You are on page 1of 76

Mas Yono, preman rendahan berani tebas leher tentara

Reporter : Islahudin
Jumat, 29 Maret 2013 17:04:00
Kategori
Peristiwa
Berita tag terkait
Mas Kris, preman penguasa judi Pasar Terban Yogya
TNI AD masih pakai peluru yang ditemukan di Lapas Cebongan

pisau ancam . shutterstock

26

Dalam struktur kategorisasi preman yang disusun Peneliti LIPI Ulil Amri, kelas
preman yang paling bawah adalah preman kecil. Jenis preman kecil ini adalah yang
paling bawah dalam struktur preman di Yogyakarta. Dalam pengamatan Ulil, ciri
preman kelas ini kerap menonjolkan ukuran tubuhnya dengan sering memakai baju
ketat dan memamerkan tato di bagian tubuhnya.

Sosok preman yang ditemui Ulil dalam kategorisasi ini adalah Mas Yono, 61 tahun,
bukan nama sebenarnya. Dalam penelitian Ulil, Mas Yono sering mangkal dan
berjaga di kawasan Pasar Terban, Yogyakarta. Dalam kesehariannya, Mas Yono
sering menggunakan celana pendek yang dipadu dengan kemeja ketat.

Dalam catatan Ulil, Mas Yono lahir di Jogoyudan, Yogyakarta. Keberingasan Mas
Yono, menurut Ulil, dimulai sejak duduk di bangku SMA. Ulil menuliskan, saat itu Mas
Yono duduk di kelas 2 SMA. Saat pelajaran olahraga, ada dari ucapan gurunya
membuatnya tersinggung. Tanpa berpikir panjang Mas Yono langsung memukul
sang guru. Sampai akhirnya dia dikeluarkan tanpa peringatan oleh pihak sekolah.

Setelah kejadian itu sikap bengalnya kian menjadi-jadi. Ulil menjelaskan, setelah
dikeluarkan dari sekolah Mas Yono mulai nekat mencuri, mencopet, hingga memalak
orang. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi keluarganya yang kurang
mampu.

Tak sampai di situ, perkembangan Mas Yono makin gemar menenggak minuman
keras. Sampai dalam suatu kejadian dia berselisih dengan salah satu anak komplek
militer yang tidak jauh dari rumahnya.

Tak tanggung-tanggung dia dan teman-temannya menyerang kompleks anak kolong


itu. Selain itu, dalam cacatan Ulil, Mas Yono juga pernah menebas kepala seorang
aparat Corps Polisi Militer (CPM). Setelah kejadian-kejadian itu Mas Yono makin
kerap meringkuk dalam kamar tahanan.

Namun, setelah bebas, reputasi sebagainya jagoan dan aksi-aksinya di jalanan,


membuatnya kerap ditawari kerjaan. Salah satunya Mas Yono ditawari sebagai
penjaga pasar, padahal sebelumnya di pasar itu statusnya hanya sebagai buruh
biasa. Pada 1984, Mas Yono adalah salah satu target operasi Penembak Misterius
yang digencarkan pemerintah Orde Baru. Mas Yono beruntung, dia bisa lolos dan
berusaha keluar dari dunia hitam itu.

Meski begitu keberuntungan masih juga mendekati Mas Yono. Pada 1987 dia masuk
dalam satgas Golkar untuk keamanan pemilu. Jabatannya tidak tanggung-tanggung,
sebagai komandan satgas. Dalam catatan Ulil, pada 1997, jabatan Mas Yono naik
menjadi pasukan elite satgas Golkar yang bernama Pasukan Khusus Cakra.

Setelah bergulir reformasi Mas Yono meninggalkan semua kegiatannya yang terkait
dengan dunia hitam. Oleh Mas Kris penguasa judi Pasar Terban Yogya, Mas Yono
dipercaya sebagai penjaga keamanan kawasan Terban termasuk Pasar terban,

tempat lokasi hari judi dilakukan saat itu. Setiap hari Mas Yono mendapat upah dari
Mas Kris atas tugasnya sebagai penjaga keamanan.

Joko dari Kampung Badran, preman cerdas penguasa Malioboro


Reporter : Islahudin
Jumat, 29 Maret 2013 12:05:00
Kategori
Peristiwa
Berita tag terkait
Mas Kris, preman penguasa judi Pasar Terban Yogya
Mas Yono, preman rendahan berani tebas leher tentara

Ilustrasi pisau pemburu. shutterstock.com/Ugorenkov Aleksandr

15

Tiga sosok preman di Yogyakarta yang ditelisik Ulil Amri pada 2004-2005 dituliskan
dengan detail dalam penelitiannya. Ketiga preman itu dituliskan seperti minibiografi, sesuai kelas, aksi dan jumlah aset ekonomi yang dimilikinya. Untuk
mendapatkan data itu, Ulil yang asli Makassar itu menjelaskan, bahkan dirinya
harus merengek-rengek untuk ikut melihat aksi sosok preman yang ditulis dalam
melakukan aksinya dalam mengambil upeti atau membagi hasil pada bawahannya.

Nama sosok-sosok preman Yogyakarta yang dituliskan itu menggunakan nama


samaran atau bukan nama asli. Menurut Ulil, itu sesuai dengan perjanjiannya
dengan narasumbernya.

"Saya tidak bisa memberitahukan siapa saja mereka. Saya sudah berjanji kepada
mereka. Tapi tentang ciri, aksi, kekuasaan, aset, dan tempat tinggal bisa saya
kisahkan," kata Ulil Amri, kini peneliti di Pusat Penelitian Sumber Daya Regional,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kepada merdeka.com pada Kamis
(28/3) malam.

Menurut Ulil, sosok preman Yogyakarta yang paling terkenal adalah Joko yang
berasal dari Kampung Badran. Dalam penelitian Ulil, tokoh preman Yogya yang
masuk dalam kategori preman Yogya kelas atas. Sosok Joko, menurut Ulil, adalah
sosok yang terkenal di seantero Yogyakarta. Sebagai preman, dia memiliki aset
kapital yang tidak sedikit, mulai dari angkutan umum hingga mobil pribadi.

"Orang Yogya bisa menebak orangnya. Orangnya sudah meninggal," ujar Ulil lebih
lanjut.

Menurut Ulil, Joko memiliki kekuasaan sekitar Jalan Malioboro Yogyakarta, lalu
perjudian dan prostitusi di Pasar Kembang, hingga perjudian di kawasan Terban.
Menurut Ulil, Joko ini adalah salah satu pentolan satgas dari Partai Persatuan
pembangunan pada masa Orde Baru. Kelak jabatannya sebagai pentolan dan
kedekatannya dengan pihak partai berlambang Kabah itu melejitkan namanya
dalam jagat hitam Yogyakarta.

Dari penjelasan Ulil, tampilan fisik Joko biasa saja, ukuran badannya seperti orang
Jawa kebanyakan. Tinggi badannya sekitar 175 cm. Kulitnya coklat kehitaman, sorot
matanya tajam selalu awas pada orang di sekelilingnya, dan suaranya terdengar
keras atau melengking bila marah. Joko memiliki pembawaan yang selalu emosional
dan meledak-ledak.

Kisah kerasnya kehidupan Joko dimulai sejak tahun 80-an. Dia menikah pada umur
17 tahun pada 1979 dan anak pertamanya lahir setahun kemudian. Pada masa itu,
entah karena sial atau kenapa, dalam penelitian Ulil, Joko terlibat baku hantam

dengan seorang perwira tinggi militer di Yogyakarta. Dalam perkelahian itu, Joko
mengakhiri hidup sang perwira itu.

Setelah kejadian itu, Joko menjadi buronan petugas keamanan di Yogyakarta saat
itu. mengetahui diri menjadi buron, Joko melarikan diri ke Jombang. Di kampung
santri itu, Joko ia menimba ilmu agama. Namun tidak sampai setahun, dia kembali
ke Yogya dan langsung ditangkap dan dijebloskan di penjara.

Dari penelitian Ulil menyebutkan, masa muda Joko seperti berlangganan dengan sel
penjara. Setelah melewati masa tahanan, Joko bukannya berubah. Sikap
serampangan dan gampang membunuh orang kian menjadi-jadi. Dari hasil
wawancara yang didapatkan Ulil, Joko bahkan pernah membacok orang dengan
clurit lantaran cek-cok di sebuah bengkel dekat Kantor PLN Jalan Mangkubumi,
Yogyakarta. Akibat perbuatannya itu Joko kembali masuk penjara selama tiga tahun
lebih.

Dalam sel di penjara, Joko di tempatkan dengan tahanan yang memiliki jenis
kejahatan pembunuhan juga. Dari situ, Joko jeli membangun persahabatan dengan
sesama tahanan. Kelak setelah keluar dari penjara, Joko menghidupkan kembali
hubungan pertemanannya itu dalam bentuk relasi kelompok bisnis keamanan di
Yogyakarta.

Statusnya yang pernah membunuh perwira militer seperti memiliki tempat


tersendiri di kalangan preman Yogyakarta. Nama Joko kian melambung, malah
hubungan semakin dekat dengan kalangan militer. Bahkan Ulil menuliskan, Joko
seperti direkrut sebagai kaki tangan tentara seperti agen rahasia yang dilengkapi
dengan pistol revolver. Pelan-pelan, kehidupan Joko secara ekonomi semakin
membaik.

Tidak lama berselang, Joko bergabung dengan salah satu satuan tugas Partai
Persatuan Pembangunan pada masa Orde Baru. Posisinya sebagai pentolan
keamanan untuk PPP kian melambungkan namanya di kalangan elit dan pejabat di
Yogyakarta. Di kalangan elit Yogya, dari penuturan Ulil, Joko dikenal memiliki
kemampuan lobi yang mumpuni. Selain itu Joko terus mengasah kemampuannya
dengan kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Janabadra, Yogyakarta.

Tidak sampai di situ, Joko juga terus belajar Bahasa Inggris dengan mentor khusus.
Dalam penuturan Ulil, dalam waktu-waktu tertentu, Joko menyempatkan diri jalanjalan ke berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Menurut Ulil, hal itu dilakukan
Joko untuk mengetahui kondisi politik nasional atau internasional.

Dari segi kehidupan sosial, Ulil menjelaskan, sosok Joko dalam lingkungan akrab
seperti masyarakat umumnya. Joko juga gambarkan sebagai sosok yang dekat
tokoh-tokoh pemuka agama di Yogyakarta. Bahkan dalam penelitian Ulil, Joko
dikenal sebagai penderma dan pemborong pembuatan masjid di Yogyakarta.
Jumlahnya masjid yang dibikinnya mencapai 17 masjid.

Cerita Soeharto mau diperas kiai


Setelah lengser sebagai presiden tahun 1998, masih banyak banyak tamu yang
mengunjungi Soeharto. Sebagian besar datang untuk memberikan simpati. Tapi ada
juga yang mencoba menarik keuntungan dari mantan orang terkuat itu.

Tak tanggung-tanggung, seorang kiai terkenal malah mencoba memeras Soeharto.


Hal itu dituturkan mantan ajudan Soeharto Brigjen Pol Anton Tabah dalam buku 'Pak
Harto The Untold Stories' terbitan Gramedia Pustaka Utama.

Peristiwanya terjadi tahun 2000, kiai terkenal itu datang mau menanam tanah di
sudut-sudut rumah Soeharto di Jl Cendana. Kiai itu mengatakan tanah itu berasal
dari makam Wali Songo. Tak cuma itu, ada juga kertas yang berbunyi "Wahai
Pangeran Diponegoro, kami mohon perlindunganmu..."

Brigjen Anton Tabah merasa tindakan kiai itu sudah musyrik. Anton pun mendekati
Soeharto. Sambil memijit kaki Soeharto, Anton menceritakan kisah Nabi Yunus yang
ditelan ikan. Dalam perut ikan, Nabi Yunus terus mengucap doa tiada Tuhan selain
Allah.

"Meminta pertolongan kepada selain Allah itu kan musyrik ya, Pak? Bapak sudah
teraniaya, mohon jangan sampai terjebak musyrik. Seandainya kita boleh minta

tolong kepada yang telah mati, maka lebih tepat kita minta tolong kepada Nabi
Muhammad SAW. Tetapi itu pun kan tidak juga tidak boleh Pak," katanya.

Soeharto mengangguk-angguk mendengar cerita Anton. Beberapa hari kemudian,


Soeharto kembali memanggil Anton.

"Kamu benar, Ton. Kiai itu tidak benar, dia meminta uang yang sangat banyak pada
saya. Jika kiai itu datang lagi, supaya disuruh pulang saja," kata Soeharto.

Anton mengaku disalami seluruh staf di kediaman Pak Harto karena peristiwa itu.

Mengenai mistik dan kepercayaan, Soeharto mengaku memang sudah dekat


dengan ilmu kebatinan sejak kecil. Tapi menurutnya ilmu kebatinan berbeda dengan
klenik. Ilmu kebatinan adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

"Sesuai dengan peninggalan nenek moyang kita. Ilmu kebatinan itu adalah untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan. Mendekatkan batin kita kepada-Nya. Orang
kadang-kadang salah kaprah, mengira ilmu kebatinan itu ilmu klenik," kata
Soeharto dalam biografi 'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang ditulis
G Dwipayana dan Ramadhan KH.

5 Cerita Malaysia hormati Presiden


Soeharto
Sebagai negara bertetangga, hubungan Indonesia dan Malaysia sering panas
dingin. Dulu Presiden Soekarno mengobarkan perang gerilya dengan Malaysia
periode 1963. Namun setelah Soekarno jatuh, Soeharto tak berniat melanjutkan
peperangan itu.

Soeharto secara perlahan menggagas perdamaian antar kedua negara. Malaysia


menyambut baik uluran perdamaian Indonesia. Kala itu mereka pun kewalahan
menghadapi gerilyawan Kalimantan yang sebenarnya pasukan elite TNI. Malaysia

bahkan sampai meminta bantuan pasukan elite Inggris dan negara


persemakmuran.

Perdana Menteri Malaysia Tun Mahatir bin Mohamad kemudian menjadi sahabat
Soeharto. Dia memuji kepemimpinan Soeharto yang berwibawa. Kala itu Malaysia
sangat menghormati Indonesia.

Saya merasa terhormat dapat diterima Pak Harto sebagai sahabat," kenang Mahatir
dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories' terbitan Gramedia Pustaka Utama.

Berikut cerita-cerita penghormatan Malaysia untuk Soeharto:


1. Ada Kampung Soeharto di Malaysia

Felda Soeharto atau kampung Soeharto terletak di Selangor, Malaysia. Luasnya


sekitar 2.909,35 hektar. Ada juga klinik kesehatan yang bernama Soeharto di
sana.

Kampung ini diberi nama Soeharto untuk menghormati Presiden kedua RI. Pada
tahun 1977, Soeharto dan Ibu Tien mengunjungi Felda Sungai Dusun. Sebagai
penghormatan nama kampung ini diubah menjadi Felda Soeharto.

Kunjungan Soeharto ke Selangor sekaligus mencairkan hubungan IndonesiaMalaysia yang sempat tegang akibat konfrontasi Ganyang Malaysia yang dicetuskan
Soekarno.
2. 'Seorang yang benar-benar, sungguh-sungguh'

"Seorang yang benar-benar, sungguh-sungguh," puji Perdana Menteri Malaysia


Tunku Abdul Rahman saat berdialog dengan Presiden Soeharto soal Selat Malaka.
Pertemuan keduanya berlangsung tahun 1970.?

Tunku Abdul Rahman memuji Soeharto karena komitmennya mewujudkan


perdamaian antara Indonesia dan Malaysia. Menurutnya Soeharto berperan besar
untuk mengembangkan hubungan baik antara negara jiran ini.

Tunku Abdul Rahman berkonfrontasi dengan Soekarno saat Dwikora. Baru setelah
Soekarno dilengserkan Soeharto kedua negara memasuki era baru.
3. Menghormati Pak Harto sebagai pemimpin ASEAN

Pujian ini dicetuskan oleh mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohamad.
Menurut Mahatir, Soeharto sangat disegani para pemimpin di ASEAN. Indonesia kala
itu memegang peranan penting di Asia Tenggara,

"Di ASEAN, Pak Harto memainkan peranan yang sangat penting. Para pemimpin
negara ASEAN mendudukkan Pak Harto sebagai orang tua. Kejatuhan Pak Harto
merupakan kerugian yang besar di Asia Tenggara karena beliau sangat dihormati
oleh para pemimpin Asean lainnya," kenang Mahatir dalam buku Pak Harto The
Untold Stories terbitan Gramedia Pustaka Utama.

Indonesia pun digelari Big Brother di ASEAN. Mereka sering menunjuk Indonesia
untuk menjadi penengah bila ada konflik.
4. 'Indonesia lebih jaya dari Malaysia'

Saat Soeharto berkuasa, Perdana Menteri Mahatir Mohammad tak pernah


meremehkan Indonesia. Dia membenarkan infrastruktur di Malaysia lebih maju.
Tetapi itu disebabkan wilayah Malaysia lebih kecil.

"Kita tidak boleh membandingkan Indonesia dengan Malaysia. Indonesia adalah


negara yang luas dengan banyak pulau, jumlah penduduk yang besar dengan sukusuku yang dimiliki. Sedangkan Malaysia adalah negara kecil sehingga lebih mudah
kami mengurus sesuatu. Jadi kejayaan Pak Harto lebih besar dibandingkan kejayaan
di Malaysia," kenang Mahatir di buku Pak Harto The Untold Stories terbitan
Gramedia Pustaka Utama.

Begitu dengan Singapura yang merupakan negara paling maju di Asia Tenggara.
Mahatir menilai Singapura hanya negara kota.

"Melihat Indonesia tidak bisa sama dengan melihat Malaysia. Sama halnya melihat
Malaysia dengan Singapura, karena Singapura hanya sebuah bandar (kota). Dengan
demikian, mengelola sebuah negara yang kecil lebih mudah dibandingkan
mengelola sebuah negara yang besar.
5. 'Indonesia dan Malaysia satu bangsa'

Menurut mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohamad Indonesia adalah satu
bangsa. Begitu juga Soeharto yang menganggap Indonesia dan Malaysia
bersaudara.

"Pak Harto menganggap Malaysia sebagai bangsa yang serumpun, begitu pula saya
menempatkan Indonesia sebagai bangsa serumpun. Hanya karena sejarah yang
membuat Indonesia dan Malaysia terpisahkan, namun sesungguhnya kedua bangsa
berasal dari satu bangsa."

"Dimana-mana, dalam hubungan dua negara selalu ada konflik. Secara geografis
Malaysia berada di tengah-tengah di antara lima negara ASEAN. Dengan setiap
negara, Malaysia memiliki masalah. Malaysia memiliki masalah dengan Thailand,
Singapura, Philipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia, tetapi yang paling mudah
diselesaikan adalah dengan Indonesia. Jadi saya merasa berutang budi terhadap
Indonesia dan Pak Harto," puji Mahatir.

Kisah Kapten KKO Winanto angkat jenazah


Pahlawan Revolusi
Hari ini tepat 47 tahun lalu jenazah tujuh pahlawan revolusi diangkat dari
Lubang Buaya. Mengangkat jenazah tujuh pahlawan revolusi di Lubang
Buaya bukan perkara gampang. Kondisi sumur yang dalam dan mayat yang
mulai membusuk, membuat evakuasi sulit dilakukan. Tapi para prajurit Kompi

Intai Amfibi Korps Komanda Angkatan Laut (KIPAM KKO-AL), tak mau
menyerah.

Sebenarnya jenazah sudah ditemukan sejak tanggal 3 Oktober 1965, atas


bantuan polisi Sukitman dan masyarakat sekitar. Peleton I RPKAD yang
dipimpin Letnan Sintong Panjaitan segera melakukan penggalian. Tapi
mereka tak mampu mengangkat jenazah karena bau yang menyengat.
Jenderal Soeharto pun memerintahkan penggalian dihentikan pada malam
hari. Penggalian akan kembali dilanjutkan keesokan harinya.

Dalam buku Sintong Panjaitan, perjalanan seorang prajurit para komando


yang ditulis wartawan senior Hendro Subroto, dilukiskan peristiwa seputar
pengangkatan jenazah. Kala itu Sintong berdiskusi dengan Kopral Anang,
anggota RPKAD yang dilatih oleh Pasukan Katak TNI AL. Anang mengatakan
peralatan selam milik RPKAD ada di Cilacap, hanya KKO yang punya
peralatan selam di Jakarta.

Singkat cerita, KKO meminjamkan peralatan selam tersebut. Tanggal 4


Oktober, 47 tahun lalu, Tim KKO dipimpin oleh Komandan KIPAM KKO-AL
Kapten Winanto melakukan evakuasi jenazah pahlawan revolusi. Satu
persatu pasukan KKO turun ke dalam lubang yang sempit itu.

Pada pukul 12.05 WIB, anggota RPKAD Kopral Anang turun lebih dulu ke
Lubang Buaya. Dia mengenakan masker dan tabung oksigen. Anang
mengikatkan tali pada salah satu jenazah. Setelah ditarik, yang pertama
adalah jenazah Lettu Pierre Tendean, ajudan Jenderal Nasution. Pukul 12.15
WIB Serma KKO Suparimin turun, dia memasang tali pada salah satu
jenazah, tapi rupanya jenazah itu tertindih jenazah lain sehingga tak bisa
ditarik.

Lalu giliran Prako KKO Subekti yang turun pukul 12.30 WIB. Dua jenazah
berhasil ditarik, Mayjen S Parman dan Mayjen Suprapto. Pukul 12.55 WIB,
Kopral KKO Hartono memasang tali untuk mengangkat jenazah Mayjen MT
Haryono dan Brigjen Sutoyo.

Pukul 13.30 Serma KKO Suparimin turun untuk kedua kalinya. Dia berhasil
mengangkat jenazah Letjen Ahmad Yani. Dengan demikian, sudah enam
jenazah pahlawan revolusi yang ditemukan.

Sebagai langkah terakhir, harus ada seorang lagi yang turun ke sumur untuk
mengecek apakah sumur sudah benar-benar kosong. Tapi semua penyelam
KKO dan RPKAD sudah tak ada lagi yang mampu masuk lagi. Mereka semua
kelelahan. Bahkan ada yang keracunan bau busuk hingga terus muntahmuntah.

Maka Kapten Winanto sebagai komandan terpanggil melakukan pekerjaan


terakhir itu. Dia turun dengan membawa alat penerangan. Ternyata benar, di
dalam sumur masih ada satu jenazah lagi. Jenazah Brigjen DI Panjaitan.
Dengan demikian lengkaplah sudah jenazah enam jenderal dan satu perwira
pertama TNI AD yang hilang diculik Gerakan 30 September.

Kapten KKO Winanto sendiri terus melanjutkan karirnya di TNI AL. Lulusan
Akademi Angkatan laut tahun 1959 ini pernah menjabat Komandan Resimen
Latihan Korps Marinir, Komandan Brigade Infanteri 2/Marinir sebelum pensiun
sebagai Gubernur AAL.

Marsekal Madya Purnawirawan Winanto meninggal Minggu, 2 September


2012 pukul 22.15 WIB dalam usia 77 tahun di kediamannya Jl Pramuka no 7,
Kompleks TNI AL, Jakarta Pusat. Jenazahnya dimakamkan dengan upacara
militer di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat.

Diajak Arisan, Pendekar Kera Sakti Ajak Duel

Nasional - Jumat, 18 November 2011 | 16:16 WIB

INILAH, Jombang - Ikrar damai antar perguruan silat yang digelar di Mapolres
Jombang diwarnai ketegangan. Hal itu terutama antara perwakilan dari PSHT
(Persaudaraan Setia Hati Terate) dengan IKS PI (Ikatan Keluarga Silat Putra
Indonesia) Kera Sakti, Jumat (18/11/2011).

Suasana tegang itu bermula saat Ketua PSHT Jombang, Suryono


melemparkan ide ke forum yang dihadiri seluruh pimpinan perguruan silat
dan juga Muspida. Suryono mengatakan, untuk menjalin keakraban antar
perguruan silat, harus diadakan pertemuan rutin. Bentuk konkret dari
pertemuan itu semisal menggelar arisan antar perguruan.

"Dengan adanya pertemuan rutin, maka ikatan emosional antar perguruan


bisa terjaga. Apalagi di Jombang sudah ada enam perguruan silat yang
bernaung dibawah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)," kata Suryono
dihadapan forum.

Namun lontaran ide itu disambut dengan sinis oleh Ketua IKS PI Kera Sakti,
Atim. Menurutnya, ide arisan itu sesuatu yang lucu. Karena yang
mengadakan acara tersebut adalah perguruan silat. Lebih tepatnya, menurut
Atim, pertemuan itu diisi dengan acara perkelahian antara pimpinan
perguruan silat.

"Perguruan silat kok mengadakan arisan, yang paling tepat adalah


perkelahian antar pimpinan perguruan silat. Itu baru ide menarik," kata Atim
dengan nada sinis.

Ketegangan itu langsung ditengahi oleh Kapolres AKBP Marjuki dan juga
Wabup Jombang, Widjono Soeparno. Mereka berharap, kejadian di kawasan
hutan Sukodadi Kabuh itu tidak terulang lagi. Selain itu, mereka juga
berharap agar Jombang tetap kondusif. "Jangan sampai ada perkelahian
lagi," kata Kapolres.

Widjono menambahkan, ia cukup prihatin dengan tragedi berdarah antar


perguruan silat di Jombang. Pasalnya, masyarakat Jombang selama ini selalui
mengedepankan toleransi. Hal itu tidak lepas dari wilayah Jombang yang
merupakan masuk budaya Arek dan Mataraman. "Jangan sampai budaya
toleransi itu terkotori," katanya berpesan.

Widjono sepakat dengan diadakannya pertemuan rutin antar perguruan silat.


Dengan demikian, seluruh perguruan yang ada bisa saling mengenal. "Kami
minta kepada KONI agar acara pertemuan itu segera diagendakan," kata
Widjono.

Dalam acara tersebut seluruh Perguruan silat yang hadir membacakan ikrar
damai. Selain itu mereka juga menandatangani kesepakatan secara
bersama. Perguruan yang hadir meliputi PSHT (Persaudaraan Setia Hati
Terate), IKS PI Kera Sakti, Tapak Suci, Pagar Nusa, Nurharias, serta Persinas
Asad LDII.[beritajatim]
PSHT

Surabaya, Indonesia
|

Reply

Report Abuse
|
Judge it!
|
#2
Nov 19, 2011

Kera Sakti Gebuki Pendekar SH Teratai di Kediri

Nasional - Minggu, 20 November 2011 | 10:47 WIB

INILAH, Kediri - Petugas Polres Kediri Kota memanggil tiga orang saksi dari
dua perguruan silat, Kera Sakti dan Setia Hati Teratai (SHT). Menyusul, aksi
penyerangan yang dilakukan kawanan pria yang diduga berasal dari
pendekar perguruan Kera Sakti terhadap seorang pemuda pendatang dari
salah satu suku di Indonesia, yang dikabarkan dari SHT.

"Benar, Sabtu (19/11/2011) sore ada seorang pemuda pendatang, suku


tertentu didatangi kawanan orang. Kemudian dipukuli beramai-ramai.
Bahkan, saya sendiri sempat datang ke lokasi," ujar Kapolres Kediri Kota
AKBP Ratno Kuncoro kepada beritajatim, Minggu (20/11/2011)

AKBP Ratno Kuncoro mengakui, ada indikasi konflik antar perguruan, sebagai
latar belakang persoalan itu. Tetapi, kapolres belum bisa memastikan
penyerangan tersebut apakah ada kaitannya dengan insiden penyerangan
beberapa pendekar SHT terhadap Kera Sakti di Kabupaten Jombang,
beberapa waktu lalu.

"Kita tidak bisa mengkait-kaitkan dengan persoalan di daerah lain. Tetapi


memang, masih-masing perguruan silat memiliki solidaritas yang kuat,"
terangnya, menambahkan.

Informasi yang berhasil dihimpun, aksi penyerangan itu berlangsung di


daerah Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, sekitar pukul 09.00 WIB. Pelaku
diperkirakan lebih dari lima orang. "Kami juga berencana mengundang
pimpinan (ketua) dari kedua belah perguruan tersebut. Nantinya, akan kita
ajak berkomunikasi dengan baik," kata dia.[beritajatim]
PSHT

Surabaya, Indonesia

Reply

|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#3
Nov 19, 2011

IKS minta dibacok lagi!


PSHT

Surabaya, Indonesia
|
Report Abuse
|

Reply

Judge it!
|
#4
Nov 19, 2011

Buntut Bentrok Pendekar Silat

Perguruan Kera Sakti Ancam Kerahkan Massa

Jum'at, 18 November 2011 13:04:07 WIB

Jombang (beritajatim)- Perguruan Kera Sakti Jombang mendesak aparat


kepolisian segera menangkap pelaku penyerangan di kawasan hutan
Sukodadi Kecamatan Kabuh, Jombang. Jika tidak, perguruan tersebut akan
menurunkan massa dan bertindak sendiri.

Pernyataan itu dilontarkan Atim, Ketua Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia
(IKS PI) Kera Sakti Jombang usai mengikuti ikrar damai antar perguruan silat
se-Kabupaten Jombang, di Mapolres setempat, Jumat (18/11/2011). "Kami
berharap polisi segera menangkap pelaku penyerangan yang membuat 6
pesilat Kera Sakti terluka," kata Atim menegaskan.

Atim juga mempertanyakan keseriusan polisi dalam menangani kasus


berdarah itu. Pasalnya, hingga saat ini hanya ada satu anggota PSHT yang
ditangkap. Dia khawatir, tragedi tersebut menguap di tengah jalan. "Sekali
lagi, kami berharap polisi benar-benar memegang komitmen," ujarnya.

Merespon keraguan 'Kera Sakti' itu, Kapolres Jombang AKBP Marjuki


mengatakan, pihaknya tidak main-main dalam menangani kasus tersebut.

Hal itu terbukti sudah ditangkapnya seorang anggota PSHT. Dari


pengembangan penyelidikan, pihak kepolisian juga sudah mengantongi
enam nama yang terlibat dalam bentrok tersebut. Seluruh nama tersebut
merupakan warga Lamongan.

Marjuki mengungkapkan, anggotanya sudah memburu enam nama tersebut.


Hanya saja, hingga saat ini seluruh DPO (Daftar Pencarian Orang) itu
menghilang. Enam orang itu sudah hingga saat ini belum kembali ke rumah.
Selain itu, lanjut Marjuki, pihaknya juga sudah mengantongi nama aktor di
balik tragedi tersebut.

Seperti diberitakan, rombongan KS dalam perjalanan menuju Lamongan usai


mengikuti kegiatan kenaikan tingkat di Madiun. Namun saat memasuki Jalan
Raya kawasan Kabuh Jombang, rombongan sebanyak tujuh truk ini dihadang
massa yang berjumlah sekitar 300 orang.

Ratusan orang itu melempari truk dengan batu. Setelah truk berhenti, massa
yang muncul dari hutan itu menyerang anggota KS menggunakan pedang
dan celurit. Bahkan, menurut pengakua korban, penyerang itu juga
melemparkan bom molotov. Karena lawannya menggunakan senjata tajam,
anggota KS kocar-kacir.

Akibat kejadian itu, enam anggota KS mengalami luka bacok dan dilarikan ke
RSUD Jombang. Bahkan satu diantaranya mengalami kritis karena luka bacok
di kepala. Selain itu, tujuh truk yang digunakan oleh rombongan juga rusak.
Kaca depan truk tersebut hancur terkena lemparan batu.[suf/but]
PSHT

Surabaya, Indonesia
|

Reply

Report Abuse
|
Judge it!
|
#5
Nov 19, 2011

Kronologi Bentrok Kera Sakti & PSH Terate

Jum'at, 18 November 2011 14:44:24 WIB

Jombang (beritajatim)- Kepolisian resor Jombang membeberkan kronologi


bentrok dua perguruan silat di kawasan hutan Desa Sukodadi Kecamatan
Kabuh Kabupaten Jombang, Minggu lalu. Kronologi secara detail itu
disampaikan Kapolres Jombang AKBP Marjuki, Jumat (19/11/2011).

Ia menjelaskan, bentrok berdarah itu terjadi pada Minggu (13/11/2011)


sekitar pukul 08:00 WIB. Sebelumnya, Minggu pagi kepolisian sudah
mengetahui ada iring-iringan tujuh truk rombongan Kera Sakti dari Madiun
menuju Lamongan. Melihat hal itu, polisi langsung siaga. Sebanyak 15
anggota polsek Kabuh mencegat rombongan di perbatasan Kecamatan Ploso
- Kabuh. Tepatnya di Dusun Jatisari Desa Kedungjati, Kabuh.

Begitu iring-iringan lewat, korps berseragam cokelat yang dipimpin Kapolsek


Kabuh AKP Suahrtono langung menghentikan. Selanjutnya, masing-masing
korlap dalam satu truk dipanggil. Polisi memperingatkan agar seluruh
rombongan menjaga kondusifitas. Pasalnya, sejak berangkat ke Madiun
sehari sebelumnya, rombongan tersebut sudah mengundang ketegangan.

Anggota rombongan berteriak-teriak sepanjang jalan serta sempat


melempari batu pada orang yang ada di pinggir jalan. "Masing-masing korlap
sudah kita peringatkan agar menjaga kondusifitas. Dan kami dari kepolisian
siap mengawal. Akhirnya, himbauan itu disepakati. Sebanyak 15 anggota
Polsek Kabuh mengiringi," kata Kapolsek Kabuh, AKP Suhartono saat
memberikan presentasi dalam ikrar damai perguruan silat se-Jombang,
Jumat (18/11/2011) di Mapolres setempat.

Awalnya perjalanan berlangsung aman. Namun memasuki kawasan hutan


Dusun Klubuk Desa Sukodadi atau sekitar 275 meter sebelum masuk
Lamongan, tiba-tiba muncul sekelompok orang dari hutan. Mereka mencegat
dengan cara melempari batu. Polisi yang berada paling depan langsung
mengambil tindakan. Tembakan peringatan diletuskan. Mendengar pistol
menyalak, para pencegat itu lari tunggang langgang masuk hutan.

Situasi kembali normal, perjalanan rombongan Kera Sakti kembali


dilanjutkan. Namun sayangnya, 75 meter sebelum memasuki wilayah
Lamongan, iring-iringan pesilat IKS PI Kera Sakti justru turun dari atas truk.
Mereka melempari kelompok yang masuk hutan itu menggunakan batu. Nah,
dari situlah kelompok penyerang yang diduga dari PSHT (Persaudaraan Setia
Hati Terate) terpancing lagi.

Mereka keluar lagi dari hutan. Bentrok berdarah tak terelakkan. Karena
jumlah massa yang mencapai ratusan, polisi kuwalahan. "Seandainya
rombongan Kera Sakti tidak turun dari truk, maka bentrok bisa terhindarkan.
Kita sudah berusaha mengamankan, namun pesilat Kera Sakti justru
mengejar dan melempari penyerang dengan batu," tambah Suhartono.

Suhartono mengungkapkan, penyerang yang muncul dari hutan itu


membawa persenjataan mulai dari pedang, celurit, parang, bom molotov,
serta batu. Karena kalah persenjataan, para pesilat Kera Sakti lari tunggang
langgang. Mereka ada yang menyelamatkan diri ke hutan serta ke
pemukiman warga. Tiga puluh menit kemudian, bantuan pengamanan dari
Polres Jombang datang. Situasi yang mencekam, secara perlahan bisa
dikendalikan.

Berdasarkan pendataan yang dilakukan petugas, jumlah anggota Kera Sakti


yang ikut dalam rombongan tersebut sebanyak 431 orang. Sedangkan dari
penyerang, belum teridentifikasi secara jelas. Namun diperkirakan jumlahnya
lebih dari 100 orang. Usai kejadian, polisi mengamankan berbagai senjata
tajam tersebut. "Paling banyak senjata tajam itu kita amankan dari truk milik
Kera Sakti," kata Suhartono.

Selain itu, petugas juga menyita sejumlah bom molotov, dua kardus batu,
serta ikat pinggang yang ujungnya terbuat dari gear sepeda, serta sebuah
baju seragam milik PSHT.[suf/but]
PSHT

Surabaya, Indonesia

Reply

|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#6
Nov 20, 2011

Ga nyangka, kera sakti masih punya nyali ajak SHT duel.


iks

United States
|

Reply

Report Abuse
|
Judge it!
|
#7
Nov 20, 2011

smua udah lupa dgn sumpah pemuda,pdahal para pejuang kt dl,tanpa dapat
makan dia perang untk memerdekakan negara ini,kok skrg mlh jiwa pemuda
nya sendiri yg merusak citra.aduh jd ingat ms lalu.
PSHT

Surabaya, Indonesia

Reply

|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#8
Nov 20, 2011

Sok ngajak duel, dibabat terbirit-birit ngumpet di belakang pantat aparat.

Setia Hati Terate Jaya

Sidoarjo, Indonesia

Reply

|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#9
Nov 20, 2011

Judged:

1
Kalau diajak damai nggak mau, ya apa boleh buat....
nek maunya duel "yo monggo"...
ikspi

Surabaya, Indonesia
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#10

Reply

Nov 20, 2011

Judged:

5
tunggu tanggal mainya

Indoneisa sejati

Since: Oct 10

696

Jakarta, Indonesia
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#11
Nov 20, 2011

Reply

Judged:

2
benginilah kalau singa dan harimau berada di satu hutan, mereka pasti akan
saling berkelahi.
karena baik singa ataupun harimau tak pernah mengenal takut terhadap
apapun.
berbeda dengan monyet yang biasa maling, monyet maling itu makhluk
pengecut yang hanya bisa ngebacot tanpa punya nyali.
PSHT

Jakarta, Indonesia

Reply

|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#12
Nov 22, 2011

Dari kterangan diatas sdah dibuktikan bhwa yg bwat gara'' dLuan itu anak
ikspi jdi buat pak atim jngan sombong ingin mngeluarkan masa
seenak'nya.Arek ikspi msih sdikit di banding'kan arek PSHT jdi di jaga
omongan'nya...
Didesa saya arek ikspi buat ulah truz kLau pngen kami hancurkan dari dulu
sdah kami hancurkan mreka ltihan'nya bkan Ltihan pendekar...
Ltihan jam 4 sore mLae jam 5 sore sdah pLang...

raja duel

Jakarta, Indonesia

Reply

|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#13
Nov 22, 2011

Judged:

1
jangan omong tok.,.,.,,ketek elek.,....
mau masal.,.mau kentut tak enteni.,....gowo totong seng dowo kontol
iku.,.tak idek raine.,.,.,.,..
Pesilat Indonesia

Serang, Indonesia
|
Report Abuse

Reply

|
Judge it!
|
#14
Nov 22, 2011

Judged:

1
Pak Atim yang Gagah, dari awal aparat punya kronologisnya,smpai dgn
pertemuan tokoh silat di Mapolres Jombang ternyata yang provokatif toh
anda sendiri, trus mau diplintir kemana faktanya, dari sekian perguruan apa
anda pernah denger mereka ribut sama SH terate, dimana-mana dalam
event maupun di luar event kami bisa harmonis. menurut saya kalo saat ini
Pak Atim masih berwujud manusia alangkah baiknya bertobat menurut
agama dan budaya manusia, sebelum anda menjadi monyet beneran.
sebagai pesilat kami tentu prihatin kalo sampai tabiat Bapak menular luas
digenerasi yg tidak berdosa.
insan silat

Serang, Indonesia
|
Report Abuse
|
Judge it!

Reply

|
#15
Nov 22, 2011

benar juga ya, bagaimana bisa berfikir manusiawi, kawanan monyet di


angkut truck lewat kota, spanjang jalat berangkat bikin ulah dan lemmpari
warga di pggir jalan, sudah pasti warganya marah balik dari madiun dicegat
deh!saya juga tertarik dengan pernyataan Pak Atim, belum tentu pernyataan
Pak Atim bisa diterima para monyet,klo bahasa arisan itu yang di maksud
mungkin IPSI yg bisa menerjemahkan bukan monyet, arisanya pesilat
menurut saya ya Event yang di selenggarakan oleh IPSI/ KONI yang nggak
habis fikir di mana kawanan monyet2 itu saat event di gelar? masyarakat
tdak asing sma Tp. Suci, P. Diri, Sh terate dll di lingkungan mereka maupun di
gelanggang pertandingan.(Pak Atim mgkin tampak gagah didengar kawanan
monyet tapi masyarakat lah yg tahu)dan tlong Pak Atim berkaca dulu ya,
makasih.. slam insan silat
Silat banten

Serang, Indonesia

Reply

|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#16
Nov 22, 2011

kami mendkung apa yang nyatakan Pak Atim, tentu duel yang di maksud
bukan hanya di bibir, emang indonesia masih butuh orang jualan kecap
palsu, merasa nomor satu tapi gak ada tertarik.klo Monyet sakti itu dah

membumi kok di banten gak ada, pasti kecap palsu gak laku di banten.
orang banten tu selektif loh apa2 harus 100% halal dan kwalitas baik di
mulut juga hebat di lapangan (medan tanding, sering sih aku lihat moyet tapi
yang di rante itu (tndak monyet)itu sih gak membumi Pak Atim tapi cari
nafkah, klo itu sih saya dkung, dah dulu lah gak pnting...

Pengakuan Pak Harto soal perebutan RRI dan Halim dari PKI
Reporter : Mardani
Senin, 1 Oktober 2012 15:08:35
Figure terkait
Soeharto
Soekarno
Kategori
Peristiwa
Berita tag terkait
Pidato Soeharto saat menemukan jenazah pahlawan revolusi
5 Cerita tragis akhir hidup tokoh PKI

Letkol Untung. wikipedia.org

233

1 Oktober, 47 tahun lalu menjadi hari yang menentukan bagi Mayjen


Soeharto. Kiprahnya memadamkan Gerakan 30 September mengangkat
namanya hingga dia menduduki posisi presiden. Ini pengakuan Pak Harto
soal momen-momen penting 1 Oktober 1965 siang hingga sore hari.

Setelah mendapat laporan soal penculikan terhadap tujuh orang perwira


tinggi AD, Mayjen Soeharto langsung bergerak cepat. Mayjen Soeharto saat
itu langsung menggelar rapat staf dengan yang dihadiri oleh Kepala Staf
Brigjen Achmad Wiranatakusumah, Ass Intel Kol Yogasugawa, Ass Operasi Kol
Wahono, Ass IV Kol Djoko Basuki, dan Ass III Kol Sru Hardojo.

Dalam rapat itu, Pak Harto menjabarkan kondisi terkini. Kepada para
bawahannya, dia memutuskan melawan Letkol Untung dan gerakan G30Snya.

"Terserah kepada saudara-saudara sekalian, apakah akan mengikuti saya


atau tidak. Sebab, kalau tidak melawan atau menghadapi mereka, toh kita
akan mati konyol. Menurut pendapat saya, lebih baik mati membela negara
dan Pancasila daripada mati konyol. Dengan ridho Tuhan, insya Allah kita
akan diberi jalan untuk menumpas gerakan pemberontakan yang dipimpin si
Untung itu. Bagaimana?," kata Mayjen Soeharto kepada peserta rapat seperti
dikisahkan dalam Otobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya,
terbitan PT Citra Lamtoro Gung Persada 1989.

"Kami ikut Pak Harto," jawab seluruh peserta rapat.

Usai rapat Pak Harto langsung memanggil Kol Sarwo Edhie Wibowo yang saat
itu berada di Cijantung. Dengan menggunakan panser, Kol Sarwo Edhie
kemudian tiba di Kostrad pukul 11.00 WIB dan menemui Pak Harto di

ruangannya. Keduanya kemudian membicarakan soal rencana penyerangan


RRI dan Telkom yang diduduki pasukan Letkol Untung.

"Atur rencana operasi sebaik-baiknya," perintah Mayjen Soeharto. "Siap


segera kami laksanakan," jawab Letkol Sarwo Edhie

Mayjen Soeharto kemudian kembali menggelar rapat dengan para staf


dengan peserta yang sama. Dalam rapat itu dibahas rencana untuk merebut
Halim, karena Lanuma Halim merupakan tempat komando G30S. Saat itu,
Pak Harto menyatakan, pusat komando pimpinan G30S berada di sekitar
Halim, bahkan sejumlah tokoh pimpinannya berasal dari AU.

Saat rapat selesai, Pak Harto langsung meminta staffnya untuk segera
menghubungi Kol Sarwo Edhiw untuk mempersiapkan rencana penyerangan
itu. Namun, yang menjadi ganjalan saat itu adalah posisi Presiden Soekarno
yang tengah berada di Halim. Saat ajudan Bung Karno, Kol KKO Bambang
Widjanarko menemuinya, Mayjen Soeharto langsung memerintahkannya
agar mengusahakan Bung Karno meninggalkan Halim sebelum tengah
malam.

Sekitar pukul 13.30 WIB, Kol Sarwo Edhie bersama pasukan RPKAD datang ke
Kostrad. Pak harto kemudian memerintahkan kepada Kol Sarwo Edhie untuk
melanjutkan operasi perebutan RRI dan Telkom sebelum pukul 19.00 WIB.

"Siap! Kami telah siap dengan pasukan," kata Sarwo.

Setelah waktu magrib, pasukan RPKAD yang dipimpin Kapten RPKAD Heru
dan Kapten Urip menyerang RRI dan Telkom. Sementara, Kol Sarwo Edhie
menunggu di halaman Kostrad. Gedung RRI dan Telkom berhasil direbut
tanpa adanya perlawanan. Anak buah Kol Untung dilaporkan telah melarikan
diri.

Setelah dikuasai secara penuh, rekaman pidato Mayjen Soeharto disiarkan di


RRI soal penculikan para perwira AD dan kepemimpinan sementara AD di
tangannya.

"Saya puas. Langkah kemenangan pertama telah dilaksanakan dengan baik,"


kata Soeharto.

Selang berapa lama, Kol Sarwo Edhie kembali muncul dan mempertanyakan
soal rencana penyerangan Halim. "Pak Harto, apa jadi kita melaksanakan
rencana menguasai Halim? Agar gerakan pasukan jangan kesiangan dan
untuk menghindari pertempuran," kata Sarwo Edhie.

Jenderal Nasution yang ketika itu tengah menyandarkan kakinya yang


terluka akibat rencana penculikan kepadanya yang gagal tiba-tiba langsung
menyela. "Sarwo Edhie, jij mau bikin tweede mapanget ya?"

Soeharto yang tadinya masih berpikir langsung memberi perintah kepada


sang kolonel unuk segera melakukan penyerangan. "Ya, kerjakan sekarang
juga!"

Dengan kekuatan pasukan lima kompi (kurang lebih 600 orang), pada tengah
malam, Kol Sarwo Edhie langsung bergerak ke Halim. Sementara, Markas
Kostrad sekitar pukul 23.30 WIB dipindahkan untuk satu malam oleh
Soeharto ke Senayan, karena saat itu ada informasi bahwa AURI akan
mengebom.

Halim akhirnya dapat dikuasai pasukan Kol Sarwo Edhie dengan sedikit
pertempuran.

Perbedaan Bung Karno dengan Pak Harto soal G30S


Reporter : Mardani
Selasa, 2 Oktober 2012 05:21:00
Figure terkait
Soeharto
Katamso Darmokusumo
Kategori
Peristiwa

Berita tag terkait


Pidato Soeharto saat menemukan jenazah pahlawan revolusi
5 Cerita tragis akhir hidup tokoh PKI

Letkol Untung. wikipedia.org

308

Mayjen Soeharto bertekad menumpas PKI hingga ke akar-akarnya setelah


tujuh perwira TNI AD ditemukan dalam keadaan tewas di Lubang Buaya.
Soeharto melihat gerakan PKI telah meluas ke sejumlah daerah, salah
satunya adalah di Kentungan Yogyakarta.

Di daerah itu, mereka membunuh Komandan Resimen Kol Katamso dan


Kepala Stafnya Letkol Gijono. Gijono adalah ajudan merangkap perwira
operasi saat Soeharto memimpin serangan umum 1 Maret 1949.

"Sebab itu saya mesti mengadakan tindakan yang cepat tetapi pasti. Saya
mesti mengadakan pengejaran, pembersihan dan penghancuran," kata
Mayjen Soeharto dalam Otobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan
Saya. Terbitan PT Citra Lamtoro Gung Persada 1989.

Namun, perbedaan terjadi antara Presiden Soekarno dengan Mayjen


Soeharto, terlebih setelah Bung Karno menyebut peristiwa G30S adalah
sebuah riak kecil di samudera. Saat itu Bung Karno memiliki hubungan dekat
dengan PKI dan sejumlah tokohnya.

"Presiden Soekarno mengumumkan sikap yang sama sekali lain daripada


tindakan dan langkah yang saya buat. Lebih-lebih perbedaan paham itu
terasa setelah Bung Karno mengatakan bahwa apa yang terjadi dengan
G30S itu hanyalah "een rimpeltje in de oceaan (sebuah riak kecil di
samudera)," kata Soeharto.

Perbedaan antara keduanya bukan kali ini saja terjadi. Keduanya sempat
berbeda pendapat soal adanya keterlibatan perwira AU dalam Gerakan 30
September.

Saat itu, 2 Oktober 1965, Presiden Soekarno memanggil Mayjen Soeharto ke


Istana Bogor. Setibanya di Istana Bogor suasana cukup panas. Sebab, Kepala
Staf AU Marsekal Madya TNI Omar Dhani yang dicurigai Soeharto turut serta
dalam G30S ada di sana.

"Soeharto, kejadian seperti ini kejadian biasa dalam revolusi, dan kita harus
mengerti. Malah dalam hal ini kita harus prihatin. Angkatan Darat jangan
sampai mencurigai angkatan lain. Omar Dhani telah memberitahu kepada
saya, Angkaatan Udara tak tahu menahu mengenai peristiwa ini. Dan saya
juga telah mengatakan kepada Omar Dhani, Angkatan Darat tidak tahu
menahu soal ini, dan sama sekali tidak ikut campur," kata Bung Karno
kepada Soeharto saat itu.

Namun, Soeharto langsung langsung buka suara. "Tetapi kenyataannya lain


Pak. Banyak laskar Pemuda Rakyat mengadakan kegiatan dan latihan di
sekitar Pangkalan Halim dan mereka juga memiliki senjata api yang
kelihatannya seperti yang dimiliki Angkatan Udara."

Perdebatan pun sempat terjadi antara Soeharto, Omar Dhani dan seorang
anggota AU lainnya, Leo Watimena. Kedua anggota AU itu membantah
senjata itu milik angkatannya. Namun, Soeharto memerintahkan ajudannya
untuk membawa senjata yang berhasil diambil dari sekitar Halim.

Bung Karno lalu melihat senjata itu dan menyerahkannya kepada Leo untuk
diteliti dengan seksama. Setelah diperhatikan secara seksama, Leo akhirnya
mengakui senjata itu milik AU.

"Mungkin mereka mencurinya dari gudang. Kami akan meneliti lagi Bapak
Presiden," kata Leo. Sementara, Omar Dhani tidak mengeluarkan reaksi
apapun soal itu.

Kisah Soeharto beri pengamen kerja karena sering hormat


Munarti Ari dan Herman Obos, pengamen yang biasa beroperasi di
perempatan Megaria sampai depan kampus Universitas Indonesia Salemba.

Sering kali aktivitas mereka terganggu manakala Presiden Soeharto


melintas.

Kejadian itu terus dialami setiap hari Rabu dan Jumat, ketika Soeharto
dengan dikawal pasukan pengaman presiden lewat menuju lapangan golf
Rawamangun. Melihat kondisi itu tiba-tiba saja terlintas ide di kepala
Munarti.

Akhirnya, pada tahun 1986 di bawah terik matahari, bersama Herman,


Munarti merencanakan sesuatu saat Soeharto melintas. Sambil menenteng
gitar dan biola, keduanya memberikan hormat. Selama sebulan hal itu terus
dilakukan.

"Beberapa saat jelang presiden lewat, jalanan tempat kami mencari nafkah
disterilkan. Saya sering diusir dan hampir ditempeleng," kenang Munarti
dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories' terbitan Gramedia Pustaka Utama.

Ternyata apa yang dilakukan Munarti berdampak positif, tiap kali lewat depan
RSCM iring-iringan mobil presiden berjalan lebih perlahan. Menurut Munardi,
keajaiban terjadi pada bulan berikutnya. Tentu, hal itu sungguh di luar
dugaan. Bagaimana tidak, mobil yang membawa Soeharto mendekati
mereka.

"Kaca hitam jendela belakang mobil turun perlahan dan munculah senyuman
khas Pak Harto. Seketika saya dan Obos memberi hormat dan berseru,
Selamat siang, Pak."

Rupanya itu menjadi titik balik dalam kehidupan keduanya. Pada Juli di tahun
yang sama seorang utusan Mbak Tutut, putri Pak Harto mencari mereka.
Kemudian, keduanya dibawa ke kantor PT Citra Lamtorogung Persada di Jalan
Imam Bonjol, Jakarta Pusat.

Kemudian, Mbak Tutut meminta kepada Munardi bersama teman-temannya


untuk menghibur para tamu dalam acara ulang tahun pernikahan Pak Harto
dan Ibu Tien. Bahkan sebelum tampil Mbak Tutut menyediakan pelatih seni.

Singkat kata Munardi menghibur para menteri dan undangan lain. Setelah
tampil, Munardi sempat berdialog dengan Pak Harto. Yang mengejutkan
Munardi, ketika Pak Harto memintanya menghubungi Mbak Tutut untuk
membicarakan pekerjaan.

"Saya buat lamaran ke PT Citra Lamtorogung, tak lama menunggu saya


langsung diterima. Pekerjaan saya memperlancar beragam program Banpres
dari Pak Harto," katanya. Kala itu Munardi mendapat upah Rp 135.000
perbulan.

Pada 1993, Munardi yang sudah dipindah ke bagian administrasi dan suratmenyurat kembali menyanyi di ulang tahun pernikahan Pak Harto. Seperti
sebelumnya, Munardi kembali diajak berdialog oleh Pak Harto.

"Bagaimana Ri, setelah bekerja?" tanya Pak Harto seperti dituturkan oleh
Munardi.

"Saya sudah alhamdulillah sekali, Pak. Sekarang saya sudah punya istri
dengan lima anak, juga punya rumah," jawab Munardi. Mendengar itu Pak
Harto hanya manggut-manggut tersenyum kemudian berkata, "Tolong
ditekuni ya."

Kisah pertemuan Soeharto dengan para pengamen ini juga dituturkan dalam
autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang diterbitkan
Cipta Lamtoro Gung Persada halaman 385. Kala itu mereka tak pede
menyanyi depan Soeharto.

"Mereka seperti merasa malu, merasa rendah diri dengan pekerjaan mereka
itu, tercermin dari lagu-lagu yang mereka nyanyikan," kata Soeharto.

Soeharto menyemangati mereka. Menurutnya seorang pengamen yang


mencari rezeki dengan halal masih lebih mulia dari koruptor atau pencuri.

Kisah Soeharto dianggap punya guru kebatinan


Terdengar ramai sasus bahwa mantan Presiden Soeharto punya guru
kebatinan. Siapa orangnya? pada masa Orde Baru publik mengenal betul
nama Sudjono Hoemardani.

Sudjono Hoemardani adalah rekan dekat Pak Harto selama menjadi tentara.
Kedekatan itu makin terasa pada pertengahan 1966, ketika Pak Harto
menjadi pejabat presien. Saat itu Pak Harto membentuk Staf Pribadi (Spri).
Selain orang sipil, ada enam perwira militer termasuk Sudjono Hoemardani.
Spri dipimpin Alamsyah Ratuprawiranegara.

Menurut peneliti Michael Sean Malley dalam artikelnya tentang Sudjono


Hoemardani yang dimuat Prisma edisi khusus 20 tahun, pembentukan Spri
ini sangat penting secara politis. Jenderal AH Nasution mengakui,
pengasingan dia dan beberapa perwira yang menginginkan pembaruan
politik dimulai dengan pembentukan lembaga ini. Sudjono dianggap sebagai
penasihat penting bagi Pak Harto. Dia sering mendampingi Pak Harto dalam
berbagai acara, di dalam dan luar negeri.

Siapa Sudjono Hoemardani? Dia dikenal sebagai sosok yang sangat


terpengaruh mistisisme Jawa. Dia juga dikenal sebagai pendukung organisasi
yang berkaitan dengan aliran kepercayaan. Ilmu kejawen sangat dihargai
oleh Sudjono. Dia cenderung menggunakan pengibaratan wayang untuk
menjelaskan masalah-masalah kontemporer.

Dari penguasaan Sudjono terhadap ilmu Kejawen dan seringnya


mendampingi Pak Harto itulah muncul anggapan, Sudjono adalah guru
kebatinan Pak Harto.

Rupanya, Pak Harto tanggap atas anggapan orang itu. Benarkah Sudjono
guru kebatinan Pak Harto? Pak Harto pun merasa perlu menjelaskan
persoalan ini dalam otobiografinya, Soeharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan
Saya seperti dipaparkan kepada G Dwipayana dan Ramadhan KH.

Menurut Pak Harto sebenarnya tidak seperti itu. "Padahal Djono sendiri biasa
sungkem kepada saya. Ia menganggap saya lebih tua dan lebih mengetahui
soal kebatinan," ujar Pak Harto.

Bagi Pak Harto, kebatinan adalah ilmu mendekatkan diri kepada Tuhan.
"Memang benar, Djono suka datang kepada saya dengan membawa buku
berisi tulisan. Ia mempunyai kepercayaan. Maka ia suka menyampaikan
sarannya. Saya terima saja sarannya, untuk menyenangkan hatinya. Tidak
saya telan begitu saja sarannya," kata Pak Harto.

Saran Sudjono, ujar Pak Harto, dianalisa, dipertimbangkan, apakah rasional


atau tidak. Jika rasional, jika masuk akal, maka saya terima. Jika tidak saran
itu tidak dipakai.

"Jadi, yang mengira bahwa Djono itu guru kebatinan saya, kecele. Sangkaan
begitu tidak benar. Mengenai ilmu kebatinan, Sudjono lebih banyak bertanya
kepada saya daripada sebaliknya. Ia sendiri pernah berkata, 'Saya berguru
kepada Pak Harto.'," demikian pengakuan Pak Harto. Jadi rupanya, sosok
yang dianggap guru kebatinan itu malah belajar kepada Pak Harto.

Kedai kopi, Soeharto, dan perang di Lahad Datu

Reporter : Hery H Winarno


Rabu, 13 Maret 2013 11:37:54
Kategori
Dunia
Berita tag terkait
Panglima pemberontak Sulu ternyata orang Malaysia
4 Menteri kesayangan Pak Harto

Penyerbuan militer Malaysia. 2013 Merdeka.com/handout/PDRM

114

Malam hari di Lahad Datu paling asyik kongkow di kedai kopi. Salah satu
kedai yang cukup terkenal di Lahad Datu adalah Kedai Kak Tini di pojok Jalan
Teratai. Pemiliknya orang Malaysia berdarah Bugis, istrinya Jawa, pelayannya
dari Bugis dan Jawa.

Obrolan di kedai pun mulai tak biasa ketika datang seorang warga Lahad
Datu yang ingin duduk di meja kami. Obrolan pun mulai menarik, ketika pria
warga negara Malaysia berdarah Makassar tersebut membedah
pandangannya seputar politik di negeri jiran.

"Ada yang lebih penting, urgen dibanding perang di Tanduo, election atau
Pemilihan Raya Umum (PRU)," ujar pria bertubuh gendut tersebut kepada
beberapa wartawan Indonesia, Selasa (12/3) malam.

Menurut dia, tak mau identitasnya diungkap, Pemilu yang rencananya akan
digelar pada Maret atau April ini akan sangat menentukan situasi di
Malaysia. Pasalnya, baru pada Pemilu kali ini banyak pengamat yang
menyebut kekuatan partai pemerintah dengan oposisi sama-sama kuat.

"12 kali kami PRU, tetapi baru di PRU ke 13 ini kedudukan antara partai
penguasa dan partai pembangkang atau oposisi seimbang. Sebelumsebelumnya partai pemerintah selalu dipastikan unggul dengan 3/4 suara,"
ujarnya.

Menurutnya, pemilu kali ini akan sangat menentukan Malaysia. Bila partai
pemerintah kembali berkuasa, maka untuk selamanya akan sulit dijatuhkan.

"Malaysia akan tetap seperti ini, seperti di Indonesia ketika presidennya


Soeharto. Tak ada kebebasan berpendapat, pers di kekang," ujar pria yang
mengaku beristri tiga ini.

Dari kacamatanya sebagai konsultan di sebuah kilang minyak, jika partai


pemerintah kembali berkuasa maka negeri jiran ini tidak akan banyak
perubahan yang lebih baik. Kebebasan menyatakan pendapat dan pers akan
berlanjut terus, termasuk pengungkapan kasus rasuah atau korupsi.

"Malaysia ini banyak korupsi, indeks korupsinya pun tinggi. Di sini tidak
seperti di Indonesia sekarang. Di sini media, pengadilan semua milik
pemerintah. Kita tahu ada korupsi, tetapi kita tak berdaya," terangnya.

Jika ada orang yang melaporkan korupsi atau menuduh pejabat korupsi bisa
dikenai pasal pencemaran nama baik dan firnah. Bila melapor ke pengadilan
juga percuma, karena pengadilan tidak independen.

"Mahkamah atau pengadilan di sini pun di bawah pemerintah, jadi mana


mungkin bisa lapor. Lapor ke media pun kita kena pasal fitnah, media pun di
sini dikuasai pemerintah," terangnya.

Menurutnya, kondisi Malaysia saat ini sama ketika Indonesia di bawah rezim
Soeharto. Meski demikian, kondisi rakyat di Malaysia saat ini lebih baik
dibanding saat Orde Baru berkuasa.

"Inilah yang buat warga di sini patuh, diam saja, tahu pun pura-pura tak
tahu. Karena kalau lapor malah bisa ditangkap polisi, jadi diam saja toh, yang
penting aman, bisa cari uang," terangnya.

Obrolan yang ditemani es teh tarik pun semakin malam semakin panas.
Malaysia disebutnya negara yang punya pengalaman dalam perang. Hal
inilah yang membuat pemerintah Malaysia terkesan kebakaran jenggot
ketika menghadapi penyusup Sulu.

Malaysia lebih senang menyelesaikan segala sesuatu lewat meja diplomasi


atau perundingan. Hal ini pun yang terjadi ketika menghadapi penyusup
Sulu.

"Kita selalu diplomasi, berundinglah, jelas-jelas mereka penyusup, masuk


wilayah Malaysia bawa senjata, kalau di Indonesia mungkin sudah ditembak
mati mereka semua, tapi di sini tidak, berunding sampai empat kali, setelah

8 polisi ditembak mati baru perang," ujarnya sambil menghisap rokok


putihnya.

"Indonesia merdeka karena perlawanan, karena perang, Malaysia merdeka


karena perundingan. Maka segalanya lewat perundingan," terangnya.

Media pemerintah menyebut bahwa perang di tapal batas tersebut tidak


membawa dampak bagi perekonomian, namun hal itu dia bantah. Warga
Lahad Datu paling tahu persis dan sangat merasakan imbasnya.

"Lahad Datu memang sepi, tetapi tak sesepi ini. Dulu lebih ramai, sekarang
saja banyak kedai yang tak berani buka sampai larut malam, hotel
penginapan di hari libur sepi. Itulah dampaknya," terangnya.

Pemerintah selalu menyatakan Lahad Datu aman, namun dengan kondisi


barikade dimana-mana, laju kendaraan militer yang membawa pasukan
besar membuat warga tetap merasa ada sesuatu.

"Mungkin waspada saja. Tetapi jujur kami senang dengan kondisi ini,
meskipun di kota banyak polisi, banyak redblok, kami jadi tenang, tetapi jadi
berpikir juga kalau sebenarnya memang belum aman, kalau aman tak
mungkin seperti ini," terang pria yang mengaku tidak memiliki hubungan
ideologi dengan salah satu partai ini.

Namun dia tidak sepakat ketika ada yang menyebut militer Malaysia terlalu
berlebihan dalam menghadapi penyusup Sulu. Hal ini dikarenakan militer
Malaysia menggunakan peralatan dan senjata besar hanya untuk
menghadapi seratusan penyusup.

"Soal itu lain cerite, saya setuju. Kita ini dibilang berlebihan, masak lawan
penyusup seratus orang saja pakai F 18, itu tak masalah. Bahkan kalau kita

punya F 50 kita gunakan juga itu, biar habis itu penceroboh (penyusup).
Siapa suruh masuk wilayah kami, habisi sekalian tak masalah, sejengkal
tanah pun kami tak relah diambil mereka (penyusup Sulu)," terangnya.

5 Kesederhanaan Soeharto soal


pakaian sampai pengawalan
1. Gemar pakai kaus usang

Golf menjadi salah satu olahraga yang digemari oleh Presiden Soeharto
waktu itu. Suatu hari ketika hendak bermain, Soegiono yang kala itu menjadi
ajudan menyiapkan baju baru buat Soeharto.

Soegiono, yang pensiun dengan pangkat Letjen TNI (purn) mengisahkan


bagaimana bandelnya Soeharto soal pakaian. Bahkan, lulusan Akabri 1971
itu meminta agar pengurus rumah tangga menyimpan celana dan kaos golf
Pak Harto yang sudah usang.

"Tetapi beliau malah menanyakan celana dan kaus yang biasa dipakainya,"
ujar Soegiono.

Tak hanya itu, kemudian Soeharto malah membagikan kaus-kaus baru


kepada staf. "Saya kira beliau mau pilih salah satunya. Pak Harto malah
berangkat main golf dengan kaus yang lama," kenangnya.

2. Suka singkong

Sosok mantan Presiden Soeharto yang sederhana dan bersahaja terus


dikenang oleh Haryono Suyono, bekas Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup di era Orde Baru. Salah satu yang terus diingat adalah
pertemuan di Istana negara pada 1997.

Kala itu Haryono yang tengah berada di Jawa Timur mendadak disuruh
menghadap Pak Harto. Dalam hati tentu Haryono heran ada apa dirinya
secara mendadak dipanggil. Namun perasaan berubah tenang ketika Pak
Harto menyapa dengan lembut.

Saat mulai berbincang-bincang, staf Istana menyajikan singkong rebus dan


makanan pedesaan lainnya. Tentu makanan itu untuk sekelas presiden cukup
mengejutkan. Tapi tak disangka ternyata Pak Harto memang menyukai itu.

"Ini makanan kesukaan saya di Istana," kenang Haryono.

3. Pakai batik sederhana

Maliki Mift pada tahun 1998 ditunjuk menjadi pengawal khusus mantan
Presiden Soeharto. Rasa canggung tentu ada, wajar saja karena Maliki harus
mendampingi mantan presiden yang 32 tahun berkuasa.

Awal-awal bertugas mantan Paspampres itu harus menyesuaikan diri dengan


kebiasaan Pak Harto. Namun, ada kejadian yang di luar dugaan Maliki. Meski
berlabel mantan presiden, ternyata Soeharto sosok yang sederhana.

Suatu kali kenang Maliki, dirinya mendampingi Pak Harto keluar rumah. Di
pikiran Maliki untuk penampilan sudah tentu harus bagus, rapi. Akhirnya
Maliki memilih mengenakan sutra. Tapi alangkah terkejutnya Maliki ketika
melihat Pak Harto.

"Pak Harto mengenakan batik sederhana, yang sehari-hari dipakai di rumah,


bukan dari sutra atau bahan mewah lainnya," kata Maliki.

Melihat Pak Harto tampil sederhana, rupanya Maliki jadi tak enak hati sendiri,
"Diam-diam saya langsung balik kanan ke kamar ajudan untuk mengganti
batik sutra dengan batik sederhana pula," kenangnya.

4. Tak mau bawa banyak pengawal

Wiranto begitu mengingat Soeharto sebagai sosok yang sederhana dan


memikirkan kepentingan rakyat. Mantan ajudan Soeharto pada 1989-1993
itu tak pernah melupakan bagaimana Pak Harto sangat memahami kapan
butuh pengawalan lengkap, dan kapan secukupnya.

"Setiap kali hendak bermain golf di Rawamangun, Pak Harto hanya dikawal
satu jip. Pengawal di belakang," ujar Wiranto dalam buku 'Pak Harto The
Untold Stories'.

Tah hanya itu, Wiranto mengisahkan ketika tiba di Jalan Pemuda dan hendak
belok kiri ke arah Rawamangun, antrean kendaraan yang dihentikan polisi
sudah terlalu panjang. Terdengar juga klakson bersahut-sahutan.

"Lain kali polisi tidak perlu menyetop mereka terlalu lama. Mereka kan punya
keperluan yang mendesak, sedang saya kan hanya berolahraga. Jadi biar
saya menunggu sebentar, kan tidak apa-apa," kata Wiranto.

Cerita Presiden Soeharto, pengamen dan


koruptor
Presiden kedua Soeharto sedang merayakan ulang tahun pernikahannya
yang ke-39 bersama Ibu Tien. Mereka mengundang empat pengamen
jalanan ke kediaman Soeharto di Jl Cendana, Jakarta. Diundang orang paling
berkuasa kala itu, tentu saja pengamen yang cuma biasa menyanyi di emper
toko itu merasa grogi.

"Mereka seperti merasa malu, merasa rendah diri dengan pekerjaan mereka
itu, tercermin dari lagu-lagu yang mereka nyanyikan," kenang Soeharto
dalam autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang
diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada halaman 385.

Soeharto menyemangati mereka. Menurutnya seorang pengamen yang


mencari rezeki dengan halal masih lebih mulia dari koruptor atau pencuri.

"Kamu jangan malu mengamen. Tidak usah menundukkan kepala. Ngamen


itu pekerjaan halal. Ngamen itu lebih baik dari nganggur, lebih baik dari
nyolong, daripada mencuri," kata Soeharto.

Soeharto juga meminta harus sabar menghadapi hidup. Jangan putus asa
kalau dicaci maki. Kemudian Soeharto memberikan empat gitar para
pengamen.

Sayangnya tak semua kroni Soeharto juga dinasihati seperti itu. Kasus
korupsi besar yang melibatkan Soeharto dan para loyalisnya kebanyakan tak
pernah diusut sampai kini.

Soeharto diduga korupsi di tujuh yayasan (Dakab, Amal Bakti Muslim


Pancasila, Supersemar, Dana Sejahtera Mandiri, Gotong Royong, dan Trikora).
Totalnya tak kurang dari Rp 1,4 triliun. Badan Pertanahan Nasional juga
pernah mengumumkan tanah Keluarga Cendana tersebar di 10 provinsi di
Indonesia.

Akhirnya majelis hakim Pengadilan Negeri menghentikan kasus Soeharto


dengan alasan kesehatan.

Kisah tubuh Soeharto yang wangi cendana


Semasa hidupnya, Mantan Presiden Kedua Republik Indonesia sangat
menggemari kayu cendana. Wangi yang ditimbulkan kayu ini memang
sangat khas dan bisa membuat siapa saja terbuai.

Cendana, atau cendana wangi, merupakan pohon penghasil kayu cendana


dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan
dupa, aroma terapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu
yang baik bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad.

Di Sri Lanka kayu ini digunakan untuk membalsem jenazah putri-putri raja
sejak abad ke-9. Di Indonesia, kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara
Timur, khususnya di Pulau Timor, meskipun sekarang ditemukan pula di
Pulau Jawa dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.

Konon saking gandrungnya dengan cendana, Soeharto menamai jalan di


rumahnya di kawasan Menteng, Jakarta dengan nama Cendana. Seperti
diketahui, Soeharto tinggal di Menteng di Jalan Cendana. Bahkan tubuh
Soeharto pun wangi cendana.

Hal ini seperti yang diungkapkan Erwan Juhara dalam buku 'Pak Harto The
Untold Stories' halaman 356. Pertama kalinya Erwan bertemu dengan
Presiden Soeharto adalah pengalaman yang tidak terlupakan. Pertemuan
pertama itu juga membuat kesan tersendiri dengan sosok Soeharto.

Erwan kala itu di tahun 1996 adalah seorang guru di SMA 1 Maja, Kabupaten
Majalengka, Jawa Barat. Erwan kemudian mengikuti lomba keberhasilan guru
dalam pembelajaran tingkat nasional. Erwan pun terpilih sebagai nominasi
dari 120 guru se-Indonesia dipanggil dan dikarantina di Taman Mini Indonesia
Indah.

Erwan ditetapkan sebagai juara kategori SMA dan Muhammad Iqbal dari NTB
juara untuk kategori guru SMP. Pada tanggal 26 November 1996, Iqbal
menerima hadiah simbolis dari Presiden Soeharto dan Wapres Try Sutrisno.
Saat itulah untuk pertama kalinya Erwan dan Iqbal bertemu bertatap muka
bahkan sempat berbincang dengan penguasa orde baru itu.

"Iqbal lebih dahulu mencium tangan Soeharto dan berbicara sejenak


kepadanya. Tiba giliran tangan saya mencium tangannya. Saya menghirup
harum kayu cendana selain wangi tubuh Soeharto yang tidak bisa saya
lupakan," ujar Erwan dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories' halaman
356.

Saat itu, Soeharto sempat berpesan kepada Erwan. Soeharto juga


menyatakan kekagumannya kepada Erwan karena menjadi guru di usia
relatif muda.

"Menjadi guru itu harus tekun ya. Kalau nanti wis teken, pastine tekan," ujar
Soeharto menasihati Erwan kala itu.

Erwan hanya bisa tersenyum dan menjawab pendek. "Iya Pak," jawab Erwan.

Karena kecintaannya pada cendana, Soeharto tidak bisa dilepaskan dari kayu
wangi itu. Dan hingga kini 'Cendana' sering digunakan oleh pers untuk
menyebut sesuatu yang berkaitan dengan Soeharto. Hal ini karena rumah
pribadi Soeharto beserta beberapa anaknya terletak di Jalan Cendana,
Menteng, Jakarta Pusat.

Soeharto sedih cuma bisa sekolah sampai


SMP
Presiden Soeharto merasa sedih saat mengetahui dirinya tidak bisa
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Soeharto mengetahui hal
tersebut setelah dirinya menamatkan sekolah Schakel Muhammadiyah.

Demikian disampaikan Soeharto dalam buku otobiografi 'Soeharto Pikiran,


Ucapan, dan Tindakan Saya' karangan K.H. Ramadhan dan G. Dwipayana.

Saat itu, tidak ada satu pun keluarga yang bisa membantunya untuk
melanjutkan sekolah. "Saya masih ingat saja akan apa yang dikatakan ayah
saya waktu itu, 'Nak, katanya, tak lebih dari ini yang dapat kulakukan untuk
melanjutkan sekolahmu," ujar Soeharto.

Soeharto yang saat itu masih hidup kekurangan disarankan sang ayah untuk
mencari pekerjaan guna membiayai dirinya sendiri untuk melanjutkan
sekolahnya. "Sekarang kamu sebaiknya mencari pekerjaan saja, dan kalau
sudah dapat, Insya Allah, kamu dapat melanjutkan pelajaranmu dengan
uangmu sendiri," lanjutnya.

Namun, bagi Soeharto kecil saat itu sangatlah sulit mendapatkan pekerjaan
tanpa bantuan seseorang yang mempunyai kedudukan. Soeharto kecil pun
berusaha ke sana kemari guna mendapatkan pekerjaan agar bisa
melanjutkan pendidikannya tersebut.

Setelah sekian lama berusaha, jalan pun terbuka untuk Soeharto. "Akhirnya
saya diterima sebagai pembantu klerek di sebuah Bank Desa. Walaupun
saya tidak begitu senang dengan pekerjaan ini, saya anggap lebih baik
menjalaninya daripada nganggur," ujar Soeharto.

Saat menjadi pembantu klerek, Soeharto kecil kerap mengenakan pakaian


Jawa lengkap dengan kain blangkon dan baju beskap. Dengan menaiki
sepeda, dirinya bersama sang klerek menyambangi sejumlah kantor lurah
guna menampung permintaan warga yang menginginkan pinjaman.

Kendati menjalani profesinya dengan setengah hati, Soeharto kecil pun tetap
ingin total dalam bekerja. Alhasil, dirinya pun kerap belajar pembukuan
dengan mantri Bank Desa yang bernama Kamin. Soeharto yang cerdas pun
sudah menguasai seluruh pembukuan dalam waktu kurang dari dua bulan.

Di samping itu, lantaran hanya mempunyai kain satu helai dan sudah terlihat
usang, Soeharto kecil pun meminjam kain kepada bibinya.

"Tapi, pada suatu hari saya bernasib jelek. Waktu turun dari sepeda saya
yang reot, kain yang saya pakai tersangkut pada per sadel yang menonjol ke
luar dan sobek. Saya dicela oleh klerek yang saya dampingi," ujar Soeharto.

Tidak hanya klerek, Soeharto pun dimarahi bibi yang meminjaminya kain.
"Saya dibentaknya, dengan mengatakan, kain itu adalah satu-satunya kain
yang baik. Tak ada lagi yang lainnya yang bisa diberikan, sekalipun mungkin
saja sebenarnya ia masih mau menolong," tutur Soeharto.

Peristiwa tersebut lantas membuat Soeharto berhenti dari pekerjaannya dan


kembali menganggur. Soeharto pun mengisi hari-harinya dengan bergotong
royong membangun sebuah langgar, menggali parit dan membereskan
lumbung.

"Tetapi setelah itu, hari depan saya gelap lagi," ujarnya.

5 Kisah menarik blusukan Soeharto


Sebelum Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dikenal karena blusukan,
Presiden kedua Indonesia Soeharto sudah blusukan lebih dulu. Untuk
memastikan hasil-hasil pembangunan di awal pemerintahan Orde Baru,
Soeharto gemar blusukan ke daerah. Dia berkunjung ke pelosok-pelosok
melihat langsung kondisi rakyat Indonesia.

Banyak cerita menarik saat Soeharto blusukan dan menyapa langsung


rakyat Indonesia. Soeharto akan langsung mencatat segala informasi yang
diterimanya. Nah, karena tak ada meja atau permukaan yang rata, Soeharto
pernah meminta ajudannya membungkuk. Di punggung ajudan itu Soeharto
langsung menulis.

Di awal kekuasaannya Soeharto rajin blusukan tanpa kenal lelah. Seperti


ditulis dalam autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang
diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada.

"Tentu saja saya pun kadang-kadang merasa capek, karena hilir mudik dari
sana ke mari lewat daratan, terbang dari satu tempat ke tempat lainnya
untuk memulai dengan pembangunan yang baru dan mengontrol
pembangunan yang sedang berjalan, dan lelah pula karena memeras otak.
Tetapi saya tidak boleh mengeluh, apalagi menyerah. Pembangunan adalah
perjuangan yang sengit," kata Soeharto.

Seperti apa kisah-kisah blusukan Soeharto?


1. Berbekal sambal teri dan kering tempe Ibu Tien

Soeharto blusukan keliling Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah serta
kawasan lain. Dia tidak pernah makan di restoran atau minta dijamu pejabat
setempat. Rombongan kecilnya memasak nasi sendiri.

"Untuk urusan logistiknya, selain membawa beras dari Jakarta, Ibu Tien
membekali dengan sambal teri dan kering tempe," kata mantan ajudan
Soeharto, Try Sutrisno dalam buku Pak Harto The Untold Stories yang
diterbitkan Gramedia Pustaka Utama.

Try mengaku kondisi saat blusukan cukup memprihatinkan. Dia heran


seorang Presiden kok nerimo saja kondisi seperti itu. Soharto bahkan terlihat
senang blusukan.

"Saya melihat Pak Harto sangat menikmati perjalanan keliling desa itu," kata
Try
2. Curi informasi dari petani

Tahun 1965, inflasi Indonesia mencapai 500 persen. Harga beras naik 900
persen, defisit anggaran belanja mencapai 300 persen dari pemasukan
negara. Indonesia benar-benar di ambang kebangkrutan.

Setelah dilantik menjadi pejabat presiden tahun 1967, Soeharto berkeliling


daerah. Dia mengumpulkan informasi dari petani. Soeharto sadar pertanian
dan swasembada pangan menjadi kunci utama untuk memperbaiki
perekonomian. Dari berkeliling itu dia tahu apa yang dibutuhkan untuk
memperbaiki kondisi pangan. Dari situ dirumuskannya Repelita atau Rencana
Pembangunan Lima Tahun

"Perencanaan pembangunan lima tahun pertama dari tahun 1969-1974


adalah pembangunan pertanian dengan industri yang mendukungnya.
Sasarannya cukup sederhana yaitu: cukup pangan, cukup sandang, cukup

papan, cukup lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendidikan dan


kebudayaan sesuai dengan kemampuan," kata Soeharto
3. Menyamar dan rahasia

Presiden kedua RI Soeharto sering melakukan incognito atau penyamaran.


Pak Harto blusukan keliling daerah terpencil untuk melihat hasil-hasil
pembangunan.

Biasanya saat melakukan kunjungan tidak resmi tersebut, Soeharto hanya


ditemani ajudan, satu atau dua pengawal dan dokter pribadi. Hal ini
dikisahkan mantan ajudan Soeharto yang akhirnya menjadi Wapres, Jenderal
(Purn) Try Soetrisno.

"Pak Harto selalu melakukan incognito. Pak Harto selalu berpesan tidak boleh
ada satu pun yang tahu

kalau Pak Harto mau melakukan incognito," ujar Try dalam buku Pak Harto,
The Untold Stories.

Kunjungan mendadak itu pun sering membuat pejabat setempat kalang


kabut karena tidak tahu. Soeharto memang tidak pernah memberi tahu akan
melakukan kunjungan
4. Makan dan tidur di rumah penduduk

Soeharto tak pernah tidur di hotel saat blusukan. Dia memilih tinggal di
rumah penduduk atau tidur di rumah kepala desa. Dari sana tergambar
kedekatan Soeharto dengan rakyatnya.

Soeharto pun langsung berbincang dengan rakyat tanpa perantara. Dia


mencatat semua informasi dari rakyat kecil di daerah.

"Presiden mencatat semuanya. Secara objektif diketahui daerah mana yang


telah berhasil dan daerah mana yang perlu ditingkatkan. Semua dicek ulang
di dalam rapat kabinet. Dengan begitu menteri tidak bisa berbohong. Kalau
jelek ya harus dibilang jelek, kalau bagus ya dibilang bagus karena Pak Harto
mengetahuinya," kenang Try.

5. Blusukan tinjau limbah Jakarta

Tak cuma masalah pangan, Soeharto juga blusukan untuk meninjau


pencemaran di Teluk Jakarta. Dia mengajak Emil Salim, naik kapal. Pada Emil
Soeharto memperlihatkan air di Tanjung Priok yang berwarna hitam.

"Anda lihat ini kotor sekali. Ini baru kita bangun sepuluh tahun lalu, sekarang
sudah menjadi seperti ini. Terbayangkah kondisinya 20 tahun lagi jika terus
dibiarkan seperti ini," kata Soeharto.

"Bukan di sini saja seperti ini, di kampung saya juga. Sungai yang dulu jernih
sehingga saya dapat memandikan kerbau sampai bersih, sekarang airnya
sudah kotor, Anda bisa kan membantu saya mengurusi lingkungan hidup?"
kata Soeharto.

Ternyata itu adalah permintaan Soeharto agar Emil Salim menjadi menteri
lingkungan hidup.

Juru kunci Astana Giribangun beberkan mistis


makam Soeharto
Astana Giribangun dikenal sebagai makam keluarga Presiden kedua
Indonesia, Soeharto. Di atas Astana Giribangun di lereng tenggara, berdiri
makam keluarga Istana Mangkunegaran, yakni Astana Mangadeg. Makam
keluarga pecahan dinasti Mataram tersebut, terletak di Desa Karang Bangun,

Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sebagai leluhur


di atasnya Astana Mangadeg melindungi atau orang Jawa menyebutnya
"hamemayungi" atau menjadi payung keberadaan makam anak cucunya.

Ternyata kedua makam tersebut memiliki daya mistis dalam sejarah


perjalananya. Muncul mitos bahwa makam tersebut merupakan tempat
sakral.

"Beberapa kejadian dan fenomena mistis yang saya alami, maupun para
penjaga makam lainnya, membuktikan keberadaan makam ini patut
diperhitungkan," ujar juru kunci Astana Giribangun, Sukirno kepada
merdeka.com, Senin (4/3).

Menurut Sukirno, beberapa peristiwa dan fenomena mistis aneh terjadi


menjelang penggalian makam Soeharto. Suasana pemakaman Soeharto di
Astana Giribangun kala itu sangat redup, tak ada awan, dengan hembusan
angin yang pelan.

"Saat itu suasananya sangat tenang, seolah-olah bumi ini menyambut


kedatangan jasad pak Soeharto," katanya.

Banyak cerita mistis yang diceritakan pria kelahiran Karanganyar 17 Februari


1953 tersebut. Kepada merdeka.com Sukirno yang bekerja sejak tahun 1976
tersebut mengatakan, beberapa bulan sebelum kematian Soeharto, terjadi
longsor mendadak di bawah Perbukitan Astana Giribangun, ketika cuaca
sedang tidak buruk.

Pengalaman Sukirno dan 32 anak buahnya yang paling menegangkan, terjadi


tahun 1998, saat bergulirnya gerakan reformasi. Kekuasaan Soeharto mulai
dirongrong dan berujung tumbangnya rezim Orde Baru.

"Saat itu banyak hujatan dan dan ancaman yang ingin mengadili Soeharto
beserta keluarganya. Termasuk juga ancaman pengerusakan Astana
Giribangun. Kami takut dan was-was. Tapi semua kami serahkan pada yang
Kuasa," katanya.

Namun ancaman-ancaman tersebut, lanjut Sukirno, tidak terbukti. Semua itu


berkat bantuan warga sekitar Astana yang ikut mengamankan makam.

"Saat itu sudah ada ribuan orang yang dikabarkan akan menyerang kami,
siap dengan batu dan peralatan lain. Tapi anehnya tak pernah sekalipun
mereka hendak melempari Astana dan merusak bangunan makam," ujar
Sukirno.

Atas peristiwa tersebut Sukirno berkeyakinan, bahwa Allah melalui arwah


para leluhur raja Mangkunegaran datang dan melindungi. Dirinya yakin
arwah leluhur bagi orang Jawa masih bersemayam dan jika dalam situasi
darurat akan muncul dan melakukan perlindungan.

Sukirno menjelaskan, sebelum dimakamkan pada Minggu Wage, 27 Januari


2008 setelah Azan Asar sekitar pukul 15.30 WIB, keluarga besar Soeharto
terlebih dulu melakukan upacara Bedah Bumi, yakni dengan menancapkan
linggis ke tanah pemakaman sebanyak tiga kali. Upacara yang dipimpin oleh
Begug Purnomosidi mantan Bupati Wonogiri ini bertujuan agar penggalian
dapat berjalan lancar dan selamat.

"Saat itu pada penancapan yang pertama dan kedua, tidak terjadi apa apa.
Namun, saat penancapan ketiga ada kejadian yang membuat merinding bulu
kuduk. Tiba-tiba terdengar suara seperti ledakan, sangat keras bergema di
atas kepala kami," ungkap Sukirno.

Mendengar bunyi tersebut, lanjut Sukirno, para penggali makam dan orangorang di sekitarnya sontak kaget dan ketakutan. Mereka bingung dan

mencari-cari dari mana asal suara menggelegar itu.Namun tak


menemukannya.

Atas kejadian tersebut, para penggali makam menganggapnya sebagai suara


gaib. Mereka beranggapan bumi telah menerima kedatangan jasad Soeharto.

"Saat itu banyak orang, bahkan pejabat yang datang. Semua terdiam,
terpaku dan bingung. Kata pak Begug, bumi telah mengisyaratkan
penerimaan terhadap jenazah pak Soeharto," tutur Sukirno.

Tak hanya pengalaman pribadinya dan para pekerja di Astana. Sukirno juga
mengungkapkan, bahwa para peziarah maupun warga sekitar sering
mengalami hal serupa.

"Kejadian-kejadian aneh juga sering dialami peziarah. Tak hanya malam hari,
siang pun bisa terjadi. Bagi kami, saat berkunjung ke sini hendaklah
membersihkan pikiran kita dulu. Jangan meminta pada jazad pak Soeharto
atau semua yang sudah meninggal, tapi berdoalah pada Allah SWT,"
pungkasnya.

Cerita nostalgia Pak Harto dengan Karmin, Warikun


dan Kamsiri
Mantan Presiden Soeharto memiliki cara sendiri untuk mengenang masamasa remaja bersama teman-temannya. Bekas penguasa Orde Baru itu
mengenang masa remajanya dengan bercerita dengan teman-teman masa
remajanya dulu.

Soeharto pernah menyempatkan diri untuk menerima mereka di


kediamannya di Cendana saat sudah menjabat sebagai Presiden RI. Awalnya
Soeharto tengah berziarah ke Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri.

Pak Harto kemudian meminta agar Lurah dan Camat setempat


mendatangkan dua sahabatnya semasa remaja, Karmin dan Warikun. Pak
Harto juga meminta agar guru mengajinya semasa kecil, Kamsiri,
didatangkan.

"Kepada kedua orang itu saya bertanya, 'Tahun berapa kita dulu berpisah?'
Salah seorang di antara mereka menjawab, 'Mungkin tahun 1940 Pak,"
seperti diceritakan Pak Harto dalam buku biografi 'Soeharto, Pikiran, Ucapan
dan Tindakan Saya' yang ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH.

Obrolan antara mereka pun semakin hangat. Karmin kemudian bercerita


kepada Pak Harto soal pertemuan terakhirnya dengan Pak Harto.

"Saya ingat waktu itu kita masih sama-sama naik sepeda ke desa Baji dan
Semin. Di sekat sekolah sepeda kita tidak bisa lagi kita naiki, karena kedua
desa itu merupakan pegunungan. Sepeda kita titipkan di rumah janda
sebelah utara sekolah. Terus kita berdua jalan kaki ke desa itu. Di
perempatan desa yang nanjak, Pak Harto berkata, 'Kalau pekerjaan begini
terus, saya tidak sanggup, berat sekali, saya besok tidak masuk lagi Min,"
cerita Kamin.

Mendengar cerita Karmin, Pak Harto langsung mengenangnya secara


mendalam. Mereka terus mengenang masa mudanya dalam obrolan hangat
selama lebih dari satu jam.

"Kami tertawa-tawa dalam ngobrol bersama Kamin dan Kamsiri lebih dari
satu jam lamanya itu," kata Pak Harto.

Kepada Pak Harto, Kamin mengaku sempat bermimpi bertemu dengan singa
besar sebelum dipanggil untuk menemui penguasa Orde Baru itu. Mimpi itu
akhirnya dimaknainya sebagai pertanda bahwa dia akan bertemu Pak Harto
yang saat itu menjabat sebagai presiden.

Sementara, Kamsiri amat bangga bekas murid mengajinya menjadi orang


nomor satu di Indonesia saat itu. Kamsiri kemudian bercerita mengenai
kondisi salah seorang teman remaja Pak Harto, Kang Loso, yang makin
memprihatinkan. Kang Loso menjadi buta karena ikut berjuang merebut
kemerdekaan.

Lain Kamsiri, lain pula Kang Warikun. Dia pernah mengajak teman-temannya
untuk membantu Pak Harto mengisi bak air dari sumur. Hal itu dilakukan
Warikun dan teman-teman, agar Pak Harto bisa ikut bermain sepak bola.

"... Sedang saya punya pekerjaan, dilatih disiplin oleh ayah saya. Tidak boleh
main sore bila bak mandi belum penuh. Maka Warikun dan teman-temannya
ini yang membantu. Setelah pekerjaan selesai, baru kami main bola," kenang
Pak Harto.

Dari pertemuan dengan sahabat dan bekas guru mengajinya itu, Pak Harto
mengambil sebuah pelajaran bermakna. Sebab, mereka tak kecewa meski
nasibnya jauh berada di bawah Pak Harto. Mereka hanya mengatakan, setiap
orang memiliki nasibnya sendiri, dan sebagai manusia hanya menjalani.

Emas Astana Giribangun & ledakan saat


penggalian makam Soeharto

Jauh sebelum meninggal pada 27 Januari 2008, Soeharto telah memilih makam
untuk dirinya. Meski berhak untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata,
Soeharto memilih untuk dimakamkan di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa
Tengah.

Tidak sembarangan Soeharto memilih dimakamkan di tempat tersebut,


kecintaannya pada sang istri, Ibu Tien membuatnya Astana Giribangun dipilih
sebagai tempat peristirahatannya yang terakhir.

Makam ini dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg,
komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan
Kesultanan Mataram. Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl,
sedangkan Giribangun pada 666 meter dpl. Di Astana Mangadeg dimakamkan
Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III.

Dalam buku otobiografi, 'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang
diterbitkan tahun 1989, Presiden Kedua Republik Indonesia tersebut berpesan kelak
jika ajal menjemputnya, dia minta untuk dimakamkan di Astana Giribangun. Hal ini
karena sang istri telah berpesan bahwa dirinya meminta untuk dimakamkan
dimakam keluarga tersebut kelak jika meninggal.

"Ia (Ibu Tien) dengan Yayasan Mangadeg Surakarta sudah membangun makam
keluarga di Mangadeg, tepatnya di Astana Giribangun. Masa saya harus pisah
dengan istri saya. Dengan sendiri saya pun minta dimakamkan di Astana
Giribangun," ujar Soerharto dalam buku otobiografinya tersebut di halaman 561.

Namun pembangunan makam di atas bukit itupun tidak lepas dari pergunjingan.
Banyak yang menyebut bahwa Soeharto menghiasi makam keluarga tersebut
dengan emas. Isu itu pun segera dia bantah.

"Omongan orang bahwa Astana Giribangun itu dihias dengan emas segala, omong
kosong. Tidak Benar. Dilebih-lebihkan. Lihat sajalah sendiri," ujar Soeharto.

Yang benar, menurut Soeharto, bangunan itu berlantaikan batu pualam dari Tulung
Agung. Sedangkan kayunya memang diambil dari kayu-kayu berkualitas agar kuat
dan tahan lama.

"Pintu-pintu di sana yang dibuat dari besi adalah karya pematung kita yang terkenal
G Sidharta. Alhasil segalanya buatan bangsa sendiri," terangnya.

Ledakan keras saat penggalian makam Soeharto

Beberapa saat setelah RS Pusat Pertamina mengumumkan bahwa Soeharto


meninggal dunia, Bupati Karanganyar saat itu beserta segenap Muspida langsung
menggelar rapat. Dalam rapat yang khusus membahas persiapan pemakaman
Soeharto itu juga dihadiri oleh Bupati Wonogiri, Begug Purnomosidi, juga Sukirno,
pegawai Astana Giribangun.

Keesokan harinya, dilakukan upacara bedah bumi yang dipimpin langsung oleh
Begug Purnomosidi di Astana Giribangun. Upacara kecil itu sebagai permohonan izin
kepada Tuhan yang Mahakuasa agar arwah HM Soeharto diterima. Setelah itu pun
penggalian makam dimulai.

"Hantaman linggis yang pertama menghujam, disusul hantaman yang kedua. Tepat
pada hantaman linggis yang ketiga tiba-tiba duarrrrrr. Terdengar suara ledakan yang
sangat keras bergema di atas kepala kami," ujar Sukirno dalam buku 'Pak Harto
Untold Stories' halaman 344.

Sukirno yang kini menjadi juru kunci Astana Giribangun menyebut bahwa ledakan
keras tersebut tidak mirip suara petir, melainkan lebih mirip suara bom. Namun di
sekeliling Astana tidak ada yang porak poranda akibat ledakan keras tersebut.

Semua orang yang berada di Astana langsung menengadah ke atas mencari


sumber dentuman keras atau mencari kerusakan. Namun ledakan tersebut hanya
seolah bunyi keras yang tidak meninggalkan bekas.

"Alhamdulillah, ini mengisyaratkan bahwa Pak Harto benar-benar orang besar. Bumi
mengisyaratkan penerimaannya terhadap jenazah beliau," ujar Bupati Begug kala
itu

Serangan Umum 1 Maret dan kisah Soeharto


tak mempan ditembak
Serangan Umum 1 Maret 1949 tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa
Indonesia. Peristiwa tersebut menjadi salah satu catatan penting saat
Republik ini baru mulai berdiri setelah lepas dari penjajahan Belanda.

Banyak versi seputar Serangan Umum 1 Maret tersebut. Namun demikian,


peran Letkol Soeharto tentu tidak bisa dipisahkan dalam perang untuk
merebut kembali Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta.

Tujuan utama tentu untuk menaklukkan pasukan Belanda serta


membuktikan pada dunia Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai
kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Alhasil Serangan Umum 1 Maret
bisa menunjukkan kepada dunia internasional bahwa tNI masih ada.

Kurang lebih satu bulan setelah Agresi Militer Belanda II, yaitu Desember
1948, TNI mulai menyusun strategi melakukan serangan balik terhadap
tentara Belanda yang telah mengambil alih Yogyakarta. Serangan dimulai
dengan memutuskan telepon, merusak jalan kereta api, menyerang
rombongan konvoi Belanda, serta tindakan perebutan lainnya.

Belanda terpaksa memperbanyak pos-pos di sepanjang jalan-jalan besar


yang menghubungkan kota-kota yang telah diduduki. Hal ini berarti kekuatan
pasukan Belanda tersebar di pos-pos kecil di seluruh daerah.

Ketika pasukan Belanda sudah terpencar-pencar, barulah TNI melakukan


serangan. Puncak serangan dilakukan dengan serangan umum terhadap kota

Yogyakarta terjadi pada tanggal 1 Maret 1949, di bawah pimpinan Letnan


Kolonel Soeharto.

Tepat pukul 6 pagi, serangan mulai dilancarkan ke seluruh penjuru


Yogyakarta. Serangan itu telah mendapat persetujuan dari Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dalam buku 'Pak Harto Untold Stories' karya Mahpudi Cs, Soerjono yang saat
itu menjadi staf Letkol Soeharto menyebut bahwa serangan umum 1 Maret
sudah sangat dipersiapkan secara matang. Sejak sore hari para prajurit TNI
telah memasuki Kota Yogyakarta dengan menyusup. Pos komando
ditempatkan di desa Muto. Malam hari, menjelang serangan umum itu,
pasukan telah merayap mendekati kota.

"Sebelum serangan dilakukan, Pak Harto sering mengirim telik sandi (matamata) ke Kota Yogyakarta dan Keraton. Para komandan pun sering dipanggil
untuk mematangkan strategi perang gerilya," ujar Soejono.

Pagi hari sekitar pukul 06.00, sewaktu sirene tanda jam malam berakhir
berdering, serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota. Dalam
penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor
barat sampai ke batas Malioboro.

Wilayah barat dipimpin Ventje Sumual, Selatan dan Timur dipimpin Mayor
Sardjono, Utara oleh Mayor Kusno . Di wilayah kota sendiri ditunjuk Letnan
Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki
kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, pasukan TNI
mengundurkan diri.

"Saya merasakan langsung kepemimpinan Pak Harto sejak perencanaan


hingga pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret," terang Soerjono.

Soerjono juga mengaku jauh sebelum peristiwa Serangan Umum Satu Maret,
dirinya sudah lama ikut Soeharto bergerilya di hutan-hutan. Soeharto pun
selalu tampil di depan saat bertempur melawan Belanda.

"Pada saat itu, Pak Harto seolah-olah memiliki kekuatan mental yang luar
biasa. Boleh percaya atau tidak, tetapi Pak Harto seperti tidak mempan
ditembak. Pak Harto selalu di barisan depan jika menyerang atau diserang
Belanda. Saya sering diminta menempatkan posisi diri di belakang beliau,"
ujar Soerjono di halaman 99 buku tersebut.

"Saya ingat kata-kata Pak Harto, kalau takut mati tidak usah ikut perang,"
terangnya.

Sebelum meninggal pada tahun 2008 lalu, Soerjono pun sempat


menyayangkan beberapa orang yang meragukan peranan Soeharto dalam
peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Menurutnya mereka yang
mempersoalkan tersebut karena tidak menyukai Soeharto.

"Saya sendiri merasakan keikhlasan Pak Harto pada saat perang dan terus
berjuang membangun Indonesia ini. kelak generasi penerus akan melihat
nilai-nilai positif yang sudah pasti di Lakukan Soeharto untuk Indonesia,"
terangnya.

Sindir SBY, Wiranto sebut Pak Harto tak


pernah berbaju kuning
Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Wiranto, membandingkan
kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan mendiang
mantan Presiden Soeharto, soal perlakuan kepada partai. Menurut dia,
mestinya pemimpin negara harus memperlakukan semua kekuatan politik
dengan adil.

"Saya sudah usul kepada semua pemimpin, Presiden Republik Indonesia itu
presiden rakyat Indonesia. Jadi yang mesti disejahterakan seluruh rakyat,
termasuk semua parpol. Tidak boleh dibedakan," kata Wiranto menghadiri
peluncuran situs Partai Hanura, di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan,
Jakarta Selatan, Senin (25/2).

Wiranto membanggakan sosok mendiang mantan Presiden Soeharto. Dalam


kenangan dia saat menjadi ajudan presiden RI kedua itu sejak 1995 sampai
1998, dia mengatakan almarhum Soeharto tidak pernah membedakan partai
politik.

"Saya menjadi ajudan pak Harto tiga tahun. Tidak pernah Pak Harto pakai
baju kuning. Semua parpol diberi kantor dan dana," ujar Wiranto.

Menurut Wiranto, saat tokoh politik sudah dipilih rakyat, maka berakhirlah
loyalitas kepada partainya. Caranya dengan mundur dari jabatan partai.
Menurut dia, tokoh itu dan mulai menunjukkan loyalitas kepada rakyat dan
menghindari perbuatan yang tidak adil.

Wiranto menambahkan, sosok presiden itu mengayomi semua kekuatan


politik. Selain itu, presiden adalah supreme commander (panglima tertinggi).

"Ngurus negara saja kadang 24 jam sudah tidak cukup, apalagi disambi
ngurus partai," lanjut Wiranto.

Kisah Soeharto yang dituding korupsi


memerangi korupsi

Tidak hanya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dibuat pusing
dengan korupsi. Presiden kedua RI Soeharto ternyata juga pernah mengalami
hal yang sama di era tahun 1970-an.

Soeharto yang turun karena isu korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) ternyata
mengaku pernah berjuang memberantas korupsi yang sudah ada ketika
zaman Orde Lama berkuasa. Hal ini dia sampaikan dalam buku otobiografi
'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang ditulis oleh Ramadhan
KH dan G Dwipayana.

Pada tahun 1970 para mahasiswa pernah mengadakan demonstrasi dan


menempel-nempelkan poster di jalan-jalan Ibu Kota, di mobil dan bus-bus
soal pemberantasan korupsi. Saat itu surat kabar juga ramai memberitakan
soal korupsi.

Para mahasiswa lalu membentuk Komite Anti Korupsi (KAK). "Saya


mengadakan dialog langsung dengan mahasiswa-mahasiswa itu baik di Jalan
Cendana maupun di Istana negara," ujar Soeharto dalam buku otobiografinya
halaman 250.

Menurut Soeharto saat itu pemerintah telah memiliki Badan Pengawas


Keuangan (BPK), aparat yang ditugasi untuk menyelidiki kesalahankesalahan dalam pemakaian uang negara.

"Lalu saya bentuk Pengatur Keuangan Negara (Pekuneg) yang fungsinya


mengumpulkan bahan-bahan tentang kesalahan yang dituduhkan atas
anggota-anggota pemerintah lama. Kita berhasil mendapatkan kembali
dana-dana tidak tetap yang disimpan oleh orang-orang yang bersalah baik
disimpan di Indonesia maupun di luar negeri," ujar Soeharto.

Ada beberapa pegawai tinggi dan jenderal yang diajukan ke pengadilan


waktu itu dan dijatuhi hukuman.

"Saya juga pernah mengangkat Tim Pemberantasan Korupsi di bulan April


1967 di bawah pimpinan Jaksa Agung Sugiharto dan beranggotakan
beberapa wartawan dan dari wakil-wakil kesatuan aksi," terangnya.

Di tahun 1970, mahasiswa kembali melakukan aksi demonstrasi besarbesaran. Soeharto pun langsung menanggapi tuntutan mahasiswa itu.
Soeharto lalu membentuk 'Komisi empat' yang diisi oleh tokoh politik PNI,
Wilopo dan beranggotakan pemimpin Partai Katolik IJ Kasimo, mantan rektor
Universitas Gadjah Mada Prof Johanes dan tokoh-tokoh lain.

Tim ini lalu mengeluarkan rekomendasi antara lain mengenai Pertamina,


Bulog dan penanaman modal asing dalam bidang kehutanan dan
administrasi pada umumnya. "Terhadap rekomendasi ini, Saya mengeluarkan
keputusan untuk meminta agar pejabat menyerahkan daftar harta kekayaan
mereka kepada saya," ujar Soeharto.

Pada bulan Juli di tahun yang sama, ada pejabat tinggi yang yang diadili.
Soeharto mengaku meneliti langsung data-data tersebut. Jaksa Agung saat
itu juga dinilai suami Ibu Tien ini sudah bekerja keras.

Menurut Soeharto, di dunia ini tidak ada yang membenarkan korupsi. Tidak
ada dalam pengertian yang sebenarnya, tidak ada yang membenarkan
korupsi yang merugikan negara.

"Korupsi sebagai isu politik memang paling ampuh mudah sekali diterima
rakyat. Selama ada pertentangan politik menuju perebutan kekuasaan, isu
korupsi selalu akan muncul di permukaan. Kita harus waspada
menghadapinya, tanpa mengurangi usaha untuk mencegah dan
memberantas korupsi itu sendiri," pungkas Soeharto mengakhiri bab 34.

Benarkah Soeharto juga ingin memberantas korupsi?

Setelah lengser di tahun 1998, berbagai elemen masyarakat mulai menuntut


agar digelar pengusutan dan pengadilan atas mantan presiden yang
berkuasa paling lama di Indonesia itu. Pada 1 September 1998, tim
Kejaksaan Agung mengumumkan adanya indikasi penggunaan uang yayasan
di bawah pemerintahan mantan Presiden Soeharto. Melalui Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI) pada 6 September 1998, Soeharto muncul dan
menyatakan bahwa dia tidak mempunyai kekayaan di luar negeri.

Jaksa Agung AM Ghalib dan Menko Wasbang/PAN Hartarto menemuinya di


Jalan Cendana (Jakarta) untuk mengklarifikasi penyataan tersebut (21
September 1998). Pada 21 November 1998, Fraksi Karya Pembangunan (FKP)
mengusulkan kepada pemerintah agar menetapkan mantan Presiden
Soeharto sebagai tahanan kota. Ini merupakan tindak awal pengusutan harta
dan kekayaan Soeharto yang diduga berasal dari Kolusi, Korupsi, dan
Nepotisme (KKN).

Pada 12 Mei 2006, bertepatan dengan peringatan sewindu Tragedi Trisakti,


Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh mengeluarkan pernyataan bahwa
pihaknya telah mengeluarkan Surat Keputusan Penghentian Penuntutan
(SKPP) perkara mantan Presiden Soeharto, yang isinya menghentikan
penuntutan dugaan korupsi mantan Presiden Soeharto pada tujuh yayasan
yang dipimpinnya dengan alasan kondisi fisik dan mental terdakwa yang
tidak layak diajukan ke persidangan. SKPP itu dikeluarkan Kejaksaan Negeri
Jakarta Selatan pada 11 Mei 2006, namun SKPP ini lalu dinyatakan tidak sah
oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 12 Juni 2006.

Keris, pusaka favorit Soeharto


Semasa hidupnya, mantan Presiden Soeharto menyisakan banyak cerita. Salah
satunya adalah cerita-cerita Soeharto mengoleksi benda-benda pusaka.

Dalam buku 'Misteri Pusaka-pusaka Soeharto' karya Ki Juru Bangunjiwo, dikupas


mengenai jejak spiritual Soeharto. Rupanya, presiden kedua RI itu sangat
mempercayai dunia kebatinan dan benda-benda pusaka.

Dalam perjalan hidupnya, Soeharto banyak menyimpan masa lalu penuh misteri.
Terutama soal kecintaannya pada benda pusaka.

Selama 32 tahun berkuasa, Soeharto mengoleksi beragam pusaka, mulai dari yang
berbentuk batu, kayu, lukisan, keris, tombak, dan aneka senjata tajam lainnya. Di
antara sekian banyak koleksi pusakanya yang tak terbilang jumlahnya itu, keris
adalah pusaka yang paling berarti bagi Soeharto.

Makna pusaka keris sebagai piyandel dan diwujudkan dalam sifat kandel. Piyandel
artinya bahwa keris merupakan sebuah keyakinan akan sebuah harapan, doa, dan
cita-cita yang ditorehkan dan disimpan untuk diteruskan kepada anak cucunya.

Soeharto juga meyakini, keris melambangkan pentingnya keprihatinan dalam


kehidupan ini. Sehingga anugerah yang turun bukan untuk diri sendiri, tetapi bagi
keturunannya.

Selain itu, di balik keris sebenarnya terkandung makna mendalam dan berguna bagi
kehidupan. Soeharto yakin, pusaka keris berarti pula pengendalian diri. Dia
memahaminya sebagai sarat ketenangan, halus, lambat dan sabar.

Keris juga menggambarkan pemiliknya tidak boleh tergesa-gesa dan memamerkan


diri harta kekayaannya. Jangan sampai seseorang itu tahu kalau mempunyai
kelebihan.

Di dunia internasional, keris telah mendapatkan penghargaan dari Badan Dunia


Unesco sebagai 'Karya Agung Pusaka Warisan Dunia' dengan sebutan A Masterpiece
of Oral and Intengible Heritage of Humanity.

Soeharto, presiden yang gemar bertapa

Siapa yang menyangka bila anak desa akan memegang kekuasaan di Nusantara
selama 32 tahun. Soeharto, anak dari pasangan Sukirah dan Kertoredjo ini menjadi
pemimpin paling lama berkuasa sejak Indonesia merdeka.

Soeharto lahir pada 8 Juni 1921, di rumah sederhana di Dusun Kemusuk, Desa
Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Dari dusun kecil itulah
kemudian lahir salah satu tokoh besar yang mendunia.

Soeharto adalah contoh pemimpin dengan filosofi kepemimpinan bersumber dari


tradisi Jawa. Dia adalah pengamal setia tradisi warisan leluhurnya. Salah satu ciri
utama filosofi Jawa yang benar-benar dihayati Soeharto adalah penghormatan
terhadap harmoni dan keselarasan hubungan antara manusia dan alam semesta.

Sebagai orang Jawa, Soeharto pun sadar untuk mencapai sebuah puncak pimpinan
kekuasaan tidak hanya bermodal kekuatan militer dan kelihaian strategi politik,
'lelaku' pun dia jalani untuk memperkuat keyakinannya.

Dalam buku 'Dunia Spiritual Soeharto', Arwan Tuti Artha, banyak mengulas tentang
lelaku ritual yang dilakukan oleh penguasa rezim orde baru itu. Tempat-tempat
kramat banyak yang dikunjungi Soeharto untuk mempertahankan posisinya sebagai
penguasa tunggal di bumi pertiwi kala itu.

Beberapa tempat laku spiritual Soeharto pernah ditelusuri oleh Arwan. Sebut saja
Padepokan Lang Lang Buana Gunung Srandil di Cilacap, Kali Garang, Sampangan
Semarang, makam Pangeran Purbaya di Desa Maguwaharjo, Berbah, Sleman dan
masih banyak temapt yang dia datangi untuk bertapa.

Bahkan masyarakat di Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Cilacap, mengaku


sering melihat rombongan kepresidenan yang dipimpin Soeharto mendatangai
tempat pemujaan Jambe Pitu. yang terdapat di desa tersebut. Penguasa orde baru
ini selalu datang didampingi seorang guru spiritual kepercayaannya yang berasal
dari Semarang yang bernama Romo Diyat.

Apa yang diharapkan Soeharto dari semua ritual mistik yang dijalankannya?
Sebagai pemimpin atau raja, Soeharto ingin meraih derajat tertinggi yakni 'Sabda
Panditha Ratu'.

Artinya segala perintah dan keinginannya adalah perintah yang tidak bisa dibantah
lagi oleh siapapun. Untuk bisa bisa mencapai tingkat tersebut Soeharto, harus
menjalin hubungan yang harmonis dengan alam dan leluhur demi langgengnya
kekuasaan Orde Baru

4 Tradisi spiritual dan kebatinan Pak Harto

Muhammad Soeharto merupakan salah seorang pria Jawa yang pernah


menjabat sebagai Presiden Indonesia. Soeharto menjadi orang nomor satu di
Indonesia selama kurang lebih 32 tahun lamanya.

Pak Harto lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu,


Bantul, Yogyakarta, pada 8 Juni 1921 silam. Pak Harto dilahirkan dari sebuah
keluarga Jawa yang sederhana. Ayahnya bernama Kertoredjo alias Wagiyo
alias Panjang alias Kertosudiro dan ibunya bernama Sukirah.

Sebagai seorang pria Jawa, Pak Harto menganut falsafah Jawa dalam
menjalani hidupnya. Pak Harto juga menjalankan sejumlah tradisi Jawa yang
dipercayainya.

Berikut empat tradisi Jawa yang dianut mantan penguasa Orde Baru itu
1. Gemar bertapa

Soeharto adalah penganut setia tradisi leluhurnya. Karenanya tak heran jika
Pak Harto menggunakan filosofi Jawa dalam kepemimpinannya.

Dalam buku 'Dunia Spiritual Soeharto', Arwan Tuti Artha, diceritakan Pak
Harto banyak mengunjungi tempat-tempat keramat untuk bertapa. Ritual itu
dilakukan Pak Harto untuk mempertahankan posisinya sebagai penguasa
tunggal di Indonesia saat itu.

Tempat-tempat spiritual itu beberapa di antaranya adalah; Padepokan Lang


Lang Buana Gunung Srandil di Cilacap, Kali Garang, Sampangan Semarang,
makam Pangeran Purbaya di Desa Maguwaharjo, Berbah, Sleman dan lainlain.

Masyarakat di Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Cilacap, mengaku


sering melihat rombongan kepresidenan yang dipimpin Pak Harto
mendatangi tempat pemujaan Jambe Pitu yang terdapat di desa tersebut.
Penguasa Orde Baru ini selalu datang didampingi seorang guru spiritual
kepercayaannya yang berasal dari Semarang yang bernama Romo Diyat.
2. Pecinta keris pusaka

Sebagai pria Jawa, Pak Harto sangat mencintai benda-benda pusaka. Dalam
buku 'Misteri Pusaka-pusaka Soeharto' karya Ki Juru Bangunjiwo, diceritakan
Pak Harto sangat mencintai benda pusaka.

Keris menjadi pusaka yang paling berarti bagi Pak Harto. Makna pusaka keris
sebagai piyandel dan diwujudkan dalam sifat kandel. Piyandel artinya bahwa
keris merupakan sebuah keyakinan akan sebuah harapan, doa, dan cita-cita
yang ditorehkan dan disimpan untuk diteruskan kepada anak cucunya.

Soeharto juga meyakini, keris melambangkan pentingnya keprihatinan dalam


kehidupan ini. Sehingga anugerah yang turun bukan untuk diri sendiri, tetapi
bagi keturunannya.
3. Tidur di tritisan luar rumah

Soeharto dikenal sebagai seorang Presiden Indonesia yang mempercayai


dunia mistis. Sejak kecil, Pak Harto sudah mempelajari spiritual, salah
satunya dari ayah tirinya Atmopawiro.

Salah satu ilmu spiritual yang dijalankan Pak Harto adalah tidur di tritisan
atau di bawah ujung atap di luar rumah. Pak Harto juga rajin menjalankan
puasa Senin Kamis.

"Pada masa itu saya ditempa mengenal dan menyerap budi pekerti dan
filsafah hidup yang berlaku di lingkungan saya. Mengenal agama dan tata
cara hidup Jawa," kata Soeharto dalam biografi 'Soeharto, Pikiran, Ucapan
dan Tindakan Saya' yang ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH.

Sebagai pria Jawa, Pak Harto benar-benar menghayati soal penghormatan


terhadap harmoni dan keselarasan hubungan antara manusia dan alam
semesta.
4. Dekat dengan ilmu kebatinan

Selain menyukai benda pusaka, Pak Harto sangat mempercayai dunia


kebatinan. Pak Harto percaya hubungan manusia harus harmonis dan selaras
dengan alam semesta.

Dalam buku biografi 'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang
ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH, penguasa Orde Baru itu mengakui
kedekatannya dengan ilmu kebatinan.

Namun, jenderal besar itu menampik jika ilmu kebatinan disamakan dengan
klenik. Menurutnya, ilmu kebatinan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan
yang Maha Esa.

"Sesuai dengan peninggalan nenek moyang kita. Ilmu kebatinan itu adalah
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Mendekatkan batin kita kepada-Nya.
Orang kadang-kadang salah kaprah, mengira ilmu kebatinan itu ilmu klenik,"
kata Soeharto.

You might also like