You are on page 1of 32

FRAKTUR TIBIA

I. PENDAHULUAN
Fraktur tibia adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.Fraktur tulang panjang
yang paling sering terjadi adalah fraktur pada tibia.Pusat Nasional Kesehatan di luar
negeri melaporkan bahwa fraktur ini berjumlah 77.000 orang, dan ada di 569.000
rumah sakit tiap hari /tahunnya. Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur
tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit
dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian anterior dan medial dari tulang tibia
dan sebagai akibat dari hal ini, sejumlah besar fraktur tulang terbuka sering terjadi.
Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia lanjut
yang terjatuh, Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme trauma yang paling sering
adalah kecelakaan kendaraan bermotor (1,2,3)

II. INSIDENS& EPIDEMIOLOGI


II.1Frekuensi
Fraktur tibia merupakan fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi.
Insiden yang terjadi pertahun pada fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan 11,5
per 100.000 orang, dengan 40% terjadi pada ekstremitas bawah. Fraktur ekstremitas
bawah yang paling umum terjadi pada diafisis tibia.(2)
II.2Mortalitas/Morbiditas
1

Kehilangan anggota tubuh dapat terjadi akibat trauma dari jaringan lunak
yang

parah,

keterlibatan

neurovaskular,

cedera

arteri

poplitea,

sindroma

kompartemen, atau infeksi seperti gangren atau osteomielitis.Cedera arteri poplitea


merupakan cedera yang sangat serius sehingga mengancam ekstremitas namun
biasanya diabaikan.Delayed union, nonunion, dan arthritisdapat terjadi pada fraktur
tibia.Di antara tulang-tulang panjang, tibia adalah lokasi yang paling sering dari
fraktur nonunion. (2)

III. ETIOLOGI
Etiologi fraktur tibia berupa trauma akibat kecelakaan dengan berkecepatan
sangat tinggi. Di daerah di mana orang-orang mengendarai mobil dengan kecepatan
tinggi dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan dengan potensi tinggi untuk trauma kaki
(misalnya :ski, sepak bola), jumlah fraktur tibia pada keadaan gawat darurat tergolong
tinggi. Sementara trauma langsung pada tibia merupakan penyebab paling umum,
tidak ada etiologi lain yang dijumpai untuk fraktur tibia shaft. Dua yang paling umum
adalah jatuh atau melompat dari ketinggian yang signifikan dan luka tembak pada
kaki bagian bawah.(4)

IV. ANATOMI
2

Terdapat dua tulang pada extremitas bawah yaitu tibia dan fibula. Tibia adalah
tulang panjang yang mempunyai corpus, ujung proximal dan ujung distal, berada di
sisi medial dan anterior dari crus. Pada posisi berdiri, tibia meneruskan gaya gerak
badan menuju pedis. Ujung proximal lebar, mengadakan persendian dengan os femur
membentuk artikulastio genu, membentuk kondilus medialis dan kondilus lateralis
tibia. Facies proximal membentuk facies articularis superior, bentuk besar, oval dan
permukaan licin(5-6)
Corpus tibia mempunyai tiga permukaan yaitu facies lateralis, facies medialis
dan facies posterior. Mempunyai tiga buah tepi yaitu margo anterior , margo medialis
, margo interosseus. (5)
Ujung distal tibia membentuk malleolus medialis. Malleolus medialis
mempunyai facies superior, anterior, posterior, medial, lateral dan inferior. Pada
permukaan lateral terdapat incisura fibularis yang membentuk persendian dengan
ujung distal fibula. Facies articularis inferior pada ujung distal tibia membentuk
persendian dengan facies anterior corpus tali. (5)

Gambar 1. Anatomi Cruris


(Dikutip dari kepustakaan7)
4

Gambar 2.Anatomi cruris.(1)


(Dikutip dari kepustakaan 7)

V. PATOFISIOLOGI
Jika satu tulang sudah patah,jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum
terpisah dari tulang,dan terjadi perdarahan yang cukup berat.Bekuan darahterbentuk
pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi didalamnya dengan
dengan sel-sel pembentuk tulang primitif (osteogenik) berdiferensiasi menjadi
khondroblas dan osteoblas. Khondroblas akan mensekresi fosfat,yang merangsang
deposisi kalsium.Terbentuk lapisan tebal (callus) di sekitar lokasi fraktur.Lapisan ini
terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kallus dari fragmen satunya, dan
menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus berlanjut
dengan terbentuknya trabekula dan osteoblas yang melekat pada tulang dan meluas
menyeberangi lokasi fraktur.Penyatuan tulang provisional ini akan menjalani
transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi.Callus
tulang akan mengalami remodeling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh seperti
bentuk osteoblast tulang baru dan osteoklast akan menyingkirkan bagian yang rusak
dan tulang sementara(8)

VI. DIAGNOSIS
Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondiler), diafisis atau
persendian pergelangan kaki.

VI.I Fraktur Kondiler Tibia


Mekanisme trauma
Fraktur kondiler tibia lebih sering mengenai kondiler lateralis daripada
medialis serta fraktur kedua kondiler.Banyak fraktur kondiler tibia terjadi akibat
kecelakaan antara mobil dan pejalan kaki di mana bemper mobil menabrak kaki
bagial lateral dengan gayakearah medial(valgus). Ini menghasilkan fraktur depresi
atau fraktur split dari kondiler lateralis tibia apabila kondiler femur didorong kearah
tersebut. Kondiler medial memiliki kekuatan yang lebih besar, jadi fraktur pada
daerah ini biasanya terjadi akibat gaya dengan tenaga yang lebih besar(varus). Jatuh
dari ketinggian akan menimbulkan kompresi aksial sehingga bisa menyebabkan
fraktur pada proksimal tibia.Pada golongan lanjut usia, pasien dengan osteoporosis
lebih mudah terkena fraktur kondiler tibia berbanding robekan ligamen atau meniscus
setelah cedera keseleo di lutut. Eminentia intrakondiler dapat fraktur bersama robekan
ligamen krusiatum sebagai akibat hiperekstensi atau gaya memutar.(1,9)

Klasifikasi
Klasifikasi yang sering dan meluas dipakai sekarang adalah klasifikasi
Schatzker(10-11).
I : Fraktur split kondiler lateral
II: Fraktur split/depresi lateral
III: Depresi kondiler lateral
IV: Fraktur split kondiler medial
7

V : Fraktur bikondiler
VI: Fraktur kominutif
Tipe IV-VI biasanya terjadi akibat trauma dengan tekanan yang kuat.Fraktur
tidak bergeser apabila depresi kurang dari 4 mm,sedangkan yang bergeser apabila
depresi melebihi 4 mm.

Gambar 3.Klasifikasi Schatzker.(2)


(Dikutip dari kepustakaan 10)

Gambar 4.Fraktur kondiler tibia.(3)


(Dikutip dari kepustakaan 12)
Gambaran klinis
Pada anamnesis terdapat riwayat trauma pada lutut, pembengkakan dan nyeri
serta hemartrosis.Terdapat gangguan dalam pergerakan sendi lutut.Biasanya pasien
tidak dapat menahan beban.Sewaktu pemeriksaan,mereka merasakan nyeri pada
proksimal tibia dan gerakan flesi dan ekstensi yang terbatas.Dokter perlu menentukan
adanya penyebab cedera itu akibat tenaga yang kuat atau lemah karena cedera
neovaskular,sindroma kompartmen lebih sering terjadi pada cedera akibat tenaga

kuat.Pulsasi distal dan fungsi saraf peroneal perlu diperiksa.Kulit perlu diperiksa
secara seksama untuk mencari tanda-tanda abrasi atau laserasi yang dapat menjadi
tanda fraktur terbuka(9).
Penilaian stabilitas lutut adalah penting dalam mengevaluasi kondiler
tibia.Aspirasi dari hemartrosis pada lutut dan anestasi lokal mungkin diperlukan
untuk pemeriksaan yang akurat.Jika dibandingkan dengan bagian yang tidak cedera,
pelebaransudut sendi pada lutut yang stabil mestilah tidak lebih dari 10o dengan stress
varus atau valgus pada mana-mana titik dalam aksis gerakan dari ekstensi penuh
hingga fleksi 90o. Integritas ligamen krusiatum anterior perlu dinilai melalui tes
Lakhman(9).
Fraktur

kondiler sering disertai

cedera jaringan

lunak disekeliling

lutut.Robekan ligamen kollateral medial dan meniscus medial sering menyertai


fraktur kondiler lateral. Fraktur kondiler medial disertai robekan ligamen kollateral
lateral dan meniskus medial.Ligamen krusiatum anterior dapat cedera pada fraktur
salah satu kondiler.Fraktur kondiler tibia,terutama yang ekstensi frakturnya sampai ke
diafisis, dapat meyebabkan kepada sindroma kompartemen akut akibat perdarahan
dan edema(9)
Pemeriksaan radiologik
Dengan foto rontgen posisi AP dan lateral dapat diketahui jenis fraktur,tapi
kadang-kadang diperlukan pula foto oblik(1).

10

Gambar 5.Fraktur kondiler tibia pada proximal diametaphysis.


(Dikutip dari gambarkepustakaan 13)

Gambar 6.(A) Fraktur kondiler tibia dengan split dan terpisah di lateral. (B) Fraktur
kondiler tibia direduksi dengan menggunakan buttress plate dan screwuntuk
mengembalikankongruensi sendi.(4)
(Dikutip dari kepustakaan 14)

11

Gambar 7. Fraktur bikondiler


( Dikutip dari kepustakaan 15)
Pengobatan
1. Konservatif
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana depresi kurang dari 4 mm dapat
dilakukan beberapa pilihan pengobatan,antara lain verban elastik, traksi,atau gips
sirkuler.Prinsip pengobatan adalah mencegah bertambahnya depresi,tidak
menahan beban dan segera mobilisasi pada sendi lutut agar tidak segera terjadi
kekakuan sendi(1).
2. Operatif
Depresi yang lebih dari 4 mm dilakukan operasi dengan mengangkat bagian
depresi dan ditopang dengan bone graft.Pada fraktur split dapat dilakukan

12

pemasangan screw atau kombinasi screw dan plate untuk menahan bagian
fragmen terhadap tibia(1).
Komplikasi(1)
1. Genu valgum : terjadi oleh karena depresiyang tidak direduksi dengan baik
2. Kekakuan lutut : terjadi karena tidak dilakukan latihan yang lebih awal
3. Osteoartritis : terjadi karena adanya kerusakan pada permukaan sendi sehingga
bersifat irrreguler yang menyebabkan inkonkruensi sendi lutut.

VI.II Fraktur Diafisis Tibia


Mekanisme trauma
Fraktur diafisis tibia terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan
menimbulkan fra,ktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi
akan menimbulkan fraktur tipe spiral.Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara
1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian distal.Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit
ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering bersifat terbuka.Penyebab
utama terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas. (1)

13

Gambar 8.Fraktur diafisis tibia.


(Dikutip dari kepustakaan 10)
Klasifikasi fraktur
Klasifikasi dari fraktur diafisis tibia bermanfaat untuk kepentingan para dokter
yang menggunakannya untuk memperkirakan kemungkinan penyembuhan dari
fraktur dalam menjalankan penatalaksanaannya.(3)
Orthopaedic Trauma Association (OTA) membagi fraktur diafisis tibia
berdasarkan pemeriksaan radiografi, terbagi 3 grup, yaitu: simple, wedge dan
kompleks. Masingmasing grup terbagi lagi menjadi 3 yaitu(3)
A. Tipe simple, terbagi 3: spiral, oblik, tranversal.
B. Tipe wedge, terbagi 3: spiral, bending, dan fragmen.
C. Tipe kompleks, terbagi 3: spiral, segmen, dan iregular.

14

Gambar 9.Klasifikasi fraktur diafisis tibia mengikut Orthopaedic Trauma Association


(OTA).
(Dikutip dari kepustakaan 3)
Gambar diatas menunjukkan klasifikasi fraktur berdasarkan radiografi, dari
sebelah kiri ke arah bawah menunjukkan fraktur tipe simpel, yang terdiri dari spiral,
oblik dan transversal. Gambar yang di tengah memperlihatkan fraktur tipe wedge,
dari atas ke bawah memperlihatkan tipe spiral, bending, dan fragmen. Gambar

15

sebelah kanan menunjukkan fraktur tipe kompleks, dari atas ke bawah menunjukkan
fraktur tipe spiral, segmen dan ireguler(3).
Sistem klasifikasi yang sering digunakan pada fraktur terbuka adalah sistem
Gustilo sebagai berikut:(3)
Tipe I: lukanya bersih dan panjangnya kurang dari 1 cm.
Tipe II: panjang luka lebih dari 1 cm dan tanpa kerusakan jaringan lunak yang
luas.
Tipe IIIa: luka dengan kerusakan jaringan yang luas, biasanya lebih dari 10 cm
dan mengenai periosteum. Fraktur tipe ini dapat disertai kemungkinan
komplikasi, contohnya: luka tembak.
Tipe IIIb: luka dengan tulang yang periosteumnya terangkat.
Tipe IIIc: fraktur dengan gangguan vaskular dan memerlukan penanganan
terhadap vaskularnya agar vaskularisasi tungkai dapat normal kembali.

Gambaran klinis
Ditemukan gejala fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan sering ditemukan
deformitas misalnya penonjolan tulang keluar kulit.(1)

Pemeriksaan radiologis
Evaluasi radiologi dari fraktur diafisis tibia adalah dengan sinar rontgen pada
posisi anteroposterior dan lateral.Selain itu pada foto rontgen harus mencakup bagian

16

distal dari femur dan ankle.Dengan pemeriksaan radiologis, dapat ditentukan


lokalisasi fraktur, jenis fraktur, apakah fraktur pada tibia dan fibula atau tibia saja
atau fibula saja.Juga dapat ditentukan apakah fraktur bersifat segmental(1,3).

Gambar 10.Fraktur diafisis tibia


(Dikutip dari kepustakaan 16)

Pengobatan
1. Konservatif
Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur dengan
manipulasi tertutup dengan pembiusan umum.Pemasangan gips sirkuler untuk
immobilisasi, dipasang sampai diatas lutut(1).

17

Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup,ada kontak 70% atau lebih,tidak ada
angulasi dan tidak ada rotasi.Apabila ada angulasi, dapat dilakukan koreksi
setelah 3 minggu (union secara fibrosa). Pada fraktur oblik atau spiral, imobilisasi
dengan gips biasanya sulit dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan tindakan
operasi(1).
Cast bracing adalah teknik pemasangan gips sirkuler dengan tumpuan pada
tendo

patella

(gips

Sarmiento)

yang

biasanya

dipergunakan

setelah

pembengkakan mereda atau terjadi union secara fibrosa(1).

2. Operatif
Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka, kegagalan dalam terapi
konservatif, fraktur tidak stabil dan adanya nonunion.Metode pengobatan operatif
adalah sama ada pemasangan plate dan screw, atau nail intrameduler, atau
pemasangan screw semata-mata atau pemasangan fiksasi eksterna. Indikasi
pemasangan fiksasi eksterna pada fraktur tibia: (1)
Fraktur tibia terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat kerusakan
jaringan yang hebat atau hilangnya fragmen tulang
Pseudoartrosis yang mengalami infeksi (infected pseudoarthrosis)

18

Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu(3):


a. Absolut
- Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukanOperasidalam
penyembuhan dan perawatan lukanya.
- Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaikijalannya darah di
tungkai
- Fraktur dengan sindroma kompartemen
- Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas pasien, juga
mengurangi nyeri.
b. Relatif , jika adanya:
- Pemendekan
- Fraktur tibia dengan fibula intak
- Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama

Adapun jenis-jenis operasi yang dilakukan pada fraktur tibia diantaranya


adalah sebagai berikut:
1. Fiksasi eksternal
a. Standar
Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multiple yang
hemodinamiknya tidak stabil, dan dapat juga digunakan pada frakturterbuka dengan
luka terkontaminasi. Dengan cara ini, luka operasi yangdibuat bisa lebih kecil,
sehingga menghindari kemungkinan traumatambahan yang dapat memperlambat
19

kemungkinan penyembuhan. Dibawah ini merupakan gambar dari fiksasi eksternal


tipe standar: (3)

Gambar 11. Fiksasi Interna Standar


(Dikutip dari kepustakaan 3)
b. Ring Fixators
Ring fixatorsdilengkapi dengan fiksator ilizarov yang menggunakansejenis
cincin dan kawat yang dipasang pada tulang. Keuntungannyaadalah dapat digunakan
untuk fraktur ke arah proksimal atau distal.Caraini baik digunakan pada fraktur
tertutup tipe kompleks. Di bawah inimerupakan gambar pemasangan ring fixators
pada fraktur diafisis tibia(3):

20

Gambar 12.Ring Fixators


(Dikutip dari kepustakaan 3)
c. Open reduction with internal fixation (ORIF)
Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai
kemetafisis. Keuntungan penatalaksanaan fraktur dengan cara ini yaitugerakan
sendinya menjadi lebih stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnyaterjadi komplikasi
pada penyembuhan luka operasi. Berikut ini merupakangambar penatalaksanaan
fraktur dengan ORIF(3):

21

Gambar 13. ORIF


(Dikutip dari kepustakaan 3)
d. Intramedullary nailing
Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbukaatau
tertutup. Keuntungan cara ini adalah mudah untuk meluruskan tulangyang cidera dan
menghindarkan trauma pada jaringan lunak. Di bawah iniadalah gambar dari
penggunaan intramedullary nailing(3):

22

Gambar 14.Intramedullary nailing


(Dikutip dari kepustakaan 3)
1. Amputasi
Amputasi dilakukan pada fraktur yang mengalami iskemia, putusnya nervus
tibia dan pada crush injury dari tibia. (3)

Komplikasi
Di antara komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur diafisis tibia adalah
infeksi, delayed union atau nonunion, malunion, kerusakan pembuluh darah
(sindroma kompartmen anterior), trauma saraf terutama pada vervus peroneal

23

komunis dan gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki.Gangguan pergerakan


sendi ini biasanya disebabkan adanya adhesi pada otot-otot tungkai bawah. (1)

VI.III Fraktur Distal Tibia


Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks dan penopang badan
dimana talus duduk dan dilindungi oleh maleolus lateralis dan medialis yang diikat
dengan ligament.Dahulu,fraktur disekitar pergelangan kaki disebut fraktur Pott.(1)

Mekanisme trauma
Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam
beberapa macam trauma(1).
1. Trauma abduksi
Trauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang bersifat
oblik, fraktur pada maleolus medialis bersifat avulsi atau robekan pada ligamen
bagian medial.
2. Trauma adduksi
Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat oblik
atau avulsi maleolus lateralis atau keduanya.Trauma adduksi juga bisa hanya
menyebabkan strain atau robekan pada ligamen lateral,tergantung dari beratnya
trauma.

24

3. Trauma rotasi eksterna


Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan terjadi
fraktur pada fibula di atas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligamen
medial atau fraktur avulsi pada maleolus medialis.Apabila trauma lebih hebat
dapat disertai dengan dislokasi talus.
4. Trauma kompresi vertikal
Pada kompresi vertikal dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai
dengan dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur kominutif disertai dengan
robekan diastesis.

Klasifikasi
Lauge-Hansen(1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya
pergeseran dari fraktur, yang

merupakan pedoman penting untuk tindakan

pengobatan atau manipulasi yang dilakukan. Klasifikasi lain yang lebih sederhana,
menurut Danis & Weber (1991), dimana fibula merupakan tulang yang penting dalam
stabilitas dari kedudukan sendi berdasarkan
sindesmosis tibiofibular(1).

25

atas lokalisasi fraktur terhadap

Gambar 15
(Dikutip dari kepustakaan 1)
Klasifikasi terdiri atas (1):

Tipe A; fraktur maleolus di bawah sindesmosis

Tipe B; fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulsi maleolus
medialis dimana sering disertai dengan robekan dari ligamen tibiofibular bagian
depan

Tipe C; fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulsi dari tibia
disertai fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Pada tipe C terjadi robekan
pada sindesmosis. Jenis tipe C ini juga dikenal sebagai fraktur Duyuptren.

Klasifikasi ini penting artinya dalam tindakan pengobatan oleh karena selain
fraktur juga perlu dilakukan tindakan pada ligamen(1).

26

Gambar 16.
(Dikutip dari kepustakaan 1)
Gambaran klinis
Ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruaan atau
deformitas. Yang penting diperhatikan adalah lokalisasi dari nyeri tekan apakah pada
daerah tulang atau pada ligamen(1).

Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan radiologis dapat ditentukan jenis-jenis fraktur dan
mekanisme terjadinya trauma.Foto rontgen perlu dibuat sekurang-kurangnya tiga
proyeksi, yaitu antero-posterior, lateral dan setengah oblik dari gambaran posisi
pergelangan kaki. Sering fraktur terjadi pada fibula proksimal, sehingga secara klinis
harus diperhatikan. (1)

27

Gambar 17
(Dikutip dari kepustakaan 1)
Pengobatan
Fraktur dislokasi padasendi pergelangan kaki merupakan fraktur intraartikuler sehingga diperlukan reduksisecaraanatomis danakurat sertamobilisasi sendi
yangsesegeramungkin(1).
Tindakan pengobatan terdiri atas:
1. Konservatif
Dilakukan pada fraktur yang tidakbergeser, berupa pemasangan gipssirkuler di
bawah lutut.

28

2. Operatif
Terapi operatif dilakukan berdasarkan kelainan-kelainan yang ditemukan
apakah hanya fraktur semata-mata, apakah ada robekan pada ligamen atau
diastasis pada tibiofibula serta adanyadislokasi talus.
Beberapa hal yang penting diperhatikan pada reduksi,yaitu(1):

Panjang fibula harus direstorasi sesuai panjang anatomis

Talusharusduduksesuai sendidimanatalusdan permukaan tibiadudukparalel

Ruang sendibagianmedial harus terkoreksi sampai normal(4 mm)k

Padafotoobliktidak nampak adanya diastasis tibiofibula

Tindakanoperasi terdiri atas:

Pemasangan screw( maleolar)

Pemasangan tension band wiring

Pemasangan plate dan screw

29

Gambar 18
(Dikutip dari kepustakaan 1)
Komplikasi(1)
1. Vaskuler
Apabila terjadi fraktur subluksasi yang hebat maka dapat terjadi gangguan
pembuluhdarahyangsegera, sehingga harusdilakukan reposisi secepatnya.
2. Malunion
Reduksiyang tidakkomplitakanmenyebabkan posisipersendianyangtidak akurat
yangakanmenimbulkan osteoartritis.
3. Osteoartritis

30

4. Algodistrofi
Algodistrofiadalahkomplikasi

dimana

penderita

mengeluhnyeri,

terdapat

pembengkakandannyeri tekandi sekitarpergelangan kaki.Dapatterjadi perubahan


trofikdanosteoporosis yang hebat.
5. Kekakuan yanghebatpadasendi.

VII. KESIMPULAN
Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur pada
tibia.Pada fraktur tibia, dapat terjadi fraktur pada bagian kondiler,diafisis dan
pergelangan kaki.Fraktur pada tibia termasuk luka kompleks, sehingga tentunya
penanganannya

juga

tidak

sederhana.Sebagai

dokter

umum,anamnesis

dan

pemeriksaan fisik yang lengkap diperlukan jika terjadi fraktur.Selain itu, pemeriksaan
radiologis juga penting.Penatalaksanaan dari fraktur tergantung dari kondisi
frakturnya, bisa dengan
operatif maupun non operatif.

31

32

You might also like