You are on page 1of 14

A.

TUJUAN INSTRUKSIONAL
Dasar perumusan tujuan dalam sistem pendidikan Indonesia adalah klasifikasi yang
dikemukakan oleh S. Bloom dan kawan-kawan, dalam bukunya taxonomy of educational
objective. Bloom membagi tujuan pendidikan dalam tiga domain, yaitu cognitive, affective,
dan psychomotor. Beane (1994) mengkategorikan tujuan instruksional sebagai berikut :
1. Tujuan Konten dan Tujuan Proses (Content and Process Objective)
Tujuan konten terfokus pada penguasaan fakta, prinsip, atau konsp yang berkaitan
dengan topic yang dipelajari. Tujuan proses berpusat pada perbaikan (treatment) terhadap
konten atau tindakan yang disarankan oleh topic yang ada.
2. Tujuan Tingkah Laku (Behavioral Objectives)
Belajar merupakan perubahan tingkah laku. Menurut mereka hanya tingkah lakulah yang
dapat diukur. Ini menunjukkan bahwa tujuan instruksional khusus perlu melakukan
spesialisasi beberapa jenis tingkah laku.
3. Tujuan Penampilan (Performance Objectives)
Tujuan tersbut meliputi empat komponen, yaitu apa yang diperbuat, siapa yang
melakukan, kapan dilakukan dan tingkat penguasaan yang diterima.
4. Tujuan Ekspresif (Expresive Objective)
Tingkah laku tidak menunjukkan semua perasaan dan sikap yang dihasilkan dalam situasi
belajar-mengajar.

Pendukung

pandangan

ini,

Eliot

Eisaer,

merekombinasikan

penggunaan tujuan ekspresif. Kegiatan belajar bersifat khusus tetapi hasil nyata masih
perlu dipertanyakan.
5. Tujuan berdasarkan Taksonomi Bloom
Tujuan pembelajaran dibagi dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Tujuan pada level pembelajaran (instruksional) dirumuskan scara spesifik dan
mendalam. Pada level ini, tujuan tersebut dirumuskan dalam tujuan umum dan khusus.
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Kata kerja yang digunakan untuk merumuskan tujuan pembelajaran umum adalah
memahami, mengetahui, mengenal, dan sebagainya. Tujuan umum tidak perlu
dirumuskan oleh guru, karena telah tercantum dalam GBPP.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Tujuan pembelajaran khusus adalah tujuan yang dirumuskan oleh guru. Davis
menggambarkan bahwa tujuan pembelajaran khusus memiliki komponen-komponen
berikut :
a. Terminal behavior, menggambarkan pernyataan atau deskripsi hasil belajar siswa.
b. Condition, menggambarkan kondisi yang diperlukan siswa untuk mendemonstrasikan
perilakunya.
c. Standard, menggambarkan tingkatan minimal dari performance yang dapat diterima
sebagai bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan.

B. KURIKULUM
1. PENGERTIAN KURIKULUM
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Latin: currere; curriculum,
running a course; courier, yang artinya berlari; course yang artinya mata pelajaran.
Bobbit (1918) menjelaskan, kurikulum adalah susunan pengalaman belajar yang terarah
yang digunakan oleh sekolah untuk membentangkan kemampuan individual anak didik.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mecapai tujuan pendidikan tertentu.1
2. FUNGSI KURIKULUM
a. Fungsi penyesuaian
Individu hidup dalam lingkungan.Setiap individu harus mampu mempersiapkan
dirinya terhadap lingkungan secara menyeluruh.Oleh karena lingkungannya sendiri
senantiasa berubah, bersifat dinamis, maka individu-individupun harus memiliki
kemampuan menyesuaikan diri secara dinamis pula.
b. Fungsi pengintegrasian

Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 41

Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena


individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang
terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukkan atau
pengintegrasian masyarakat.
c. Fungsi deferensiasi
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan perorangan
dalam masyarakat, pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang untuk berfikir
kritis dan kreatif. Dan ini akan mendoropng kemajuan social dalam masyarakat. Akan
tetapi tidak berarti bahwa dengan adanya deferensiasi kita mengabaikan solidaritas
social dan integrasi melainkan deferensiasi itu sendiri juga untuk menghindarkan
terjadinya stagnasi social.
d. Fungsi persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut
untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, apakah melanjutkan kesekolah yang lebih
tinggi atau persiapan untuk belajar didalam masyarakat seandainya dia tidak mungkin
melanjutkan.
e. Fungsi pemilihan
Antara deferensiasi dengan pemilihan adalah dua hal yang erat sekali hubungannya.
Pengakuan atas keperbedaan berarti pula diberikannya kesempatan bagi seseorang
untuk memilih apa yang diinginkannya dan menarik minatnya.
f. Fungsi diagnostic
Salahsatu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para siswa
agar

mereka

mampu

memahami

dan

menerima

dirinya

sehingga

dapat

mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.Ini dapat dilakukan apabila mereka


menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya, melalui eksplorasi dan
pronosa, sehingga selanjutnya dia sendiri yang memperbaiki kelemahan itu dan
mengembangkan sendiri kekuatan yang ada.Fungsi demikian merupakan salah satu
fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing para siswa agar dapat
berkembang secara optimal.2

Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum (Dasar-dasar dan Pengembangan nya), (Bandung: Mandar Maju,
tahun terbit), hlm. 10-11

3. UNSUR-UNSUR/ KOMPONEN KURIKULUM


Secara umum, komponen kurikulum menurut John F. Kerr terdiri atas objective,
knowledge, school experience, and evaluation. Menurut Nasution, unsur kerikulum
terdiri atas tujuan, pengetahuan, proses belajar mengajar, dan evaluasi.3
4. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Secara umum, prinsip pengembangan kurikulum adalah relevansi, kontinuitas,
fleksibilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip pengembangan kurikulum di Indonesia
mengacu pada prinsip ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual, dan
konstektual, serta fleksibel.4
Prinsip ilmiah maksudnya adalah keseluruhan materi dari kegiatan yang menajdi
muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Relevan adalah cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional
dan spiritual peserta didik. Sitematis, yaitu komponen-komponen silabus saling
berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Konsisten adalah adanya
hubungan yang kosisten (ajed, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi
pokok/ pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
Memadai maksudnya adalah cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar. Aktual dan konstekstual adalah cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan
ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, da peristiwa yang terjadi.
fleksibel, yaitu keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta
didik, pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
5. ASAS PENGEMBANGAN KURIKULUM
a. Asas filosofis yang lazimnya menentukan tujuan utama pendidikan. Falsafah yang
berbeda-beda akan menentukan tujuan pendidikan yang berbeda-beda pula. Setiap
aliran falsafah mempunyai tujuan tersendiri dan menentukan bahan pelajaran yang
khas untuk mewujudkannya.

3
4

Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Op. Cit., hlm. 42


Ibid, hlm. 46

b. Asas sosiologis merupakan dasar untuk menentukan pengetahuan atau keterampilan


yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan dan juga
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum hendaknya relevan
dengan kebutuhan masyarakat.
c. Asas organisatoris menjadi dasar untuk menentukan bagaimana bahan pelajaran
disusun, baik luarnya maupun urutannya. Mata pelajaran yang terpisah-pisah akan
berbeda dengan yang dipadukan.
d. Asas psikologis memberikan prinsip-prinsip tentang anak dan perkembangan
mentalnya dan bagaimana cara belajarnya. Dengan demikian, bahan pelajaran yang
diberikan dapat dikuasai anak sesuai dengan perkembangannya.5
6. PERANAN KURIKULUM
Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis
mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan para siswa. Bila kita analisa
sifat dari masyarakat dan kebudayaan dimana sekolah sebagai institusi social
melaksanakan operasinya, maka kita akan menentukan paling tidak 3 jenis peranan
kurikulum yang snagat penting, yakni:
a. Peranan konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan mentafsirkan
warisan social kepada generasi muda.Dengan demikian, sekolah sebagai suatu
lembaga social dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku para sisa sesuai
dengan nilai-nilai social yang ada di masyarakatsejalan dengan peranan pendidikan
sebagai suatu proses social.
b. Peranan kritis atau evaluative
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan
kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih unsur-unsur kebudayaan,
yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam
control social dan menekankan pada unsur berfikir kritis.
c. Peranan kreatif

Ibid, hlm. 46-47

Kuriulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti mencipta


dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa
mendatang dalam masyarakat.6
7. PERBEDAAN ANTARA KURIKULUM LAMA DENGAN KURIKULUM BARU
No

Kurikulum lama

Kurikulum baru

berorientasi pada masa lampau

Berorientasi pada masa sekarang sebagai


persiapan untuk masa yang akan datang

tidak berdasarkan pada filsafat pendidikan Berdasarkan filsafat pendidikan yang


yang jelas dan tidak ada kesatuan pendapat jelas

yang

dapat

diajar

ke

dalam

dikalangan guru tentang filsafat pendidikan serangkaian tindakan yang nyata sehariyang dianut
3

hari

Berdasarkan pada tujuan pendidikan yang Bertujuan


mengutamakan

perkembangan

untuk

mengembangkan

segi keseluruhan pribadi siswa

pengetahuan akademik dan keterampilan,


sedangkan perkembangan sikap, cita-cita,
kebiasaan dan sebagainya diabakan
4

Berpusat pada matapelajaran. Mata pelajaran Disusun berdasarkan masalah atau topik
diajarkan secara terpisah-pisah, mengajarkan dimana siswa belajar dengan mengalami
mata pelajaran pada siswa tapi bukan sendiri

merupakan

suatu

proses

mengajar sisawa melalui mata pelajaran, modifikasi dan memperkuat tingkahlaku


dimana mata pelajaran hanya sebagai alat melalui
saja.
5

pengalaman

dengan

menggunakan mata pelajaran

Buku pelajaran semata-mata sebagai sumber Bertitik

tolak

pada

masalah

dalam

bahan dalam mengajarkan mata pelajaran, kehidupan, yang disesuaikan dengan


tidak pernah dibicarakan tentang masalah- tingkat

perkembangan,

minat

dan

masalah masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan individu. Bahkan sumber yang
minat dan kebutuhan siswa

paling adalah masyarakat itu sendiri,


sedangkan buku itu sendiri sebagai
sumber pelengkap

Oemar Hamalik, Op. Cit., hlm. 8-9

Dikembangkan

oleh

guru-guru

secara Dikembangkan oleh team guru secara

perorangan

bersama-sama

atau

oleh

suatu

departemen tertentu. Setiap guru terikat


pada konsep yang telah disusun oleh
team

dengan

kebebasan

guru

tidak

mengurangi

untuk

mengadakan

beberapa penyesuaian dalam batas-batas


tertentu7

8. PIHAK-PIHAK TERKAIT DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM


Pada sekolah yang maju, penanganan bidang kurikulum umumnya dilakukan oleh
direktur kurikulum. Di tingkat pusat, tingkat provinsi, serta kabupaten atau kota, masingmasing pihak terkait memiliki tugas dan tanggung jawab yang saling berkaitan, baik
secara structural maupun secara fungsional dalam pengelolaan, pengembangan,
implementasi, pengawasan dan perbaikan kurikulum. Supervisor (pengawas) bertugas
memberikan bimbingan profesional. Pemimpin sekolah yang mengoordinasikan dan
mengawasi pelaksanaan kurikulum disekolahnya. Pada dasarnya, organisasi sosial
kemasyarakatan, asosiasi industry dan bisnis, persatuan atau asosiasi keilmuan (profesi)
dan lembaga atau tokoh keagamaan, sebaiknya menjadi pihak-pihak yang terlibat aktif
dalam proses pengembangan kurikulum.
a. Sumber Daya Manusia Pengembangan Kurikulum
Sumber Daya Manusia (SDM) pengembangan kurikulum adalah kemampuan
terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap pengembangan
kurikulum. Unsur ketenagaan dibagi menjadi dua, yaitu tenaga profesional dan tenaga
dari masyarakat. Tenaga profesional meliputi tenaga kependidikan guru, non-guru,
dan organisasi profesional.tenaga dari masyarakat meliputi tokoh masyarakat, orang
tua, dewan sekolah, pihak industry dan bisnis, lembaga sosial masyarakat, instansi
pemerintah serta unsur-unsur masyarakat yang berkepentingan terhadap pendidikan.

Ibid, hlm. 6-8

Dalam proses pengembangan kurikulum, keterlibatan ketenagaan sangat


penting, karena keberhasilan suatu sistem dan tujuan pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama pada semua tahapan kurikulum. Berikut adalah deskripsi tugas dan
wewenang pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kurikulum ini.

1) Pakar-pakar Ilmu Pendidikan


Spesialis para pengembang kurikulum ini bertugas untuk :
a. Duduk sebagai anggota panitia atau sponsor.
b. Mengajukan gagasan dan berbagai masukan yang diperlukan oleh panitia
pengembang kurikulum.
c. Melakukan penelitian dalam bidang pengembangan kurikulum.
d. Menyusun buku sumber yang dibutuhkan sesuai dengan kurikulum yang
sedang dikembangkan.
e. Memberikan latihan dan penataran bagi para pengembang kurikulum.
2) Administrator Pendidikan
Administrator ditingkat pusat (direktur, kepala pusat) mempunyai
wewenang dan kepemimpinan untuk mengarahkan orang serta bertanggung jawab
atas pekerjaan orang tersebut.administrator tingkat pusat bekerja sama dengan
para pakr di perguruan tinggi untuk merumuskan isi dan materi kurikulum sesuai
dengan bidang keilmuannya masing-masing.
Administrator di tingkat daerah (dinas pendidikan tingkat kotamadya atau
kabupaten) bertugas berdasarkan kerangka dasar dan program inti dari tingkat
pusat, merumuskan sistem operasional pendidikan bagi sekolahnya, berkewajiban
mendorong dan mengimplementasikan kurikulum pada setiap sekolah, bekerja
sama dengan kepala sekolah dan guru-guru dalam pengembangan kurikulum di
sekolah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, melakukan sosialisasi serta
melaksanakan kurikulum di sekolah tersebut.
Kepala sekolah mempunyao tugas yang lebih berkenaan dengan
implementasi kurikulum di sekolah.

3) Guru
Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan
dalam pengembangan kurikulum. Guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif
dan melakukan uji coba kurikulum di kelasnya.
4) Orang Tua
Sebagai stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya sebagian orang
tua siswa saja yang dilibatkan. Oleh karena sebagian kegiatan belajar yang
dituntut kurikulum dilaksanakan dirumah, orang tua sewajarnya mengikuti atau
mengamati kegiatan belajar anaknya di rumah.
5) Siswa
Dalam meningkatkan kualitas siswa, para Pembina kurikulum (dalam
kedudukannya sebagai guru) hendaknya tidak melepaskan diri dalam tanggung
jawabnya sebagai pendidik dan pembimbing. Partisipasi siswa tersebut tidak lepas
dari bimbingan guru.

9. PERAN GURU DALAM PEMBINAAN KURIKULUM


Suatu pandangan menyatakan bahwa: betapapun bagusnya, dan indahnya suatu
kurikulum, maka berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak
ditangan pribadi guru.
Oleh karena itu, masalah profesi keguruan, tantangan-tantangan yang mungkin
dihadapi oleh seseorang guru professional, peranan guru dalam pembinaan kurikulum
dan masalah pendidikan guru.
a. Peranan guru dan tantangan-tantangan yang dihadapi
Jabatan guru adalah suatu jabatan yang professional, kiranya sudah bukan
merupakan persoalan lagi.Guru yang professional adalah guru yang memiliki
keahlian sebagai guru.Keahlian yang tidak dimiliki oleh profesimanapun juga selain
guru.karena itu, sebagai suatu profesi tentulah harus memenuhi berbagai persyaratan
khusus, sebagaimana seorang dokter ataupun seorang insinyur, dan lain-lain.
Seorang guru tidak hanya harus memiliki kualifikasi, baik pribadi, kemampuan
mengajar, penguasaan spesialisasi dalam bidang studi tertentu, tetapi juga harus

memiliki kemampuan dalam rangka pembinaan kurikulum, terutama pembinaan


kurikulum dari sekolah dimana ia bertugas.
Dalam hubungan pembinaan dan pengembangan kurikulumitu, beberapa masalah
dan tantangan perlu dihadapi secara seksama, seperti masalah-masalah berikut:
1) Masalah-masalah yang berhubungan dengan tujuan dan hasil-hasil kurikulum
yang diharapkan oleh sekolah
2) Masalah-masalah yang berhubungan dengan isi dan organisasi kurikulum
3) Masalah-masalah yang berhubungan dengan proses penyusunan kurikulum dan
revisi kurikulum
b. Peranan guru dalam pembinaan kurikulum
Setiap guru mengemban tanggung jawab secara aktif dalam perencanaan,
pengadministrasian, dan perubahan kurikulum. Sejauh mana guru terlibat di
dalamnya akan turut menentukan keberhasilan pengajaran disekolah.
c. Sejauh mana peranan guru dalam perencanaan kurikulum
Kurikulum disusun oleh suatu lembaga tertentu. Umumnya kurikulum dirancang
oleh seorng ahli kurikulum dengan bantuan ahli psikologi dan ahli dalam bidang
studi.Para guru bidang studi yang dianggap telah memiliki pengalaman luas dan
berpandangan

luas

biasanya

diikut

sertakan

dalam

menyusun

kurikulum

tersebut.Kepada mereka dimintakan saran-sarannya sesuai dengan pengalaman


mereka dalam melaksanakankurikulum disekolah.Pada dasarnya para guru itulah
yang paling mengetahui tentang kurikulum yang telah dilaksanakan dan oleh karena
itu saran-saran mereka sangat berharga dalam penyusunan/perencanaan kurikulum
baru.
d. Keberhasilan kurikulum sebagian besar terletak di tangan guru selaku pelaksana
kurikulum
Para guru bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan kurikulum, baik
secara keseluruhan kurikulum maupun tugas sebagai penyampaibidang studi sesuai
dengan garis-garis besar program pengajaran yang telah dirancang dalam kurikulum
itu.Karena pokok-pokok bahasan dalam kurikulum itu hanya dalam garis besarnya
saja, maka guru hendaknya berusaha agar sedapat mungkin melakukan penyesuaianpenyesuaian seperlunya dengan kebutuhan setempa. Karena itu peranannya baik

selaku pengajar, pembimbing, manager, maupun selaku ilmuan dan selaku pribadi
perlu

dicurahkan

sedemikian

rupa

sehingga

kurikulum

tersebut

berhasil

pelaksanaannya di kelas atau disekolahnya.


e. Peran guru sebagai pengelola kurikulum
Guru selaku komponen pendidikan, mau tidak mau tentu terlibat dalam
pembaharuan yang sedang dilakukan. Jadi, dia harus ikut aktip pula dalam perubahan
kurikulum. Perubahan dan pengembangan kurikulum memandang perlu memperoleh
berbagai input berupa saran, dan pengalaman guru yang bersangkutan.8

C. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


Kegiatan Belajar Mengajar tergantung dari peran dan kualitas anak didik serta
keadaan sarana dan prasarana pendidikan. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, ukuran
keberhasilan terletak dalam proses belajar. Sebab dengan Kegiatan Belajar Mengajar
akan ditentukan tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan, dan tingkat kepribadian
(sikap). Ketiga komponenn ini sebenarnya adalah hasil kerja yang diperoleh pada
pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar. Hal ini dapat di jelaskan melalui gambar 1.9

Ibid., hlm. 21-26


Seokarwati, Meningkatkan Rancangan Instruksional: Untuk Memperbaiki Kualitas Belajar Mengajar, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 7
9

Gambar 1. Kaitan Peserta Didik, KBM dan Lulusan


Pengajaran yang Efisien
Efisiensi sebagai salah satu strategi yang diambil oleh pemerintah dalam
pembangunan bidang pendidikan adalah penting untuk diperhatikan. Efisiensi perlu
diaplikasikan di semua kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya efisiensi pengajaran.
Kegiatan Belajar Mengajar yang baik tentu banyak faktor yang mempengaruhinya dan di
antaranya adalah rancangan instruksional yang dibuat oleh dosen.
Salah

satu

langkah

dari

penentuan

Rancangan

Instruksional

adalah

mengembangkan strategi pengajaran, yang menurut Atwi Suparman (1993) strategi


pengajaran ini terdiri dari empat komponen, yaitu:
a. Urutan kegiatan pengajaran;
b. Metode pengajaran;
c. Media pengajaran; dan
d. Waktu pengajaran.
Dalam pembuatan Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar (RKBM) keempat
komponen ini perlu ditampilkan dan sekaligus kelihatan pada matriks RKBM.

Urutan kegiatan pengajaran juga terlihat di skema tata hubungan Pokok Bahasan
(PB). Pentingnya urutan kegiatan ini adalah agar penyampaian bahan ajar dapat diberikan
secara sistematis sehingga siswa dapat dengan mudah mengikuti dan mencerna isi
pelajaran yang diberikan guru. Agar jalannya pembelajaran tidak meloncat-loncat, maka
guru dapat:
a. Membuat RKBM karena urutan kegiatan pengajaran dituliskan di RKBM tersebut.
b. Membuat pedomman pembelajaran yang salah satunya berisi urutan kegiatan
pengajaran.
c. Membuat satu copy untuk siswa agar siswa dapat mengikuti pembelajaran secara baik.
Metode pengajaran yang perlu dikuasai oleh guru. Tiap guru mempunya gaya
tersendiri di dalam memberikan pembelajaran; tetapi metode pengajaran dimaksudkan
agar penyampaian bahan ajar dapat diterima secara mudah oleh siswa. Metode
pengajaran sangat erat kaitannya dengan kemampuan guru dalam bertindak sebagai
manajer di kelas, motivator siswa, sebagai pengayom dan sebagainya. Metode pengajaran
juga berpengaruh terhadap pengajaran yang efisien.
Menurut Medley (1982), pentingnya kaitan pengajaran dengan aspek-aspek yang
lain dituliskan sebagai berikut:
at first, effectiveness was perceived as the consequence of certain
personality traits or characteristics possessed by the teacher Later,
effectiveness was seen not so much as a function of characteristics of
teachers but of the methods of teaching used Then, effectiveness was
seen as mainly depend on the climate the teacher created and maintained
in the classroom. More recently, effectiveness has been viewed as mastery
of a repertoire of competencies and finally there has been increasing
emphasis on the ability to deploy these competencies appropriately that is
on professional decision making (halaman 1895).
Dari apa yang dituliskan oleh Medley (1982) tersebut maka peran guru sangat
dominan dalam menentukan efektivitas pengajaran. Hal yang sama dikemukakan oleh
Seokartawi (1995) di mana karakteristik mengajar yang efisien ini ditentukan oleh:

a. Penampilan gurunya seperti personalitynya, kedisiplinannya, penguasaan bahan ajar,


persiapan mengajar dan sebagainya.
b. Cara mengajarnya seperti urutan pengajarannya, pemilihan model pengajaran,
penggunaan alat bantu mengajar, dan sebagainya.
c. Kompetensi dalam mengajar. Karena pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) begitu cepat, maka guru dituntut untuk mengingkatkan
kompetensi di dalam mengajarnya.
d. Kemampua dalam mengambil keputusan secara bijaksana, seperti bagaimana
mengendalikan diskusi, memberikan hasil evaluasi, dan sebagainya.
Media pengajaran juga amat penting dalam meningkatkan kualitas Kegiatan
Belajar Mengajar. Media pengajaran dapat bermacam-macam dan sangat tergantung dari
situasi dan kondisi.guru sebaiknya tidak tergantung dari satu atau dua media pengajaran
saja. Misalnya guru menyenangi mengajar dengan menggunakan transparan OHP. Tetapi
jangan sampai kehilangan cara mengajar yang baik, manakala listrik mati dan
transparansi OHP itu tidak dapat dipakai.
Selanjutnya pengajaran dengan memperhatikan waktu pengajaran adalah juga
penting. Dalam setiap pembelajaran, guru perlu mengalikasikan waktu beberapa menit
untuk: (a) Pendahuluan; (b) Penyajian; dan (c) Penutup.
Setiap tiga kegaitan tersebut baisanya dituliskan blanko satuan acara pengajaran
(SAP).
Empat komponen dalam strategi pengajaran seperti apa yang dijelaskan yaitu
urutan kegiatan, metode, media dan waktu pengajaran adalah dapat dilaksanakan secara
fleksibel dengan situasi dan kondisi setempat. Di sini diperlukan kejelian guru dapat
memanfaatkan dan melaksanakan tugas mengajarnya.

You might also like