Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
1. Mey Budiartini
(12030204003)
2. Farikhatul Laily
(12030204013)
3. Miftakhul Arofah
(12030204019)
4. Mega Sulistyo A.
(12030204023)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup. Setiap makhluk
hidup
mempunyai
kemampuan
untuk
melakukan
reproduksi
atau
proses
BAB II
ISI
Perkembangan gamet betina atau disebut juga oogenesis terjadi didalam ovarium.
Oogenesis diawali dengan berkembangnya oogonium beberapa kali melalui pembelahan
mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis I,
membentuk oosit sekunder dan polar bodi I. Melalui meiosis II oosit sekunder membelah
menjadi oosit dan polar bodi II.
Gambar 3.3
Diagram folikel ikan. ZR zona radiata ; GC sel sel garnulosa; TC sel sel theca; BM membran dasar; GV
germinal vesikel (sumber : Evans, 1993, hlm 512)
dalam nukleus dan pembentukan polar body I dalam sitoplasma. Nukleus berukuran 12 ~
17 .
Tahap IV : Vitellogenesis I
Selama tahap IV ini produksi dan akumulasi kuning telur (Yolk) dimulai. Proses ini
disebut vitellogenesis. Selanjutnya telur berkembang sampai mencapai ukuran 200 ~ 350
, nukleus 80 ~ 150 . Partikel kuning telur yang mengandung lipoprotein mulai terbentuk
dalam sitoplasma. Jumlah vakuola bertambah.
Tahap V : Vitellogenesis II
Tahap V ini merupakan phase vitellogenesis kedua. Pertikel kuning telur berpindah
ke pinggiran dan menyebar diantara vakuola. Telur mencapai ukuran 350 ~ 500 , dan
nukleus 150 ~ 180 .
membrane nukleus ke pusat nukleus. Pada tahap ini nukleus bergerak menuju mikropil dan
pada tahap ini pula mukropil mulai terbentuk dan berkembang. Pada tahap VII ini
membrane nukleolus tidak nampak lagi. Pada tahap ini terjadi pembelahan miosis ke II
yang membentuk polar bodi ke II. Untuk lebih jelasnya proses oogenesis ini dapat dilihat
pada Gambar 3.4 dan 3.5.
Tahap IV, V, VI dan VII adalah merupakan tahap vitellogenesis, dimana Pertikel
kuning telus disintesa dan terakumulasi dalam sel telur. Pada kondisi ini secara material
telur telah siap. Untuk mencapai perkembangan ini seekor induk ikan membutuhkan
banyak protein didalam makanannya dan harus berada pada suhu yang optimal. Setelah
selesai tahap VII ini, telur tidak akan mengalami perubahan bentuk dan dikenal dengan
fase dormant (istirahat), yaitu sampai kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk
terjadinya ovulasi. Tetapi bila kondisi lingkungan yang cocok tidak kunjung datang
sehingga hormon LH (Luteinizing Hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa untuk
ovulasi tidak turun, maka lama kelamaan telur tersebut akan mengalami degradasi (rusak)
lalu diserap kembali oleh ovarium (gonad) (Gambar 3.6).
Gambar 3.6. Proses Perkembangan Sel Telur dari Sel Germinal sampai Ovulasi pada Ikan.
(Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-c2-FRXJC7ww/UDBqcHov9XI/AAAAAAAAATQ/sQP1G_rNBA/s1600/Untitled-1.jpg)
sebagai follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Hormon
tersebut adalah FSH (GTH I), yang bekerja merangsang perkembangan folikel melalui
sekresi estradiol-17 pada ovari dan LH (GTH II) yang dibutuhkan untuk proses
pematangan akhir oosit. Gonadotropin yang dihasilkan akan bekerja pada sel teka
sebagai tempat sintesis testosteron. Testosteron yang dihasilkan oleh lapisan sel teka
akan masuk ke dalam lapisan granulosa. Di dalam lapisan granulosa testosteron diubah
menjadi estradiol-17 dengan bantuan enzim aromatase. Estradiol-17 merupakan
perangsang dalam biosintesis vitelogenin di hati. Di samping itu, estradiol-17 yang
terdapat
dalam
darah
memberikan
rangsangan
untuk
merangsang
hipofisis
melepaskan
gonadotropin
yang nantinya
berperan dalam proses biosintesis estradiol-17 pada lapisan granulosa. Siklus hormonal
terus berjalan di dalam tubuh ikan selama terjadinya proses vitelogenesis.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi estradiol-17akan
meningkatkan konsentrasi vitelogenin darah dan konsentrasi estradiol-17tinggi pada
saat vitelogenesis pada European sea bass (Dicebtrachus labrax); salmon (Salmo
gairdneri); mas koki; jambal siam (Pangasius hypophthalmus). Sintesis vitelogenin di
hati sangat dipengaruhi oleh senyawa estradiol-17 yang merupakan stimulator dalam
biosintesis vitelogenin. Selain itu, sintesis tersebut dipengaruhi juga oleh androgen yang
ada dalam tubuh ikan (testosteron) dan melalui perubahan androgen menjadi estrogen
oleh
enzim
aromatase
hati.
Dengan
demikian,
peningkatan
GtH dapat
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Proses oogenesis pada ikan diawali dengan berkembangnya oogonium
beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer.
Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis I, membentuk oosit sekunder dan polar bodi
I. Melalui meiosis II oosit sekunder membelah menjadi oosid dan polar bodi II.
Perkembangan telur pada ikan secara umum dapat dibagi atas 4 tahap yaitu
tahap I oogonia, tahap II oosit primer, tahap III oosit sekunder, tahap IV vitellogenesis
I, tahap V vitellogenesis II, tahap VI vitellogenesis III, dan tahap VII ovum.
B. Saran
Penulis berharap kepada siapa saja yang membaca makalah ini. Khususnya
mahasiswa Biologi Unesa atau mahasiswa Unesa, untuk dapat menambah
pengetahuan .Kritik ataupun saran yang sifatnya membangun, yang bertujuan untuk
memperbaiki isi makalah ini, dengan senang hati penulis menerima kritik atau saran
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA