Professional Documents
Culture Documents
NIM
: 22020111130098
5) Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko
untuk mengalami cedera tulang belakang.
a) Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai
indikasi :
b) Chin lift/jaw thrust
c) Lakukan suction (jika tersedia)
d) Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway
e) Lakukan intubasi
Pengkajian airway dilakukan bersama-sama dengan breathing menggunakan teknik L
(look), L (listen) dan F (feel) yang dilakukan dalam satu gerakan dalam tempo waktu
yang singkat (lihat materi pengkajian ABC).
b. Breathing
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan
keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai,
maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase
tension pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi buatan
(Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :
1) Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi
pasien.
a) Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda
sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest
wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
b) Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous
emphysema,
perkusi
berguna
untuk
diagnosis
haemothorax
dan
pneumotoraks.
c) Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
2) Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
3) Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai
karakter dan kualitas pernafasan pasien.
4) Penilaian kembali status mental pasien.
2. Penatalaksanan
a. Airway
1) Tanpa Alat
a) Membuka jalan nafas dengan metode
- Head Tilt (dorong kepala ke belakang)
- Chin Lift Manuver (perasat angkat dahu)
- Jaw Thrust Manuver (perasat tolak rahang)
Pada pasien yang diduga mengalami cedera leher dan kepala hanya
dilakukan Jaw Thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
b) Membersihkan jalan nafas
- Finger Sweep (sapuan jari)
Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena adanya benda asing dalam
rongga mulut belakang atau hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda
asing lainnya) dan hembusan napas hilang.
- Abdominal Thrust (Gentakan Abdomen)
- Chest Thrust (Pijatan Dada)
- Back Blow (Tepukan Pada Punggung)
2) Dengan Alat
a) Pemasangan Pipa (Tube)
- Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Pipa
orofaring digunakan untuk mempertahankan jalan nafas dan menahan
pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan
napas terutama pada pasien-pasien tidak sadar.
- Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik,
dilakukan pemasangan pipa endotrakhea (ETT/endotracheal tube).
Pemasangan pipa endotrakhea akan menjamin jalan napas tetap terbuka,
menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernapasan.
b) Penghisapan Benda Cair (Suctioning)
- Bila terdapat sumbatan jalan napas karena benda cair maka dilakukan
penghisapan (suctioning). Penghisapan dilakukan dengan menggunakan
alat bantu pengisap (penghisap manual portabel, pengisap dengan sumber
listrik).
- Membersihkan benda asing padat dalam jalan napas: Bila pasien tidak
sadar dan terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang tidak
mungkin diambil dengan sapuan jari, maka digunakan alat bantuan berupa
laringoskop, alat penghisap (suction) dan alat penjepit (forceps)
c) Membuka Jalan Nafas Dengan Krikotirotomi
- Bila pemasangan pipa endotrakhea tidak mungkin dilakukan, maka dipilih
tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis yang terlatih
dan trampil, dapat dilakukan krikotirotomi dengan pisau .
b. Breathing
1) Tanpa Alat
Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung
sebanyak 2 (dua) kali tiupan dan diselingi ekshalasi.
2) Dengan Alat
a) Memberikan pernafasan buatan dengan alat Ambu Bag (self inflating bag).
Pada alat tersebut dapat pula ditambahkan oksigen. Pernapasan buatan dapat
pula diberikan dengan menggunakan ventilator mekanik.
b) Memberikan bantuan nafas dan terapi oksigen dengan menggunakan masker,
pipa bersayap, balon otomatis (self inflating bag dan valve device) atau
ventilator mekanik
c. Circulation
Tindakan untuk mengembalikan sirkulasi darah dilakukan dengan eksternal chest
compression (pijat jantung) untuk mengadakan sirkulasi sistemik dan paru. Sirkulasi
buatan (artificial circulation) dapat dihasilkan dengan intermitten chest compression.
Eksternal chest compression menekan sternum ke bawah sehingga jantung tertekan
antara sternum dan vertebrae menimbulkan heart pump mechanism, dampaknya
jantung memompa darah ke sirkulasi dan pada saat tekanan dilepas jantung melebar
sehingga darah masuk ke jantung.