Professional Documents
Culture Documents
Figure 1-23
Adaptive (acquired/specific)
immunity
Antigen specificity
Immunological memory
Diversity
Self/nonself recognition
Self limition
Figure 1-12
Fungsi Komplemen
18
Figure 1-30
DASAR PEMERIKSAAN
LABORATORIUM IMUNOLOGI
SECARA UMUM
Macam :
1.Uji respon imunologik non spesifik
2.Uji respon imunologik spesifik
(inflamasi, fagositosis)
Kuantitatif:
pe atau pe jumlah leukosit, hitung jenis leukosit (limfopenia,
eosinofilia), LED cepat.
Kualitatif :
uji fungsi fagositosis, uji kemampuan metabolisme oksidatif sel.
Penetapan reaksi inflamasi:
Kadar CRP (C-Reactive Protein; protein fase akut)
meningkat >100x pada infeksi, kerusakan jaringan.
Kadar Komplemen t.u C3 dan C4
menurun karena terpakai dalam proses inflamasi.
Indikasi:
penyakit autoimun dan imunodefisiensi
kelainan imunoproliferatif
tumor ganas
seleksi donor untuk transplantasi organ
dugaan reaksi penolakan jaringan transplantasi
CD markers
stem cells
CD34+, CD31-
CD45+
Granulocyte
Monocyte
T lymphocyte
CD45+, CD3+
T helper cell
Cytotoxic T cell
B lymphocyte
Thrombocyte
Natural killer cell
Lymphocyte
Mature T Cells (CD3)
Helper T Cells (CD4)
Suppressor T Cells
(CD8)
CD4:8 ratio
Absolute Count
(cells/uL)
650 - 3036
310 - 2112
80 - 1353
Relative
%
65 - 92%
31 - 64%
8 - 41%
1.0 - 5.5
AIDS
Artritis reumatoid
IDDM tipe 1
Luka bakar
Dermatitis atopik
MDS
Psoriasis
Pemeriksaan Laboratorium
pada Imunodefisiensi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PADA HIV
1. Evaluasi awal.
2. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis pasti.
3. Pemeriksaan untuk monitoring terapi, progresifitas
penyakit, dan memperkirakan prognosis.
1. Evaluasi awal
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan laboratorium:
- Hematologi lengkap + gambaran darah tepi.
- Urinalisis + tes fungsi ginjal (ureum, kreatinin).
- Tes fungsi hati (SGOT, SGPT, LDH, Alkali Pospatase, bilirubin).
- Pemeriksaan feses lengkap.
Hasil laboratorium bervariasi sesuai keadaan klinis
pasien.
2. Diagnosis pasti
a. Tes langsung
- Menemukan adanya virus HIV.
- Sensitif dan spesifik.
- Rumit dan mahal.
- Window period: 12 hari
- Cara: Nucleic acid based-Test (NAT)
Reverse Transcriptase-RNA (RT-PCR)
Prevalensi infeksi
HIV
Semua prevalensi
> 10%
10%
II
> 30%
30%
II
> 10%
II
10%
III
Surveilan
Diagnosis:
Bergejala infeksi
HIV/AIDS
Tanpa gejala
Strategi
pemeriksaan
tes ulang A2
Ulang A1 dan A2
Tes konfirmasi A3
Anggap indeterminate
DIAGNOSIS HIV
A1: Untuk pemeriksaan pertama, biasanya digunakan rapid test
untuk uji saring. Tes dipilih yang memiliki sensitifitas paling
tinggi.
A2: Bila hasil A1(+) --> periksa ulang dengan tes yang memilliki
prinsip dasar tes yang berbeda dan / menggunakan preparasi
antigen yang berbeda dari tes pertama.
Biasanya dengan cara Enzym-linked immunosorbent assay (ELISA)
atau rapid test yang mempunyai spesifisitas lebih tinggi daripada tes
pertama.
Klatt, 2005
CD4
Total
Persentase
500 / ml
200 499 / ml
< 200 / ml
29 %
14 28 %
< 14 %
Gejala mayor:
Berat badan turun drastis lebih dari 10% dalam 1 bulan.
Diare kronis lebih dari 1 bulan.
Demam kronis lebih dari 1 bulan.
Penurunan kesaadaran dan gangguan neurologis.
Demensia/HIV ensefalopati.
Gejala minor:
Batuk kronis lebih dari 1 bulan.
Dermatitis generalisata.
Herpes zoster multisegmental / berulang.
Kandidiasis orofaringeal.
Herpes simpleks kronis progresif.
Limfadenopati generalisata.
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
Retinitis virus (CMV)
Pemeriksaan Laboratorium
pada penyakit autoimun
PENYAKIT AUTOIMUN
Normal : sistim imun dapat membedakan antigen self
dan non-self.
Apabila gagal, timbul respon imun terhadap jaringan
tubuh sendiri.
Ditandai adanya antibodi terhadap jaringan tubuh
sendiri (disebut: AUTOANTIBODI)
DIAGNOSIS LABORATORIUM
PENYAKIT AUTOIMUN
Berdasarkan adanya reaksi inflamasi dan kelainan
fungsi organ terkait.
Berdasarkan adanya autoantibodi, baik yang spesifik
organ maupun non spesifik organ.
Dapat digunakan untuk mendiagnosis, memantau
aktifitas penyakit, dan memantau hasil terapi.
c. Kimia
- Kelainan kadar enzim yang dihasilkan organ tertentu
atau kelainan proses metabolisme tertentu.
mis:
* Hepatitis autoimun AST, ALT, bilirubin
* Sarcoidosis hiperkalsemia
* Autoimmune inflammatory myopathies
Creatinine kinase (CK), AST, ALT
d. Urinalisis
* proteinuria, hematuria, silinder granula
c. Ferritin
- Protein cadangan besi tubuh.
- Sintesis diatur oleh besi intrasel, sitokin pro-inflamasi,
dan faktor pertumbuhan.
- Kadar meningkat pada sepsis akut/kronik, inflamasi,
keganasan.
- Nilai normal : 15 200 ng/mL
30 300 ng/mL
d. Penanda lain:
- Fibrinogen, albumin, haptoglobin.
SLE
90 100 %
Sindroma Sjogren
50 85 %
Scleroderma
Rheumatoid Artrhitis
Mixed Connective Tissue Disease
88 %
25 55 %
> 95 %
a3. Antifosfolipid
Ada 2 jenis: anti-cardiolipin (ACA) dan lupus antikoagulan (LA).
ACA:
Paling sensitif untuk sindroma antifosfolipid, tapi tidak spesifik
Faktor risiko terjadinya trombosis.
LA:
Erat hubungannya dengan trombosis.
Material
apoptotik
APC
Sel T
Sel B
antibodi
ANA
Pola Homogen
Pola sitoplasma
Pola speckeld)
Anti ds-DNA
Anti Sm
SEL LE
Sel neutrofil yang memfagositosis
material inti sel lain.
Bisa dilihat di sedian hapus
sumsum tulang.
Sekarang sudah digantikan dengan
teknik ANA dan ds-DNA.
Komplemen
Kelainan ginjal
Kelainan hematologi