fenomena di atas menunjukkan ada kecenderungan bahwa
jika tingkat konsumsi protein kurang diikuti juga dengan tingkat konsumsi energi
kurang. Beberapa wilayah lainnya menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein
sudah melebihi tingkat kecukupan yang dianjurkan, bahkan yang ditemukan di
Serdang Pedagai lebih dari 200 persen.
Fenomena lain bahwa tingkat konsumsi protein sudah melebihi yang
dianjurkan, sedangkan tingkat konsumsi energi masih kurang sebagai contoh yang
ditemukan di Sidrap, Banyuwangi, dan Indramayu. Pola konsumsi seperti tersebut
tidak baik dan mahal, karena apabila energi yang dikonsumsi belum sesuai
dengan kebutuhan yang dianjurkan maka protein akan dibakar oleh tubuh untuk
menutupi kekurangan energi. Padahal harga per satuan energi yang berasal dari
protein lebih mahal dibandingkan dengan energi yang berasal dari pangan sumber
karbohidrat atau pangan pokok seperti beras, ubi kayu dan lain-lain.
Tabel 8. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Petani Padi di Lokasi
Contoh, 2007
Wilayah
Jabar
-Subang
-Karawang
-Indramayu
Jateng
-Sragen
-Cilacap
-Pati
-Klaten
Jatim
-Lamongan
-Jember
-Banyuwangi
Sulsel
-Sidrap
-Luwu
Sumut
- Deli Serdang
- Asahan
Sumber :
Energi
(Kkal/kap/hr)
Pangsa
Energi Padipadian (%)
Protein
(gr/kap/hr)
Pangsa
Protein
Hewani (%)
3.594
1.968
2.172
47,50
66,53
53,14
98,22
54,69
74,00
37,87
31,93
31,50
2.970
1.711
1.875
2.207
43,45
58,99
51,13
49,74
82,88
49,13
56,50
69,50
28,69
23,96
32,00
33,12
1.957
2.384
1.975
52,39
50,10
57,99
50,03
72,18
72,18
25,94
19,86
19,86
2.178
2.443
45,81
69,14
75,31
50,36
41,00
21,74
3.560
1.853
44,30
56,09
135,36
47,48
39,55
27,19
231
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009. Jakarta.
Saliem, H.P.,M. Ariani, Y. Marisa dan T.B.Purwantini. 2002. Analisis Kerawanan Pangan
Wilayah Dalam Perspektif Desentralisasi Pembangunan. Laporan Hasil Penelitian.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor
Sayogyo. 2002. Pertanian dan kemiskinan. Jurnal Ekonomi Rakyat. Artikel Tahun I No. 2
Jakarta.
232
Tabel 3. Proporsi Pengeluaran Pangan menurut Kelompoknya pada Rumah Tangga Petani Padi di Perdesaan Jawa dan Luar Jawa (%)
Kelompok Pangan
Jawa Barat
Sindang Tambah
Tugu Simpar
sari
mulyo
Jawa Tengah
Mojo
Dema
rejo
ngan
Padang
sari
Pado
masan
Jawa Timur
Kali
Sunge
geneng gondo
Sulsel
Salu
CaraJambu
wali
Sumut
Kwala
Lidah
Tanah Gunung
Sumber Karbohidrat
23,5
22,4
33,3
27,8
23,0
26,0
32,1
25,4
26,0
44,5
19,4
44,9
17,6
30,2
Pangan Hewani
13,6
21,5
8,2
17,4
13,7
18,4
10,0
10,6
23,6
13,7
19,2
17,3
28,7
17,3
Kacang- kacangan
6,4
4,5
4,0
4,8
5,7
6,8
8,4
5,3
5,1
5,1
3,5
2,9
4,7
3,5
11,1
9,8
8,2
8,0
13,4
8,8
9,6
8,2
8,3
7,8
13,0
8,7
12,1
8,6
Buah-buahan
2,5
4,8
5,1
3,6
3,4
5,6
2,0
2,3
2,3
3,9
2,0
5,6
2,5
5,6
Minyak + Lemak
3,6
4,1
4,0
5,6
5,8
4,8
4,5
6,0
3,7
8,0
4,2
2,8
3,7
4,3
Bahan Minuman
5,4
5,6
5,7
6,1
7,7
9,1
6,4
6,8
6,5
5,1
6,6
6,7
9,7
6,7
Makanan/minuman
Jadi
9,2
6,1
4,7
7,1
7,0
1,5
7,4
2,0
13,2
2,9
6,1
3,1
5,5
6,8
18,5
12,8
11,2
12,7
13,2
12,2
13,5
6,0
15,5
2,9
18,4
1,3
10,4
13,7
6,3
8,6
5,9
7,9
6,9
6,5
6,3
27,6
5,9
6,1
7,2
5,2
5,0
4,3
100,0 100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Sayuran
Tembakau + sirih
Lainnya
Total
Tabel 4. Tingkat Partisipasi Konsumsi Pangan pada Rumah Tangga Petani Padi di Jawa dan Luar Jawa (%)
Kelompok Bukan
Pangan
Jawa Barat
Jawa Tengah
Sindang Tambah Dema- Mojo
Tugu Simpar
ngan
rejo
Mulyo
sari
Sumber Karbohidrat
Beras
96,0 100,0
Jagung
4,0 12,0
Ubikayu
26,0
4,0
Ubijalar
12,0
4,0
Mie Instan
36,0 56,0
Gula Pasir
100,0 96,0
Sumber Protein
Daging Sapi
16,0 16,0
Daging ayam
64,0 72,0
Ikan
22,0 22,0
Telur
28,0 32,0
Susu
6,8 13,8
Tahu
88,0 88,0
Tempe
96,0 72,0
Sumber Lemak
M. goreng
100,0 100,0
Sumber Vitamin & Mineral
Bayam
56,0 36,0
Kangkung
96,0 44,0
D. singkong
36,0 32,0
Pisang
20,0 18,8
Jeruk
76,0 92,0
100,0
0
0
0
26,0
92,0
100,0 72,0
4,0 12,0
4,0 36,0
0
4,0
56,0 84,0
88,0 100,0
Padang
sari
Jawa Timur
Sulsel
Sunge- Kali- CaraPado
Salu
masan geneng gondo wali
Jambu
100,0
12,0
24,0
4,0
52,0
96,0
100,0
5,9
5,9
0
58,8
100,0
100,0
38,0
4,0
0
56,0
92,0
Sumut
Kwala
Lidah
Tanah Gunung
100,0
8,0
28,0
8,0
12,0
92,0
100,0
8,0
28,0
4,0
32,0
100,0
100,0
4,0
20,0
0
40,0
96,0
4,0
40,0
16,0
29,3
4,8
78,0
80,0
64,0
76,0
17,0
26,7
10,4
80,0
84,0
40,0
80,0
16,0
28,0
11,2
88,0
84,0
20,0
80,0
28,0
32,0
9,6
92,0
92,0
47,1
82,4
25,0
27,4
7,1
100,0
100,0
24,0
72,0
20,0
24,0
6,4
80,0
88,0
24,0 52,0
76,0 64,0
22,0 25,0
28,0 29,3
8,8
4,0
64,0 88,0
72,0 100,0
16,0
56,0
25,0
26,7
19,2
56,0
88,0
24,0
64,0
19,0
24,0
5,6
60,0
80,0
44,0
76,0
38,0
28,0
13,6
88,0
92,0
24,0
44,0
22,0
32,0
7,2
92,0
92,0
88,0
100,0
96,0
96,0
100,0
96,0
96,0
96,0
96,0
96,0
100,0
96,0
36,0
40,0
4,0
5,3
72,0
80,0
68,0
40,0
12,0
64,0
64,0
44,0
44,0
14,7
64,0
60,0
48,0
48,0
26,7
72,0
76,5
76,5
29,4
19,6
58,8
36,0
20,0
32,0
12,0
68,8
64,0
72,0
12,0
16,0
48,0
72,0
52,0
68,0
17,3
56,0
66,0
44,0
20,0
17,3
28,0
60,0
60,0
40,0
16,0
28,0
72,0
72,0
68,0
17,3
68,0
52,0
84,0
64,0
20,0
64,0
Tabel 6. Pola Pengadaan Pangan Pokok (Beras) Rumah Tangga Petani Padi di Jawa (%)
Jawa Barat
Asal perolehan
Tugu
Jawa Tengah
Simpar
Sindang
sari
Tambah
Mulyo
Demang
an
Mojo
rejo
Jawa Timur
Padang
sari
Pado
masan
Sunge
geneng
Kali
gondo
- Produksi sendiri
59,6
48,6
43,8
38,3
63,2
63,3
38,2
41,9
62,5
50,0
- Membeli raskin
28,6
28,6
31,3
27,7
15,8
3,3
20,6
9,7
17,5
2,8
4,4
20,0
20,8
19,2
21,1
26,7
23,5
41,9
12,5
41,7
2,7
4,2
14,9
0,0
6,7
17,7
6,5
7,5
5, 6
- Membeli di pasar
- Pemberian/lainnya