Professional Documents
Culture Documents
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Dasar perumusan tujuan dalam sistem pendidikan Indonesia adalah klasifikasi yang
dikemukakan oleh S. Bloom dan kawan-kawan, dalam bukunya taxonomy of educational
objective. Bloom membagi tujuan pendidikan dalam tiga domain, yaitu cognitive, affective,
dan psychomotor. Beane (1994) mengkategorikan tujuan instruksional sebagai berikut :
1. Tujuan Konten dan Tujuan Proses (Content and Process Objective)
Tujuan konten terfokus pada penguasaan fakta, prinsip, atau konsp yang berkaitan
dengan topic yang dipelajari. Tujuan proses berpusat pada perbaikan (treatment) terhadap
konten atau tindakan yang disarankan oleh topic yang ada.
2. Tujuan Tingkah Laku (Behavioral Objectives)
Belajar merupakan perubahan tingkah laku. Menurut mereka hanya tingkah lakulah yang
dapat diukur. Ini menunjukkan bahwa tujuan instruksional khusus perlu melakukan
spesialisasi beberapa jenis tingkah laku.
3. Tujuan Penampilan (Performance Objectives)
Tujuan tersbut meliputi empat komponen, yaitu apa yang diperbuat, siapa yang
melakukan, kapan dilakukan dan tingkat penguasaan yang diterima.
4. Tujuan Ekspresif (Expresive Objective)
Tingkah laku tidak menunjukkan semua perasaan dan sikap yang dihasilkan dalam situasi
belajar-mengajar.
Pendukung
pandangan
ini,
Eliot
Eisaer,
merekombinasikan
penggunaan tujuan ekspresif. Kegiatan belajar bersifat khusus tetapi hasil nyata masih
perlu dipertanyakan.
5. Tujuan berdasarkan Taksonomi Bloom
Tujuan pembelajaran dibagi dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Tujuan pada level pembelajaran (instruksional) dirumuskan scara spesifik dan
mendalam. Pada level ini, tujuan tersebut dirumuskan dalam tujuan umum dan khusus.
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Kata kerja yang digunakan untuk merumuskan tujuan pembelajaran umum adalah
memahami, mengetahui, mengenal, dan sebagainya. Tujuan umum tidak perlu
dirumuskan oleh guru, karena telah tercantum dalam GBPP.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Tujuan pembelajaran khusus adalah tujuan yang dirumuskan oleh guru. Davis
menggambarkan bahwa tujuan pembelajaran khusus memiliki komponen-komponen
berikut :
a. Terminal behavior, menggambarkan pernyataan atau deskripsi hasil belajar siswa.
b. Condition, menggambarkan kondisi yang diperlukan siswa untuk mendemonstrasikan
perilakunya.
c. Standard, menggambarkan tingkatan minimal dari performance yang dapat diterima
sebagai bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan.
B. KURIKULUM
1. PENGERTIAN KURIKULUM
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Latin: currere; curriculum,
running a course; courier, yang artinya berlari; course yang artinya mata pelajaran.
Bobbit (1918) menjelaskan, kurikulum adalah susunan pengalaman belajar yang terarah
yang digunakan oleh sekolah untuk membentangkan kemampuan individual anak didik.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mecapai tujuan pendidikan tertentu.1
2. FUNGSI KURIKULUM
a. Fungsi penyesuaian
Individu hidup dalam lingkungan.Setiap individu harus mampu mempersiapkan
dirinya terhadap lingkungan secara menyeluruh.Oleh karena lingkungannya sendiri
senantiasa berubah, bersifat dinamis, maka individu-individupun harus memiliki
kemampuan menyesuaikan diri secara dinamis pula.
b. Fungsi pengintegrasian
Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 41
mereka
mampu
memahami
dan
menerima
dirinya
sehingga
dapat
Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum (Dasar-dasar dan Pengembangan nya), (Bandung: Mandar Maju,
tahun terbit), hlm. 10-11
3
4
Kurikulum lama
Kurikulum baru
yang
dapat
diajar
ke
dalam
dikalangan guru tentang filsafat pendidikan serangkaian tindakan yang nyata sehariyang dianut
3
hari
perkembangan
untuk
mengembangkan
Berpusat pada matapelajaran. Mata pelajaran Disusun berdasarkan masalah atau topik
diajarkan secara terpisah-pisah, mengajarkan dimana siswa belajar dengan mengalami
mata pelajaran pada siswa tapi bukan sendiri
merupakan
suatu
proses
pengalaman
dengan
tolak
pada
masalah
dalam
perkembangan,
minat
dan
masalah masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan individu. Bahkan sumber yang
minat dan kebutuhan siswa
Dikembangkan
oleh
guru-guru
perorangan
bersama-sama
atau
oleh
suatu
dengan
kebebasan
guru
tidak
mengurangi
untuk
mengadakan
3) Guru
Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan
dalam pengembangan kurikulum. Guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif
dan melakukan uji coba kurikulum di kelasnya.
4) Orang Tua
Sebagai stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya sebagian orang
tua siswa saja yang dilibatkan. Oleh karena sebagian kegiatan belajar yang
dituntut kurikulum dilaksanakan dirumah, orang tua sewajarnya mengikuti atau
mengamati kegiatan belajar anaknya di rumah.
5) Siswa
Dalam meningkatkan kualitas siswa, para Pembina kurikulum (dalam
kedudukannya sebagai guru) hendaknya tidak melepaskan diri dalam tanggung
jawabnya sebagai pendidik dan pembimbing. Partisipasi siswa tersebut tidak lepas
dari bimbingan guru.
luas
biasanya
diikut
sertakan
dalam
menyusun
kurikulum
selaku pengajar, pembimbing, manager, maupun selaku ilmuan dan selaku pribadi
perlu
dicurahkan
sedemikian
rupa
sehingga
kurikulum
tersebut
berhasil
satu
langkah
dari
penentuan
Rancangan
Instruksional
adalah
Urutan kegiatan pengajaran juga terlihat di skema tata hubungan Pokok Bahasan
(PB). Pentingnya urutan kegiatan ini adalah agar penyampaian bahan ajar dapat diberikan
secara sistematis sehingga siswa dapat dengan mudah mengikuti dan mencerna isi
pelajaran yang diberikan guru. Agar jalannya pembelajaran tidak meloncat-loncat, maka
guru dapat:
a. Membuat RKBM karena urutan kegiatan pengajaran dituliskan di RKBM tersebut.
b. Membuat pedomman pembelajaran yang salah satunya berisi urutan kegiatan
pengajaran.
c. Membuat satu copy untuk siswa agar siswa dapat mengikuti pembelajaran secara baik.
Metode pengajaran yang perlu dikuasai oleh guru. Tiap guru mempunya gaya
tersendiri di dalam memberikan pembelajaran; tetapi metode pengajaran dimaksudkan
agar penyampaian bahan ajar dapat diterima secara mudah oleh siswa. Metode
pengajaran sangat erat kaitannya dengan kemampuan guru dalam bertindak sebagai
manajer di kelas, motivator siswa, sebagai pengayom dan sebagainya. Metode pengajaran
juga berpengaruh terhadap pengajaran yang efisien.
Menurut Medley (1982), pentingnya kaitan pengajaran dengan aspek-aspek yang
lain dituliskan sebagai berikut:
at first, effectiveness was perceived as the consequence of certain
personality traits or characteristics possessed by the teacher Later,
effectiveness was seen not so much as a function of characteristics of
teachers but of the methods of teaching used Then, effectiveness was
seen as mainly depend on the climate the teacher created and maintained
in the classroom. More recently, effectiveness has been viewed as mastery
of a repertoire of competencies and finally there has been increasing
emphasis on the ability to deploy these competencies appropriately that is
on professional decision making (halaman 1895).
Dari apa yang dituliskan oleh Medley (1982) tersebut maka peran guru sangat
dominan dalam menentukan efektivitas pengajaran. Hal yang sama dikemukakan oleh
Seokartawi (1995) di mana karakteristik mengajar yang efisien ini ditentukan oleh: