Professional Documents
Culture Documents
Reporter : Islahudin
Jumat, 29 Maret 2013 17:04:00
Kategori
Peristiwa
Berita tag terkait
Mas Kris, preman penguasa judi Pasar Terban Yogya
TNI AD masih pakai peluru yang ditemukan di Lapas Cebongan
26
Dalam struktur kategorisasi preman yang disusun Peneliti LIPI Ulil Amri, kelas
preman yang paling bawah adalah preman kecil. Jenis preman kecil ini adalah yang
paling bawah dalam struktur preman di Yogyakarta. Dalam pengamatan Ulil, ciri
preman kelas ini kerap menonjolkan ukuran tubuhnya dengan sering memakai baju
ketat dan memamerkan tato di bagian tubuhnya.
Sosok preman yang ditemui Ulil dalam kategorisasi ini adalah Mas Yono, 61 tahun,
bukan nama sebenarnya. Dalam penelitian Ulil, Mas Yono sering mangkal dan
berjaga di kawasan Pasar Terban, Yogyakarta. Dalam kesehariannya, Mas Yono
sering menggunakan celana pendek yang dipadu dengan kemeja ketat.
Dalam catatan Ulil, Mas Yono lahir di Jogoyudan, Yogyakarta. Keberingasan Mas
Yono, menurut Ulil, dimulai sejak duduk di bangku SMA. Ulil menuliskan, saat itu Mas
Yono duduk di kelas 2 SMA. Saat pelajaran olahraga, ada dari ucapan gurunya
membuatnya tersinggung. Tanpa berpikir panjang Mas Yono langsung memukul
sang guru. Sampai akhirnya dia dikeluarkan tanpa peringatan oleh pihak sekolah.
Setelah kejadian itu sikap bengalnya kian menjadi-jadi. Ulil menjelaskan, setelah
dikeluarkan dari sekolah Mas Yono mulai nekat mencuri, mencopet, hingga memalak
orang. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi keluarganya yang kurang
mampu.
Tak sampai di situ, perkembangan Mas Yono makin gemar menenggak minuman
keras. Sampai dalam suatu kejadian dia berselisih dengan salah satu anak komplek
militer yang tidak jauh dari rumahnya.
Meski begitu keberuntungan masih juga mendekati Mas Yono. Pada 1987 dia masuk
dalam satgas Golkar untuk keamanan pemilu. Jabatannya tidak tanggung-tanggung,
sebagai komandan satgas. Dalam catatan Ulil, pada 1997, jabatan Mas Yono naik
menjadi pasukan elite satgas Golkar yang bernama Pasukan Khusus Cakra.
Setelah bergulir reformasi Mas Yono meninggalkan semua kegiatannya yang terkait
dengan dunia hitam. Oleh Mas Kris penguasa judi Pasar Terban Yogya, Mas Yono
dipercaya sebagai penjaga keamanan kawasan Terban termasuk Pasar terban,
tempat lokasi hari judi dilakukan saat itu. Setiap hari Mas Yono mendapat upah dari
Mas Kris atas tugasnya sebagai penjaga keamanan.
15
Tiga sosok preman di Yogyakarta yang ditelisik Ulil Amri pada 2004-2005 dituliskan
dengan detail dalam penelitiannya. Ketiga preman itu dituliskan seperti minibiografi, sesuai kelas, aksi dan jumlah aset ekonomi yang dimilikinya. Untuk
mendapatkan data itu, Ulil yang asli Makassar itu menjelaskan, bahkan dirinya
harus merengek-rengek untuk ikut melihat aksi sosok preman yang ditulis dalam
melakukan aksinya dalam mengambil upeti atau membagi hasil pada bawahannya.
"Saya tidak bisa memberitahukan siapa saja mereka. Saya sudah berjanji kepada
mereka. Tapi tentang ciri, aksi, kekuasaan, aset, dan tempat tinggal bisa saya
kisahkan," kata Ulil Amri, kini peneliti di Pusat Penelitian Sumber Daya Regional,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kepada merdeka.com pada Kamis
(28/3) malam.
Menurut Ulil, sosok preman Yogyakarta yang paling terkenal adalah Joko yang
berasal dari Kampung Badran. Dalam penelitian Ulil, tokoh preman Yogya yang
masuk dalam kategori preman Yogya kelas atas. Sosok Joko, menurut Ulil, adalah
sosok yang terkenal di seantero Yogyakarta. Sebagai preman, dia memiliki aset
kapital yang tidak sedikit, mulai dari angkutan umum hingga mobil pribadi.
"Orang Yogya bisa menebak orangnya. Orangnya sudah meninggal," ujar Ulil lebih
lanjut.
Menurut Ulil, Joko memiliki kekuasaan sekitar Jalan Malioboro Yogyakarta, lalu
perjudian dan prostitusi di Pasar Kembang, hingga perjudian di kawasan Terban.
Menurut Ulil, Joko ini adalah salah satu pentolan satgas dari Partai Persatuan
pembangunan pada masa Orde Baru. Kelak jabatannya sebagai pentolan dan
kedekatannya dengan pihak partai berlambang Kabah itu melejitkan namanya
dalam jagat hitam Yogyakarta.
Dari penjelasan Ulil, tampilan fisik Joko biasa saja, ukuran badannya seperti orang
Jawa kebanyakan. Tinggi badannya sekitar 175 cm. Kulitnya coklat kehitaman, sorot
matanya tajam selalu awas pada orang di sekelilingnya, dan suaranya terdengar
keras atau melengking bila marah. Joko memiliki pembawaan yang selalu emosional
dan meledak-ledak.
Kisah kerasnya kehidupan Joko dimulai sejak tahun 80-an. Dia menikah pada umur
17 tahun pada 1979 dan anak pertamanya lahir setahun kemudian. Pada masa itu,
entah karena sial atau kenapa, dalam penelitian Ulil, Joko terlibat baku hantam
dengan seorang perwira tinggi militer di Yogyakarta. Dalam perkelahian itu, Joko
mengakhiri hidup sang perwira itu.
Setelah kejadian itu, Joko menjadi buronan petugas keamanan di Yogyakarta saat
itu. mengetahui diri menjadi buron, Joko melarikan diri ke Jombang. Di kampung
santri itu, Joko ia menimba ilmu agama. Namun tidak sampai setahun, dia kembali
ke Yogya dan langsung ditangkap dan dijebloskan di penjara.
Dari penelitian Ulil menyebutkan, masa muda Joko seperti berlangganan dengan sel
penjara. Setelah melewati masa tahanan, Joko bukannya berubah. Sikap
serampangan dan gampang membunuh orang kian menjadi-jadi. Dari hasil
wawancara yang didapatkan Ulil, Joko bahkan pernah membacok orang dengan
clurit lantaran cek-cok di sebuah bengkel dekat Kantor PLN Jalan Mangkubumi,
Yogyakarta. Akibat perbuatannya itu Joko kembali masuk penjara selama tiga tahun
lebih.
Dalam sel di penjara, Joko di tempatkan dengan tahanan yang memiliki jenis
kejahatan pembunuhan juga. Dari situ, Joko jeli membangun persahabatan dengan
sesama tahanan. Kelak setelah keluar dari penjara, Joko menghidupkan kembali
hubungan pertemanannya itu dalam bentuk relasi kelompok bisnis keamanan di
Yogyakarta.
Tidak lama berselang, Joko bergabung dengan salah satu satuan tugas Partai
Persatuan Pembangunan pada masa Orde Baru. Posisinya sebagai pentolan
keamanan untuk PPP kian melambungkan namanya di kalangan elit dan pejabat di
Yogyakarta. Di kalangan elit Yogya, dari penuturan Ulil, Joko dikenal memiliki
kemampuan lobi yang mumpuni. Selain itu Joko terus mengasah kemampuannya
dengan kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Janabadra, Yogyakarta.
Tidak sampai di situ, Joko juga terus belajar Bahasa Inggris dengan mentor khusus.
Dalam penuturan Ulil, dalam waktu-waktu tertentu, Joko menyempatkan diri jalanjalan ke berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Menurut Ulil, hal itu dilakukan
Joko untuk mengetahui kondisi politik nasional atau internasional.
Dari segi kehidupan sosial, Ulil menjelaskan, sosok Joko dalam lingkungan akrab
seperti masyarakat umumnya. Joko juga gambarkan sebagai sosok yang dekat
tokoh-tokoh pemuka agama di Yogyakarta. Bahkan dalam penelitian Ulil, Joko
dikenal sebagai penderma dan pemborong pembuatan masjid di Yogyakarta.
Jumlahnya masjid yang dibikinnya mencapai 17 masjid.
Peristiwanya terjadi tahun 2000, kiai terkenal itu datang mau menanam tanah di
sudut-sudut rumah Soeharto di Jl Cendana. Kiai itu mengatakan tanah itu berasal
dari makam Wali Songo. Tak cuma itu, ada juga kertas yang berbunyi "Wahai
Pangeran Diponegoro, kami mohon perlindunganmu..."
Brigjen Anton Tabah merasa tindakan kiai itu sudah musyrik. Anton pun mendekati
Soeharto. Sambil memijit kaki Soeharto, Anton menceritakan kisah Nabi Yunus yang
ditelan ikan. Dalam perut ikan, Nabi Yunus terus mengucap doa tiada Tuhan selain
Allah.
"Meminta pertolongan kepada selain Allah itu kan musyrik ya, Pak? Bapak sudah
teraniaya, mohon jangan sampai terjebak musyrik. Seandainya kita boleh minta
tolong kepada yang telah mati, maka lebih tepat kita minta tolong kepada Nabi
Muhammad SAW. Tetapi itu pun kan tidak juga tidak boleh Pak," katanya.
"Kamu benar, Ton. Kiai itu tidak benar, dia meminta uang yang sangat banyak pada
saya. Jika kiai itu datang lagi, supaya disuruh pulang saja," kata Soeharto.
Anton mengaku disalami seluruh staf di kediaman Pak Harto karena peristiwa itu.
"Sesuai dengan peninggalan nenek moyang kita. Ilmu kebatinan itu adalah untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan. Mendekatkan batin kita kepada-Nya. Orang
kadang-kadang salah kaprah, mengira ilmu kebatinan itu ilmu klenik," kata
Soeharto dalam biografi 'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang ditulis
G Dwipayana dan Ramadhan KH.
Perdana Menteri Malaysia Tun Mahatir bin Mohamad kemudian menjadi sahabat
Soeharto. Dia memuji kepemimpinan Soeharto yang berwibawa. Kala itu Malaysia
sangat menghormati Indonesia.
Saya merasa terhormat dapat diterima Pak Harto sebagai sahabat," kenang Mahatir
dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories' terbitan Gramedia Pustaka Utama.
Kampung ini diberi nama Soeharto untuk menghormati Presiden kedua RI. Pada
tahun 1977, Soeharto dan Ibu Tien mengunjungi Felda Sungai Dusun. Sebagai
penghormatan nama kampung ini diubah menjadi Felda Soeharto.
Kunjungan Soeharto ke Selangor sekaligus mencairkan hubungan IndonesiaMalaysia yang sempat tegang akibat konfrontasi Ganyang Malaysia yang dicetuskan
Soekarno.
2. 'Seorang yang benar-benar, sungguh-sungguh'
Tunku Abdul Rahman berkonfrontasi dengan Soekarno saat Dwikora. Baru setelah
Soekarno dilengserkan Soeharto kedua negara memasuki era baru.
3. Menghormati Pak Harto sebagai pemimpin ASEAN
Pujian ini dicetuskan oleh mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohamad.
Menurut Mahatir, Soeharto sangat disegani para pemimpin di ASEAN. Indonesia kala
itu memegang peranan penting di Asia Tenggara,
"Di ASEAN, Pak Harto memainkan peranan yang sangat penting. Para pemimpin
negara ASEAN mendudukkan Pak Harto sebagai orang tua. Kejatuhan Pak Harto
merupakan kerugian yang besar di Asia Tenggara karena beliau sangat dihormati
oleh para pemimpin Asean lainnya," kenang Mahatir dalam buku Pak Harto The
Untold Stories terbitan Gramedia Pustaka Utama.
Indonesia pun digelari Big Brother di ASEAN. Mereka sering menunjuk Indonesia
untuk menjadi penengah bila ada konflik.
4. 'Indonesia lebih jaya dari Malaysia'
Begitu dengan Singapura yang merupakan negara paling maju di Asia Tenggara.
Mahatir menilai Singapura hanya negara kota.
"Melihat Indonesia tidak bisa sama dengan melihat Malaysia. Sama halnya melihat
Malaysia dengan Singapura, karena Singapura hanya sebuah bandar (kota). Dengan
demikian, mengelola sebuah negara yang kecil lebih mudah dibandingkan
mengelola sebuah negara yang besar.
5. 'Indonesia dan Malaysia satu bangsa'
Menurut mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohamad Indonesia adalah satu
bangsa. Begitu juga Soeharto yang menganggap Indonesia dan Malaysia
bersaudara.
"Pak Harto menganggap Malaysia sebagai bangsa yang serumpun, begitu pula saya
menempatkan Indonesia sebagai bangsa serumpun. Hanya karena sejarah yang
membuat Indonesia dan Malaysia terpisahkan, namun sesungguhnya kedua bangsa
berasal dari satu bangsa."
"Dimana-mana, dalam hubungan dua negara selalu ada konflik. Secara geografis
Malaysia berada di tengah-tengah di antara lima negara ASEAN. Dengan setiap
negara, Malaysia memiliki masalah. Malaysia memiliki masalah dengan Thailand,
Singapura, Philipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia, tetapi yang paling mudah
diselesaikan adalah dengan Indonesia. Jadi saya merasa berutang budi terhadap
Indonesia dan Pak Harto," puji Mahatir.
Intai Amfibi Korps Komanda Angkatan Laut (KIPAM KKO-AL), tak mau
menyerah.
Pada pukul 12.05 WIB, anggota RPKAD Kopral Anang turun lebih dulu ke
Lubang Buaya. Dia mengenakan masker dan tabung oksigen. Anang
mengikatkan tali pada salah satu jenazah. Setelah ditarik, yang pertama
adalah jenazah Lettu Pierre Tendean, ajudan Jenderal Nasution. Pukul 12.15
WIB Serma KKO Suparimin turun, dia memasang tali pada salah satu
jenazah, tapi rupanya jenazah itu tertindih jenazah lain sehingga tak bisa
ditarik.
Lalu giliran Prako KKO Subekti yang turun pukul 12.30 WIB. Dua jenazah
berhasil ditarik, Mayjen S Parman dan Mayjen Suprapto. Pukul 12.55 WIB,
Kopral KKO Hartono memasang tali untuk mengangkat jenazah Mayjen MT
Haryono dan Brigjen Sutoyo.
Pukul 13.30 Serma KKO Suparimin turun untuk kedua kalinya. Dia berhasil
mengangkat jenazah Letjen Ahmad Yani. Dengan demikian, sudah enam
jenazah pahlawan revolusi yang ditemukan.
Sebagai langkah terakhir, harus ada seorang lagi yang turun ke sumur untuk
mengecek apakah sumur sudah benar-benar kosong. Tapi semua penyelam
KKO dan RPKAD sudah tak ada lagi yang mampu masuk lagi. Mereka semua
kelelahan. Bahkan ada yang keracunan bau busuk hingga terus muntahmuntah.
Kapten KKO Winanto sendiri terus melanjutkan karirnya di TNI AL. Lulusan
Akademi Angkatan laut tahun 1959 ini pernah menjabat Komandan Resimen
Latihan Korps Marinir, Komandan Brigade Infanteri 2/Marinir sebelum pensiun
sebagai Gubernur AAL.
INILAH, Jombang - Ikrar damai antar perguruan silat yang digelar di Mapolres
Jombang diwarnai ketegangan. Hal itu terutama antara perwakilan dari PSHT
(Persaudaraan Setia Hati Terate) dengan IKS PI (Ikatan Keluarga Silat Putra
Indonesia) Kera Sakti, Jumat (18/11/2011).
Namun lontaran ide itu disambut dengan sinis oleh Ketua IKS PI Kera Sakti,
Atim. Menurutnya, ide arisan itu sesuatu yang lucu. Karena yang
mengadakan acara tersebut adalah perguruan silat. Lebih tepatnya, menurut
Atim, pertemuan itu diisi dengan acara perkelahian antara pimpinan
perguruan silat.
Ketegangan itu langsung ditengahi oleh Kapolres AKBP Marjuki dan juga
Wabup Jombang, Widjono Soeparno. Mereka berharap, kejadian di kawasan
hutan Sukodadi Kabuh itu tidak terulang lagi. Selain itu, mereka juga
berharap agar Jombang tetap kondusif. "Jangan sampai ada perkelahian
lagi," kata Kapolres.
Dalam acara tersebut seluruh Perguruan silat yang hadir membacakan ikrar
damai. Selain itu mereka juga menandatangani kesepakatan secara
bersama. Perguruan yang hadir meliputi PSHT (Persaudaraan Setia Hati
Terate), IKS PI Kera Sakti, Tapak Suci, Pagar Nusa, Nurharias, serta Persinas
Asad LDII.[beritajatim]
PSHT
Surabaya, Indonesia
|
Reply
Report Abuse
|
Judge it!
|
#2
Nov 19, 2011
INILAH, Kediri - Petugas Polres Kediri Kota memanggil tiga orang saksi dari
dua perguruan silat, Kera Sakti dan Setia Hati Teratai (SHT). Menyusul, aksi
penyerangan yang dilakukan kawanan pria yang diduga berasal dari
pendekar perguruan Kera Sakti terhadap seorang pemuda pendatang dari
salah satu suku di Indonesia, yang dikabarkan dari SHT.
AKBP Ratno Kuncoro mengakui, ada indikasi konflik antar perguruan, sebagai
latar belakang persoalan itu. Tetapi, kapolres belum bisa memastikan
penyerangan tersebut apakah ada kaitannya dengan insiden penyerangan
beberapa pendekar SHT terhadap Kera Sakti di Kabupaten Jombang,
beberapa waktu lalu.
Surabaya, Indonesia
Reply
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#3
Nov 19, 2011
Surabaya, Indonesia
|
Report Abuse
|
Reply
Judge it!
|
#4
Nov 19, 2011
Pernyataan itu dilontarkan Atim, Ketua Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia
(IKS PI) Kera Sakti Jombang usai mengikuti ikrar damai antar perguruan silat
se-Kabupaten Jombang, di Mapolres setempat, Jumat (18/11/2011). "Kami
berharap polisi segera menangkap pelaku penyerangan yang membuat 6
pesilat Kera Sakti terluka," kata Atim menegaskan.
Ratusan orang itu melempari truk dengan batu. Setelah truk berhenti, massa
yang muncul dari hutan itu menyerang anggota KS menggunakan pedang
dan celurit. Bahkan, menurut pengakua korban, penyerang itu juga
melemparkan bom molotov. Karena lawannya menggunakan senjata tajam,
anggota KS kocar-kacir.
Akibat kejadian itu, enam anggota KS mengalami luka bacok dan dilarikan ke
RSUD Jombang. Bahkan satu diantaranya mengalami kritis karena luka bacok
di kepala. Selain itu, tujuh truk yang digunakan oleh rombongan juga rusak.
Kaca depan truk tersebut hancur terkena lemparan batu.[suf/but]
PSHT
Surabaya, Indonesia
|
Reply
Report Abuse
|
Judge it!
|
#5
Nov 19, 2011
Mereka keluar lagi dari hutan. Bentrok berdarah tak terelakkan. Karena
jumlah massa yang mencapai ratusan, polisi kuwalahan. "Seandainya
rombongan Kera Sakti tidak turun dari truk, maka bentrok bisa terhindarkan.
Kita sudah berusaha mengamankan, namun pesilat Kera Sakti justru
mengejar dan melempari penyerang dengan batu," tambah Suhartono.
Selain itu, petugas juga menyita sejumlah bom molotov, dua kardus batu,
serta ikat pinggang yang ujungnya terbuat dari gear sepeda, serta sebuah
baju seragam milik PSHT.[suf/but]
PSHT
Surabaya, Indonesia
Reply
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#6
Nov 20, 2011
United States
|
Reply
Report Abuse
|
Judge it!
|
#7
Nov 20, 2011
smua udah lupa dgn sumpah pemuda,pdahal para pejuang kt dl,tanpa dapat
makan dia perang untk memerdekakan negara ini,kok skrg mlh jiwa pemuda
nya sendiri yg merusak citra.aduh jd ingat ms lalu.
PSHT
Surabaya, Indonesia
Reply
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#8
Nov 20, 2011
Sidoarjo, Indonesia
Reply
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#9
Nov 20, 2011
Judged:
1
Kalau diajak damai nggak mau, ya apa boleh buat....
nek maunya duel "yo monggo"...
ikspi
Surabaya, Indonesia
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#10
Reply
Judged:
5
tunggu tanggal mainya
Indoneisa sejati
Since: Oct 10
696
Jakarta, Indonesia
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#11
Nov 20, 2011
Reply
Judged:
2
benginilah kalau singa dan harimau berada di satu hutan, mereka pasti akan
saling berkelahi.
karena baik singa ataupun harimau tak pernah mengenal takut terhadap
apapun.
berbeda dengan monyet yang biasa maling, monyet maling itu makhluk
pengecut yang hanya bisa ngebacot tanpa punya nyali.
PSHT
Jakarta, Indonesia
Reply
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#12
Nov 22, 2011
Dari kterangan diatas sdah dibuktikan bhwa yg bwat gara'' dLuan itu anak
ikspi jdi buat pak atim jngan sombong ingin mngeluarkan masa
seenak'nya.Arek ikspi msih sdikit di banding'kan arek PSHT jdi di jaga
omongan'nya...
Didesa saya arek ikspi buat ulah truz kLau pngen kami hancurkan dari dulu
sdah kami hancurkan mreka ltihan'nya bkan Ltihan pendekar...
Ltihan jam 4 sore mLae jam 5 sore sdah pLang...
raja duel
Jakarta, Indonesia
Reply
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#13
Nov 22, 2011
Judged:
1
jangan omong tok.,.,.,,ketek elek.,....
mau masal.,.mau kentut tak enteni.,....gowo totong seng dowo kontol
iku.,.tak idek raine.,.,.,.,..
Pesilat Indonesia
Serang, Indonesia
|
Report Abuse
Reply
|
Judge it!
|
#14
Nov 22, 2011
Judged:
1
Pak Atim yang Gagah, dari awal aparat punya kronologisnya,smpai dgn
pertemuan tokoh silat di Mapolres Jombang ternyata yang provokatif toh
anda sendiri, trus mau diplintir kemana faktanya, dari sekian perguruan apa
anda pernah denger mereka ribut sama SH terate, dimana-mana dalam
event maupun di luar event kami bisa harmonis. menurut saya kalo saat ini
Pak Atim masih berwujud manusia alangkah baiknya bertobat menurut
agama dan budaya manusia, sebelum anda menjadi monyet beneran.
sebagai pesilat kami tentu prihatin kalo sampai tabiat Bapak menular luas
digenerasi yg tidak berdosa.
insan silat
Serang, Indonesia
|
Report Abuse
|
Judge it!
Reply
|
#15
Nov 22, 2011
Serang, Indonesia
Reply
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#16
Nov 22, 2011
kami mendkung apa yang nyatakan Pak Atim, tentu duel yang di maksud
bukan hanya di bibir, emang indonesia masih butuh orang jualan kecap
palsu, merasa nomor satu tapi gak ada tertarik.klo Monyet sakti itu dah
membumi kok di banten gak ada, pasti kecap palsu gak laku di banten.
orang banten tu selektif loh apa2 harus 100% halal dan kwalitas baik di
mulut juga hebat di lapangan (medan tanding, sering sih aku lihat moyet tapi
yang di rante itu (tndak monyet)itu sih gak membumi Pak Atim tapi cari
nafkah, klo itu sih saya dkung, dah dulu lah gak pnting...
Pengakuan Pak Harto soal perebutan RRI dan Halim dari PKI
Reporter : Mardani
Senin, 1 Oktober 2012 15:08:35
Figure terkait
Soeharto
Soekarno
Kategori
Peristiwa
Berita tag terkait
Pidato Soeharto saat menemukan jenazah pahlawan revolusi
5 Cerita tragis akhir hidup tokoh PKI
233
Dalam rapat itu, Pak Harto menjabarkan kondisi terkini. Kepada para
bawahannya, dia memutuskan melawan Letkol Untung dan gerakan G30Snya.
Usai rapat Pak Harto langsung memanggil Kol Sarwo Edhie Wibowo yang saat
itu berada di Cijantung. Dengan menggunakan panser, Kol Sarwo Edhie
kemudian tiba di Kostrad pukul 11.00 WIB dan menemui Pak Harto di
Saat rapat selesai, Pak Harto langsung meminta staffnya untuk segera
menghubungi Kol Sarwo Edhiw untuk mempersiapkan rencana penyerangan
itu. Namun, yang menjadi ganjalan saat itu adalah posisi Presiden Soekarno
yang tengah berada di Halim. Saat ajudan Bung Karno, Kol KKO Bambang
Widjanarko menemuinya, Mayjen Soeharto langsung memerintahkannya
agar mengusahakan Bung Karno meninggalkan Halim sebelum tengah
malam.
Sekitar pukul 13.30 WIB, Kol Sarwo Edhie bersama pasukan RPKAD datang ke
Kostrad. Pak harto kemudian memerintahkan kepada Kol Sarwo Edhie untuk
melanjutkan operasi perebutan RRI dan Telkom sebelum pukul 19.00 WIB.
Setelah waktu magrib, pasukan RPKAD yang dipimpin Kapten RPKAD Heru
dan Kapten Urip menyerang RRI dan Telkom. Sementara, Kol Sarwo Edhie
menunggu di halaman Kostrad. Gedung RRI dan Telkom berhasil direbut
tanpa adanya perlawanan. Anak buah Kol Untung dilaporkan telah melarikan
diri.
Selang berapa lama, Kol Sarwo Edhie kembali muncul dan mempertanyakan
soal rencana penyerangan Halim. "Pak Harto, apa jadi kita melaksanakan
rencana menguasai Halim? Agar gerakan pasukan jangan kesiangan dan
untuk menghindari pertempuran," kata Sarwo Edhie.
Dengan kekuatan pasukan lima kompi (kurang lebih 600 orang), pada tengah
malam, Kol Sarwo Edhie langsung bergerak ke Halim. Sementara, Markas
Kostrad sekitar pukul 23.30 WIB dipindahkan untuk satu malam oleh
Soeharto ke Senayan, karena saat itu ada informasi bahwa AURI akan
mengebom.
Halim akhirnya dapat dikuasai pasukan Kol Sarwo Edhie dengan sedikit
pertempuran.
308
"Sebab itu saya mesti mengadakan tindakan yang cepat tetapi pasti. Saya
mesti mengadakan pengejaran, pembersihan dan penghancuran," kata
Mayjen Soeharto dalam Otobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan
Saya. Terbitan PT Citra Lamtoro Gung Persada 1989.
Perbedaan antara keduanya bukan kali ini saja terjadi. Keduanya sempat
berbeda pendapat soal adanya keterlibatan perwira AU dalam Gerakan 30
September.
"Soeharto, kejadian seperti ini kejadian biasa dalam revolusi, dan kita harus
mengerti. Malah dalam hal ini kita harus prihatin. Angkatan Darat jangan
sampai mencurigai angkatan lain. Omar Dhani telah memberitahu kepada
saya, Angkaatan Udara tak tahu menahu mengenai peristiwa ini. Dan saya
juga telah mengatakan kepada Omar Dhani, Angkatan Darat tidak tahu
menahu soal ini, dan sama sekali tidak ikut campur," kata Bung Karno
kepada Soeharto saat itu.
Perdebatan pun sempat terjadi antara Soeharto, Omar Dhani dan seorang
anggota AU lainnya, Leo Watimena. Kedua anggota AU itu membantah
senjata itu milik angkatannya. Namun, Soeharto memerintahkan ajudannya
untuk membawa senjata yang berhasil diambil dari sekitar Halim.
Bung Karno lalu melihat senjata itu dan menyerahkannya kepada Leo untuk
diteliti dengan seksama. Setelah diperhatikan secara seksama, Leo akhirnya
mengakui senjata itu milik AU.
"Mungkin mereka mencurinya dari gudang. Kami akan meneliti lagi Bapak
Presiden," kata Leo. Sementara, Omar Dhani tidak mengeluarkan reaksi
apapun soal itu.
Kejadian itu terus dialami setiap hari Rabu dan Jumat, ketika Soeharto
dengan dikawal pasukan pengaman presiden lewat menuju lapangan golf
Rawamangun. Melihat kondisi itu tiba-tiba saja terlintas ide di kepala
Munarti.
"Beberapa saat jelang presiden lewat, jalanan tempat kami mencari nafkah
disterilkan. Saya sering diusir dan hampir ditempeleng," kenang Munarti
dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories' terbitan Gramedia Pustaka Utama.
Ternyata apa yang dilakukan Munarti berdampak positif, tiap kali lewat depan
RSCM iring-iringan mobil presiden berjalan lebih perlahan. Menurut Munardi,
keajaiban terjadi pada bulan berikutnya. Tentu, hal itu sungguh di luar
dugaan. Bagaimana tidak, mobil yang membawa Soeharto mendekati
mereka.
"Kaca hitam jendela belakang mobil turun perlahan dan munculah senyuman
khas Pak Harto. Seketika saya dan Obos memberi hormat dan berseru,
Selamat siang, Pak."
Rupanya itu menjadi titik balik dalam kehidupan keduanya. Pada Juli di tahun
yang sama seorang utusan Mbak Tutut, putri Pak Harto mencari mereka.
Kemudian, keduanya dibawa ke kantor PT Citra Lamtorogung Persada di Jalan
Imam Bonjol, Jakarta Pusat.
Singkat kata Munardi menghibur para menteri dan undangan lain. Setelah
tampil, Munardi sempat berdialog dengan Pak Harto. Yang mengejutkan
Munardi, ketika Pak Harto memintanya menghubungi Mbak Tutut untuk
membicarakan pekerjaan.
Pada 1993, Munardi yang sudah dipindah ke bagian administrasi dan suratmenyurat kembali menyanyi di ulang tahun pernikahan Pak Harto. Seperti
sebelumnya, Munardi kembali diajak berdialog oleh Pak Harto.
"Bagaimana Ri, setelah bekerja?" tanya Pak Harto seperti dituturkan oleh
Munardi.
"Saya sudah alhamdulillah sekali, Pak. Sekarang saya sudah punya istri
dengan lima anak, juga punya rumah," jawab Munardi. Mendengar itu Pak
Harto hanya manggut-manggut tersenyum kemudian berkata, "Tolong
ditekuni ya."
Kisah pertemuan Soeharto dengan para pengamen ini juga dituturkan dalam
autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang diterbitkan
Cipta Lamtoro Gung Persada halaman 385. Kala itu mereka tak pede
menyanyi depan Soeharto.
"Mereka seperti merasa malu, merasa rendah diri dengan pekerjaan mereka
itu, tercermin dari lagu-lagu yang mereka nyanyikan," kata Soeharto.
Sudjono Hoemardani adalah rekan dekat Pak Harto selama menjadi tentara.
Kedekatan itu makin terasa pada pertengahan 1966, ketika Pak Harto
menjadi pejabat presien. Saat itu Pak Harto membentuk Staf Pribadi (Spri).
Selain orang sipil, ada enam perwira militer termasuk Sudjono Hoemardani.
Spri dipimpin Alamsyah Ratuprawiranegara.
Rupanya, Pak Harto tanggap atas anggapan orang itu. Benarkah Sudjono
guru kebatinan Pak Harto? Pak Harto pun merasa perlu menjelaskan
persoalan ini dalam otobiografinya, Soeharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan
Saya seperti dipaparkan kepada G Dwipayana dan Ramadhan KH.
Menurut Pak Harto sebenarnya tidak seperti itu. "Padahal Djono sendiri biasa
sungkem kepada saya. Ia menganggap saya lebih tua dan lebih mengetahui
soal kebatinan," ujar Pak Harto.
Bagi Pak Harto, kebatinan adalah ilmu mendekatkan diri kepada Tuhan.
"Memang benar, Djono suka datang kepada saya dengan membawa buku
berisi tulisan. Ia mempunyai kepercayaan. Maka ia suka menyampaikan
sarannya. Saya terima saja sarannya, untuk menyenangkan hatinya. Tidak
saya telan begitu saja sarannya," kata Pak Harto.
"Jadi, yang mengira bahwa Djono itu guru kebatinan saya, kecele. Sangkaan
begitu tidak benar. Mengenai ilmu kebatinan, Sudjono lebih banyak bertanya
kepada saya daripada sebaliknya. Ia sendiri pernah berkata, 'Saya berguru
kepada Pak Harto.'," demikian pengakuan Pak Harto. Jadi rupanya, sosok
yang dianggap guru kebatinan itu malah belajar kepada Pak Harto.
114
Malam hari di Lahad Datu paling asyik kongkow di kedai kopi. Salah satu
kedai yang cukup terkenal di Lahad Datu adalah Kedai Kak Tini di pojok Jalan
Teratai. Pemiliknya orang Malaysia berdarah Bugis, istrinya Jawa, pelayannya
dari Bugis dan Jawa.
Obrolan di kedai pun mulai tak biasa ketika datang seorang warga Lahad
Datu yang ingin duduk di meja kami. Obrolan pun mulai menarik, ketika pria
warga negara Malaysia berdarah Makassar tersebut membedah
pandangannya seputar politik di negeri jiran.
"Ada yang lebih penting, urgen dibanding perang di Tanduo, election atau
Pemilihan Raya Umum (PRU)," ujar pria bertubuh gendut tersebut kepada
beberapa wartawan Indonesia, Selasa (12/3) malam.
Menurut dia, tak mau identitasnya diungkap, Pemilu yang rencananya akan
digelar pada Maret atau April ini akan sangat menentukan situasi di
Malaysia. Pasalnya, baru pada Pemilu kali ini banyak pengamat yang
menyebut kekuatan partai pemerintah dengan oposisi sama-sama kuat.
"12 kali kami PRU, tetapi baru di PRU ke 13 ini kedudukan antara partai
penguasa dan partai pembangkang atau oposisi seimbang. Sebelumsebelumnya partai pemerintah selalu dipastikan unggul dengan 3/4 suara,"
ujarnya.
Menurutnya, pemilu kali ini akan sangat menentukan Malaysia. Bila partai
pemerintah kembali berkuasa, maka untuk selamanya akan sulit dijatuhkan.
"Malaysia ini banyak korupsi, indeks korupsinya pun tinggi. Di sini tidak
seperti di Indonesia sekarang. Di sini media, pengadilan semua milik
pemerintah. Kita tahu ada korupsi, tetapi kita tak berdaya," terangnya.
Jika ada orang yang melaporkan korupsi atau menuduh pejabat korupsi bisa
dikenai pasal pencemaran nama baik dan firnah. Bila melapor ke pengadilan
juga percuma, karena pengadilan tidak independen.
Menurutnya, kondisi Malaysia saat ini sama ketika Indonesia di bawah rezim
Soeharto. Meski demikian, kondisi rakyat di Malaysia saat ini lebih baik
dibanding saat Orde Baru berkuasa.
"Inilah yang buat warga di sini patuh, diam saja, tahu pun pura-pura tak
tahu. Karena kalau lapor malah bisa ditangkap polisi, jadi diam saja toh, yang
penting aman, bisa cari uang," terangnya.
Obrolan yang ditemani es teh tarik pun semakin malam semakin panas.
Malaysia disebutnya negara yang punya pengalaman dalam perang. Hal
inilah yang membuat pemerintah Malaysia terkesan kebakaran jenggot
ketika menghadapi penyusup Sulu.
"Lahad Datu memang sepi, tetapi tak sesepi ini. Dulu lebih ramai, sekarang
saja banyak kedai yang tak berani buka sampai larut malam, hotel
penginapan di hari libur sepi. Itulah dampaknya," terangnya.
"Mungkin waspada saja. Tetapi jujur kami senang dengan kondisi ini,
meskipun di kota banyak polisi, banyak redblok, kami jadi tenang, tetapi jadi
berpikir juga kalau sebenarnya memang belum aman, kalau aman tak
mungkin seperti ini," terang pria yang mengaku tidak memiliki hubungan
ideologi dengan salah satu partai ini.
Namun dia tidak sepakat ketika ada yang menyebut militer Malaysia terlalu
berlebihan dalam menghadapi penyusup Sulu. Hal ini dikarenakan militer
Malaysia menggunakan peralatan dan senjata besar hanya untuk
menghadapi seratusan penyusup.
"Soal itu lain cerite, saya setuju. Kita ini dibilang berlebihan, masak lawan
penyusup seratus orang saja pakai F 18, itu tak masalah. Bahkan kalau kita
punya F 50 kita gunakan juga itu, biar habis itu penceroboh (penyusup).
Siapa suruh masuk wilayah kami, habisi sekalian tak masalah, sejengkal
tanah pun kami tak relah diambil mereka (penyusup Sulu)," terangnya.
Golf menjadi salah satu olahraga yang digemari oleh Presiden Soeharto
waktu itu. Suatu hari ketika hendak bermain, Soegiono yang kala itu menjadi
ajudan menyiapkan baju baru buat Soeharto.
"Tetapi beliau malah menanyakan celana dan kaus yang biasa dipakainya,"
ujar Soegiono.
2. Suka singkong
Kala itu Haryono yang tengah berada di Jawa Timur mendadak disuruh
menghadap Pak Harto. Dalam hati tentu Haryono heran ada apa dirinya
secara mendadak dipanggil. Namun perasaan berubah tenang ketika Pak
Harto menyapa dengan lembut.
Maliki Mift pada tahun 1998 ditunjuk menjadi pengawal khusus mantan
Presiden Soeharto. Rasa canggung tentu ada, wajar saja karena Maliki harus
mendampingi mantan presiden yang 32 tahun berkuasa.
Suatu kali kenang Maliki, dirinya mendampingi Pak Harto keluar rumah. Di
pikiran Maliki untuk penampilan sudah tentu harus bagus, rapi. Akhirnya
Maliki memilih mengenakan sutra. Tapi alangkah terkejutnya Maliki ketika
melihat Pak Harto.
Melihat Pak Harto tampil sederhana, rupanya Maliki jadi tak enak hati sendiri,
"Diam-diam saya langsung balik kanan ke kamar ajudan untuk mengganti
batik sutra dengan batik sederhana pula," kenangnya.
"Setiap kali hendak bermain golf di Rawamangun, Pak Harto hanya dikawal
satu jip. Pengawal di belakang," ujar Wiranto dalam buku 'Pak Harto The
Untold Stories'.
Tah hanya itu, Wiranto mengisahkan ketika tiba di Jalan Pemuda dan hendak
belok kiri ke arah Rawamangun, antrean kendaraan yang dihentikan polisi
sudah terlalu panjang. Terdengar juga klakson bersahut-sahutan.
"Lain kali polisi tidak perlu menyetop mereka terlalu lama. Mereka kan punya
keperluan yang mendesak, sedang saya kan hanya berolahraga. Jadi biar
saya menunggu sebentar, kan tidak apa-apa," kata Wiranto.
"Mereka seperti merasa malu, merasa rendah diri dengan pekerjaan mereka
itu, tercermin dari lagu-lagu yang mereka nyanyikan," kenang Soeharto
dalam autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang
diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada halaman 385.
Soeharto juga meminta harus sabar menghadapi hidup. Jangan putus asa
kalau dicaci maki. Kemudian Soeharto memberikan empat gitar para
pengamen.
Sayangnya tak semua kroni Soeharto juga dinasihati seperti itu. Kasus
korupsi besar yang melibatkan Soeharto dan para loyalisnya kebanyakan tak
pernah diusut sampai kini.
Di Sri Lanka kayu ini digunakan untuk membalsem jenazah putri-putri raja
sejak abad ke-9. Di Indonesia, kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara
Timur, khususnya di Pulau Timor, meskipun sekarang ditemukan pula di
Pulau Jawa dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.
Hal ini seperti yang diungkapkan Erwan Juhara dalam buku 'Pak Harto The
Untold Stories' halaman 356. Pertama kalinya Erwan bertemu dengan
Presiden Soeharto adalah pengalaman yang tidak terlupakan. Pertemuan
pertama itu juga membuat kesan tersendiri dengan sosok Soeharto.
Erwan kala itu di tahun 1996 adalah seorang guru di SMA 1 Maja, Kabupaten
Majalengka, Jawa Barat. Erwan kemudian mengikuti lomba keberhasilan guru
dalam pembelajaran tingkat nasional. Erwan pun terpilih sebagai nominasi
dari 120 guru se-Indonesia dipanggil dan dikarantina di Taman Mini Indonesia
Indah.
Erwan ditetapkan sebagai juara kategori SMA dan Muhammad Iqbal dari NTB
juara untuk kategori guru SMP. Pada tanggal 26 November 1996, Iqbal
menerima hadiah simbolis dari Presiden Soeharto dan Wapres Try Sutrisno.
Saat itulah untuk pertama kalinya Erwan dan Iqbal bertemu bertatap muka
bahkan sempat berbincang dengan penguasa orde baru itu.
"Menjadi guru itu harus tekun ya. Kalau nanti wis teken, pastine tekan," ujar
Soeharto menasihati Erwan kala itu.
Erwan hanya bisa tersenyum dan menjawab pendek. "Iya Pak," jawab Erwan.
Karena kecintaannya pada cendana, Soeharto tidak bisa dilepaskan dari kayu
wangi itu. Dan hingga kini 'Cendana' sering digunakan oleh pers untuk
menyebut sesuatu yang berkaitan dengan Soeharto. Hal ini karena rumah
pribadi Soeharto beserta beberapa anaknya terletak di Jalan Cendana,
Menteng, Jakarta Pusat.
Saat itu, tidak ada satu pun keluarga yang bisa membantunya untuk
melanjutkan sekolah. "Saya masih ingat saja akan apa yang dikatakan ayah
saya waktu itu, 'Nak, katanya, tak lebih dari ini yang dapat kulakukan untuk
melanjutkan sekolahmu," ujar Soeharto.
Soeharto yang saat itu masih hidup kekurangan disarankan sang ayah untuk
mencari pekerjaan guna membiayai dirinya sendiri untuk melanjutkan
sekolahnya. "Sekarang kamu sebaiknya mencari pekerjaan saja, dan kalau
sudah dapat, Insya Allah, kamu dapat melanjutkan pelajaranmu dengan
uangmu sendiri," lanjutnya.
Namun, bagi Soeharto kecil saat itu sangatlah sulit mendapatkan pekerjaan
tanpa bantuan seseorang yang mempunyai kedudukan. Soeharto kecil pun
berusaha ke sana kemari guna mendapatkan pekerjaan agar bisa
melanjutkan pendidikannya tersebut.
Setelah sekian lama berusaha, jalan pun terbuka untuk Soeharto. "Akhirnya
saya diterima sebagai pembantu klerek di sebuah Bank Desa. Walaupun
saya tidak begitu senang dengan pekerjaan ini, saya anggap lebih baik
menjalaninya daripada nganggur," ujar Soeharto.
Kendati menjalani profesinya dengan setengah hati, Soeharto kecil pun tetap
ingin total dalam bekerja. Alhasil, dirinya pun kerap belajar pembukuan
dengan mantri Bank Desa yang bernama Kamin. Soeharto yang cerdas pun
sudah menguasai seluruh pembukuan dalam waktu kurang dari dua bulan.
Di samping itu, lantaran hanya mempunyai kain satu helai dan sudah terlihat
usang, Soeharto kecil pun meminjam kain kepada bibinya.
"Tapi, pada suatu hari saya bernasib jelek. Waktu turun dari sepeda saya
yang reot, kain yang saya pakai tersangkut pada per sadel yang menonjol ke
luar dan sobek. Saya dicela oleh klerek yang saya dampingi," ujar Soeharto.
Tidak hanya klerek, Soeharto pun dimarahi bibi yang meminjaminya kain.
"Saya dibentaknya, dengan mengatakan, kain itu adalah satu-satunya kain
yang baik. Tak ada lagi yang lainnya yang bisa diberikan, sekalipun mungkin
saja sebenarnya ia masih mau menolong," tutur Soeharto.
"Tentu saja saya pun kadang-kadang merasa capek, karena hilir mudik dari
sana ke mari lewat daratan, terbang dari satu tempat ke tempat lainnya
untuk memulai dengan pembangunan yang baru dan mengontrol
pembangunan yang sedang berjalan, dan lelah pula karena memeras otak.
Tetapi saya tidak boleh mengeluh, apalagi menyerah. Pembangunan adalah
perjuangan yang sengit," kata Soeharto.
Soeharto blusukan keliling Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah serta
kawasan lain. Dia tidak pernah makan di restoran atau minta dijamu pejabat
setempat. Rombongan kecilnya memasak nasi sendiri.
"Untuk urusan logistiknya, selain membawa beras dari Jakarta, Ibu Tien
membekali dengan sambal teri dan kering tempe," kata mantan ajudan
Soeharto, Try Sutrisno dalam buku Pak Harto The Untold Stories yang
diterbitkan Gramedia Pustaka Utama.
"Saya melihat Pak Harto sangat menikmati perjalanan keliling desa itu," kata
Try
2. Curi informasi dari petani
Tahun 1965, inflasi Indonesia mencapai 500 persen. Harga beras naik 900
persen, defisit anggaran belanja mencapai 300 persen dari pemasukan
negara. Indonesia benar-benar di ambang kebangkrutan.
"Pak Harto selalu melakukan incognito. Pak Harto selalu berpesan tidak boleh
ada satu pun yang tahu
kalau Pak Harto mau melakukan incognito," ujar Try dalam buku Pak Harto,
The Untold Stories.
Soeharto tak pernah tidur di hotel saat blusukan. Dia memilih tinggal di
rumah penduduk atau tidur di rumah kepala desa. Dari sana tergambar
kedekatan Soeharto dengan rakyatnya.
"Anda lihat ini kotor sekali. Ini baru kita bangun sepuluh tahun lalu, sekarang
sudah menjadi seperti ini. Terbayangkah kondisinya 20 tahun lagi jika terus
dibiarkan seperti ini," kata Soeharto.
"Bukan di sini saja seperti ini, di kampung saya juga. Sungai yang dulu jernih
sehingga saya dapat memandikan kerbau sampai bersih, sekarang airnya
sudah kotor, Anda bisa kan membantu saya mengurusi lingkungan hidup?"
kata Soeharto.
Ternyata itu adalah permintaan Soeharto agar Emil Salim menjadi menteri
lingkungan hidup.
"Beberapa kejadian dan fenomena mistis yang saya alami, maupun para
penjaga makam lainnya, membuktikan keberadaan makam ini patut
diperhitungkan," ujar juru kunci Astana Giribangun, Sukirno kepada
merdeka.com, Senin (4/3).
"Saat itu banyak hujatan dan dan ancaman yang ingin mengadili Soeharto
beserta keluarganya. Termasuk juga ancaman pengerusakan Astana
Giribangun. Kami takut dan was-was. Tapi semua kami serahkan pada yang
Kuasa," katanya.
"Saat itu sudah ada ribuan orang yang dikabarkan akan menyerang kami,
siap dengan batu dan peralatan lain. Tapi anehnya tak pernah sekalipun
mereka hendak melempari Astana dan merusak bangunan makam," ujar
Sukirno.
"Saat itu pada penancapan yang pertama dan kedua, tidak terjadi apa apa.
Namun, saat penancapan ketiga ada kejadian yang membuat merinding bulu
kuduk. Tiba-tiba terdengar suara seperti ledakan, sangat keras bergema di
atas kepala kami," ungkap Sukirno.
Mendengar bunyi tersebut, lanjut Sukirno, para penggali makam dan orangorang di sekitarnya sontak kaget dan ketakutan. Mereka bingung dan
"Saat itu banyak orang, bahkan pejabat yang datang. Semua terdiam,
terpaku dan bingung. Kata pak Begug, bumi telah mengisyaratkan
penerimaan terhadap jenazah pak Soeharto," tutur Sukirno.
Tak hanya pengalaman pribadinya dan para pekerja di Astana. Sukirno juga
mengungkapkan, bahwa para peziarah maupun warga sekitar sering
mengalami hal serupa.
"Kejadian-kejadian aneh juga sering dialami peziarah. Tak hanya malam hari,
siang pun bisa terjadi. Bagi kami, saat berkunjung ke sini hendaklah
membersihkan pikiran kita dulu. Jangan meminta pada jazad pak Soeharto
atau semua yang sudah meninggal, tapi berdoalah pada Allah SWT,"
pungkasnya.
"Kepada kedua orang itu saya bertanya, 'Tahun berapa kita dulu berpisah?'
Salah seorang di antara mereka menjawab, 'Mungkin tahun 1940 Pak,"
seperti diceritakan Pak Harto dalam buku biografi 'Soeharto, Pikiran, Ucapan
dan Tindakan Saya' yang ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH.
"Saya ingat waktu itu kita masih sama-sama naik sepeda ke desa Baji dan
Semin. Di sekat sekolah sepeda kita tidak bisa lagi kita naiki, karena kedua
desa itu merupakan pegunungan. Sepeda kita titipkan di rumah janda
sebelah utara sekolah. Terus kita berdua jalan kaki ke desa itu. Di
perempatan desa yang nanjak, Pak Harto berkata, 'Kalau pekerjaan begini
terus, saya tidak sanggup, berat sekali, saya besok tidak masuk lagi Min,"
cerita Kamin.
"Kami tertawa-tawa dalam ngobrol bersama Kamin dan Kamsiri lebih dari
satu jam lamanya itu," kata Pak Harto.
Kepada Pak Harto, Kamin mengaku sempat bermimpi bertemu dengan singa
besar sebelum dipanggil untuk menemui penguasa Orde Baru itu. Mimpi itu
akhirnya dimaknainya sebagai pertanda bahwa dia akan bertemu Pak Harto
yang saat itu menjabat sebagai presiden.
Lain Kamsiri, lain pula Kang Warikun. Dia pernah mengajak teman-temannya
untuk membantu Pak Harto mengisi bak air dari sumur. Hal itu dilakukan
Warikun dan teman-teman, agar Pak Harto bisa ikut bermain sepak bola.
"... Sedang saya punya pekerjaan, dilatih disiplin oleh ayah saya. Tidak boleh
main sore bila bak mandi belum penuh. Maka Warikun dan teman-temannya
ini yang membantu. Setelah pekerjaan selesai, baru kami main bola," kenang
Pak Harto.
Dari pertemuan dengan sahabat dan bekas guru mengajinya itu, Pak Harto
mengambil sebuah pelajaran bermakna. Sebab, mereka tak kecewa meski
nasibnya jauh berada di bawah Pak Harto. Mereka hanya mengatakan, setiap
orang memiliki nasibnya sendiri, dan sebagai manusia hanya menjalani.
Jauh sebelum meninggal pada 27 Januari 2008, Soeharto telah memilih makam
untuk dirinya. Meski berhak untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata,
Soeharto memilih untuk dimakamkan di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa
Tengah.
Makam ini dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg,
komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan
Kesultanan Mataram. Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl,
sedangkan Giribangun pada 666 meter dpl. Di Astana Mangadeg dimakamkan
Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III.
Dalam buku otobiografi, 'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang
diterbitkan tahun 1989, Presiden Kedua Republik Indonesia tersebut berpesan kelak
jika ajal menjemputnya, dia minta untuk dimakamkan di Astana Giribangun. Hal ini
karena sang istri telah berpesan bahwa dirinya meminta untuk dimakamkan
dimakam keluarga tersebut kelak jika meninggal.
"Ia (Ibu Tien) dengan Yayasan Mangadeg Surakarta sudah membangun makam
keluarga di Mangadeg, tepatnya di Astana Giribangun. Masa saya harus pisah
dengan istri saya. Dengan sendiri saya pun minta dimakamkan di Astana
Giribangun," ujar Soerharto dalam buku otobiografinya tersebut di halaman 561.
Namun pembangunan makam di atas bukit itupun tidak lepas dari pergunjingan.
Banyak yang menyebut bahwa Soeharto menghiasi makam keluarga tersebut
dengan emas. Isu itu pun segera dia bantah.
"Omongan orang bahwa Astana Giribangun itu dihias dengan emas segala, omong
kosong. Tidak Benar. Dilebih-lebihkan. Lihat sajalah sendiri," ujar Soeharto.
Yang benar, menurut Soeharto, bangunan itu berlantaikan batu pualam dari Tulung
Agung. Sedangkan kayunya memang diambil dari kayu-kayu berkualitas agar kuat
dan tahan lama.
"Pintu-pintu di sana yang dibuat dari besi adalah karya pematung kita yang terkenal
G Sidharta. Alhasil segalanya buatan bangsa sendiri," terangnya.
Keesokan harinya, dilakukan upacara bedah bumi yang dipimpin langsung oleh
Begug Purnomosidi di Astana Giribangun. Upacara kecil itu sebagai permohonan izin
kepada Tuhan yang Mahakuasa agar arwah HM Soeharto diterima. Setelah itu pun
penggalian makam dimulai.
"Hantaman linggis yang pertama menghujam, disusul hantaman yang kedua. Tepat
pada hantaman linggis yang ketiga tiba-tiba duarrrrrr. Terdengar suara ledakan yang
sangat keras bergema di atas kepala kami," ujar Sukirno dalam buku 'Pak Harto
Untold Stories' halaman 344.
Sukirno yang kini menjadi juru kunci Astana Giribangun menyebut bahwa ledakan
keras tersebut tidak mirip suara petir, melainkan lebih mirip suara bom. Namun di
sekeliling Astana tidak ada yang porak poranda akibat ledakan keras tersebut.
"Alhamdulillah, ini mengisyaratkan bahwa Pak Harto benar-benar orang besar. Bumi
mengisyaratkan penerimaannya terhadap jenazah beliau," ujar Bupati Begug kala
itu
Kurang lebih satu bulan setelah Agresi Militer Belanda II, yaitu Desember
1948, TNI mulai menyusun strategi melakukan serangan balik terhadap
tentara Belanda yang telah mengambil alih Yogyakarta. Serangan dimulai
dengan memutuskan telepon, merusak jalan kereta api, menyerang
rombongan konvoi Belanda, serta tindakan perebutan lainnya.
Dalam buku 'Pak Harto Untold Stories' karya Mahpudi Cs, Soerjono yang saat
itu menjadi staf Letkol Soeharto menyebut bahwa serangan umum 1 Maret
sudah sangat dipersiapkan secara matang. Sejak sore hari para prajurit TNI
telah memasuki Kota Yogyakarta dengan menyusup. Pos komando
ditempatkan di desa Muto. Malam hari, menjelang serangan umum itu,
pasukan telah merayap mendekati kota.
"Sebelum serangan dilakukan, Pak Harto sering mengirim telik sandi (matamata) ke Kota Yogyakarta dan Keraton. Para komandan pun sering dipanggil
untuk mematangkan strategi perang gerilya," ujar Soejono.
Pagi hari sekitar pukul 06.00, sewaktu sirene tanda jam malam berakhir
berdering, serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota. Dalam
penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor
barat sampai ke batas Malioboro.
Wilayah barat dipimpin Ventje Sumual, Selatan dan Timur dipimpin Mayor
Sardjono, Utara oleh Mayor Kusno . Di wilayah kota sendiri ditunjuk Letnan
Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki
kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, pasukan TNI
mengundurkan diri.
Soerjono juga mengaku jauh sebelum peristiwa Serangan Umum Satu Maret,
dirinya sudah lama ikut Soeharto bergerilya di hutan-hutan. Soeharto pun
selalu tampil di depan saat bertempur melawan Belanda.
"Pada saat itu, Pak Harto seolah-olah memiliki kekuatan mental yang luar
biasa. Boleh percaya atau tidak, tetapi Pak Harto seperti tidak mempan
ditembak. Pak Harto selalu di barisan depan jika menyerang atau diserang
Belanda. Saya sering diminta menempatkan posisi diri di belakang beliau,"
ujar Soerjono di halaman 99 buku tersebut.
"Saya ingat kata-kata Pak Harto, kalau takut mati tidak usah ikut perang,"
terangnya.
"Saya sendiri merasakan keikhlasan Pak Harto pada saat perang dan terus
berjuang membangun Indonesia ini. kelak generasi penerus akan melihat
nilai-nilai positif yang sudah pasti di Lakukan Soeharto untuk Indonesia,"
terangnya.
"Saya sudah usul kepada semua pemimpin, Presiden Republik Indonesia itu
presiden rakyat Indonesia. Jadi yang mesti disejahterakan seluruh rakyat,
termasuk semua parpol. Tidak boleh dibedakan," kata Wiranto menghadiri
peluncuran situs Partai Hanura, di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan,
Jakarta Selatan, Senin (25/2).
"Saya menjadi ajudan pak Harto tiga tahun. Tidak pernah Pak Harto pakai
baju kuning. Semua parpol diberi kantor dan dana," ujar Wiranto.
Menurut Wiranto, saat tokoh politik sudah dipilih rakyat, maka berakhirlah
loyalitas kepada partainya. Caranya dengan mundur dari jabatan partai.
Menurut dia, tokoh itu dan mulai menunjukkan loyalitas kepada rakyat dan
menghindari perbuatan yang tidak adil.
"Ngurus negara saja kadang 24 jam sudah tidak cukup, apalagi disambi
ngurus partai," lanjut Wiranto.
Tidak hanya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dibuat pusing
dengan korupsi. Presiden kedua RI Soeharto ternyata juga pernah mengalami
hal yang sama di era tahun 1970-an.
Soeharto yang turun karena isu korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) ternyata
mengaku pernah berjuang memberantas korupsi yang sudah ada ketika
zaman Orde Lama berkuasa. Hal ini dia sampaikan dalam buku otobiografi
'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang ditulis oleh Ramadhan
KH dan G Dwipayana.
Di tahun 1970, mahasiswa kembali melakukan aksi demonstrasi besarbesaran. Soeharto pun langsung menanggapi tuntutan mahasiswa itu.
Soeharto lalu membentuk 'Komisi empat' yang diisi oleh tokoh politik PNI,
Wilopo dan beranggotakan pemimpin Partai Katolik IJ Kasimo, mantan rektor
Universitas Gadjah Mada Prof Johanes dan tokoh-tokoh lain.
Pada bulan Juli di tahun yang sama, ada pejabat tinggi yang yang diadili.
Soeharto mengaku meneliti langsung data-data tersebut. Jaksa Agung saat
itu juga dinilai suami Ibu Tien ini sudah bekerja keras.
Menurut Soeharto, di dunia ini tidak ada yang membenarkan korupsi. Tidak
ada dalam pengertian yang sebenarnya, tidak ada yang membenarkan
korupsi yang merugikan negara.
"Korupsi sebagai isu politik memang paling ampuh mudah sekali diterima
rakyat. Selama ada pertentangan politik menuju perebutan kekuasaan, isu
korupsi selalu akan muncul di permukaan. Kita harus waspada
menghadapinya, tanpa mengurangi usaha untuk mencegah dan
memberantas korupsi itu sendiri," pungkas Soeharto mengakhiri bab 34.
Dalam perjalan hidupnya, Soeharto banyak menyimpan masa lalu penuh misteri.
Terutama soal kecintaannya pada benda pusaka.
Selama 32 tahun berkuasa, Soeharto mengoleksi beragam pusaka, mulai dari yang
berbentuk batu, kayu, lukisan, keris, tombak, dan aneka senjata tajam lainnya. Di
antara sekian banyak koleksi pusakanya yang tak terbilang jumlahnya itu, keris
adalah pusaka yang paling berarti bagi Soeharto.
Makna pusaka keris sebagai piyandel dan diwujudkan dalam sifat kandel. Piyandel
artinya bahwa keris merupakan sebuah keyakinan akan sebuah harapan, doa, dan
cita-cita yang ditorehkan dan disimpan untuk diteruskan kepada anak cucunya.
Selain itu, di balik keris sebenarnya terkandung makna mendalam dan berguna bagi
kehidupan. Soeharto yakin, pusaka keris berarti pula pengendalian diri. Dia
memahaminya sebagai sarat ketenangan, halus, lambat dan sabar.
Siapa yang menyangka bila anak desa akan memegang kekuasaan di Nusantara
selama 32 tahun. Soeharto, anak dari pasangan Sukirah dan Kertoredjo ini menjadi
pemimpin paling lama berkuasa sejak Indonesia merdeka.
Soeharto lahir pada 8 Juni 1921, di rumah sederhana di Dusun Kemusuk, Desa
Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Dari dusun kecil itulah
kemudian lahir salah satu tokoh besar yang mendunia.
Sebagai orang Jawa, Soeharto pun sadar untuk mencapai sebuah puncak pimpinan
kekuasaan tidak hanya bermodal kekuatan militer dan kelihaian strategi politik,
'lelaku' pun dia jalani untuk memperkuat keyakinannya.
Dalam buku 'Dunia Spiritual Soeharto', Arwan Tuti Artha, banyak mengulas tentang
lelaku ritual yang dilakukan oleh penguasa rezim orde baru itu. Tempat-tempat
kramat banyak yang dikunjungi Soeharto untuk mempertahankan posisinya sebagai
penguasa tunggal di bumi pertiwi kala itu.
Beberapa tempat laku spiritual Soeharto pernah ditelusuri oleh Arwan. Sebut saja
Padepokan Lang Lang Buana Gunung Srandil di Cilacap, Kali Garang, Sampangan
Semarang, makam Pangeran Purbaya di Desa Maguwaharjo, Berbah, Sleman dan
masih banyak temapt yang dia datangi untuk bertapa.
Apa yang diharapkan Soeharto dari semua ritual mistik yang dijalankannya?
Sebagai pemimpin atau raja, Soeharto ingin meraih derajat tertinggi yakni 'Sabda
Panditha Ratu'.
Artinya segala perintah dan keinginannya adalah perintah yang tidak bisa dibantah
lagi oleh siapapun. Untuk bisa bisa mencapai tingkat tersebut Soeharto, harus
menjalin hubungan yang harmonis dengan alam dan leluhur demi langgengnya
kekuasaan Orde Baru
Sebagai seorang pria Jawa, Pak Harto menganut falsafah Jawa dalam
menjalani hidupnya. Pak Harto juga menjalankan sejumlah tradisi Jawa yang
dipercayainya.
Berikut empat tradisi Jawa yang dianut mantan penguasa Orde Baru itu
1. Gemar bertapa
Soeharto adalah penganut setia tradisi leluhurnya. Karenanya tak heran jika
Pak Harto menggunakan filosofi Jawa dalam kepemimpinannya.
Dalam buku 'Dunia Spiritual Soeharto', Arwan Tuti Artha, diceritakan Pak
Harto banyak mengunjungi tempat-tempat keramat untuk bertapa. Ritual itu
dilakukan Pak Harto untuk mempertahankan posisinya sebagai penguasa
tunggal di Indonesia saat itu.
Sebagai pria Jawa, Pak Harto sangat mencintai benda-benda pusaka. Dalam
buku 'Misteri Pusaka-pusaka Soeharto' karya Ki Juru Bangunjiwo, diceritakan
Pak Harto sangat mencintai benda pusaka.
Keris menjadi pusaka yang paling berarti bagi Pak Harto. Makna pusaka keris
sebagai piyandel dan diwujudkan dalam sifat kandel. Piyandel artinya bahwa
keris merupakan sebuah keyakinan akan sebuah harapan, doa, dan cita-cita
yang ditorehkan dan disimpan untuk diteruskan kepada anak cucunya.
Salah satu ilmu spiritual yang dijalankan Pak Harto adalah tidur di tritisan
atau di bawah ujung atap di luar rumah. Pak Harto juga rajin menjalankan
puasa Senin Kamis.
"Pada masa itu saya ditempa mengenal dan menyerap budi pekerti dan
filsafah hidup yang berlaku di lingkungan saya. Mengenal agama dan tata
cara hidup Jawa," kata Soeharto dalam biografi 'Soeharto, Pikiran, Ucapan
dan Tindakan Saya' yang ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH.
Dalam buku biografi 'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang
ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH, penguasa Orde Baru itu mengakui
kedekatannya dengan ilmu kebatinan.
Namun, jenderal besar itu menampik jika ilmu kebatinan disamakan dengan
klenik. Menurutnya, ilmu kebatinan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan
yang Maha Esa.
"Sesuai dengan peninggalan nenek moyang kita. Ilmu kebatinan itu adalah
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Mendekatkan batin kita kepada-Nya.
Orang kadang-kadang salah kaprah, mengira ilmu kebatinan itu ilmu klenik,"
kata Soeharto.