Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Fraktur tibia adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.Fraktur tulang panjang
yang paling sering terjadi adalah fraktur pada tibia.Pusat Nasional Kesehatan di luar
negeri melaporkan bahwa fraktur ini berjumlah 77.000 orang, dan ada di 569.000
rumah sakit tiap hari /tahunnya. Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur
tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit
dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian anterior dan medial dari tulang tibia
dan sebagai akibat dari hal ini, sejumlah besar fraktur tulang terbuka sering terjadi.
Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia lanjut
yang terjatuh, Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme trauma yang paling sering
adalah kecelakaan kendaraan bermotor (1,2,3)
Kehilangan anggota tubuh dapat terjadi akibat trauma dari jaringan lunak
yang
parah,
keterlibatan
neurovaskular,
cedera
arteri
poplitea,
sindroma
III. ETIOLOGI
Etiologi fraktur tibia berupa trauma akibat kecelakaan dengan berkecepatan
sangat tinggi. Di daerah di mana orang-orang mengendarai mobil dengan kecepatan
tinggi dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan dengan potensi tinggi untuk trauma kaki
(misalnya :ski, sepak bola), jumlah fraktur tibia pada keadaan gawat darurat tergolong
tinggi. Sementara trauma langsung pada tibia merupakan penyebab paling umum,
tidak ada etiologi lain yang dijumpai untuk fraktur tibia shaft. Dua yang paling umum
adalah jatuh atau melompat dari ketinggian yang signifikan dan luka tembak pada
kaki bagian bawah.(4)
IV. ANATOMI
2
Terdapat dua tulang pada extremitas bawah yaitu tibia dan fibula. Tibia adalah
tulang panjang yang mempunyai corpus, ujung proximal dan ujung distal, berada di
sisi medial dan anterior dari crus. Pada posisi berdiri, tibia meneruskan gaya gerak
badan menuju pedis. Ujung proximal lebar, mengadakan persendian dengan os femur
membentuk artikulastio genu, membentuk kondilus medialis dan kondilus lateralis
tibia. Facies proximal membentuk facies articularis superior, bentuk besar, oval dan
permukaan licin(5-6)
Corpus tibia mempunyai tiga permukaan yaitu facies lateralis, facies medialis
dan facies posterior. Mempunyai tiga buah tepi yaitu margo anterior , margo medialis
, margo interosseus. (5)
Ujung distal tibia membentuk malleolus medialis. Malleolus medialis
mempunyai facies superior, anterior, posterior, medial, lateral dan inferior. Pada
permukaan lateral terdapat incisura fibularis yang membentuk persendian dengan
ujung distal fibula. Facies articularis inferior pada ujung distal tibia membentuk
persendian dengan facies anterior corpus tali. (5)
V. PATOFISIOLOGI
Jika satu tulang sudah patah,jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum
terpisah dari tulang,dan terjadi perdarahan yang cukup berat.Bekuan darahterbentuk
pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi didalamnya dengan
dengan sel-sel pembentuk tulang primitif (osteogenik) berdiferensiasi menjadi
khondroblas dan osteoblas. Khondroblas akan mensekresi fosfat,yang merangsang
deposisi kalsium.Terbentuk lapisan tebal (callus) di sekitar lokasi fraktur.Lapisan ini
terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kallus dari fragmen satunya, dan
menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus berlanjut
dengan terbentuknya trabekula dan osteoblas yang melekat pada tulang dan meluas
menyeberangi lokasi fraktur.Penyatuan tulang provisional ini akan menjalani
transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi.Callus
tulang akan mengalami remodeling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh seperti
bentuk osteoblast tulang baru dan osteoklast akan menyingkirkan bagian yang rusak
dan tulang sementara(8)
VI. DIAGNOSIS
Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondiler), diafisis atau
persendian pergelangan kaki.
Klasifikasi
Klasifikasi yang sering dan meluas dipakai sekarang adalah klasifikasi
Schatzker(10-11).
I : Fraktur split kondiler lateral
II: Fraktur split/depresi lateral
III: Depresi kondiler lateral
IV: Fraktur split kondiler medial
7
V : Fraktur bikondiler
VI: Fraktur kominutif
Tipe IV-VI biasanya terjadi akibat trauma dengan tekanan yang kuat.Fraktur
tidak bergeser apabila depresi kurang dari 4 mm,sedangkan yang bergeser apabila
depresi melebihi 4 mm.
kuat.Pulsasi distal dan fungsi saraf peroneal perlu diperiksa.Kulit perlu diperiksa
secara seksama untuk mencari tanda-tanda abrasi atau laserasi yang dapat menjadi
tanda fraktur terbuka(9).
Penilaian stabilitas lutut adalah penting dalam mengevaluasi kondiler
tibia.Aspirasi dari hemartrosis pada lutut dan anestasi lokal mungkin diperlukan
untuk pemeriksaan yang akurat.Jika dibandingkan dengan bagian yang tidak cedera,
pelebaransudut sendi pada lutut yang stabil mestilah tidak lebih dari 10o dengan stress
varus atau valgus pada mana-mana titik dalam aksis gerakan dari ekstensi penuh
hingga fleksi 90o. Integritas ligamen krusiatum anterior perlu dinilai melalui tes
Lakhman(9).
Fraktur
cedera jaringan
lunak disekeliling
10
Gambar 6.(A) Fraktur kondiler tibia dengan split dan terpisah di lateral. (B) Fraktur
kondiler tibia direduksi dengan menggunakan buttress plate dan screwuntuk
mengembalikankongruensi sendi.(4)
(Dikutip dari kepustakaan 14)
11
12
pemasangan screw atau kombinasi screw dan plate untuk menahan bagian
fragmen terhadap tibia(1).
Komplikasi(1)
1. Genu valgum : terjadi oleh karena depresiyang tidak direduksi dengan baik
2. Kekakuan lutut : terjadi karena tidak dilakukan latihan yang lebih awal
3. Osteoartritis : terjadi karena adanya kerusakan pada permukaan sendi sehingga
bersifat irrreguler yang menyebabkan inkonkruensi sendi lutut.
13
14
15
sebelah kanan menunjukkan fraktur tipe kompleks, dari atas ke bawah menunjukkan
fraktur tipe spiral, segmen dan ireguler(3).
Sistem klasifikasi yang sering digunakan pada fraktur terbuka adalah sistem
Gustilo sebagai berikut:(3)
Tipe I: lukanya bersih dan panjangnya kurang dari 1 cm.
Tipe II: panjang luka lebih dari 1 cm dan tanpa kerusakan jaringan lunak yang
luas.
Tipe IIIa: luka dengan kerusakan jaringan yang luas, biasanya lebih dari 10 cm
dan mengenai periosteum. Fraktur tipe ini dapat disertai kemungkinan
komplikasi, contohnya: luka tembak.
Tipe IIIb: luka dengan tulang yang periosteumnya terangkat.
Tipe IIIc: fraktur dengan gangguan vaskular dan memerlukan penanganan
terhadap vaskularnya agar vaskularisasi tungkai dapat normal kembali.
Gambaran klinis
Ditemukan gejala fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan sering ditemukan
deformitas misalnya penonjolan tulang keluar kulit.(1)
Pemeriksaan radiologis
Evaluasi radiologi dari fraktur diafisis tibia adalah dengan sinar rontgen pada
posisi anteroposterior dan lateral.Selain itu pada foto rontgen harus mencakup bagian
16
Pengobatan
1. Konservatif
Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur dengan
manipulasi tertutup dengan pembiusan umum.Pemasangan gips sirkuler untuk
immobilisasi, dipasang sampai diatas lutut(1).
17
Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup,ada kontak 70% atau lebih,tidak ada
angulasi dan tidak ada rotasi.Apabila ada angulasi, dapat dilakukan koreksi
setelah 3 minggu (union secara fibrosa). Pada fraktur oblik atau spiral, imobilisasi
dengan gips biasanya sulit dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan tindakan
operasi(1).
Cast bracing adalah teknik pemasangan gips sirkuler dengan tumpuan pada
tendo
patella
(gips
Sarmiento)
yang
biasanya
dipergunakan
setelah
2. Operatif
Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka, kegagalan dalam terapi
konservatif, fraktur tidak stabil dan adanya nonunion.Metode pengobatan operatif
adalah sama ada pemasangan plate dan screw, atau nail intrameduler, atau
pemasangan screw semata-mata atau pemasangan fiksasi eksterna. Indikasi
pemasangan fiksasi eksterna pada fraktur tibia: (1)
Fraktur tibia terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat kerusakan
jaringan yang hebat atau hilangnya fragmen tulang
Pseudoartrosis yang mengalami infeksi (infected pseudoarthrosis)
18
20
21
22
Komplikasi
Di antara komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur diafisis tibia adalah
infeksi, delayed union atau nonunion, malunion, kerusakan pembuluh darah
(sindroma kompartmen anterior), trauma saraf terutama pada vervus peroneal
23
Mekanisme trauma
Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam
beberapa macam trauma(1).
1. Trauma abduksi
Trauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang bersifat
oblik, fraktur pada maleolus medialis bersifat avulsi atau robekan pada ligamen
bagian medial.
2. Trauma adduksi
Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat oblik
atau avulsi maleolus lateralis atau keduanya.Trauma adduksi juga bisa hanya
menyebabkan strain atau robekan pada ligamen lateral,tergantung dari beratnya
trauma.
24
Klasifikasi
Lauge-Hansen(1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya
pergeseran dari fraktur, yang
pengobatan atau manipulasi yang dilakukan. Klasifikasi lain yang lebih sederhana,
menurut Danis & Weber (1991), dimana fibula merupakan tulang yang penting dalam
stabilitas dari kedudukan sendi berdasarkan
sindesmosis tibiofibular(1).
25
Gambar 15
(Dikutip dari kepustakaan 1)
Klasifikasi terdiri atas (1):
Tipe B; fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulsi maleolus
medialis dimana sering disertai dengan robekan dari ligamen tibiofibular bagian
depan
Tipe C; fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulsi dari tibia
disertai fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Pada tipe C terjadi robekan
pada sindesmosis. Jenis tipe C ini juga dikenal sebagai fraktur Duyuptren.
Klasifikasi ini penting artinya dalam tindakan pengobatan oleh karena selain
fraktur juga perlu dilakukan tindakan pada ligamen(1).
26
Gambar 16.
(Dikutip dari kepustakaan 1)
Gambaran klinis
Ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruaan atau
deformitas. Yang penting diperhatikan adalah lokalisasi dari nyeri tekan apakah pada
daerah tulang atau pada ligamen(1).
Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan radiologis dapat ditentukan jenis-jenis fraktur dan
mekanisme terjadinya trauma.Foto rontgen perlu dibuat sekurang-kurangnya tiga
proyeksi, yaitu antero-posterior, lateral dan setengah oblik dari gambaran posisi
pergelangan kaki. Sering fraktur terjadi pada fibula proksimal, sehingga secara klinis
harus diperhatikan. (1)
27
Gambar 17
(Dikutip dari kepustakaan 1)
Pengobatan
Fraktur dislokasi padasendi pergelangan kaki merupakan fraktur intraartikuler sehingga diperlukan reduksisecaraanatomis danakurat sertamobilisasi sendi
yangsesegeramungkin(1).
Tindakan pengobatan terdiri atas:
1. Konservatif
Dilakukan pada fraktur yang tidakbergeser, berupa pemasangan gipssirkuler di
bawah lutut.
28
2. Operatif
Terapi operatif dilakukan berdasarkan kelainan-kelainan yang ditemukan
apakah hanya fraktur semata-mata, apakah ada robekan pada ligamen atau
diastasis pada tibiofibula serta adanyadislokasi talus.
Beberapa hal yang penting diperhatikan pada reduksi,yaitu(1):
29
Gambar 18
(Dikutip dari kepustakaan 1)
Komplikasi(1)
1. Vaskuler
Apabila terjadi fraktur subluksasi yang hebat maka dapat terjadi gangguan
pembuluhdarahyangsegera, sehingga harusdilakukan reposisi secepatnya.
2. Malunion
Reduksiyang tidakkomplitakanmenyebabkan posisipersendianyangtidak akurat
yangakanmenimbulkan osteoartritis.
3. Osteoartritis
30
4. Algodistrofi
Algodistrofiadalahkomplikasi
dimana
penderita
mengeluhnyeri,
terdapat
VII. KESIMPULAN
Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur pada
tibia.Pada fraktur tibia, dapat terjadi fraktur pada bagian kondiler,diafisis dan
pergelangan kaki.Fraktur pada tibia termasuk luka kompleks, sehingga tentunya
penanganannya
juga
tidak
sederhana.Sebagai
dokter
umum,anamnesis
dan
pemeriksaan fisik yang lengkap diperlukan jika terjadi fraktur.Selain itu, pemeriksaan
radiologis juga penting.Penatalaksanaan dari fraktur tergantung dari kondisi
frakturnya, bisa dengan
operatif maupun non operatif.
31
32