Professional Documents
Culture Documents
Syaziliasnur Qudrat
G1A212052
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Januari 2014
Disusun oleh :
Syaziliasnur Qudrat
Purwokerto,
G1A212052
Januari 2014
Pembimbing,
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. N
Usia
: 40 tahun
Alamat
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status
: Belum Menikah
Pekerjaan
Pendidikan
: SLTA
Tanggal masuk
: 1 November 2012
: Asoka Kamar II
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Sesak nafas
2. Keluhan tambahan :
Badan terasa lemah dan lemas, perut mual dan kadang muntah. BAK
3.
1. Keadaan umum
: Sedang
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Vital sign
a. Tekanan darah
: 150/100 mmHg
b. Nadi
: 100 x/menit reg-reg, isi, tegangan: cukup
c. Pernapasan
: 24 x/menit
d. Suhu
: 36,2 C
4. Tinggi badan
: 165 cm
5. Berat badan
: 69 kg
6. Status generalis
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala
Mesocephal, simetris, venektasi temporalis (-)
Rambut
warna rambut hitam, tidak mudah dicabut dan terdistribusi
merata.
Mata
Simetris, konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), mata kering (-), reflex pupil (+/+) N
Telinga
Discharge (-), deformitas (-)
Hidung
Discharge (-), deformitas (-) dan napas cuping hidung (-)
Mulut
Bibir kering (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), bibir sianosis
(-)
b. Pemeriksaan leher
Deviasi trakea (-) di garis tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-)
Palpasi : JVP 5+2 cm
c. Pemeriksaan torax
Paru
Inspeksi
Dinding dada
tampak
simetris
dan
tidak
tampak
(-).
Palpasi
Vokal fremitus lobus superior kanan = kiri
Vokal fremitus lobus inferior kanan = kiri
Perkusi
Perkusi orientasi selurus lapang paru sonor
Batas paru-hepar SIC V LMCD
Auskultasi
vertebrae (-/-)
Palpasi
Supel, nyeri tekan (-), undulasi (+)
Hepar
: teraba 2 jari BACD, supel
Lien
: tidak teraba
e. Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan
Edema
Sianosis
Kuku kuning
(ikterik)
Ekstremitas
superior
Dextra
Sinistra
-
Ekstremitas inferior
Dextra
+
-
Sinistra
+
-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah lengkap
No
1
Jenis Pemeriksaan
Hb
Hasil
04-11-2012
9,3 gr/dL ()
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Leukosit
Ht
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
4650 /ul ()
28 % ()
3,2 x 106 /ul ()
288.000/ul
85,7 fl
29,0 pg
33,8 %
12,9 %
10,3 fl
2. Hitung jenis
No
Pemeriksaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Basofil
Eosinofil
Neutrofil batang
Neutrofil Segmen
Limfosit
Monosit
Hasil
04-11-2012
0,2 %
5,8 % ()
0,00 % ()
77,4% ()
11,4 % ()
5,2 %
Jenis pemeriksaan
Ureum darah
Kreatinin darah
Gula darah sewaktu
Natrium
Kalium
Klorida
04-11-2012
310,7 mg/dl ()
27,82 mg/dl ()
114 mg/dl (N)
132 (N)
5,3 (N)
96 (N)
B. Pemeriksaan EKG
a. Sinus tachycardia
RESUME
1. Anamnesis
a) Keluhan utama: sesak napas
b) Keluhan tambahan : Mual, muntah, BAK kurang lancar, lemas.
c) Pasien memiliki riwayat hipertensi. Ibu pasien juga memiliki riwayat
hipertensi
d) Pasien mengaku belum pernah HD
Keadaan umum
: Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Vital sign
Tekanan darah
: 150/100 mmHg
Nadi
: 100 x/menit reg-reg, isi, tegangan: cukup
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu
: 36,2 C
d.
e.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Anemia ringan, Hb : 9,3
b) Peningkatan kadar ureum dan kreatinin. Ureum: 310,7, kreatinin:27,82
Glomerulo filtration rate (GFR) :
= (140 umur dalam tahun) x berat badan dalam Kg
Kreatinin x 72
= (140 48) x 65
27,82 x 72
= 2,98 gagal ginjal
c) Pemeriksaan EKG : sinus tachykardia
Diagnosis Kerja
Chronic Renal Failure (CRF)
USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ginjal
Laboratoris : Urinalisis meliputi: proteinuria, hematuria, leukosuria,
isotenuria.
Radiologis : USG : memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil,
korteks yang menipis, gambaran batas antara korteks dan medulla
: dubia ad malam
PEMBAHASAN
1. Definisi CKD
Suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. Kemudian gagal ginjal tersebut ditandai dengan suatu keadaan
klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, pada
suatu derajat tertentu memerlukan terapi ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal. (Suwitra, 2006)
2. Faktor resiko CKD
Faktor resiko dari CKD ada bermacam-macam diantaranya adalah : (Sign,
2008)
a. Diabetes Melitus
b. Hipertensi
c. Merokok
d. Penyakit kardiovaskular
e. Usia (meningkat pada usia lebih dari 65 tahun)
f. Penggunaan obat golongan anti inflamasi non steroid (AINS)
g. Obesitas dan status sosial ekonomi
Pada pasien tersebut setelah ditelusuri riwayat penyakitnya memiliki faktor
resiko yang memungkinkan menderita CKD misal riwayat hipertensi yang
menahun, riwayat merokok, dan status sosial ekonomi rendah yang masih
menggunakan JAMKESMAS untuk membiayai pengobatannya.
3. Klasifikasi CKD
Klasifikasi CKD dapat dibagi atas dasar derajat penyakit dan atas dasar
diagnosis etiologi. Berikut ini tabel klasifikasi CKD :
Klasifikasi CKD atas dasar derajat penyakit (Sign, 2008)
Derajat
Penjelasan
90
60 - 89
3A
45 59
30 44
3B
4
15 29
< 15
a. Rejeksi kronik
b. Keracunan obat
(siklosporin/takrolimus)
c. Penyakit recurent (glomerular)
d. Trnsplant glomerulopathy
hipokelemia.
Dermatologi : pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis, uremia frost.
Abnormal skeletal : osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalaisia.
Hematologi : anemia, defek kualitas flatelat, perdarahan meningkat.
Fungsi psikososial : perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan
proses kognitif.
5. Patogenesis dan Patofisiologi CKD
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses
yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan
hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving
nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokinin dan growth faktor. Hal ini mengakibatkan
terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan
aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya
diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit
dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis reninangiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap
terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut. Aktivasi jangka
panjang aksis reninangiotensin-aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth
factor seperti transforming growth factor (TGF-). Beberapa hal juga yang
dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronik
adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia,
dislipidemia. Terdapat
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30 %
mulai terjadi keluhan pada seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan
kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG kurang 30 % pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia,
peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium,
pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena
Beban Miokard
infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, maupun infeksi
saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau
Beban Awal
Kontraktilitas
otot elektrolit antara
Beban
hipervolumia, gangguan
keseimbangan
lainAkhir
natrium dan
di bawah zat
15 inotropik
% akan terjadi gejala
dan komplikasi
retensi cairan kalium. Pada LFG
pemberian
Tegangan
dinding yang
penggunaak diurasus
ventrikel
lebih serius danhipoksia
pasien sudah memerlukan terapi pengganti
ginjal (renal
replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada
Tek.sistol
keadaan ini pasien dikataan sampai Radius
pada stadium gagal
ginjal. (Suwitra,Tebal
ventrikel
intraventrikel
dinding
2006)
(retensi ci)
ventrikel
Pada pasien ersebut CKD dapat diakibatkan karena hipertensi sesuai
dengan etiologi yang sudah dijelaskan sebelumnya. Perjalanan penyakit dari
Gangguan suplai oksigen dan
hipertensi hingga
terjadi
gangguan
nutrisi
ke seluruh
baianfungsi
tubuh jantung dapat dijelaskan pada
penjelasan sebagai berikut :
Mekanisme kompensasi
Aktivasi:
Simpatoadrenal
RAAS
Endotelin
Arginin
Vasopressin
Sitokin
Hipertropi (remodeling)
ventrikel
Kebutuhan O2 jantung
Hipoksia jaringan
Iskemik miokardium
GAGAL JANTUNG
Respon Kompensatorik
aktivitas adrenergik
simpatis
Hipertrofi Ventrikel
volume sekuncup
meningkatkan respon
simpatis adrenergik
sehingga merangsang
pengeluaran
katekolamindari sarafsaraf adrenergic jantung
dan medulla adrenal.
Katekolamin berefek
inotropik positif pada
ventrikel sehingga
kontraksi ventrikel
meningkat dan curah
jantung akan bertambah
dan perfusi ke jaringan
tubuh meningkat.
Peningkatan kontraksi
mendorong perubahan
anatomis dari jantung
(hipertrofi).
Penurunan curah
jantung mengakibatkan
penurunan perfusi pada
organ lain terutama
ginjal. Hal ini
menyebabkan GFR
menurun dan
merangsang
pengeluaran renin oleh
apparatus
justaglomerulus. Renin
akan berinteraksi
dengan angiotensinogen
di darah sehingga
berubah menjadi
angiotensin I tidak
aktif,yang nantinya
akan dirubah menjadi
angiotensin II oleh
ACE. Angiotensin 2
akan menyebabkan
vasokontriksi pembuluh
darah dan merangsang
pengeluaran aldosteron
yang berfungsi untuk
retensi Na dan air.
Aktivasi system ini
menyebabkan tekanan
darah meningkat.
6. Penatalaksanaan CKD
Penatalaksanaan CKD sesuai dengan manifestasi klinis yang timbul dari
pasien tersebut. Permasalahan yang timbul pada pasien diantaranya adalah :
a. Sesak nafas
Sesak nafas pada pasien tersebut dapat dikarenakan asidosis metabolik
dengan ditandai adanya nafas kusmaul hal tersebut dapat diatasi dengan
pemberian Bicnat. Agar ion K+ dapat kembali ke intraseluler sehingga
keseimbangan asam basa pada tubuh pasien dapat kembali normal.
(Price, 2005)
b. Hipertensi
Terapi untuk mengatasi hipertensi pada pasien bertujuan untuk
pencegahan terhadap penyakit kardiovaskuler, terapi pilihan pada pasien
tersebut dapat diberikan obat anti hipertensi berupa : Angiotensin
converting enzym inhibitor dan Angiotensin receptor blocker karena
memiliki funsi sebagai cardioprotective dan renoprotective. Kedua obat
tersebut memiliki efek untuk melebarkan arteriol aferen ginjal dan
memiliki efek hipertensi intraglomerulus selain itu mengurangi
proteinuria efek dari tekanan darah sistemik. (Palmer, 2002)
c. Anemia
Anemia sering terjadi pada 80-90% pasien CKD karena defisiensi
eritropoietin. Pada kasus tersebut anemia bisa karena defisiensi besi atau
kehilangan darah karena keluhan hematuria. Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan untuk keluhan anemia adalah transfusi darah. Perlu
diperhatikan dalam melakukan transfusi darah, indikasi dan pemantauan
yang tepat dan akurat harus dilakuakn karena bisa mengakibatkan
kelebihan cairan, hiperkalemia, dan perburukan fungsi ginjal. (Suwitra,
2006)
d. Edema tungkai
Edema tungkai sebagai akibat kelebihan cairan dapat menggunakan
furosemid yang berfungsi sebagai obat diuretik yang menghambat
absorbsi natrium dan klorida, tidak hanya pada tubulus proksimal dan
tubulus distal, teteapi pada loop henle. Furosemide juga dapat berfungsi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Nursalam. 2006. Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Palmer, Biff F. 2002. Renal Dysfunction Complicated the Treatment of
Hypertension. The New England Journal of Medicine: Netherland. Vol.
347 No. 16
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi
6. Jakarta: EGC
Suwitra, Ketut. 2006. Penyakit Ginjal Kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.