You are on page 1of 2

Ada Ribuan Kasus Tunggakan Sengketa

Pajak, Rawan Penggelapan


jakarta - Kasus dugaan penggelapan pajak yang melibatkan aparat pajak kembali jadi pembicaraan hangat saat
ini. Kondisi ini seolah-olah hanya mengulang kejadian beberapa waktu lalu seperti dalam kasus Gayus
Tambunan.
Lalu mengapa kejadian ini selalu muncul? Menurut pengamat perpajakan Danny Darussalam dari Danny
Darussalam Tax Center, ada persoalan mendasar dalam aturan perpajakan di Indonesia yaitu masih multi tafsir.
Banyaknya multi penafisaran tak heran banyak wajib pajak dan ditjen pajak sering berbeda pendapat. Hal ini
berbuntut menumpuknya kasus sengketa pajak di pengadilan pajak, yang justru rawan penggelapan pajak.
Berikut ini wawancara detik Harian dengan Danny Darussalam.
Komisi Hukum DPR melansir tiga orang pegawai pajak dengan rekening ?
Pada dasarnya penyelewengan itu diciptakan dua faktor. Yakni peluang dan orangnya. Nah peraturan
perpajakan yang ada saat ini masih menimbulkan multi tafsir. Jadi sifatnya tidak pasti, sehingga dapat
menimbulkan beda penafsiran antara wajib pajak dengan otoritas pajak.
Ketika ada perbedaan penafsiran akan menimbulkan sengketa. Sengketa ini mengakibatkan interaksi antara
petugas pajak dengan wajib pajak. Interaksi ini menimbulkan peluang adanya penyelewengan.
Bagaimana sengketa pajak itu muncul?
Munculnya ketika wajib pajak berbeda perhitungan dengan petugas pajak besaran terkait setoran pajaknya.
Salah satunya disebabkan beda penafsiran peraturan. Kan disini wajib pajak bisa menghitung sendiri.
Selain itu juga disebabkan minimnya basis data yang dimiliki Ditjen Pajak. Kemudian karena ada perbedaan
kemudian petugas pajak dalam rangka mengklarifikasi melakukan penghitungan ulang. Sengketa ini kalau tidak
bisa selesai di Ditjen akan dibawa ke pengadilan pajak.
Di pengadilan pajak penyelewengan juga berpeluang muncul?
Ya. Karena masih ada multi tafsir itu. Kasus Gayus Tambunan kan terjadi dalam di pengadilan pajak. Apalagi
tunggakan sengketa di pengadilan pajak sangat banyak. Tunggakan sengketa pajak tahun 2009 sebanyak 9.400
kasus. 2010 kira-kira mencapai 10 ribu. 2011 mencapai belasan ribu. Ini kasus yang menumpuk karena tak
terselesaikan.
Ini sangat rawan termasuk jumlah yang besar. Di banyak negara jumlah tidak sebesar ini. Di Jepang misalnya
ratusan saja tiap tahun. Selama proses sengketa di pengadilan pajak rawan terjadi kompromi di antara para
pemangku kepentingan. Ujung-ujungnya adalah suap atau korupsi. Karena itu, reformasi tidak boleh hanya
dilakukan oleh Ditjen Pajak.

Tapi pengadilan pajak juga harus melakukan reformasi. Karena penyelewengan juga terjadi di pengadilan. Jadi
reformasi dalam perpajakan harus dilakukan oleh semua institusi yang berhubungan dengan pajak. Sehingga
menutup peluang adanya penyelewengan.
Seperti apa reformasi di pengadilan pajak?
Pengadilan pajak itu harusnya transparan. Artinya setiap putusan harusnya dipublikasikan. Tanpa ada batasan.
Selama ini publikasi hanya berupa ringkasan. Ke depan publikasinya harusnya seluruhnya. Karena kalau
sengketa pajak sudah masuk ke pengadilan pajak itu sudah merupakan domain publik. Jadi kalau transparan
tidak ada lagi yang berani bermain. Karena diawasi publik.
Pengadilan pajak menganggap putusan itu rahasia wajib pajak. Dirahasiakan memang boleh tapi ketika masih
berada di wilayah Ditjen Pajak. Tapi kalau sudah masuk ranah Pengadilan Pajak menurut Undang Undang
Perpajakan itu sudah terbuka untuk umum. Jadi bisa diakses dengan mudah.
Jadi harus ada evaluasi peraturan?
Ya. Agar tidak ada ruang bagi siapa pun untuk berbeda dan menimbulkan multi tafsir sehingga meminimalkan
interaksi antara wajib pajak dengan pegawai pajak. Peraturan harus dibuat sederhana, rigid, sehingga tidak ada
peluang untuk menafsirkan berbeda. Sehingga jumlah pajak yang dibayarkan pasti.

http://finance.detik.com/read/2012/03/14/112631/1866781/459/ada-ribuan-kasus-tunggakan-sengketa-pajakrawan-penggelapan

You might also like