You are on page 1of 12

TUGAS REPRODUKSI HEWAN

Oogenesis pada ikan

Disusun oleh :
1. Mey Budiartini

(12030204003)

2. Farikhatul Laily

(12030204013)

3. Miftakhul Arofah

(12030204019)

4. Mega Sulistyo A.

(12030204023)

Pendidikan Biologi (B)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup. Setiap makhluk
hidup

mempunyai

kemampuan

untuk

melakukan

reproduksi

atau

proses

perkembangbiakan, termasuk ikan. Pada umumnya ikan bertelur (ovipar) dan


pembuahannya terjadi di luar tubuh induk betinanya. Reproduksi ikan mencakup
proses gametogenesis, fertilisasi, dan pembuahan. Pada makalah ini akan di jelaskan
mengenai gametogenesis pada ikan, akan tetapi hanya sebatas pada proses oogenesis
saja.
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel-sel gamet betina (ovum) di
dalam ovarium, pada proses oogenesis akan dihasilkan empat sel telur, akan tetapi
keempat sel telur tersebut hanya satu yang fungsional atau yang dapat dibuahi oleh sel
spermatozoa, karena dalam sel telur tersebut mengandung plasma dan inti yang
berkromosom tunggal, sedangkan sel telur yang lainnya letal atau mengalami
kematian sehingga tetap melekat pada salah satu kutub dan berubah menjadi sel kutub
(polosit).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses oogenesis pada ikan?
2. Bagaimana proses perkembangan sel telur dari sel terminal sampai ovulasi pada
ikan?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses oogenesis pada ikan.
2. Untuk mengetahui proses perkembangan sel telur dari sel terminal sampai ovulasi
ikan.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses oogenesis pada ikan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses perkembangan sel telur dari
sel terminal sampai ovulasi ikan.

BAB II
ISI

Oogenesis pada ikan

Gambar 3.1 :Alat-alat reproduksi ikan betina


(sumber: http://2.bp.blogspot.com/xnj9Eufdplk/T3f_azXiQRI/AAAAAAAAADI/EyU5hqy2hM8/s1600/index.jpg)

Perkembangan gamet betina atau disebut juga oogenesis terjadi didalam ovarium.
Oogenesis diawali dengan berkembangnya oogonium beberapa kali melalui pembelahan
mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis I,
membentuk oosit sekunder dan polar bodi I. Melalui meiosis II oosit sekunder membelah
menjadi oosit dan polar bodi II.

Gambar 3.2 Diagram spermatogenesis dan oogenesis


(Sumber : Harder, 1975, hlm. 66)

Gambar 3.3
Diagram folikel ikan. ZR zona radiata ; GC sel sel garnulosa; TC sel sel theca; BM membran dasar; GV
germinal vesikel (sumber : Evans, 1993, hlm 512)

Oogenesis adalah proses kompleks yang secara keseluruhan merupakan pengumpulan


kuning telur. Secara substansial, kuning telur terdiri atas tiga bentuk material, yakni ;
kantung kuning telur (yolk vasicles), butiran kuning telur (yolk globule) ; dan tetesan
minyak (oil droplet). Yolk vasicles berisi glikoprotein dan pada perkembangan
selanjutnya, menjadi kortikal alveoli. Yolk globule terdiri atas lipoprotein, karbohidrat dan
karoten. Oil droplet secara umum terdiri atas gliserol dan sejumlah kecil kolestrol (asam
lemak tidak jenuh).
Menurut Woynarovich dan Horvath (1980), perkembangan telur pada ikan secara
umumnya dapat dibagi atas 4 tahap, yaitu :
Tahap I : Oogonia
Sel-sel telur primitif (ovagonium atau oogonia) ukurannya sangat kecil, diameternya
8 ~ 12 , nukleus 6 ~ 8 . Sel-sel ini akan membelah secara mitosis menjadi berlipat
ganda jumlahnya.

Tahap II : Oosit primer


Pada tahap ini terjadinya pelepasan hormon gonadotropin (GtH-independent) yang
di cirikan dengan bertambahnya ukuran nucleus dan jumlah nucleolus. Sel-sel telur
tumbuh menjadi ukuran 12 ~ 20 dan folikel mulai terbentuk melingkari atau
mengelilingi sel telur sebanyak satu lapis. Folikel berfungsi untuk pemeliharaan dan
melindungi perkembangan telur. Sel telur yang telah dilengkapi dengan folikel ini disebut
juga dengan oosit primer. Pada tahap ini terjadi proses duplikasi kromosom menjadi 4 n
didalam nukleus. Pada tahap II ini terjadi pembelahan meiosis I menjadi 2n oosit sekunder

dalam nukleus dan pembentukan polar body I dalam sitoplasma. Nukleus berukuran 12 ~
17 .

Tahap III : Oosit sekunder


Selama tahap ini sel telur berkembang membesar dengan mencapai ukuran 40 ~ 200
dan menjadi tertutup oleh folikel. Awal dari tahap III ini ditandai dengan periode
akumulasi nutrient dalam telur yang sedang berkembang yaitu dengan terbentuknya
kantung atau vesikel. Pada perkembangan telur selanjutnya, kantung kuning telur ini akan
membentuk kortikal alveoli yang berisi butir-butir korteks. Lapisan folikel sudah dua
lapis, jumlah nukleolus dalam nukleus mulai bertambah. Vakuola dan partikel kuning telur
belum ada.

Tahap IV : Vitellogenesis I
Selama tahap IV ini produksi dan akumulasi kuning telur (Yolk) dimulai. Proses ini
disebut vitellogenesis. Selanjutnya telur berkembang sampai mencapai ukuran 200 ~ 350
, nukleus 80 ~ 150 . Partikel kuning telur yang mengandung lipoprotein mulai terbentuk
dalam sitoplasma. Jumlah vakuola bertambah.

Tahap V : Vitellogenesis II
Tahap V ini merupakan phase vitellogenesis kedua. Pertikel kuning telur berpindah
ke pinggiran dan menyebar diantara vakuola. Telur mencapai ukuran 350 ~ 500 , dan
nukleus 150 ~ 180 .

Tahap VI : Vitellogenesis III


Tahap VI ini merupakan phase vitellogenesis ketiga, yang mana selama tahap ini
yolk plate (lempengan kuning telur) mendorong lipoid drop ke arah pinggiran sel dimana
dua lingkaran mulai terbentuk. Vakuola berjejer di pinggiran sel telur. Vakuola dan
partikel kuning telur menempati seluruh sitoplasma. Nukleus masih berada ditengahtengah sel telur. Nukleolus berada dipinggiran Nukleus. Ukuran sel telur 600 ~ 900 , dan
nukleus 150 ~ 180 .

Tahap VII : Ovum


Pada tahap VII ini merupakan akhir dari proses vitellogenesis dan telur mencapai
ukuran 900 ~ 1000 , nukleus mencapai ukuran 200 . Nukleolus berpindah menjauhi

membrane nukleus ke pusat nukleus. Pada tahap ini nukleus bergerak menuju mikropil dan
pada tahap ini pula mukropil mulai terbentuk dan berkembang. Pada tahap VII ini
membrane nukleolus tidak nampak lagi. Pada tahap ini terjadi pembelahan miosis ke II
yang membentuk polar bodi ke II. Untuk lebih jelasnya proses oogenesis ini dapat dilihat
pada Gambar 3.4 dan 3.5.

Gambar 3.4. Proses Oogenesis (Perkembangan Telur) pada Ikan.


(Sumber:
http://4.bp.blogspot.com/H__kiZDFWgU/UDBracMWCGI/AAAAAAAAATg/78aN8CEj9R4/s1600/Untitled2.jpg)

Gambar 3.5. Struture Sel Telur pada Ikan


(sumber: http://4.bp.blogspot.com/-nvIiVUCsk7w/UDBq- /32DwI6VA4XY/s1600/04Theory+and+Practice+Induced+Breeding+in+Fish.jpg)

Tahap IV, V, VI dan VII adalah merupakan tahap vitellogenesis, dimana Pertikel
kuning telus disintesa dan terakumulasi dalam sel telur. Pada kondisi ini secara material
telur telah siap. Untuk mencapai perkembangan ini seekor induk ikan membutuhkan
banyak protein didalam makanannya dan harus berada pada suhu yang optimal. Setelah
selesai tahap VII ini, telur tidak akan mengalami perubahan bentuk dan dikenal dengan
fase dormant (istirahat), yaitu sampai kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk
terjadinya ovulasi. Tetapi bila kondisi lingkungan yang cocok tidak kunjung datang
sehingga hormon LH (Luteinizing Hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa untuk
ovulasi tidak turun, maka lama kelamaan telur tersebut akan mengalami degradasi (rusak)
lalu diserap kembali oleh ovarium (gonad) (Gambar 3.6).

Gambar 3.6. Proses Perkembangan Sel Telur dari Sel Germinal sampai Ovulasi pada Ikan.
(Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-c2-FRXJC7ww/UDBqcHov9XI/AAAAAAAAATQ/sQP1G_rNBA/s1600/Untitled-1.jpg)

Hormon pada Oogenesis Ikan (Peranan Estradiol-17pada Reproduksi Ikan)


Proses vitelogenesis pada ikan melibatkan beberapa hormon, dan pada ikan ada dua
macam hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh

adenohipofisis yang berperan

sebagai follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Hormon
tersebut adalah FSH (GTH I), yang bekerja merangsang perkembangan folikel melalui
sekresi estradiol-17 pada ovari dan LH (GTH II) yang dibutuhkan untuk proses
pematangan akhir oosit. Gonadotropin yang dihasilkan akan bekerja pada sel teka
sebagai tempat sintesis testosteron. Testosteron yang dihasilkan oleh lapisan sel teka
akan masuk ke dalam lapisan granulosa. Di dalam lapisan granulosa testosteron diubah
menjadi estradiol-17 dengan bantuan enzim aromatase. Estradiol-17 merupakan
perangsang dalam biosintesis vitelogenin di hati. Di samping itu, estradiol-17 yang
terdapat

dalam

darah

memberikan

rangsangan

balik terhadap hipofisis dan

hipotalamus ikan. Rangsangan yang diberikan oleh estradiol-17 terhadap hipofisis


ikan adalah rangsangan dalam pro ses pembentukan gonadotropin. Rangsangan
terhadap hipotalamus adalah dalam memacu proses GnRH. GnRH yang dihasilkan ini
bekerja

untuk

merangsang

hipofisis

melepaskan

gonadotropin

yang nantinya

berperan dalam proses biosintesis estradiol-17 pada lapisan granulosa. Siklus hormonal
terus berjalan di dalam tubuh ikan selama terjadinya proses vitelogenesis.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi estradiol-17akan
meningkatkan konsentrasi vitelogenin darah dan konsentrasi estradiol-17tinggi pada
saat vitelogenesis pada European sea bass (Dicebtrachus labrax); salmon (Salmo
gairdneri); mas koki; jambal siam (Pangasius hypophthalmus). Sintesis vitelogenin di
hati sangat dipengaruhi oleh senyawa estradiol-17 yang merupakan stimulator dalam
biosintesis vitelogenin. Selain itu, sintesis tersebut dipengaruhi juga oleh androgen yang
ada dalam tubuh ikan (testosteron) dan melalui perubahan androgen menjadi estrogen
oleh

enzim

aromatase

hati.

Dengan

demikian,

peningkatan

GtH dapat

meningkatkan estradiol, dan pola kandungan estradiol seiring dengan perkembangan


telur(Aida et al.1991).

Gambar 3.7 Pengaruh hormon pada oogenesis ikan

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Proses oogenesis pada ikan diawali dengan berkembangnya oogonium
beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer.
Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis I, membentuk oosit sekunder dan polar bodi
I. Melalui meiosis II oosit sekunder membelah menjadi oosid dan polar bodi II.
Perkembangan telur pada ikan secara umum dapat dibagi atas 4 tahap yaitu
tahap I oogonia, tahap II oosit primer, tahap III oosit sekunder, tahap IV vitellogenesis
I, tahap V vitellogenesis II, tahap VI vitellogenesis III, dan tahap VII ovum.

B. Saran
Penulis berharap kepada siapa saja yang membaca makalah ini. Khususnya
mahasiswa Biologi Unesa atau mahasiswa Unesa, untuk dapat menambah
pengetahuan .Kritik ataupun saran yang sifatnya membangun, yang bertujuan untuk
memperbaiki isi makalah ini, dengan senang hati penulis menerima kritik atau saran
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aida K, Kobayasi M, Kaneko T. 1991. Endokrinologi. P. 167-121. Dalam: Hazawa,


M. dan I. Hanyu (eds). Fisiologi ikan. Koseisha Koseikaku, Tokyo.
Ayha. Reproduksi pada ikan. https://www.academia.edu/3304892/Reproduksi_Pada_Ikan
(diakses tanggal 01 November 2014).
Harder 1975. Anatomy of Fish. Schweizertbartsche Verlagsbuchhandlung Stuttgart.
Woynarovich E, Horvath L. 1980. The Artificial Propagation of Warm Water Finfish. FAO
Fisheries technical Paper No. 201. FIR/T 201.

You might also like