You are on page 1of 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pembagian Definisi : Bermanfaat dan Model Pemberdayaan


Partisipasi masyarakat dalam kesehatan telah dibahas dari berbagai
perspektif. Pertama, hal ini dapat bermanfaat/berfaedah sebagai bagian dari
donor atau pemerintah dengan menggunakan tenaga masyarakat (tanah, tenaga
dan uang) untuk membantu proses pelayanan masyarakat. Pada publikasi terkini
yang dilakukan oleh WHO, Kahssay dan Oakley menyatakan salah satu
interpretasi dari suatu partisipasi sebagai suatu kolaborasi, dimana orang-orang
dengan sukarela atau sebagai hasil dari persuasi atau insentif, menyetujui untuk
berkolaborasi dalam pengembangan projek, biasanya dengan menyediakan tenaga
kerja atau sumber daya lain yang dapat membantu. Disatu sisi, partisipasi
masyarakat bisa menjadi alat pemberdayaan dimana masyarakat lokal memiliki
tanggung jawab untuk mendiagnosa dan bekerja untuk menyelesaikan masalah
kesehatan sendiri dan masalah yang ada. Nelson dan Wright menggambarkan hal
ini sebagai participation as an end(dimana komunitas atau grup membuat suatu
proses untuk mengkontrol perkembangannya sendiri. Yang lain menggambarkan
proses pemberdayaan dimana pengembangan berpusat pada komunitas.1
Setiap dari definisi memiliki arti yang tersendiri; sebagai contoh,
pemberdayaan bisa didefinisikan dimana diperbolehkan adanya perwakilan
komunitas yang akan berpolitik, atau membuat pemerintah lebih terbuka dengan
adanya demokrasi. Diperlukan kerjasama yang baik dari pemerintah dan
masyarakat untuk membentuk suatu demokrasi, dimana bahkan pemerintah
menjadi bagian dari masyarakat.1
Arti dari partisipasi komunitas untuk kesehatan (disebut juga partisipasi
popular, partisipasi sosial dan keterlibatan komunitas) bisa menjadi symbol politik
dan bisa memiliki tujuan yang berbeda sesuai persepsi masing-masing orang.
Partisipasi masyarakat menjadi topik utama untuk kesehatan dunia, karena
terdengar sangat menjanjikan.1

Perdebatan terjadi diantara para analis oleh karena banyaknya partisipan


yang ada. Susan Rifkin, salah satu ahli partisipan kesehatan, menyatakan bahwa
program partisipasi biasanya gagal memenuhi ekspektasi oleh karena paradigma
dimana partisipasi masyarakat merupakan penyelesaian utama untuk masalah
kesehatan dan politik. Perdebatan untuk kekuasaan juga tidak selamanya buruk,
oleh karena konflik dapat melahirkan faktor yang esensial dan kreatif untuk
perubahan yang lebih baik. Agar konflik bisa melahirkan suatu produk yang
produktif, dibutuhkan perencana dan pembuat peraturan untuk menyediakan
mekanisme untuk mengakomodasinya. Program partisipasi yang tidak bisa
mengimbangi persaingan kekuatan cenderung untuk tidak memenuhi ekspektasi
yang diinginkan. Bahkan untuk Robert Chambers, yang merupakan seseorang
yang dihormati oleh dunia kesehatan oleh karena pekerjaan komunitasnya,
menyatakan bahwa partisipasi komunitas bukanlah suatu yang konsensual, bahkan
sulit dilakukan untuk banyak projek. Banyak orang yang mengabaikan fakta
bahwa dalam proses untuk terjadinya partisipasi, dibutuhkan bantuan dari luar;
Mereka lebih memilih menggunakan orang-orang dalam untuk mengembangkan
diri.1
Faktor yang kompleks, bervariasi dari satu Negara ke Negara lain, sama
halnya komunitas ke komunitas lainnya yang tetap mempertahankan status politik,
status ekonomi dan status sosial bagi kebanyakan masyarakat rural untuk
memiliki suara sendiri atau mengatur kehidupannya sendiri. Kemiskinan,
prasangka, putus asa, paternalism, struktur kekuasaan lokal, restriksi legal dan
reguler, pengalaman masa lalu, dan hal lainnya mempengaruhi mereka untuk turut
andil dan aktif mengubah kehidupan mereka serta mengambil kesempatan untuk
memperbaiki kehidupannya mereka. Sehingga, terdapat contoh-contoh pemberi
semangat untuk aktivis lokal dan institusi agar dapat mengubah persamaan
partisipasi yang ada. (Uphoff, dkk 1998)1
Sekarang ini, penyedia fasilitasi dan pembuat peraturan berasumsi bahwa
tanggung jawab yang mereka miliki dapat memperbaiki partisipasi yang ada. Hal
ini berarti mereka harus berbuat lebih untuk menyediakan partisipasi yang mereka
rencanakan. Buku panduan untuk perencana partisipasi biasanya menekankan

untuk para perencana projek agar bisa memulai dengan diskusi yang detail tentang
tujuan mereka dan definisi partisipasi bagi mereka sendiri sebelum membuat
konsep ke lapangan.1
Frits Muller, seorang aktivis dan teoris yang dihormati di Amerika Latin,
mengembangkan diskusi tentang partisipasi melewati isu definisional sampai
herarki kekuatan di Amerika Latin. Dia tidak menyetujui bahwa partisipasi
memerlukan inisiasi dari pihak luar, melainkan kesadaran diri dari masyarakat
akan masalahnya sendiri. Masalah kesehatan yang buruk di Amerika Latin
berperan akan marginalisasi dari sector tertentu di populasi. Hanya sekitar 15%
dari populasi yang dapat membayar biaya kesehatan pribadi, 15% menikmati
insuransi privat, dan 70% harus mengandalkan pelayanan kesehatan pemerintah.
Dari 70 % populasi tersebut, setengahnya tidak memiliki akses untuk keadaan
darurat. Dia mengatakan bahwa partisipasi disini bukan merupakan usaha dari
Negara melainkan reaksi lokal untuk memperbaiki kondisi hidup: jenis
partisipasi ini membentuk strategi survival untuk orang yang terpinggirkan,
diungkapkan dengan pelayanan kesehatan tradisional dan permintaan untuk
pelayanan yang layak pada Perdana Menteri Kesehatan. Hal lainnya adalah dapur
umum, program segelas susu, makan siang sekolah, grup ibu dan tetangga dan
organisasi kesehatan petani; Hal inimerupakan manifestasi spesifik untuk
komunitas-komunitas yang tidak sama statusnya. (Muller 1991). Jika kita melihat
perspektif Muller yang ditawarkan oleh World Bank, sebagai contoh kita masih
bisa melihat perbedaan besar dari setiap orang untuk mendefinisikan partisipasi
dan prakteknya, bahkan 25 tahun setelah optimism yang diajukan pada Konferensi
Alma Ata.1

2.2.Ide-ide baru tentang Partisipasi pada tahun 1990-an


Banyak yang berubah sejak konferensi Alma Ata. Dalam kesepakatan di
konferensi tersebut terdapat gagasan yang pertama yaitu tentang ketahanan,
dimana diperlukan pengembangan dan proses sehingga tetap bertahan. Yang
kedua adalah tentang siapa atau produk dari partisipasi ini; Ketiga membahas
tentang kultur, konteks dan keadaan. Bagian kelima dan keenam membahas

tentang consensus yang menghubungkan untuk kolaborasi, dimana hal tersebut


merupakan kunci untuk program kesehatan berdasarkan komunitas.1

2.3.Ketahanan dan Proses


Ketahanan memiliki berbagai arti. Untuk donor, hal ini bisa berarti tentang
biaya projek dimana berasal dari lokal tanpa bantuan internasional. Partisipasi bisa
dipertahankan selama masih ada orang yang tetap berkomitmen, lingkungan
sosiopolitik dan ekonomi tetap kondusif sampai ke proses yang lebih lanjut.
Penggabungan antara ketahanan dan partisipasi telah menujukan analis untuk
menambahkan kriteria ketahanan pada daftar untuk dievaluasi. 1
Sebagai respon untuk tantangan in, analis menganggap partisipasi sebagai
suatu proses yang berkelanjutan. Pertanyaan tentang ketahanan, menambah lagi
pertanyaan tentang bagaimana program didefinisikan dan bagaiaman program
tersebut dilakukan. Sebagai respon untuk pertanyaan ini, Khrisna dkk (1997)
menyediakan contoh model untuk partisipasi yang harus beradaptasi dengan
keadaan lokal. Jika partisipasi merupakan proses maka akan sulit untuk diketahui
kapan atau dimana program tersebut sudah mencapat target atau belum.para
analis, mengemukakan bahwa partisipasi bukan merupakan produk atau projek
yang

dibatasi

waktu;

melainkan,

partisipasi

seharusnya

berkelanjutan,

dipertahankan dan berdasarkan keadaan lokal. 1


Partisipasi komunitas dapat dipertahankan hanya jika pemeran yang relevan
tetap berkomitmen ddan lingkungan sosiopolitik, dan ekonomi tetap kondusif
sampat ke proses selanjutnya. Proses tersebut telah menyatu sebagai sine qua non
dari usaha untuk partisipasi. Kunci utama dari masalah ini adalah gagasan tentang
proses dan fakta bahwa partisipasi komunitas bukan hanya sebagai input untuk
projek, tapi dasar yang akan membuat hal ini beroperasi. Lebih lanjut, partisipasi
tidak bisa hanya diasumsi tapi harus secara sistematis sehingga bisa efektif.
Pemahaman akan partisipasi menjadi masuk akal untuk teori dan implementasi,
tapi

tantangan

dipertimbangkan.

tentang

operasional,

pengukuran

dan

penilaian

tetap

2.4.Operasionalisasi dan Evaluasi


WHO dan UNICEF adalah sponsor multilateral untuk partisipasi komunitas
di kesehatan dan dari nama mereka sangat berhubungan dengan konsep partisipasi
komunitas. Partisipasi komunitas diperkenalkan sebagai mandate internasional,
dan

sebagai

bagian

dari

strategi

pelayanan

kesehatan

primer,

dan

diimplementasikan pada level lokal. Perdana menteri kesehatan tidak biasanya


meminta bantuan dari para klinis dan professional kesehatan lainnya, ataupun
meminta bantuan dari institusi sehingga mereka tidak terlibat pada pelayanan
kesehatan primer. Kahssay dan Oakley mengatakan, masih terdapat penolakan
terhadap partisipasi diantara institusi dan professional kesehatan. Jika hal ini terus
berlanjut maka tidak akan pernah mendapatkan partisipasi komunitas yang
seharusnya. 1
Para skeptic mungkin menentang Kahssay dan Oakley dimana mereka
melebih-lebihkan teknoratik dari konsep partisipasi kesehatan, menyebabkan pada
kemandirian akan pelatihan professional, dan pengembangan workshop,
pembentukan kembali kurikulum dan pendidikan, dan kapasitas bangunan
diantara para klinisi, perencana, manajer, dan organisasi buruh. Penulis
mendemonstrasikan keakraban dengan political dan kompleksitas situasional dari
partisipasi komuntias, tapi sebagai perbandingan untuk dokumen-dokumen
sebelumnya, implikasi dari analisis mereka adalah spesifik untuk sector kesehatan
dan tidak menekankan pada membangun institusi demokrasi atau penduduk. 1
Para

perencana

pembangunan

biasanya

dibawah

tekanan

untuk

mensistematiskan dan mengeneralisasi konsep seperti partisipasi supaya


perencana lainnya dan teknisi bisa secara sadar memasukkan prinsip tersebut pada
program dan evaluasi mereka. Selama 1990-an, tekanan ini menyebabkan
proliferasi yang cepat untuk metode yang baru dan teknik yang baru baik untuk
menilai kesehatan masyarakat rural dan kebutuhan untuk pengembangan, dan
untuk mendesain program implementasi, intervensi dan penilaian. Oakley dan
sejawatnya, sebagai contoh, telah mengerjakan metode untuk meningkatkan
keterlibatan masyarakat pada kesehatan dimana memerlukan pelatihan staf dan
menyiapkan mekanisme pada level projek untuk memantau partisipasi dan menilai

efeknya. Ulasan penuh pada pendekatan ini melebihi ruang lingkup paper ini, tapi
penting untuk disebutkan adalah diperlukan proliferasi yang cepat untuk teknik
penilaian dan metodologi aksi partisipatif. 1
Melihat perpecahan yang terjadi didalam dan diluar pada pembangunan,
siapapun yang melihat debat untuk proses partisipasi masyarakat pada tahun
1980-an dapat memprediksikan bahwa situasi tersebut masih sama pada tahun
1990-an. Sama seperti masyarakat bukanlah entitas monolitik, tidak juga
dengan pembentukan pengembangan, yang mana cenderung untuk menstandarkan
dan beradaptasi akan keadaan lokal. Lebih lanjut, pekerjaan tersebut menyediakan
ilmuwan sosial dengan reaksi antusias untuk melakukan penelitian metodologi
partisipasi dengan meninjau perspektif ilmu ssosial, teori-teori, ideology, dan
politik. 1
Sebagai contoh, donator biasanya menekan partisipasi komunitas , bahkan
mereka mengenali bahwa proses partisipasi tidak mengikuti structural, dan arahan
yang telah ditentukan. Paartisipan bukan hanya sebagai input untuk projek, tapi
sebagai principal operasional penting yang mendukung semua aktivitas projek.
Mereka mengakui adanya paradox tambahan: evaluasi dari program partisipasi
biasanya kekurangan partisipan dari masyarakat. Berdasarkan pengalaman,
bahkan pada projek yang sukses, tidak ada garansi bahwa cara kerja pada projek
tersebut akan berhasil untuk projek lainnya, ataupun akan berhasil untuk masa
yang akan datang. Yang unik dari setiap projek parsitipatif adalah penolakan akan
persyaratan sistematis dari operasionalisasi dan evaluasi. 1
Namun, Rikin dkk (1988) menunjukkan bahwa professional yang mengatur
alokasi sumber daya belum tentu akan mendukung inisiatif parsitipatif, kecuali
adanya bukti bahwa hal tersebut akan menguntungkan bagi mereka. Acuan
mereka untuk mengukur partisipasi, bermanfaat untuk langkah pertama untuk
meyakinkan orang yang skeptical terhadap utilitas partisipasi. 1

2.5.Kultur, Konteks dan Kondisi


Penelitian Antropologi tentang partisipasi komunitas terhadap kesehatan
menunjukkan pentingnya suatu konsep. Muller mengatakan bahwa Partisipasi

adalah konsep yang ambisius karena hal tersebut tidak bisa didefinisikan dari luar
konteks sosial. Konteks yang dimaksud dari perspektif antropologi adalah
hubungan sosial dimana dapat mempengaruhi partisipasi komunitas. Kultur juga
berperan penting untuk praktek dari partisipasi, diluar lingkaran, sistem politik
formal dan struktur institusional. Antropologis tidak melihat kultur dan politik
sebagai konten yang berbeda, tapi sebagai simultan dan aspek terikat dari realitas
sosial. Mereka mencatat bahwa partisipasi biasanya terlibat akan sejumlah
keinginan material (redistribusi sumber daya), maka akan terjadi kompetisi baik
secara sosial maupun retorik. Antropologis seing tidak tergabung dengan
perencanaan, implementasi dan evaluasi dari usaha parsitipatif karena kemampuan
observasional mereka dan teknik mereka mampu memperoleh arti yang multipel
dimana berhubungan dengan intisiatif pembangunan tertentu. Oleh karena itu,
mereka ditunjuk sebagai ahli analisis multi komunitas dari partisipasi komunitas. 1
Terdapat banyak alasan mengapa pemahaman akan kultur sulit dimengerti.
Stone menyebutkan bahwa hubungan antara ilmu kedokteran modern dan
tradisional lebih kompleks dan beradaptasi daripada yang diprediksi dan
masyarakat menganggap pelayanan kesehatan primer sebagai pelayanan kuratif,
yang tidak diprediksi sebelumnya. Ugalde dan Morgan, menunjukkan bahwa
partisipasi komunitas ada Amerika Latin pada awal 1980-an sering dimotivasi
faktor ideology dan politik yang mana meningkatkan sedikit tingkat kesehatan.
Selanjutnya, program partisipasi sering memiliki sikap merendahkan terhadap
komunitas lokal, dimana mereka menganggap bahwa komunitas lokal pasif dan
tidak mampu mengatur diri mereka sendiri. Stone menyatakan bahwa tekanan ini
penting karena hal tersebut mendorong dibuatnya kerangka kerja pada setiap level
sistem kesehatan agar bisa secara bersamaan dilakukan, membiarkan integrasi
makro dan mikro analisis. Ilmuwan sosial mulai mempelajari arti partisipasi
diantara ahli nasional dan internasional, konsultan, agensi dan institusi, serta pada
masyarakat miskin dan rural. Mereka telah menunjukkan bahwa agensi kesehatan
internasional memiliki pendekatan hegemonic untuk kontrol masalah kesehatan
dan solusinya secara sedunia. 1

10

Secara bersamaan, antropologis mulai melihat efek etnik dan gender pada
inisiatif partisipatif. Mereka memperluas kritik antropologikal tradisional yang
seharusnya monolitik komunitas untuk melihat efek stratifikasi institusional dan
diskriminasi dalam membiarkan orang-orang tertentu untuk tidak terlibat, bahkan
jika ada yang menginginkan untuk berpatisipasi. 1
Jika konteks adalah segalanya, maka format studi kasus penting untuk
dipaparkan, dianalisa, dan dibandingkan dengan pengalaman setiap Negara dan
bagian. Studi kasus dapat menyediakan pelajaran penting akan jarak dari faktor
yang dapat mempengaruhi partisipasi, tapi jika konteks adalah segalanya makan
studi kasus seharusnya tidak bisa memprediksi apa yang mungkin terjadi untuk
setiap konteks yang berbeda. Namun, studi kasus adalah vital untuk variasi alasan.
Mereka mengizinkan ide-ide baru untuk dicoba dan hasilnya perlu dibandingkan
dan disebarluaskan. Ide-ide tersebut dapat bermanfaat bagi orang lain untuk
merancang program mereka sendiri karena terdapat cara antisipasi masalah dan
implementasi prosedur yang berhasil ditempat lain. 1
Epidemiologis dan pembuat kebijakan/peraturan yang bekerja pada level
internasional tidak puas dengan hanya studi kasus, oleh karena mereka
membutuhkan untuk merumuskan atau memperoleh prinsip-prinsip partisipasi
komunitas yang dapat digeneralisasi dan diaplikasikan untuk berbagai lingkungan
nasional dan politik. Untuk memenuhi tujuan ini, mereka harus meramalkan
kemungkinan dari kasus individual, daan meringkaskan hasilnya. Tugas ini telah
dipenuhi untuk literatur pengembangan masyarakat rural pada dua volume terbaru
dari Khrisna dkk dan Uphoff dkk. Volume pertama memuat studi kasus dari
berbagai projek rural, menekankan emic atau partisipan, perspektif pada suatu
kejadian. Volume kedua memuat ticatau analis, evaluasi suatu kejadian,
berfokus pada faktor yang bersifat kondusif untuk berhasil dan kolaborasi antara
actor komunitas dan bagian eksternal. 1
Studi kasus yang dilakukan oleh Zakus pada partisipasi komunitas untuk
kesehatan di Oaxaca, Mexico, selama 1980-an, menyediakan perspektif teoretikal
yang berguna untuk menganalisa dan membandingkan partisipasi antar konteks
nasional. Zakus memanfaatkan resource dependency model untuk berdebat

11

bahwa Perdana Menteri Kesehatan Meksiko menyediakan insiasi partisipatif


karena hal tersebut dibawah tekanan besar dari bagian internal dan internasional
untuk memperluas pelayanan kesehatan. Oleh karena perdana menteri kekurangan
sumber daya yang diperlukan, mereka mencari penambahan sumber daya dari
sekitar mereka, dan secara ironic mereka melayani diri mereka sendiri. Melalui
evaluasi ketat dari struktur program dan implementasi program, Zakus
menyimpulkan bahwa Perdana Menteri tidak memberikan kekuasaan untuk
mengambil keputusan kepada komunitas itu sendiri; Selanjutnya, hal tersebut
gagal untuk menyediakan pelatihan yang adekuat ataupun supervisi yang adekuat.
Pendekatan yang tergantung dengan sumber daya, menurut Zakus, bisa menolong
mengeindentifikasi dan antisipasi halangan organisasi untuk partisipasi, dan
berharap kegagalan yang sama bisa dihindari untuk program-program yang akan
datang. 1

2.6.Literatur Gerakan Sosial


Literatur gerakan sosial memeriksa bagaimana kultur dan politik dijalin dan
dimana mereka dapat saling membantu satu sama lain; Hal ini menyediakan cara
lain untuk menganalisa interseksi dari mobilisasi populasi dan aksi pemerintah
setelah era 1990. Elizabeth Jelin mengatakan bahwa belum jelas apakah
pergerakan partisipatif merupakan hal yang baru pada tahun 1970-an dan 1980-an
atau hanya sebagai respon dari the closing of institutionalized channels of
participations yang disebabkan oleh dictator, perang saudara dan represi. Jelin
menyatakan dengan kembalinya peraturan demokrasi maka diberikan prioritas
pada kelompok politik dan membuat institus yang baru dengan sistem politik,
dipandu oleh logika governabliti. Usaha ini sering bertentangan dengan
kumpulan yang kurang berinstitusi dimana maksudnya adalah adanya permintaan
sosial yang lama dan baru, dan bahkan dengan tekanan partisipatif yang lebih
pada proses demokrasi. Sementara itu, pemasukan yang tidak seimbang dan
kemiskinan meningkat pada Amerika Latin. 1

2.7.Perhubungan Intersektoral

12

Beberapa tahun setelah konferensi Alma Ata, inisiatif partisipasi sering


dihubungkan dengan program pelayanan kesehatan primer. Para analis dengan
cepat menyadari, bagaimanapun, anggota komunitas sering mendefinisikan
kesehatan secara luas. Mereka mengidentifikasi halangan untuk mendapatkan
kesehatan yang baik telah mencapai melebihi sector kesehatan untuk mencakup
perumahan, pekerjaan, dan pemilikan tanah. Selanjutnya, donor dan pemerintah
menyadari bahwa mereka tidak bisa menyelesaikan sebagian besar tekanan pada
masalah pelayanan kesehatan primer termasuk didalamnya edukasi, air dan
sanitasi, agrikultur, dan lingkungan dan perkembangan ekonomi. Sekarang ini,
pendukung dari partisipasi komunitas untuk kesehatan mengharapkan inisiatif
partisipatif mengarahkan pada satu sector yang bercabang ke sector lainnya.
Partisipasi dalam kesehatan jarang hanya seputar kesehatan. 1
Kesehatan tidak pernah terkotak-kotak; Partisipasi bahkan tidak terbatas
pada satu sektor pengembangan. Bahkan, beberapa yang menyatakan bahwa
tujuan dari partisipasi menyusup melalui komunitas, yang mempunyai efek positif
pada pembentukan demokrasi. Konsekuensi lain dari tren ini adalah ide tentang
partisipasi komunitas dan pemberdayaan telah menarik perhatian dari ahli
perkembangan, aktivis, dan pengajar melebihi sector pelayanan primer. Partisipasi
komunitas sekarang didiskusikan dengan referensi untuk pendidikan kesehatan
dan kontrol penyakit. Pendukung model pemberdayaan dan yang bermanfaat
menyetujui bahwa dengan intersektorial, keduan diinginkan dan dibutuhkan. 1

2.8.Faktor-faktor dalam Mengurangi Angka Kematian Ibu. Pesatnya


perkembangan

layanan

kesehatan

pedesaan

dan

meningkatkan

aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan Ibu.


Salah satu faktor penting yang membantu dalam pengurangan kematian ibu
adalah perkembangan pesat

pengembangan pelayanan kesehatan setelah

kemerdekaan pada tahun 1957 dan juga pengenalan program tertentu untuk
menurunkan angka kematian ibu di negara ini. Pada tahun 1957 hanya ada 66
rumah sakit (10 rumah sakit umum dan 56 rumah sakit kabupaten) di negara dan
tidak ada pusat- pusat kesehatan. Di kedua Rencana Pengembangan Malaya

13

dan Pengenbangan Malaysia merencanakan sebuah infrastruktur

kesehatan

pedesaan didirikan untuk penduduk pedesaan.


Hal

ini

memberikan

akses

langsung

ke

pelayanan

KIA

untuk

penduduk pedesaan yang sekitar 75% pada tahun 1957. Perencanaan infrastruktur
pedesaan termasuk sistem 3-tier yang meliputi pusat kesehatan utama, kesehatan
sub-pusat dan klinik bidan. Kemudian pada tahun 1980 ini diubah menjadi sistem
2-tier yang meliputi pusat kesehatan dan klinik perawat komunitas. Tujuan dari
infrastruktur kesehatan pedesaan tidak hanya untuk mengurangi jumlah kematian
dan kejadian oleh penyakit tetapi juga pencapaian kesehatan yang optimal oleh
semua orang. 2
Menurut Depkes pada tahun 2010 terdapat 2.833 klinik kesehatan di negara
dengan 165 klinik berjalan dan 131 rumah sakit dan 13 stasiun dokter terbang di
Malaysia

Timur. Peningkatan fasilitas kesehatan dengan

disediakannya

aksesibilitas perawatan KIA. Juga peningkatan dalam jumlah pusat kesehatan dan
klinik bidan untuk penduduk pedesaan disediakan preventif, promotif perawatan
kesehatan untuk penduduk pedesaan. Peningkatan jumlah tenaga terampil untuk
menghadiri pengiriman juga membantu untuk mengurangi jumlah kmeatian ibu.
Salah satu temuan penting lainnya

dalam pengurangan jumlah kematian ibu

adalah pengenalan program yang berfokus pada kesehatan ibu dan perawatan
kesehatan

anak.

Ini

termasuk

pengenalan

ibu

dan

perawatan

kesehatan anak (KIA) . 2


Pusat-pusat kesehatan yang baru dibangun memberikan perawatan
antenatal, perawatan intranatal dan perawatan postnatal bagi para wanita. Seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 1,

jumlah kematian ibu menurun secara

signifikan (78,6%) dengan pengenalan kepada Ibu baru dan Program Kesehatan
Anak. Kemudian pada tahun 1978 ketika Pendekatan Risiko Tinggi Kematian Ibu
Anak (KIA) diperkenalkan setelah studi percontohan di Kecamatan Krian di
Perak, ada pengurangan lebih lanjut dari jumlah kematian ibu hingga 50% sampai
pada tahun 1990. Pada tahun 1990, Confidential Enquiry into Maternal Deaths
(CEMD) diperkenalkan. Program ini lebih lanjut membantu untuk menurunkan
jumlah kematian ibu menjadi sekitar 37%.2

14

Program Safe Motherhood diperkenalkan pada tahun 1989 di 5 kabupaten


untuk lebih lanjut menurunkan angka kematian ibu melalui kombinasi Pendekatan
Risiko Tinggi dan Program Safe Motherhood. Salah satu ciri utama dari
Pendekatan Risiko Tinggi di Perawatan KIA adalah Sistem Pengkodean Warna
yang mengidentifikasi ibu berisiko tinggi dari risiko rendah dan memberikan
perawatan khusus untuk ibu berisiko tinggi. Pengembangan modul khusus
(Perdarahan Post-partum, eklampsia, dll) memainkan peran penting dalam
pengurangan jumlah kematian ibu. Modul ini digunakan dalam pelatihan kepada
perawat. Sistem rujukan diperkuat sehingga ibu yang berisiko tinggi dapat dirujuk
ke tingkat perawatan yang lebih tinggi dalam kasus yang darurat. 2

2.9.Peningkatan Cakupan dan Pengurangan Kehamilan Resiko Tinggi.


Jangkauan pelayanan antenatal memiliki peningkatan yang signifikan
selama bertahun-tahun. Pada tahun 1957 hanya ada sekitar 30% dari perawatan
antenatal. Jumlah Kunjungan antenatal per ibu meningkat dari sekitar 6 kali
kunjungan per ibu tahun 1980-an menjadi sekitar 12 kali kunjungan per ibu pada
tahun 2010. Peningkatan keterjangkauan pelayanan antenatal memainkan peran
penting dalam pengurangan jumlah kematian ibu. Demikian pula dengan
pengenalan Pendekatan Risiko Tinggi di Kesehatan Ibu Anak, ibu berisiko lebih
peduli tinggi diidentifikasi dan dirujuk ke rumah sakit. Demikian pula dengan
pengenalan Pendekatan Risiko Tinggi KIA, ibu risiko tinggi perlu lebih lanjut
diidentifikasi dan dirujuk ke rumah sakit. 2

2.10.

Kematian Ibu danTingkat Prevalensi Kontrasepsi


Total fertility rate (TFR) merupakan faktor penting dalam penurunan angka

kematian ibu. Di Malaysia Total fertility rate (TFR) adalah 6,3 pada tahun 1960
dan sekitar 3,3 pada tahun 2010. Tidak signifikannya penurunan tingkat
kesuburan telah dilihat di Malaysia sebelum tahun 1960 dan oleh karena itu
penurunan angka kematian ibu tidak dapat dikaitkan dengan Total Fertility Rate
(TFR). 2

15

Namun setelah tahun 1960 menurunnya tingkat kesuburan memberikan


kontribusi terhadap penurunan angka kematian ibu. Pengenalan Keluarga
Berrencana bersama dengan pelayanan KIA dan mendirikan Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional dan Asosiasi Keluarga Berencana di dalam negeri
meningkatkan tingkatan kontrasepsi dan membantu dalam penurunan angka
kematian ibu. Temuan serupa terlihat di Sri Lanka dan Nepal. Di Nepal tingkat
kesuburan menurun dari 4,6 kelahiran per perempuan pada tahun 1994 menjadi
3.1 pada tahun 2004 dan kematian ibu juga menunjukkan penurunan. 2

2.11.

Kemiskinan dan Kesehatan Ibu


Perawatan kesehatan ibu perlu menjadi bagian dari strategi pembangunan

yang mencakup penurunan kemiskinan dan layanan dasar lainnya. Penurunan


kemiskinan telah menjadi faktor penting

yang mengurangi kematian ibu.

Kemiskinan telah ditangani dari tahun 1971 dengan pengenalan Kebijakan


Ekonomi yang baru (New Economic Policy) yang adalah untuk mengurangi
kemiskinan dan restrukturisasi. Namun akhir-akhir ini digantikan oleh Kebijakan
Pembangunan Nasional (National Devolopment Policy) untuk yang benar-benar
miskin. Dengan itu kemiskinan mendapat manfaat dari peningkatan pendapatan
rumah tangga yang memberikan bantuan kepada orang miskin. Kemiskinan telah
menurun dari 49,3% pada tahun 1970 menjadi sekitar 5,1% pada tahun 2002.
Penurunan yang signifikan ini telah meningkatkan status kesehatan masyarakat
miskin dan juga berperan dalam penurunan kematian ibu. 2

16

You might also like