Professional Documents
Culture Documents
Sindrom Nefrotik
Oleh:
Laura Kosasi
No. BP. 0910312125
Preseptor:
dr. Eva Chundrayetti, Sp.A.(K)
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
hiperlipidemia, terkadang juga disertai hematuria, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal.1,3
SN adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomerulus
terhadap protein plasma yang menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia,
dan edema.3
SN pada anak dapat disimpulkan bahwa status klinis yang ditandai dengan
peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan
protein
urinaris
yang
massif,
dengan
karakteristik
proteinuria,
hipoalbuminemia,
1.2.
penyakit sistemik, antara lain lupus eritematosus sistemik (LES), purpura Henoch Schonlein,
dan lain lain.
amiloidosis,
penyakit
sel
sabit,
hiperprolinemia,
nefritis
membrano
proliferative, hipokomplementemik.
-
SN juga dapat disebabkan oleh obat-obatan yang merupkan racun bagi ginjal dan
penyakit, diantaranya:
-
obat-obatan, seperti obt pereda nyeri seperti aspirin, senyawa emas, heroin
intavena, penisilamin.
1.3.
SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7 kasus baru per
100.000 anak per tahun, dengan prevalensi berkisar 12 16 kasus per 100.000 anak. Di
negara berkembang insidensnya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun
pada anak berusia kurang dari 14 tahun. Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1.2
1.4.
proteinuria
edema, dapat bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). edema
biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting) dan umumnya ditemukan
disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan
ekstremitas bawah.
hematuria
oleh karena adanya distensi abdomen baik disertai efusi pleura atau tidak, maka
pernafasan sering terganggu, bahkan kadang-kadang menjad gawat. keadaan ini
dapat diatasi dengan pemberian infus albumin dan diuretik.
pucat
Pasien SN biasanya datang dengan edema palpebra atau pretibia. Bila lebih berat akan
disertai asites, efusi pleura, dan edema genitalia. Kadang-kadang disertai oliguria dan gejala
infeksi, nafsu makan berkurang, dan diare. Bila disertai sakit perut, hati-hati terhadap
kemungkinan terjadinya peritonitis atau hipovolemia. Dalam laporan ISKDC (International
Study for Kidney Diseases in Children), pada sindrom nefrotik kelainan minimal (SNKM)
ditemukan 22% dengan hematuria mikroskopik, 15-20% disertai hipertensi, dan 32% dengan
peningkatan kadar kreatinin dan ureum darah yang bersifat sementara.2
Pada anak, sebagian besar (80%) SN idiopatik mempunyai gambaran patologi
anatomi kelainan minimal (SNKM). Gambaran patologi anatomi lainnya adalah
glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS) 7-8%, mesangial proliferatif difus (MPD) 2-5%,
glomerulonefritis membranoproliferatif (GNMP) 4-6%, dan nefropati membranosa (GNM)
1,5%.5,6,7 Pada pengobatan kortikosteroid inisial sebagian besar SNKM (94%) mengalami
remisi total (responsif), sedangkan pada GSFS 80-85% tidak responsif (resisten steroid).
1.6.
seluruh tubuh dan dapat disertai jumlah urin yang berkurang. keluhan lain dapat berupa urin
kemerahan. pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya edema dikedua kelopak mata, tungkai,
atau asites dan edema skrotum/ labia. Kadang-kadang ditemukan hipertensi.
5
Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai dengan gejala:
a. Proteinuria masif (> 40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio
protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik 2+)
b. Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL
c. Edema Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200 mg/dL
Diagnosis banding:
1.7.
glomerulonefritis.
1.7.1. Pada pemeriksaan urinalisis ditemukan albumin secara kualitatif +2 sampai +4.
Secara kuantitatif > 50 mg/kgBB/hari (diperiksa memakai reagen Esbach). Pada
sedimen ditemukan oval fat bodies yakni epitel sel yang mengandung butir-butir
lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, toraks hialin, dan toraks eritrosit.
1.7.2. Pada pemeriksaan darah didapatkan protein total menurun (N: 6,2-8,1 gr/dL), albumin
menurun (N: 4-5,8 gr/dL), rasio albumin/globulin <1 (N:3/2), ureum kretinin dan
klirens normal kecuali ada penurunan fungsi ginjal, hiperkolesterolemia, dan laju
endap darah yang meningkat.
1.7.3. Pemeriksaan histologik yaitu biopsi ginjal, namun bersifat invasive, maka hanya
dilakukan atas indikasi tertentu dan persetujuan orang tua dan anak.
1.8.
dan terapeutik. Jika timbul edema, intake natrium dikurangi dengan memulai diet tidak
ditambah garam. Pembatasan garam dihentikan bila edema membaik. Jika edema tidak
berat, masukan cairan tidak dibatasi. Edema ringan sampai sedang dapat dikelola di rumah
dengan klorotiazid 10-40 mg/kgBB/24 jam dalam 2 dosis terbagi. Bila terjadi hipokalemia,
dapat diberikan kalium clorida/ spironolakton 3-5 mg/kgBB/24 jam dibagi dalam 4 dosis
perhari. Pada edema yang berat hingga terjadi kegawatan pernafasan akibat efusi pleura yang
masif dan asites, anak perlu dirawat di rumah sakit.
Edema yang berat dapat diobati dengan pemberian furosamid oral (1-2 mg/kg setiap
4jam) bersama dengan metolazon (0,2-0,4 mg/kg/24 jam dalam 2 dosis terbagi). Setelah
diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan laboratorium yang tepat, patofisiologi dan
6
1.9.
4-5% menjadi gagal ginjal terminal, sedangkan pada GSFS 25% menjadi gagal ginjal
terminal dalam 5 tahun dan pada sebagian besar lainnya disertai penurunan fungsi ginjal.3
BAB 2
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
:R
MR
: 871941
Umur
: 2 9/12 tahun
: Padang
B. Anamnesis
Keluhan Utama: Tampak sembab sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang:
-
Demam 20 hari yang lalu selama 1 hari, tidak tinggi, tidak menggigil, demam
hilang denagn meminum obat penurun panas
Sembab sejak 3 hari yang lalu, awalnya sembab tampak di kedua kelopak mata,
makin lama sembab bertambah sampai keseluruhan tubuh
Riwayat buang air kecil seperti air cucian daging tidak ada
F. Pemeriksaan Fisik
1. Umum
Keadaan umum
: sedang
Kesadaran
: sadar
Nadi
: 110 x/ menit
Pernafasan
: 32 x/ menit
Suhu
: 36,80C
Berat badan
:14 kg
Tinggi badan
: 88 cm
Status gizi
BB/U : 70 %
TB/U : 93,1 %
BB/TB : 76,5 %
2. Kulit
: teraba hangat
4. Kepala
: bulat, simetris
5. Rambut
6. Mata
7. Telinga
8. Hidung
9. Tenggorokan
11. Leher
12. Dada
: Paru : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Jantung
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
13. Abdomen : inspeksi
Palpasi
Perkusi
: shifting dullness +
Auskultasi
14. Punggung
16. Anus
: akral hangat, perfusi baik, edema pretibia +/+, refleks fisiologis +/+,
refleks patologis -/-
G. Pemeriksaan Laboratorium
Hb
: 11,6
Leukosit
: 17700/mm3
albumin ++
LED
: 40 mm/ jam
Hitung jenis
: 0/5/2/65/26/1
Trombosit
: 659000/ mm3
urobilinogen +
reduksin -
Bilirubin -
10
H. Diagnosis Kerja
1. Susp. Sindrom nefrotik
2. Hipertensi grade II
3. Tonsilitis kronik
4. Gizi Kurang
5. Imunisasi dasar tidak ada
I. Diagnosis Banding
Glomerulonefritis.
J. Rencana Pemeriksaan
-
Ureum, creatinin
Na, K , Ca
Albumin
Protein total
Kolesterol
Esbach
Kultur urin
K. Penatalaksanaan
a. Preventif
Ajari ibu untuk dapat menghitung balance cairan, agar dapat mengontrol banyak
cairan yang masuk dan keluar, sehingga keseimbangan cairan dapat terjaga. Atur diet
anak untuk dapat memenuhi semua kebutuhan gizi sesuai dengan umur dan
perkembangan dan pertumbuhan tubuhnya. Cukupkan pemberian imunisasi sesuai usia
anak.
b. Kuratif
Captopril 3 x 3,125 mg PO
Lasix 1 x 10 mg PO
Prednison 1-2-1
11
c. Promotif
Pengobatan suportif sangat penting bagi pasien yang tidak memberi respon terhadap
pengobatan imunosupresif sehingga mudah terjadi komplikasi dari sindrom nefrotik yang
dapat berlangsung lama.
-
Terapi dietetik
Intake garam dibatasi 2 gram/hari untuk mengurangi keseimbangan natrium yang
positif. MB nefrotik 1000 kkal denagn garam 1 gr/ hari, protein 10 gr/ hari. Diet tinggi
kalori, protein dibatasi 1-2 gram/kgBB/hari. Diet vegetarian yang mengandung
kedelai lebih efektif menurunkan hiperlipidemia.
-
dengan obat penahan kalium (spironolakton, trimteren). Bila tidak ada respon dapat
diberikan furosemid, asam etekrinat, atau bumetamid.
d. Rehabilitatif
Untuk menghindari relaps atau kekambuhan yang progresif dapat dilakukan kontrol
kesehatan anak. Terapi psikologis perlu diberikan untuk anak dan orang tua karena
penyakit ini dapat berulang dan bersifat kronik. Selama pengobatan perlu juga
diperhatikan adanya efek samping obat.
Follow Up
1. Selasa, 17 Juni 2014
Hasil pemeriksaan laboratorium
Na: 145 mmol/L
K: 4,1 mmol/L
Ca: 7,5 mmol/L hipokalsemia, koreksi
Ureum: 10
Creatinin: 0,3
Total protein: 4,1
Albumin: 1,6 hipoalbuminemia
Globulin: 2,5
Kolesterol total: 419 hiperkolesterolemia
Kolesterol LDL: 321,4
Kolesterol HDL: 42
12
Trigliserida: 278
Kesan: sesuai dengan sindrom nefrotik
Thoraks: retraksi tidak ada, cor dan pulmo tidak ditemukan kelainan
Abdomen: supel, distensi tidak ada, BU + normal
Extremitas: akral hangat, perfusi baik, edema +/+
S/ MB nefrotik 1000 kkal
Garam 1 gr/ hari
Protein 10 gr/ hari
Captopril 3 x 3,125 mg PO
Lasix 1 x 10 mg PO
Prednison 1-2-1
Kontrol balans cairan / 24 jam
4. Jumat, 20 Juni 2014
S/ sembab di tubuh berkurang
Buang air kecil jumlah dan warna biasa
Demam tidak ada, kejang tidak ada
Batuk dan pilek tidak ada
Sesak nafas tidak ada
Mual dan muntah tidak ada
BAB biasa
O/ sakit sedang, sadar, nadi 96 x/ menit, nafas 22 x/ menit, suhu: 36,70C
Mata: konjungtiva tidak annemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra +/+
Thoraks: retraksi tidak ada, cor dan pulmo tidak ditemukan kelainan
Abdomen: supel, distensi tidak ada, BU + normal
Extremitas: akral hangat, perfusi baik, edema +/+
S/ MB nefrotik 1000 kkal
Garam 1 gr/ hari
Protein 10 gr/ hari
Captopril 3 x 3,125 mg PO
Lasix 1 x 10 mg PO
Prednison 1-2-1
Kontrol balans cairan / 24 jam
14
BAB 3
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berumur 2 tahun 9 bulan dirawat di bangsal
anak RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan diagnosis kerja Sindrom Nefrotik, Hipertensi
grade 2, tonsilitis kronik dan gizi kurang. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Dari anamnesis didapatkan demam 20 hari yang lalu
selama 1 hari, tidak tinggi, tidak menggigil, demam hilang denagn meminum obat penurun
panas. Sembab sejak 3 hari yang lalu, awalnya sembab tampak di kedua kelopak mata, makin
lama sembab bertambah sampai keseluruhan tubuh. Batuk sejak 1 hari ini, tidak berdahak.
Pemeriksaan fisik didapatkan edema palpebra dan pretibia serta adanya shifting
dullness pada pemeriksaan abdomen. Dari hasil pemeriksaan labor didapatkan temuan yang
sesuai dengan sindrom nefrotik.
Pada pasien diberikan MB nefrotik 1000 kkal, Garam 1 gr/ hari, Protein 10 gr/ hari,
Captopril 3 x 3,125 mg PO, Lasix 1 x 10 mg PO, Prednison 1-2-1.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Kliegman dan Arvin. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC; 2000:
1828-31.
2. Trihono PP,Alatas H, Tambunan T, Pardede SO. Konsensus tatalaksana sindrom
nefrotik idiopatik pada anak. Badan penerbit ikatan dokter anak Indonesia; 2012.
3. Garna H, Nataprawira HMD (ed). Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak
edisi ketiga. Bandung: Bagian ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran universitas
padjadjaran; 2005: 538-41.
16