You are on page 1of 11

Umedi Usman

Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Sebelum


dan Sesudah Akuisisi
Umedi Usman
Program Pascasarjana FEB Universitas Brawijaya Malang

Abstract: The research aimed at determining: 1) whether acquisition had a positive impact on the financial
performance of bank; and 2) what ratio of contribution the variable of liquidity, solvability, rentability and
efficiency play in the financial performance of bank. The research result shows that: (1) Of the 4 financial
ratio under investigation, two financial ratios, i.e. LDR and BO/PO grew better however not significant,
and one ratio, i.e. solvability (EM) was still in good condition, and another ratio, i.e. rentability (ROA and
ROE) increasingly declined. Based on the rentability ratio, it is concluded that the acquisition activity
failed to gain the optimal advantage due to distortion of the strong external factor, i.e. the economy crisis.
(2) The liquidity ratio had dominant influence on the financial performance of the bank. Although acquisition did not achieve optimal result, it is hoped that the economic condition recovery yields positive
impact on the financial performance of banks. Therefore, it is suggested that acquisition be continuously
applied by banks that are still in need of fund in order to become healthy.
Keywords: capital asset, equity and liquidity
Abstract: The research aimed at determining: 1) whether acquisition had a positive impact on the financial
performance of bank; and 2) what ratio of contribution the variable of liquidity, solvability, rentability and
efficiency play in the financial performance of bank. The research result shows that: (1) Of the 4 financial ratio
under investigation, two financial ratios, i.e. LDR and BO/PO grew better however not significant, and one
ratio, i.e. solvability (EM) was still in good condition, and another ratio, i.e. rentability (ROA and ROE)
increasingly declined. Based on the rentability ratio, it is concluded that the acquisition activity failed to gain
the optimal advantage due to distortion of the strong external factor, i.e. the economy crisis. (2) The liquidity
ratio had dominant influence on the financial performance of the bank. Although acquisition did not achieve
optimal result, it is hoped that the economic condition recovery yields positive impact on the financial performance of banks. Therefore, it is suggested that acquisition be continuously applied by banks that are still in
need of fund in order to become healthy.
Keywords: capital asset, equity and liquidity

Perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi


yang semakin penting peranannya dalam pembangunan ekonomi Indonesia terutama dalam menghadapi
era perdagangan bebas dan globalisasi, baik sebagai
perantara antara sektor defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development.
Alamat Korespondensi:
Umedi Usman, Program Pascasarjana FEB Universitas
Brawijaya Malang

492

Ada beberapa cara untuk meningkatkan efisiensi,


produktivitas kerja dan daya saing dari suatu
perusahaan, antara lain konsolidasi, merger, akuisisi,
aliansi dan go public. Adapun pengertian dari merger
adalah merupakan penggabungan dua perusahaan
atau lebih menjadi satu kekuatan untuk memperkuat
posisi perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan
Akuisisi adalah merupakan pengambilalihan sebagian
atau keseluruhan saham perusahaan lain, sehingga
perusahaan pengambil alih mempunyai hak
pengawasan atas perusahaan.

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME492
11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013

Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Dalam upaya mengembangkan usahanya, para


pemilik modal dapat menempuh 2 ( dua ) cara sebagai
berikut: pertama, melalui Internal growth, maksudnya
untuk pengembangan usahanya digunakan laba yang
ditahan. Kedua, melalui External Growth, artinya
untuk pengembangan usahanya, pemilik modal tersebut mengambilalih operasi perusahaan yang lain Kecenderungan ini terjadi seiring dengan perilaku para
pemilik modal, yang pada umumnya cenderung ingin
mengendalikan atau memiliki kekuatan dalam mengelola bisnisnya dan berusaha untuk menghilangkan
ketergantungan kepada pihak lain.
Persaingan yang sangat ketat membuat bankbank sulit bergerak dalam skala ekonomi yang efisien,
karena terlalu banyak kompetisi berlangsung sementara nasabah yang diperebutkan tetap bersifat terbatas, akibatnya muncullah masalah kredit macet,
kekurangan modal kerja.
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan
pelaksanaan akuisisi baik bagi akuisator maupun yang
diakuisi adalah sebagai berikut
Faktor-faktor tersebut adalah:
Untuk mencari capital gain.
Kegiatan akuisisi ini biasanya dilakukan oleh
suatu perusahaan dengan cara membeli saham/
asset pada harga yang rendah, kemudian pada
tingkat harga yang dinilai menguntungkan, sahamsaham/asset itu kembali dilepas. Manfaat alasan
ini dirasakan oleh akuisator.
Mengurangi persaingan.
Akuisisi dalam bentuk integrasi horizontal ditujukan untuk mengakuisisi pesaing langsung, sehingga dapat mengurangi jumlah pesaing, serta memperluas kesempatan bagi perusahaan tersebut
untuk merebut dan menguasai pasar dari produknya. Adapun pesaing yang dimaksud di sini dapat
berupa pesaing yang memiliki produk dan jasa
yang sama atau pesaing yang memiliki daerah
pemasaran yang sama. Manfaat dari alasan ini
lebih banyak dirasakan oleh akuisator.
Meningkatkan skala ekonomis.
Efisiensi suatu perusahaan dapat ditingkatkan
dengan melalui akuisisi pada perusahaan sejenis.
Faktor ini merupakan salah satu pendorong
utama terjadinya merjer dan akuisisi horisontal.
Diharapkan dengan lebih rendahnya biaya

produksi, kemampuan bersaing perusahaan


setelah akuisisi menjadi meningkat. Alasan ini
dapat dirasakan baik oleh akuisator maupun
perusahaan yang diakuisisi.
Perluasan pasar
Usaha perluasan pasar suatu perusahaan dapat
dicapai dengan cara melakukan transaksi akuisisi. Perusahaan pengambilalih dapat melakukan
akuisisi pada perusahaan target yang terdapat
didalam negeri maupun diluar negeri, sehingga
dapat memasuki pasar dari perusahaan yang
diakuisisi tersebut. Alasan ini lebih banyak dirasakan oleh akuisator.
Menghemat pajak
Penghematan pajak yang dimaksud adalah penghematan pajak penghasilan (PPh). Kemungkinan
yang terjadi dalam menghemat pajak ada dua
yaitu: Pertama, Adanya keringanan pajak penghasilan yang berasal dari penerimaan deviden
baik bagi akuisator maupun yang diakuisisi.
Kedua, Perusahaan yang melakukan akuisisi
pada perusahaan yang rugi. Alasan melakukan
akusisi untuk dapat menghemat pajak ini dapat
dirasakan oleh kedua pihak, baik akuisator maupun yang diakuisisi.
Apabila semua tujuan tersebut dapat dicapai,
maka perusahaan akan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan diri, baik dalam bentuk diversifikasi
maupun dalam menetapkan strategi dalam
menghadapi perubahan lingkungan pada umumnya,
seperti globalisasi.
Alasan paling utama yang mendorong para pemilik modal melakukan akuisisi dalam sektor perbankan
adalah: (1) Bagi akuisator yang sudah memiliki bank
adalah untuk mencari capital gain, karena adanya
penghapusan pajak capital gain, dan merupakan cara
untuk memacu pertumbuhan asset, volume pemberian
kredit dan laba, serta bertambahnya jaringan (2)
Adanya daya tarik terselubung dari akuisisi bank yang
mengalami kesulitan adalah adanya bantuan suntikan
dana dari BI bagi akuisator. (3) Bagi akuisator yang
belum memiliki Bank adalah merupakan peluang untuk
memiliki bank dengan relatif mudah masuk ke industri
ini.
Khususnya bagi perbankan pelaksanaan akuisisi,
ini menjadi salah satu strategi untuk pengembangan
usaha bagi akuisator maupun strategi mengatasi

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

493

Umedi Usman

masalah kekurangan modal dan kredit macet yang


harus diatasi dengan segera bagi bank yang diakuisisi.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan
yang harus segera diatasi seperti masalah kekurangan
modal, serta memanfaatkan peluang bagi akuisator
menanamkan modalnya. Strategi yang disukai untuk
digunakan dewasa ini di Indonesia adalah: Akuisisi.
Untuk melihat sejauhmana strategi akuisisi digunakan untuk mengatasi masalah permodalan bagi bank
yang diakusisi peneliti mengajukan perumusan masalah seperti di bawah ini.

Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat dirasakan adalah: (1) Sebagai sumber informasi bagi para
investor atau calon investor yang akan diakuisisi maupun bagi yang akan diakuisator, sebab kegiatan akuisisi
mempunyai dampak pada perkembangan usahanya,
baik dampak positif maupun dampak negatif. (2) Sebagai sumbangan referensi bagi penelitian dan pembahasan berikutnya, terutama yang menyangkut
pelaksanaan akuisisi pada sektor perbankan. (3) Sebagai media untuk meningkatkan pemahaman tentang
akuisisi dalam kaitannya dengan fenomena dan kinerja
keuangan perbankan.

Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengacu pada pendapat Gaugham,
(1991) bahwa akuisisi dapat menimbulkan sinergi, baik
sinergi operasional, sinergi keuangan maupun sinergi
manajemen, sehingga perusahaan menjadi lebih efisien
dalam proses produksinya. Akibat selanjutnya kinerja
keuangan bank yang dicerminkan oleh rasio keuangan
menjadi lebih baik. Jika rasio keuangan bank sesudah
akuisisi lebih baik dibanding sebelum akuisisi, maka
diharapkan permintaan saham akan meningkat. Dengan
meningkatnya permintaan saham akan berpengaruh
pada naiknya harga saham.

Hipotesis
Berdasarkan fakta-fakta yang ada dilapangan
seperti laporan keuangan perusahaan sebelum dan
sesudah melakukan akuisisi, studi literatur, serta menurut masalah dan tinjauan teoritis yang telah dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
494

Diduga kegiatan akuisisi mempunyai dampak


positif terhadap bank yang diakuisisi.
Diduga rasio likuiditas mempunyai kontribusi yang
dominan terhadap prestasi kinerja keuangan
bank.

METODE
Populasi dan Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah bank-bank
yang telah diakuisisi di Indonesia dengan pertimbangan
bahwa kegiatan akuisisi ini mulai semarak sejak timbulnya banyak permasalahan perbankan seperti dijelaskan pada Pendahuluan. Jumlah populasi yang ada
sampai saat penelitian dilakukan sebanyak 15 bank,
yang diakusisi. Menurut rencana semula akan diteliti
semuanya (sensus), tetapi dalam kenyataannya yang
masuk hanya sebanyak 6 bank (40%). Hal ini disebabkan karena adanya kendala Bank yang lain tidak
bersedia memberikan data yang berhubungan dengan
laporan keuangan bank.
Dengan demikian pengambilan sampel dilakukan
berdasar kesengajaan (purposive sampling), yaitu
bank-bank yang bersedia memberikan laporan keuangannya baik melalui akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan bank-bank tersebut, maupun
melalui Bapepam dan BEI sedang bank lainnya
ternyata tidak bersedia memberikan datanya.

Sumber dan Prosedur Pengumpulan Data


Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
data sekunder berupa data tentang keuangan perusahaan yang berasal dari laporan neraca dan laba/rugi,
nilai transaksi akuisisi yang dilakukan, serta fenomena
yang melatar belakangi terjadinya akuisisi.

HASIL
Kondisi kinerja keuangan bank sebelum di
akuisisi
Pada awalnya sampel yang diinginkan adalah
bank-bank yang melakukan akuisisi antar bank, tetapi
dalam praktek anggota sampel yang penulis peroleh
adalah 6 bank dengan rincian, 5 bank yang diakuisisi
oleh perusahaan yang bergerak pada sektor lain, tetapi
mempunyai laporan keuangan yang terpisah, serta 1
bank yang mengakuisisi bank lainnya. Jumlah sampel

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013

Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Sebelum dan Sesudah Akuisisi

sebanyak 6 bank ini sudah mampu mewakili karakteristik populasi, mengingat anggota sampel ini ada yang
berasset kecil sampai besar. Kondisi kinerja keuangan
bank-bank sebelum melakukan akuisisi disajikan pada
tabel 1.
Dari tabel 1 diketahui nilai rata-rata LDR (Loan
to Deposit Rasio) sebelum akuisisi sebesar 125,925%.
Angka ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata LDR
sebelum akuisisi sudah diatas nilai ideal BI, yaitu
sebesar antara 85%110%. Situasi seperti ini menggambarkan bahwa jumlah pinjaman yang diberikan
sebelum akuisisi melebihi besar dana yang dapat
dihimpun dari masyarakat, artinya pinjaman yang
diberikan bank tersebut selain dibiayai dari dana pihak
ketiga dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan
giro, juga dibiayai oleh modal sendiri sebesar 10.671%,
sisanya baru dibiayai dengan hutang komersial.
Adanya nilai LDR di atas 110% ini mengindikasikan
bahwa bank terlalu ekspansif. Apabila tidak berhatihati dikhawatirkan bank mengalami kesulitan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya, artinya walaupun likuiditas bank sebelum akuisisi dalam keadaan
baik, tetapi dengan tingkat resiko tinggi. Bank yang
mempunyai LDR rendah atau dibawah nilai ideal ada
2 bank, sedang bank lainnya nilai LDR nya sesuai
dengan ketentuan BI.
Nilai rata-rata LEA (loan to Earning asset)
bank sebelum akuisisi sebesar 77,672%. Hasil ini masih jauh di bawah nilai ideal yaitu sebesar 85%100%.
Angka ini menunjukkan bahwa bank dalam memberikan kredit terhadap nasabah lebih banyak di danai
dari dana pihak ketiga. Hal ini terbukti dengan adanya
kenyataan bahwa nilai LDR berada di atas nilai ideal-

nya, sehingga dana yang ditanam dalam bentuk giro,


penyertaan pada bank lain dan surat berharga proporsinya jauh lebih besar.
Nilai rata-rata rasio EM (Equity Multiplier) sebelum akuisisi sebesar 10,671%. Angka ini menunjukkan nilai rata-rata kecukupan modal sebelum
akuisisi sesuai nilai idealnya, yaitu sebesar 8%12%.
Kondisi seperti ini menjelaskan bahwa rata-rata kecukupan modal bank sebelum akuisisi sudah sesuai ketentuan BI, sehingga kemampuan bank memenuhi
kewajiban jangka panjangnya juga sudah solvabel
berada dalam ketentuan BI. Indikasi ini didukung
adanya kenyataan bahwa bank yang mempunyai
equity multiplier di bawah nilai ideal tidak ada.
Nilai rata-rata ROA (Return on Assets) sebelum
akuisisi sebesar 1,230%. Nilai ini menunjukkan bahwa
kemampuan memperoleh laba bank dibanding dengan
aktivanya sudah sesuai dengan ketentuan nilai ideal
BI, yaitu sebesar 1.25%1,5%. Situasi ini menggambarkan bahwa rentabilitas bank atau kemampuan
untuk memperoleh laba bank dibanding aktiva sebelum
akuisisi sudah baik. Bank-bank yang mempunyai ROA
rendah dan dibawah nilai ideal ada 2 bank.
Nilai rata-rata ROE (Return on Equity) sebelum
akuisisi sebesar 11,359%. Angka ini menunjukkan
bahwa nilai tingkat perolehan laba dibanding modal
sendiri sebelum akuisisi di bawah batas terendah ketentuan BI, yaitu sebesar 11,7%18%.
Kondisi ini menjelaskan bahwa besar keuntungan
yang diperoleh atas modal sendiri lebih kecil dibanding
dengan ketentuan BI, Artinya kemampuan rata-rata
bank dalam memperoleh keuntungan sebelum akuisisi
masih rendah atau dibawah nilai ideal. Bank yang

Tabel 1. Kondisi kinerja keuangan bank sebelum melakukan akuisisi

KETERANGAN
a. Rasio likuiditas
1. LDR
2. LEA
b. Rasio solvabilitas
1. EM
c. Rasio rentabilitas
1. ROA
2. ROE
d. Rasio Efisiensi
1. BO/PO

MEAN SEBELUM AKUISISI

NILA I IDEAL

125,929 %
77,672 %

85 % - 110 %
85 % - 100 %

10,671%

8 % - 12 %

1,23 %
11,359 %

1,25 %
11,7 % - 18 %

117,120 %

75 % - 85 %

Sumber: Data primer diolah

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

495

Umedi Usman

mempunyai ROE masih rendah ada 2 bank, sedang


bank lainnya masih dalam batas ketentuan BI.
Nilai rata-rata BO/PO (rasio efisiensi) sebelum
akuisisi sebesar 117,120%. Nilai ini menggambarkan
bahwa rasio biaya sebelum akuisisi mencapai 117,120%
dan diatas ketentuan BI, yaitu sebesar 75%85%.
Keadaan ini menunjukkan bahwa besar biaya operasional rasio efisiensi diatas pendapatan operasional,
sehingga laba operasionalnya rendah. Bank yang
mempunyai nilai BO/PO di bawah ketentuan BI tidak
ada.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan:
(1) Jika dilihat dari kinerja keuangan bank sebelum
akuisisi dapat diketahui bahwa bank yang benar-benar
mengalami kesulitan ada 3 Bank, sedang bank lainnya
kinerja keuangannya termasuk kelompok sehat. Situasi ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan akuisisi
bank lebih banyak untuk memenuhi kecukupan modal
untuk menjadi bank devisa atau untuk menyongsong
era globalisasi. Dengan menjadi bank devisa maka
bank tersebut dapat melakukan perdagangan valuta
asing (valas) dan menerbitkan letter of credits (L/C),
yaitu surat jaminan yang dikeluarkan oleh bank dalam
kegiatan expor-impor. (2) Bank-bank yang berusia
muda jumlah omzetnya masih kecil, masih jauh di
bawah bank yang berasset menengah dan besar.
Perhitungan rasio keuangan bank yang mencerminkan kinerja keuangan bank disajikan menjadi 4
kelompok yaitu rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio
solvabilitas dan rasio efisiensi. Masing-masing kelompok digambarkan oleh rasio LDR (X1) dan LEA (X2)
untuk rasio likuiditas, EM (X3) untuk rasio solvabilitas,
ROA (X4) dan ROE (X5) untuk rasio rentabilitas,
serta BO/PO(X6) untuk rasio efisiensi. Adapun nilai
rata-rata sebelum dan sesudah akuisisi dari masing-

masing rasio dapat dilihat pada hasil pengolahan uji t


dua variabel berkaitan
Berdasarkan tabel 2 beberapa informasi dapat
dikemukakan sebagai berikut: (a) Nilai rata-rata rasio
LDR (loan to deposits ratio) sebelum akuisisi sebesar
125,925% dan sesudah akuisisi sebesar 118,45%.
Hasil ini menunjukkan bahwa bank dalam memberikan pinjaman pada nasabah mendekati nilai idealnya,
yang berarti menurunkan tingkat resiko kredit macet
serta lebih memperhatikan asas prudential. Kondisi
ini mempunyai makna bahwa dengan adanya tambahan dana sesudah diakuisisi, bank mampu meningkatkan nilai pinjaman yang diberikan terhadap nasabah, dengan rasio LDR yang membaik. (b) Rata-rata
nilai rasio pinjaman yang diberikan atas aktiva produktif (LEA) sebelum akuisisi sebesar 77,672% dan
sesudah akuisisi (LEA) sebesar 83,965% berarti mengalami kenaikan sebesar 6,293%. Walaupun belum
mencapai batas ideal BI, yaitu sebesar 85%100%,
tetapi dalam jangka 3 tahun bank mampu meningkatkan rasio LEA semakin mendekati batas ideal.
Apabila dilihat dari sisi rasio LDR dan LEA, berarti
menunjukkan tingkat likuiditas bank sesudah akuisisi
semakin membaik, dengan indikasi bahwa baik LDR
maupun LEA sesudah akuisisi, keduanya ada kecenderungan mendekati nilai ideal. (c) Nilai rata-rata EM
(Equity Multiplier Ratio) sebelum akuisisi sebesar
10,671% dan sesudah akuisisi sebesar 9,261% berarti
mengalami penurunan sebesar 1,410%. Penurunan
rata-rata kecukupan modal ini terjadi karena besarnya
kenaikan jumlah asset sesudah akuisisi belum diimbangi dengan kenaikan permodalan, tetapi persentasi
EM sesudah akuisisi sesuai dengan ketentuan BI, yaitu
sebesar 8% untuk tahun 1995 dan 9% untuk tahun
1996. Arti dari hasil ini adalah nilai solvabilitas bank

Tabel 2. Nilai rata-rata rasio sebelum dan sesudah melakukan akuisisi untuk bank sampel

Nama Rasio
1.
2.
1.
4.
5.
6.

LDR
LEA
EM
ROA
ROE
BO/PO

Nilai rata-rata rasio


sebelum akuisisi

Nilai rata-rata rasio


sesudah akuisisi

Nilai ideal

125,929%
77,672%
10,671%
1,23%
11,359%
117,120%

118,45%
83,965%
9,261%
0,945%
8,238%
90,362%

85% - 110%
85% - 100%
8% - 12%
1.25%
11.7% - 18%
75% - 85%

Sumber data: data primer diolah


496

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013

Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Sebelum dan Sesudah Akuisisi

sesudah akuisisi menjadi lebih rendah, tetapi masih


sesuai nilai ideal, sehingga solvabilitas bank jelas tetap
baik sesudah akuisisi. Pertumbuhan modal yang lebih
lambat bila dibanding pertumbuhan aktiva sesudah
akuisisi ini diduga disebabkan oleh adanya perolehan
laba yang lebih kecil. Dugaan ini didukung oleh adanya
nilai ROE dan ROA sesudah akuisisi menjadi lebih
rendah. (d) Nilai rata-rata ROA (return on assets)
sebelum akuisisi sebesar 1,230% dan sesudah akuisisi
sebesar 0,945%, berarti mengalami penurunan sebesar
0,285% dan diluar nilai ideal bank. Hal ini menunjukkan
bahwa besarnya kenaikan assets belum diimbangi
dengan kenaikan laba sehingga nilai rasio rentabilitas
sesudah akuisisi justru menurun. (e) Nilai rata-rata
ROE (return on equity) sebelum akuisisi (X51) sebesar 11,359% dan sesudah akuisisi (X52) sebesar
8,238%, berarti mengalami penurunan sebesar 3,121%.
Angka ini menggambarkan bahwa kemampuan modal
sendiri untuk menghasilkan laba atau rentabilitas
modal sendiri menurun sesudah di akuisisi. (f) Nilai
rata-rata BO/PO sebelum akuisisi (X61) sebesar 117,120%
dan sesudah akuisisi (X62) sebesar 90,362%, sehingga
rasio antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional ini mengalami penurunan sebesar 26,758%.
Hal ini menggambarkan bahwa setiap rupiah pendapatan
operasional memerlukan biaya operasional lebih mahal.
Selanjutnya untuk melihat apakah perubahan 4
rasio kinerja bank sebelum dan sesudah diakuisisi
memang berbeda nyata, perlu dilakukan pengujian.

PEMBAHASAN
Untuk membuktikan hipotesis pertama, yaitu
mengenai: adanya kenyataan bahwa akuisisi perbankan
Variabel
Bebas
LDR

Sebelum akuisisi
Mean
SD
125,92
105.32

Sesudah akuisisi
Mean
SD
118.45
65.21

LEA

77.672

10.625

83.965

4.719

EM

10.670

4.410

9.261

4.098

ROA

1.229

0.651

0.945

1.029

ROE

11.359

4.772

8.238

14.13

BO/PO

117.12

82.744

90.362

7.092

yang dilakukan untuk tujuan memperkuat sinergi,


maka diduga kegiatan akuisisi mempunyai dampak
positif terhadap bank yang diakuisisi, digunakan uji t
(before after t test).

Hasil pengujian yang berhubungan dengan


tujuan 1
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan
oleh komputer dengan memakai program statistik
SPSS 11.0 for Windows diperoleh hasil sebagaimana
ditunjukkan dalam tabel 3.

Hasil pengujian
Tabel 3 menunjukkan bahwa rasio likuiditas
(LDR), rentabilitas (ROA), rasio rentabilitas (ROE)
dan solvabilitas (EM) sama secara meyakinkan
dengan P = 55,4% > 5%, berarti H0 diterima, sehingga
tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah akuisisi,
sedangkan rasio likuiditas (LEA) dan rasio efisiensi
(BO/PO), P = 2,4% < 5%, berarti H0 ditolak, sehingga
ada perbedaan nyata sebelum dan sesudah akuisisi
atau tidak sama.
Berdasarkan tabel 4 dan gambaran yang tercantum dalam tabel 3 diperoleh informasi sebagai berikut:
(a) Variabel pembeda yang tidak mempunyai perbe
daan atau sama adalah: (1) Rasio LDR (X1), menunjukkan tingkat likuiditas dengan kondisi menurun,
tetapi tidak nyata. (2) Rasio EM (X3), menggambarkan tingkat solvabilitas dengan kondisi menurun, tetapi
tidak nyata. (3) Rasio ROA (X4), menunjukkan tingkat rentabilitas dengan kondisi menurun atau menjadi
lebih kecil, tetapi tidak nyata. (4) Rasio ROE (X5),
menunjukkan tingkat rentabilitas dengan kondisi
Hasil uji t
P = 11.0% > 5%
H0 diterima, sebelum & sesudah akuisisi sama
P = 2% < 5%
H0 ditolak, sebelum & sesudah akuisisi berbeda
P = 55,4% > 5%
H0 diterima, sebelum & sesudah akuisisi sama
P = 31,5% > 5%
H0 diterima, sebelum & sesudah akuisisi sama
P = 12,2% > 5%
H0 diterima, sebelum & sesudah akuisisi sama
P = 2,4% < 5%
H0 ditolak, sebelum & sesudah akuisisi berbeda

Sumber: data primer yang diolah


TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

497

Umedi Usman

menurun atau menjadi lebih kecil, tetapi tidak nyata.


(b) Variable pembeda yang mempunyai perbedaan
secara nyata adalah: (1) Rasio LEA (X2),
menggambarkan tingkat rasio likuiditas dengan kondisi
membaik. (2) Rasio BO/PO (X6), menunjukkan
tingkat efisiensi yang membaik, dengan kondisi
semakin kecil.
Pada sisi lain, bila seluruh komponen kinerja keuangan bank dihitung sebelum diakuisisi maupun
sesudah diakuisisi, dengan hasil sebagai berikut:

dibanding dengan pembiayaan dengan menggunakan


dana dari penawaran terbatas (right issue). Dugaan
ini didukung oleh adanya penurunan nilai rata-rata BO/
PO sesudah diakuisisi yang merupakan indikasi bahwa pertumbuhan laba menjadi lebih lambat karena
biaya operasional meningkat. (2) Adanya spread (selisih antara suku bunga pinjaman dengan suku bunga
deposito) yang rendah, yaitu sebesar 4,1% untuk tahun
1995 dan 5,2% untuk tahun 1996. Sebelum tahun 1994
spread bank sebesar 7%8% (spread yang tinggi).

Tabel 4. Rata-rata total nilai kinerja keuangan bank sebelum akuisisi

Rasio
1. Likuiditas:
LDR
LEA
3. Solvabilitas:
EM
2. Rentabilitas:
ROA
ROE
4. Efisiensi:
BO/PO

Score

Bobot

Bobot X Score

Nilai rata-rata

2
2

20
20

40
40

40

40

160

160

3
3
1

20
20
20

60
60
20

60
20

Total

280

Sumber: Data primer yang diolah

Dari hasil uji t dan rata-rata nilai total kinerja


keuangan bank sebelum dan sesudah diakuisisi seperti
yang tercantum pada tabel 4 dan 5 dapat disimpulkan
bahwa kinerja keuangan bank sesudah akuisisi dalam
kondisi makin jelek. Dilihat dari LDR, ROA, ROE
dan EM kinerja sebelum dan sesudah diakuisisi tidak
mengalami perubahan nyata.
Analisis hasil pengujian yang berkaitan dengan
tujuan 1: Rasio LDR, ROA, ROE dan EM tidak ada
perubahan nyata bagi bank yang diakuisisi, artinya
ketiga rasio ini, kinerja bank sebelum dan sesudah
akuisisi sama nilainya. Dengan adanya akuisisi maka
nilai rasio likuiditas meningkat menjadi lebih baik,
sebab dengan adanya tambahan dana ini, bank dapat
memperbesar pinjaman yang diberikan sampai batas
ketentuan BI, sehingga kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendeknya menjadi lebih baik.
Namun dipihak lain nilai rentabilitas atau kemampuan menghasilkan laba menjadi menurun sesudah
diakuisisi. Kondisi ini terjadi karena: (1) Pelaksanaan
akuisisi pada bank lebih banyak dibiayai oleh hutang
498

Dipihak lain rasio likuiditas (LEA) dan Efisiensi


(BO/PO) mempunyai pengaruh secara nyata terhadap kinerja keuangan bank.
Ditinjau dari sisi likuiditas (tabel 3) dapat diketahui
bahwa rasio LDR menurun atau semakin baik terhadap kinerja keuangan bank, sedang rasio LEA meningkat tidak signifikan. Kondisi ini terjadi disebabkan nilai
LDR sebelum diakuisisi sudah di atas nilai ideal,
sehingga wajar bila pertumbuhannya tidak besar dan
membuat rasio ini menjadi tidak berpengaruh secara
nyata. Jadi secara total, rasio likuiditas diwakili oleh
rasio LEA. Membaiknya nilai LEA, berarti nilai likuiditas atau kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya sesudah di akuisisi menjadi
lebih baik.
Dilihat dari sudut rentabilitas, juga dapat dilihat
bahwa satu rasio rentabilitas yaitu rasio ROA menurun
atau semakin jelek secara signifikan terhadap kinerja
keuangan bank, sedang rasio lainnya, yaitu rasio ROE
juga menurun atau semakin jelek.

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013

Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Tabel 5. Rata-rata total nilai kinerja keuangan bank sesudah akuisisi

Rasio
1. Likuiditas:
LDR
LEA
3. Solvabilitas:
EM
2. Rentabilitas:
ROA
ROE
4. Efisiensi:
BO/PO
Total

Score

Bobot

Bobot X Score

Nilai rata-rata

2
3

20
20

40
60

50

40

160

160

1
2
1

20
20
20

20
40
20

30
20
260

Sumber: Data primer yang diolah.

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa hanya rasio likuiditas (LDR), Efisiensi (BO/PO) dan pinjaman
yang diberikan atas aktiva produktifnya (EM) rasio
yang mempunyai dampak positif terhadap kinerja
keuangan bank, sedang rasio rentabilitas (ROA dan
ROE) berdampak negatif terhadap kinerja keuangan
bank.
Untuk membuktikan hipotesis kedua, yaitu mengenai dugaan bahwa rasio likuiditas mempunyai
kontribusi yang dominan terhadap prestasi kinerja keuangan bank, digunakan analisis diskriminan secara
simultan.
Dalam menentukan rasio-rasio yang diduga sebagai variabel pembeda, dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria F ratio Wilks lambda. Rasio pembeda
yang dipilih adalah yang mempunyai kemampuan
pembeda terbesar, yaitu rasio yang mempunyai nilai
F terbesar dan lebih besar dari rasio lainnya serta
mempunyai nilai Wilk s lambda terkecil dan lebih kecil
dari rasio lainnya.

Hasil pengujian yang berkaitan dengan tujuan


ke 2
Hasil pengujian analisis diskriminan secara simultan adalah diperoleh informasi sebagai berikut:
Dari hasil tabel 6 dapat dilihat bahwa rasio LEA
(rasio likuiditas) mempunyai nilai pembeda terbesar,
artinya rasio ini mempunyai kemampuan pembeda
paling besar karena mempunyai nilai F = 5,275 paling
besar dan mempunyai nilai wilks lambda terkecil
dengan tingkat signifikansi 0,028. Rangking kedua
adalah BO/PO (rasio efisiensi) dengan nilai F sebesar
1,869 dan nilai wilks lambda sebesar 0,948 dengan
signifikansi 0,181, selanjutnya diikuti oleh EM (rasio
solvabilitas ) dengan nilai F sebesar 0,987 dan wilks
lambda sebesar 0,972 , ROA (rasio profitabilitas) yang
nilai F nya sebesar 0,979 dan wilks lambda sebesar
0,972, serta ROE (rasio profitabilitas) yang mempunyai F = 0,788 dan nilai wilks lambda = 0,977. Sedang
rangking terakhir adalah LDR (rasio likuiditas), karena

Tabel 6. Ikhtisar hasil uji analisis diskriminan secara simultan

VARIABEL
LDR
LEA
EM
ROA
ROE
BO/PO

WILKS LAMBDA
0.998
0.866
0.972
0.972
0.977
0.948

F RATIO
0.066
5.275
0.987
0.979
0.788
1.869

SIGNIFIKANSI
0.799
0.028
0.327
0.329
0.381
0.181

Sumber: data primer yang diolah

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

499

Umedi Usman

mempunyai nilai wilks lambda 0,998 paling besar dan


nilai F = 0,066 paling kecil.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan uji diskriminan secara simultan baik
dilihat dari nilai F maupun nilai wilks lambda, ternyata
seluruh variabel pembeda yang dipilih memang mempunyai kontribusi nyata terhadap kinerja keuangan
bank, hanya tingkatannya yang berbeda-beda. Kondisi
ini sesuai dengan teori dan hipotesis.

sesuai dengan hipotesis dan teori, hasil ini mempunyai


arti bahwa perkembangan kinerja keuangan bank
menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi
seperti ini terjadi karena: (1) Proporsi pertambahan
modal sendiri lebih kecil dibanding proporsi pertambahan modal dari pinjaman. (2) Adanya spread yang
rendah, sehingga persentase pertambahan keuntungan
tingkat bunga lebih kecil dibanding persentase
pertambahan aset. (3) Adanya pelaksanaan akuisisi

Tabel 7. Koefisien fungsi diskriminan yang distandarisasi (SCDF) dan tidak distandarisasi (UCDF) serta rangking
dari bank-bank sampel

VARIABEL
X1
X2
X3
X4
X5
X6
Constant

SCDF (STANDAR)
0.223
-0.994
0.160
-0.421
0.676
0.691

UCDF (TIDAK STANDAR)


0.003
-0.121
0.038
-0.489
0.064
0.012
7.773

RANGKING
5
1
6
4
3
2

Sumber: Data primer yang di olah

Untuk mengetahui fungsi diskriminan dan dapat


dilihat pada tabel 4-8 kolom UCDF yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Z = 7,773 + 0,03 X1 0,121 X2 + 0,038 X3 0,489
X4 + 0,064 X5 + 0,012 X6
Di mana:
Z = Nilai rata-rata tertimbang kinerja keuangan
Berdasarkan persamaan diskriminan tabel 8
beberapa informasi penting yang dapat dikemukakan
adalah:
Menurut hipotesis arah tanda koefisien untuk
seluruh rasio yang masuk dalam diskriminan adalah
sebagai berikut:
VARIABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.

X1 =
X2 =
X3 =
X4 =
X5 =
X6 =

LDR
LEA
EM
ROA
ROE
BO/PO

DIHARAPKAN
Negatip
Positip
Positip
Positip
Positip
Negatip

HASIL
DISKRIMINAN
Positip
Negatip
Positip
Negatip
Positip
Positip

Dalam kenyataan arah tanda yang diharapkan


dan sesuai dengan hasil diskriman adalah rasio EM
(X3) dan ROE (X5) dengan arah tanda positip. Sedangkan Arah tanda koefisien yang lain untuk LDR
(X1), LEA (X2), ROA (X4) dan BO/PO (X6) tidak
500

yang lebih banyak dibiayai oleh hutang daripada yang


dibiayai oleh right issue.
Variabel yang berpengaruh dominan terhadap
kinerja keuangan bank adalah rasio likuiditas.

Pembahasan yang berkaitan dengan tujuan 1:


Dari hasil uji t dan rata-tata total nilai kinerja keuangan bank sesudah akuisisi (tabel 4) dapat disimpulkan bahwa kegiatan akuisisi belum mampu untuk
memperoleh hasil yang optimal terhadap kinerja keuangan bank. Di mana rasio likuiditas (LDR dan
LEA), rasio efisiensi (BO/PO), dan rasio solvabilitas
(EM) berubah semakin baik, rasio rentabilitas (ROA
dan ROE) berubah semakin jelek diluar nilai ideal BI.
Hasil ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan
dalam majalah Bursa da Efek edisi Juli 1996, yang
menyatakan bahwa turunnya nilai ROA dan ROE
perbankan adalah: (1) Spread yang mengecil mulai
tahun 1994, akibatnya pertumbuhan laba mengalami
penurunan. (2) Adanya pertumbuhan aktiva yang tidak
diimbangi dengan pertumbuhan laba. Hipotesis pertama ternyata tidak terbukti di mana tujuan akuisisi
adalah untuk memperkuat kemampuan bank, ternyata
setelah diakuisisi kondisi perbankan semakin jelek, hal
ini akibat faktor distorsi eksternal yang sangat kuat

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013

Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Sebelum dan Sesudah Akuisisi

yaitu krisis rupiah, krisis moneter hingga krisis ekonomi yang terjadi sehingga tingkat suku bunga menjadi
sangat tinggi yang berakibat kredit macet di mana
banyak perusahaan kolap tidak mampu membayar
kredit yang sudah jatuh tempo dan bank dalam kondisi
negatip spread Sehingga sangat mempengaruhi rasio
likuiditas dan juga bank dalam kondisi tidak efisien
sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan
kecil dan mempengaruhi rasio rentabilitas menjadi
semakin kecil.

Pembahasan yang berkaitan dengan tujuan 2:


Dalam usaha membuktikan hipotesis kedua dari
hasil analisisis data dengan menggunakan analisisis
diskriminan program SPSS 11.0 for window dapat
dilihat bahwa: Menurut hasil uji diskriminan secara
simultan: Variabel yang mempunyai kontribusi dominan
terhadap prestasi kinerja keuangan bank adalah rasio
likuiditas, keadaan ini terjadi karena: Perbankan sangat
memperhatikan dan mempertahankan reputasi dan
loyalitas terhadap nasabah, untuk mencegah terjadinya
rush.
Berdasarkan hasil uji simultan dapat disimpulkan
bahwa pada kondisi seperti ini, sumbangan rasio likuiditas mencerminkan kinerja keuangan bank sangat
besar (dominan). Sedang untuk rasio rentabilitas (ROA
dan ROE ) yang seharusnya mampu memberi sumbangan yang besar, ternyata dalam kenyataanya sumbangannya justru makin kecil. Kondisi ini wajar terjadi
karena dalam jangka pendek rasio yang didahulukan
menurut permasalahan perbankan adalah rasio
likuiditas, sedang rasio lainnya dalam jangka panjang
diharapkan akan menjadi lebih baik.
Dengan hanya ada dua (2) variabel bebas yang
mempunyai perbedaan secara nyata terhadap nilai Z
(kinerja keuangan bank), menyebabkan perkembangan kinerja keuangan bank sesudah diakuisisi juga tidak
sesuai dengan yang diharapkan, yang ditunjukkan oleh
nilai rasio rentabilitas (ROE & ROA) sesudah diakusisi menjadi lebih kecil. Adanya kondisi ini terus berlanjut dapat berakibat turunnya harga saham, sebab
para pemilik modal akan lebih suka menjual sahamnya,
serta dapat menyebabkan bank kehilangan kepercayaan masyarakat akibat adanya rentabilitas yang
cenderung menurun tersebut.
Faktor penyebab terjadinya penurunan nilai ratarata rasio rentabilitas bank ini diduga disebabkan oleh:

(1) Pendanaan akusisi lebih banyak dibiayai oleh dana


hutang, dari pada right issue. Situasi ini dibuktikan
dengan adanya beban tetap yang makin tinggi, sehingga biaya operasional juga mengalami peningkatan. (2)
Adanya spread yang rendah (4,1% dan 5,2% untuk
tahun1995, 1996 dan negatip spread untuk tahun 1997)
Dari uraian hasil analisis dan pembahasan ini,
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan
akuisisi sektor perbankan di Indonesia belum mampu
untuk memperoleh manfaat yang optimal terhadap
kinerja keuangan bank yang secara spesifik nampak
pada komponen rentabilitas. Khususnya untuk rentabilitas yang menurun nilainya dalam masa 2 tahun
pertama sejak diakuisisi, dinilai masih wajar mengingat
tujuan prioritas dari akuisisi bank adalah untuk mengatasi masalah likuiditas dan solvabilitas. Sesudah 2
tujuan prioritas ini teratasi, diharapkan untuk tahuntahun mendatang peningkatan rentabilitas dan efisiensi
akan mendapat perhatian utama. Sedang turunnya
tingkat efisiensi dalam 2 tahun pertama sesudah diakuisisi tersebut juga merupakan dampak dari adanya
fakta bahwa peningkatan solvabilitas lebih banyak
dibiayai dengan hutang. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian Mac Milllan dan kawan-kawan yang menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi nilai return
on Asset antara lain adalah cost of good sale atau
biaya operasi atas pendapatan operasi, semakin tinggi
nilai CGS, semakin kecil nilai ROAnya, sebaliknya
semakin kecil nilai CGS, maka nilai ROA menjadi
semakin besar.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Beberapa kesimpulan pokok yang bisa ditarik
berdasarkan hasil analisis yang berkaitan dalam
penelitian ini adalah:
Ternyata akuisisi pada sektor perbankan belum
mampu memperoleh manfaat yang optimal
terhadap kinerja keuangan bank yang diakuisisi.
Indikatornya tercermin pada rasio rentabilitas
yang semakin menurun sesudah diakuisisi. Hal
ini terjadi karena:
- Adanya spread yang rendah
- Akibat distorsi faktor eksternal yang sangat
kuat dari krisis rupiah, krisis moneter hingga
krisis ekonomi.
- Pendanaan akuisisi lebih banyak dibiayai oleh
hutang.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

501

Umedi Usman

Saran
Dari seluruh variabel, rasio yang mempunyai
kontribusi dominan terhadap kinerja keuangan bank
(menurut uji simultan ) yaitu rasio likuiditas. Nampaknya perbankan sangat memperhatikan aspek likuiditas
untuk mempertahankan reputasi dan loyalitas terhadap
nasabah. Dengan tercapainya tujuan ini diharapkan
untuk tahun mendatang bank dapat meningkatkan
rentabilitas dan efisiensi.

DAFTAR RUJUKAN
Alimin. 1993. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Merjer
Dan Akuisisi Pada Perusahaan Go Public di Indonesia, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas
Gajahmada, Yogyakarta.
Alman, Edward, I. 1968. Finance Ratio, Discriminant Analysis and The Prediction of Corporate Bankrupcy, The
Journal of Finance, No. 4, Vol 23, 589609.
Altman, and Haldeman, Robert, G., and Narayanan, P. 1977.
Zeta Analysisi, A New Model To Identity Bankruptcy
Risk Of Corporations, Journal Of Bank And Finance,
North Holand Publishing Company, 1 Juni, 2554.
Antony, B. 1992, Dampak Merjer dan Akuisisi Ditinjau
Dari Sudut Akuntasi & Kemingkinan Penyalahgunaannya. Makalah Seminar Sehari, Merger dan
Akuisisi Sinergis dan Kemungkinan Penyalahgunaan
nya. Jakarta: Ikaned.
Cokro, D.H. 1997. Dampak Positif dan Negatif Melakukan
Merjer dan Akuisisi, Perkembangan Perbankan, No:
64, Edisi 1, MaretApril 1997, Majalah.
Eko, B.S. 1995. Krisis Bank-Bank Gelombang Kedua.
Majalah Info Bank, No: 188, Vol 18, Agustus.
Emory, C., William, and Cooper, Donald, R. 1991. Business
Research Methods. Fourth Edition, Richard D. Irwin
Inc., USA.
Gaugham, Patrick, A. 1991. Merger And Auisitions, Harper,
Collins Publishrs Inc. New York.
Glueck, William, F., and Lawrence, R.J 1989 Manajemen
Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Edisi Kedua.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gujarati, Damodar, N. 1995. Basic Econominterics, Third
Edition. Singapure: Megraw-Hill Book Co.
Ida, B.M.S. 1991. Pengaruh Fungsi Manajemen Pembelanjaan pada Saham Perusahaan Yang Masuk Pasar
Modal di Beberapa Negara Asean, Disertasi, Program
Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya.
Johnson, A., Richard, and Dean, W.W. 1992. Applied
Multivariate Statistical Analysis, Third Edition.
New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

502

Joseph, F., Hair, Jr., Rolp, E.A., Ronald, L.T., William, C.B.
1984. Multivariate Data Analysis, First Edition,
Maxwell Macmillaninter Nasional, New York.
Kartini, M. 1992. Problem Pokok Dalam Merger dan
Akuisisi, Bisnis Indonesia, 7 Agustus.
Kwik, K.G. 1992,Possibility of Frand And Its Synergic
Effect On Business Review Indonesia, 14:67, Business News, Jakarta.
Laurent, C.R. 1979,Improving The Efficiency And Effectiveness Of Financial Ratio Analysis, Journal of Business Finance, Vol 5, No. 3, PP.355371.
Lembaga Riset Sigma, 1992, Akuisisi Sebagai Strategi
Sinergis, No.49, Edisi Ke V, 29 Agustus, Jakarta
Levine, Sumner, N. 1989, The Acquisitions Manual, First
Edition, Nyif Corp, New York.
Maat, P. 1995. Analisis Pertumbuhan Usaha yang
Seimbang pada Perusahaan Go Public di Indonesia,
Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga,
Surabaya.
Marcel, G.1992. Akuisisi Bisnis, Edisi Pertama, Hal 2223.
Jakarta: Rineka Cipta.
Masri, S., dan Sofian, E. (Penyunting). 1986. Metode
Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Keputusan No :
740/Kmk.001/1989, Tanggal 28 Juni 1989, Tentang
Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas Badan
Usaha Milik Negara, Jakarta.
Munir, F. 1992. Tinjauan Yuridis Praktek Akuisisi Satu
Group, Bisnis Indonesia, No 8, Edisi 2,28 Agustus.
Ronnie, H.R. 1992. Konsolidasi atau Akuisisi Yang Terjadi
di dalam Kelompok Bisnis di Indonesia, Usahawan,
No. 8, Edisi XXI, Agustus, Yogyakarta.
Ruddy, K. 1992. Konsolidasi Atau Akuisisi yang Terjadi
di dalam Kelompok Bisnis di Indonesa, Usahawan,
No.8, XXI, Agustus.
Ruddy, T.S. 1995. Prinsip Methods For Business : A SkillBuiding Approach, Second Edition, John Willey &
Sons Inc. Singapore.
Sekaran, U. 1992. Research Methods For Business: AskillBulding Approach, Second Edition. Singapore: John
Wulley & Son Inc.
Sing, H., and Montgomery, Cynthia, A. 1987. Corporate
Acquisition Strategi And Economic Performance,
Journal Of Business Finance, Vol 5, No. 3, Pp.5571.
Suad, H. 1985, Manajemen Keuangan, Teori dan Terapan,
Jilid I, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Varn Horne, James, C. 1986. Financial Management And
Policy, Seventh Edition, Prentice Hall, United State
of America.
Weston, J.F., dan Brigham, Eugene, F. 1994, Dasar-Dasar
Management Keuangan, Alih Bahasa Alfonsus Sirait,
Jilid 2, Edisi Indonesia Ke-9. Jakarta: Penerbit Erlangga.

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013

You might also like