You are on page 1of 18

WAWASAN DAN KONSEP PENGEMBANGAN

IRIGASI LAHAN KERING DI NUSA TENGGARA BARAT

Oleh:
MARTA SYABANI

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM

PENDAHULUAN

Lahan kering di NTB begitu luas, yaitu 1.807.463 ha atau


84,19% dari luas lahan yang ada.
BPS NTB (1998) dalam IPPTP (2000) menyebutkan
pemanfaatan lahan kering untuk tanaman pangan baru
seluas 118.241 ha atau 6,52% dari total lahan kering
yang ada.
Beberapa problem lahan kering adalah terutama
permasalahan fisik (kesuburan tanah relatif rendah),
gulma, hama penyakit, dan permasalahan sosial
ekonomi (Suyamto, 1997).
Kondisi fisik yang mempengaruhi produksi tanaman al:
faktor iklim, seperti temperatur, evaporasi, kelembaban
dan curah hujan.

1)

2)
3)

4)

Pengelolaan sistem irigasi memainkan peran terhadap


produksi tanaman terutama dalam hal manipulasi
lingkungan fisik dan nutrisi untuk memaksimalkan
keuntungan (Prabowo, dkk, 2004).
Menurut Suwardji, dkk (2002), potensi pengembangan
lahan kering NTB cukup besar dibanding lahan sawah
karena:
Memungkinkan pengembangan berbagai komoditas
ekspor.
Memungkinkan pengembangan pertanian terpadu
Membuka peluang kerja yang lebih besar dengan
investasi yang lebih kecil dibanding lahan sawah
Mengentaskan kemiskinan penduduk yang tinggal di
lahan kering.

Sumber daya air merupakan pembatas utama dalam


pengelolaan wilayah lahan kering. Dengan kapasitas
sungai yang menyediakan air dari tahun ke tahun
semakin
menurun,
maka
telah
dikembangkan
pemanfaatan air tanah melalui sumur-sumur pompa
yang dibuat pada titik-titik tertentu di lokasi lahan kering.
Untuk menyikapi penurunan kuantitas maupun kualitas
sumber daya air tersebut, maka perlu dilakukan
peningkatan efisiensi penggunaan air sampai ke tingkat
lahan petani.
Rijsberman (2002) dalam Prabowo, dkk (___)
menyebutkan:
efisiensi irigasi secara genangan = 30 40 %
efisiensi irigasi tetes
= 87 95 %
efisiensi irigasi curah
= 75 85 %

KEBUTUHAN AIR TANAMAN (WATER CROP)

Efisiensi penggunaan air adalah perbandingan antara


jumlah air yang akan dimanfaatkan oleh tanaman
terhadap total jumlah air yang disediakan.
Kebutuhan air tanaman,
ETa
= kc. ETo
dengan:
ETa
= laju evapotranspirasi aktual (mm/hari)
kc
= koefisien tanaman
ETo
= evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Menurut rumus Penman:
ETo
= c {W.Rn + (1-W).f(u).(ea-ed)}

Program aplikasi seperti CROP WAT dapat juga digunakan


untuk menghitung nilai ETo dan ETa (Prabowo, ___).

Perhitungan ETo

Perhitungan ETa

SISTEM IRIGASI TETES DAN CURAH

Irigasi Tetes (Drip)


Merupakan metode pemberian air ke tanaman ke zona
perakarannya melalui alat yang disebut emitter.
Secara umum air dialirkan dari sumber air oleh pompa
melalui pipa utama ke pipa lateral yang terbuat dari pipa
PE. Adapun pipa utama biasanya terdiri dari pipa PVC
atau pipa besi.
Debit dari tetesan berkisar antara 1,5 8 ltr/jam, yang
dapat dikontrol secara otomatis atau manual.
Irigasi secara tetes ini meminimumkan kehilangan air
karena evaporasi, dan laju pemberian air dapat diatur
untuk meniadakan run off dan mengurangi perkolasi.

Contoh sistem irigasi tetes


Lay out sistem sebelum penanaman
Pipa lateral

Pipa utama

Sistem irigasi tetes tanaman jagung

Rumusan yang digunakan dalam perhitungan:


EDR
= q / (s.l)
dengan:
EDR
= laju tetesan emitter (mm/jam)
q
= debit emitter (m3/jam)
s
= jarak lubang emitter (m)
l
= jarak lateral emitter (m)
Waktu operasional = kebutuhan air tanaman / EDR
Contoh hitungan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Waktu penyiraman tanaman dengan irigasi tetes


sesuai dengan periode pertumbuhannya

POMPA
Pada irigasi lahan kering, sumber air yang berasal dari air
tanah dapat ditampung dalam sebuah kolam penampung,
sehingga pompa yang dibutuhkan hanya pompa penguat
untuk mengalirkan air ke lahan.

Dalam prakteknya setiap pemberian air irigasi


didasarkan pada hasil pengukuran kadar lengas
tanah di lapangan, sehingga jumlah air dapat
dikontrol.
Apabila ada hujan selama periode musim tanam,
maka besarnya curah hujan diperhitungkan untuk
pemberian air berikutnya.

Irigasi Curah (Sprinkler)


Rumusan-rumusan yang digunakan dalam sistem irigasi
curah.
Laju curah sprinkler dalam mm/jam dinyatakan sbb:
Laju curah sprinkler
= (n.q) / A
dengan:
n = jumlah sprinkler head yang digunakan
q = debit sprinkler (m3/jam)
A = luas areal yang diairi dengan sprinkler (m2)
Waktu oprsional = keb. air tanaman / laju curah sprinkler
Contoh hitungan dapat dilihat di tabel 2.

Tabel 2. Waktu penyiraman tanaman dengan irigasi curah


sesuai dengan periode pertumbuhannya

Contoh sistem irigasi curah

KONSEP PENGEMBANGAN LAHAN KERING DI NTB


Kondisi lahan kering masingmasing wilayah (zonasi)
1.Jenis tanah
2.Karakteristik tanah
3.Curah hujan, dll

Apakah ada pihak


swasta?

Tanaman apa saja yang sesuai


untuk masing-masing wilayah
1. aspek ekonomi
2. pemasaran, dll

Sistem irigasi apa yang cocok


untuk wilayah tersebut?
1. karakteristik lahan
2. ketersediaan air
3. jenis tanaman
4.sosial budaya, dll

KESIMPULAN
1.

2.

3.

4.

Potensi pengembangan lahan kering di NTB sangat


besar, mengingat luas lahan kering yang ada sekitar
84,19% dari total luas lahan NTB.
Kondisi lahan kering di masing-masing wilayah memiliki
karakteristik
yang
berbeda-beda,
sehingga
membutuhkan langkah penanganan yang berbedabeda pula.
Ada 2 sistem irigasi yang dapat digunakan disamping
sistem yang lain, yaitu irigasi tetes (drip) dan irigasi
curah (sprinkler).
Peran pemerintah dalam setiap upaya pengembangan
lahan kering, terutama dalam pelibatan investor (pihak
swasta), akan sangat mendukung terciptanya
pengembangan lahan kering berkelanjutan.

SARAN

Diperlukan adanya ketegasan pemerintah dalam


menentukan arah pengembangan di masing-masing
wilayah lahan kering yang ada di NTB, tentunya
dilandasi penelitian dan analisa yang mendalam supaya
tidak terkesan asal ngetrend (seperti kasus jarak).

TERIMA KASIH

You might also like