You are on page 1of 23

PENTINGNYA MENJAGA KOMODITAS

HORTIKULTURA DARI SERANGAN HAMA


LALAT BUAH DI INDONESIA

OLEH :
ANDI ASLIAH QADRIANI,SP
POPT AHLI PERTAMA
BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II GORONTALO
BADAN KARANTINA PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN

PENTINGNYA MENJAGA KOMODITAS


HORTIKULTURA DARI SERANGAN HAMA LALAT
BUAH DI INDONESIA
ANDI ASLIAH QADRIANI, SP
Popt Ahli Pertama, Balai Karantina Pertanian Kelas II Gorontalo, Badan
Karantina
Pertanian,
Kementerian
Pertanian.
Email
:
andiasliahqadriani@gmail.com

ABSTRAK :
Tanaman Hortikultura merupakan tanaman penting di Indonesia,
akan tetapi keberadaan hama dan penyakit tanaman khususnya lalat
buah menghambat pertumbuhan tanaman hortikultura khususnya
buah dan sayur. Dengan tingkat serangan yang tinggi dapat
merugikan secara kualitas dan kuantitas, sehingga produk buah dan
sayur kita tidak dapat bersaing di pasar global/international karena
kondisi buah/sayur yang kurang baik, maka dari itu peran
masyarakat, petani, pihak swasta dan pemerintah khususnya Badan
Karantina Pertanian sangat diperlukan guna menjaga produk asli
Indonesia.
Kata kunci : Lalat Buah, tanaman hortikultura, buah impor,
budidaya tanaman hortikultura

BAB I
PENDAHULUAN

Sebagaimana kita ketahui pertanian merupakan hal yang sangat


esensial dalam sebuah

negara. Kehidupan pertanian yang kuat di

negara-negara maju bukan merupakan hasil usaha yang singkat, tetapi


proses tersebut telah berlangsung lama sejalan dengan waktu dalam
sejarah pembangunan di negara-negara tersebut. Negara kita Indonesia

sebenarnya negara agraris yang sangat kaya akan hasil pertanian


khususnya komoditas hortikultura.
Kata hortikultura berasal dari bahasa Latin yaitu Hortus yang
artinya tanaman kebun dan culture yang artinya budidaya, sehingga
tanaman hortikultura dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun.
Sejarah budidaya buah-buahan telah berlangsung sejak lama.
Hal ini dapat kita lihat pada Candi Borobudur yang mengabadikan pohon
pisang, mangga, nangka dan durian pada relief di dindingnya pada
tahun 824 M. Demikian juga tanaman obat telah lama digunakan orang
Indonesia pada zaman dahulu kala. Ini berarti bahwa pada masa itu atau
bahkan

pada

masa

sebelumnya

tanaman

hortikultura

sudah

dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia.


Hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman sayuran dan
buah-buahan karena pada umumnya kebun di Indonesia berupa
tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias, tanaman obat-obatan
dan tanaman penghasil rempah-rempah. Sementara di negara maju,
budidaya tanaman hortikultura sudah merupakan suatu usaha tani yang
berpola komersil yaitu di usahakan secara monokultur di ladang
produksi yang luas.
Pada mulanya sistem produksi tanaman buah-buahan belum
dikelolah dengan baik. Tanaman buah-buahan hanya tumbuh liar di
hutan dan kemudian masyarakat hanya memungut buah-buahan yang

jatuh dan kemudian dijual ke pasar, juga pengembangan tanaman


hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala perkebunan
rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka masyarakat kini mengelompokkan sistem produksi tanaman
hortikultura ke dalam

beberapa sistem yaitu sistem pekarangan,

tumpang sari, monokultur dan sistem produksi tanaman hortikultura


semusim.
Dengan adanya pengelompokan sistem produksi tanaman
horikultura, diharapkan produktifitas tanaman khususnya buah-buahan
dan sayuran di Indonesia terus meningkat, karena seperti yang kita
ketahui tanaman hortikultura memiliki banyak fungsi bagi tubuh kita serta
peranan bagi negara kita.
Adapun fungsi tanaman buah dan sayuran bagi tubuh kita
diantaranya yaitu dapat berfungsi sebagai sumber vitamin, mineral dan
protein. Selain itu, juga memiliki peran yang cukup penting dalam
masyarakat, diantaranya memperluas lapangan kerja dan dapat
memperluas devisa negara karena tanaman hortikultra dinilai memiliki
masa depan yang relatif cerah dalam perekonomian Indonesia
mendatang.
Mengingat pentingnya fungsi dan peranan tanaman hortikultura
bagi kita, maka dari itu kita sebagai masyarakat Indonesia sangat perlu

menjaganya dari berbagai serangan hama dan penyakit tanaman


khususnya hama lalat buah.

Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

diatas,

maka

dapat

dirumuskan

permasalahan yakni apakah kebaradaan lalat buah di Indonesia dengan


tingkat serangan yang tinggi dapat menurunkan harga jual buah dan
sayur baik di pasar dalam negeri maupun pasar global.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hama Lalat Buah (Bactrocera sp)


Menurut Kalshoven (1981) taksonomi hama lala buah (Bactrocera
sp.) adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Atrhtropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Famili

: Tephtritidae

Genus

: Bactrocera

Spesies

: Dorsalis

Di Indonesia lalat buah sudah cukup dikenal sebagai hama utama


pada tanaman mangga, cabai, kopi, pisang, cengkeh, pepaya, jambu,
timun dan buah lainnya. Sampai saat ini telah terindentifikasi lebih dari
60 spesies lalat buah. Hama lalat buah dapat menimbulkan kerugian
pada tanaman hortikultura jika tidak dilakukan pengendalian secara
terprogram.
B. Bioekologi Hama Lalat Buah (Fruit fly)

Lalat buah masuk dalam kelompok serangga yang mengalami


metamorfosis sempurna (Holometabola) yaitu siklus hidupnya melewati
empat stadium yaitu telur, larva, pupa, imago. Perkembangan lalat buah

mlai dari telur hingga imago membutuhkan waktu sekitar 16 hari dan
akan semakin lama pada iklim yang dingin.
Betina meletakkan telur pada permukaan kulit buah sedalam 1/25
1/8 inchi dengan jumlah 10-40 butir secara berkelompok. Telur yang
diletakkan berwarna putih bening sampai kuning dan akan berubah
menjadi lebih tua mendekati saat menetas. Telur berbentuk bulat
panjang seperti pisang dengan ujung meruncing, berukuran panjang 1,2
mm, lebar 0,2 mm dan memerlukan waktu sekitar 2 (dua) hari untuk
menetas menjadi larva.
Larva lalat buah berwarna putih kekuningan berbentuk seperti
belatung dengan ukuran panjang sekitar 10 mm tidak bertungkai dengan
salah satu ujungnya meruncing dan terdapat 2 (dua) bintik hitam yang
merupakan alat kait mulut. Larva mengalami 3 (tiga) instar dan stadium
larva berkisar antara 6-9 hari dan untuk masuk ke stadium berikutnya
larva akan keluar dari dalam buah dan menjatuhkan diri ke tanah untuk
selanjutnya membentuk pupa.
Pupa berukuran panjang sekitar 5 mm, berbentuk oval berwarna
coklat. Pupa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari untuk menjadi
serangga dewasa (imago).
Imago lalat buah dapat dikenali dengan warna tubuh yang khas,
berukuran panjang sekitar 6-8 mm dan lebar 3 mm. Imago lalat buah
(Bactrocera dorsalis) sangat mudah dibedakan dengan lalat buah

(Bactrocera cucurbitae), hal ini tampak jelas pada sayapnya. Sayap


pada lalat buah B. dorsalis tampak transparan dengan pembuluh sayap
kostal yang menyempit sedangkan pada lalat buah B.cucurbitae sayap
coklat-transparan dengan pita costal sedikit kelihatan menggumpal pada
bagian ujung sayap.
Imago lalat buah betina yang baru keluar memerlukan waktu 8-12
hari untuk matang secara seksual dan dapat meletakkan telur. Setelah
mencapai umur 35-40 hari imago dapat memakan cairan madu, buah
busuk, nektar tanaman dan lainnya.
Perkembangan populasi lalat buah sangat dipengaruhi oleh faktor
iklim dan biotik, dimana faktor iklim berupa suhu, kelembaban, cahaya
dan kecepatan angin. Sedangkan faktor biotik berupa kualitas tanaman
inang dan musuh alami.
Suhu sangat mempengaruhi perkembangan keperidian, lama
hidup, perkawinan, mortalitas dan perilaku makan lalat buah. Kisaran
suhu untuk perkembangan lalat buah sekitar 20 C sampai 30 C dan
untuk peletakan telur sekitar 9 C sampai 16 C
Lalat buah merupakan serangga yang aktifitasnya berlangsung
pada siang hari karena sangat membutuhkan cahaya untuk aktifitas
hidupnya.

Pada umumnya lalat buah keluar antara pukul 07.00 dan

10.00 pagi karena lalat buah umumnya makan pada pagi hari.

Lalat buah merusak berbagai jenis buah yang diakibatkan oleh


lalat buah betina yang menusukkan ovipositornya pada permukaan buah
untuk meletakkan telur. Akibat dari tusukan ovipositor tersebut maka
buah akan berubah benguk, gugur sebelum waktunya, menjadi lembek
dan busuk. Pembusukan buah dapat terjadi akibat kegiatan makan yang
dilakukan oleh larva yang hidup dalam jaringan buah.
Pengendalian harus dilakukan dengan tepat agar biayanya
rendah, namun efektifitasnya tinggi dan aman bagi lingkungan. Pada
umumnya pengendalian yang dilakukan adalah mengontrol populasi
lalat buah karena biaya yang relatif terjangkau dan mudah dilakukan.

Gambar 1 : A = Lalat Buah Jantan; B = lalat Buah Betina

C. Tanaman Hortikultura
Tanaman Sayuran dan buah-buahan merupakan tanaman
hortikultura yang cukup penting di Indonesia. Pada awalnya pohon
buah-buahan hanya tumbuh liar di hutan, namun perkembangan
selanjutnya buah-buahan diushakan pada lahan bekas hutan dan

pekarangan. Pada saat ini sistem produksi tanaman hortikultura dapat


dikelompokkan atas beberapa sistem produksi. Beberapa sistem
produksi dari yang hampir tanpa pengelolaan sampai sistem dikelola
dengan intensif, masih terdapat di Indonesia, sistem tersebut antara lain
: Sistem pekarangan, sistem ini pohon buah-buahan ditanam hanya
beberapa pohon bersama dengan pohon lain seperti sayuran dan
bunga. Pohon buah-buahan biasanya tidak diandalkan sebagai sumber
utama

oleh

karena

itu

tanaman

buah

dibudidayakan

dengan

pengelolaan yang minimal.


Sistem monokultur buah-buahan skala kecil, pada sistem ini
tanaman hortikultura dibudidayakan di kebun, lahan kering atau lahan
sawah yang dikeringkan secara intensif dengan pengelolaan yang baik.
Sistem

produksi

hortikultura

semusim,

pada

sistem

ini

dibudidayakan tanaman semusim seperti berbagai jenis sayuran, bunga


dan buah-buahan tertentu. Sistem ini biasanya produktivitasnya timggi
dan kualitas yang dihasilkan cukup baik.
Pengembangan tanaman hortikultura khususnya sayuran dan
buah-buahan di Indonesia harus dikelola dengan baik dan intensif untuk
mengahsilkan kualitas buah yang baik pula.

Gambar 2 : Buah yang bebas dari serangan Hama Lalat buah

10

PEMBAHASAN
Dari beberapa hasil kajian menyatakan bahwa ketersediaan
sumber daya alam di Indonesia yang sangat mendukung keberhasilan
sektor pertanian. Ketersedian lahan yang subur memungkinkan
pengembangan berbagai komoditas
Tanaman

hortikultura

khususnya

buah-buahan

merupakan

tanaman yang sangat penting di Indonesia karena memiliki banyak


manfaat serta peranan dalam masyarakat. Maka dari itu kita perlu
menjaga kuantitas dan kualitas buah dari serangan hama dan penyakit
tanaman.
Hasil panen dari petani hortikultura di Indonesia khususnya petani
buah-buahan semakin menurun tiap tahunnya. Dengan keadaan
demikian petani kita mengalami kerugian. Pendapatan yang mereka
peroleh tidak sebanding dengan apa yang telah mereka keluarkan baik
secara moral maupun materil. Menurunnya hasil panen buah-buahan
disebabkan karena serangan hama dan penyakit khususnya lalat buah.
Untuk dapat mempertahankan kualitas dan kuantitasnya, kita
harus mengetahui siklus hidup dari lalat buah, gejala serangan dan juga
kita harus mengetahui ciri-ciri ataupun sifat tanaman hortikultura itu
sendiri.
Beberapa ciri maupun sifat dari tanaman hortikultura yaitu mudah
atau cepat mengalami kebusukan. Maka dari itu diperlukan penanganan

11

yang cermat, cepat dan efisien karena permintaan hasil tanaman


hortikultura selalu dibutuhkan dalam keadaan segar. Dengan adanya
penanganan yang baik akan meningkatkan kualitas harga di pasar.
Tanaman hortikultura sangat bergantung pada cuaca, juga
memerlukan daerah penanaman yang spesifik tidak pada sembarang
tempat. Terkadang tingginya keinginan masyarakat tidak sejalan dengan
kondisi lingkungan tempat tumbuhnya tanaman tersebut.
Kondisi pertanaman dan cuaca yang baik akan sangat
mendukung produktiftas tanaman buah-buahan, akan tetapi belakangan
ini produktivitas tanaman buah-buahan sering dihambat oleh kehadiran
lalat buah (Fruit fly) yang merupakan hama utama pada pertanaman
tersebut. Dikatakan sebagai hama utama karena dapat menyebabkan
kerusakan langsung terhadap 150 jenis spesies tanaman buah dan
sayur baik di daerah tropis maupun subtropis. Pada intensitas serangan
yang sangat tinggi dapat menyebabkan kerugian hingga 100% bahkan
gagal panen.
Serangan hama lalat buah semakin menjadi-jadi di Kabupaten
Karo, Sumatera Utara. Pada tahun 2010 diperkirakan kerugian petani
mencapai Rp. 510,4 juta. Jeruk yang menjadi komoditi pertanian
penopang perekonomian masyarakat Karo justru menjadi masalah
karena harga jual jeruk tidak stabil disebabkan tingginya serangan hama
lalat buah pada tanaman tersebut.

12

Pada tahun 2003 produktivitas semangka di Gorontalo menurun


drastis yakni 2 ton dari luasan 30 hektar, hal ini disebabkan karena
serangan lalat buah yang tinggi.
Aktivitas lalat buah (Bactrocera sp) berlangsung pada pagi hari
karena membutuhkan banyak cahaya untuk kelangsungan hidupnya.
Lalat buah yang menyerang adalah betina dengan menusukkan
ovipositornya ke permukaan buah. Telur-telur yang diletakkan akan
menetas menjadi larva dan akan hidup didalam buah dengan memakan
daging buah dalam waktu tertentu. Perkembangan populasi lalat buah
sangat dipengaruhi oleh faktor iklim dan biotik, dimana faktor iklim
berupa

suhu,

dan

kelembaban,

cahaya

dan

kecepatan

angin.

Sedangkan faktor biotik berupa kualitas tanaman inang dan musuh


alami.
Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu terdapat noda atau bintikbintik pada permukaan buah, terjadi perubahan bentuk, warna, aroma
dan juga pastinya terjadi perubahan rasa dan akhirnya buah menjadi
lembek dan busuk dan lama kelamaan buah akan berjatuhan / gugur
sebelum waktunya.

13

Gambar 3 : Gejala & Tingakat serangan Hama Lalat Buah

Dengan kualitas buah yang demikian jelas bahwa produk buahbuahan dan sayuran kita tidak dapat bersaing dengan buah-buah impor
dari negara-negara maju lainnya di pasar global.
Saat ini kita telah memasuki era globalisasi yang memaksa petani
secara langsung maupun tidak langsung memasuki persaingan dengan
banyak produsen lain ditingkat global. Produk-produk pertanian tidak
hanya bersaing di pasar global tetapi juga di pasar domestik.Kualitas
buah dan sayuran yang bagus menjadi syarat utama untuk dapat
bersaing di pasar global, sementara kesadaran masyarakat kita masih
kurang akan pentingnya hal tersebut.
Berbagai kasus penolakan produk pertanian kita khususnya buah
dan sayur sering terjadi. Sebagai contoh sayuran hasil produksi petani
Sumatera Utara ditolak di pasar Singapura karena mengandung residu
pestisida. Kasus lainnya, buah-buahan Indonesia pernah ditolak
memasuki Taiwan karena dikhawatirkan mengandung serangan hama
lalat buah. Dari berbagi kasus tersebut, menunjukkan bahwa sulitnya
produk-produk pertanian memasuki pasar global.

14

Banyaknya kasus penolakan produk ekspor pertanian Indonesia


akibat tidak memenuhi syarat, terutama karena adanya serangga hama,
jamur, kotoran serta residu pestisida. Kasus penolakan produksi
pertanian Indonesia di pasar luar negeri disebabkan karena kualitas
produk pertanian yang di ekspor belum dapat memenuhi syarat yang
ditetapkan bersama oleh negara-negara di dunia.
Produk-produk pertanian yang beredar di pasar global dan
international sangat hati-hati dalam menetapkan kriteria produk ekspor
hasil pertanian seperti Organisasi Perdagangan International (WTO)
telah menerima persyaratan SPS (Sanitary and Phytosanitary) sebagai
salah satu bentuk hambatan non tarip dalam perdagangan international.
Banyak persyaratan teknis yang haru dipenuhi negara kita
apabila

ingin

memasarkan

produk

pertanian

kita

di

pasar

international,termasuk bebas hama dan sisa-sisa kerusakan hama.


Selain persyaratan SPS, produk pertanian ekspor juga harus
memenuhi persyaratan teknis WHO mengenai kandungan bahan
berbahaya seperti kandungan residu pestisida dan alfatoksin harus tidak
melebihi batas maksimum residu yang ditetapkan oleh WTO Negara
tujuan ekspor.
Kualitas

produk

pertanian

menjadi

salah

satu

parameter

keberhasilan produk pertanian dalam menembus pasar international.


Oleh karena itu untuk memenuhi persyaratan-persyaratan seperti yang

15

dicontohkan diatas, harus ada perhatian ekstra dari petani atau eksportir
untuk menjaga agar komoditas yang diekspor dapat memenuhi kriteria
yang ditetapkan.
Sementara, produk pertanian Indonesia di tolak di pasar luar
negeri, pasar buah lokal di Indonesia dibanjiri oleh buah-buahan impor
seperti buah apel, jeruk, anggur, pear, kiwi, durian dan buah lainnya.
Buah impor dinilai memiliki rasa yang enak, ukuran dan bentuk yang
cukup besar, kondisi buah yang utuh, warna buah yang cerah,
kebersihan buah yang tinggi, proses pengemasan yang baik dan
menarik serta harga yang tidak terlalu mahal (kompetitif). Ditambah lagi
dengan adanya perilaku konsumen yang semakin menyukai produk
impor, karena buah impor yang semakin mudah didapat dan murah.
Padahal belum tentu buah yang diimpor itu adalah buah yang memiliki
kualitas terbaik di negara yang melakukan ekspor buah ke negara kita.
Hal

ini

menunjukkan

kekurangberpihakan

kebijakan

fiskal

terhadap buah lokal Indonesia. Minimnya minat konsumen dan


ketersediaan buah lokal terutama di pasar rmodern juga menjadi
penyebab produk dalam negeri kalah bersaing.
Hal ini akan berdampak pada menurunnya gairah pemasaran
buah-buahan lokal, sebagai akibat, terjadinya kelesuan ditingkat
masyarakat petani di Indonesia.

16

Mengimpor buah yang berlebihan akan berdampak pada aspek


pertanian Indonesia. Impor buah dapat mengancam para petani buah
nasional. Sebenarnya para petani kita telah mampu mencukupi
kebutuhan buah kita secara kuantitas, tetapi secara kualitas buah yang
mereka hasilkan belum sebaik kualitas buah impor. Mengimpor buah
mampu melemahkan ketahanan pangan Indonesia. Makin besar impor
yang kita lakukan semakin besar pula ketergantungan kita akan produk
impor,

semakin

besar

pula

power

negara

pengimpor

untuk

mempengaruhi food security di negara kita. Keamanan pangan

di

negara kita juga dapat terganggu oleh produk impor yang bisa membuka
peluang penyebaran hama dan penyakit tanaman.
Jika kondisi ini dibiarkan tanpa disertai dengan upaya-upaya dari
pihak pemerintah ataupun pihak-pihak yang terkait dalam hal produksi
dan distribusi buah lokal, maka akan menyebabkan buah lokal
termarjinalkan di pasaran dan hal ini akan berimplikasi langsung kepada
petani buah.
Selain serangan hama dan penyakit, ada beberapa hal yang
dapat menghambat perdagangan produk pertanian Indonesia ke pasar
international antara lain adalah hambatan non-tarif, ketidaksiapan petani
dalam menjamin kualitas produk pertanian, kurangnya pemahaman
mengenai pentingnya aspek pasca panen, kebijakan harga yang kurang
mendukung dan juga lobi-lobi perdagangan yang kurang gencar.

17

Untuk dapat menembus dan bersaing dengan komoditas lainnya


baik di pasar domestic maupun di pasar international, persyaratan yang
bersifat non-tarif seringkali diterapkan oleh negara pengimpor seperti di
Amerika Serikat terdapat standar khusus untuk produk-produk pertanian
yang ditetapkan oleh USDA (United States Departemen of Agriculture).
Kualitas produk pertanian juga ditentukan oleh perlakuan panen
dan pasca panen, sebagai contoh kerusakan fisik yang terjadi pada saat
pengangkutan dari lahan ke gudang dapat mengurangi kualitas produk
untuk dapat diterima oleh pasar international.
Mengingat

semakin

ketatnya

persaingan

perdagangan

international, maka harus dilakukan upaya yang lebih nyata dan


terkoordinasi di dalam mendorong produk pertanian untuk mampu
menembus pasar international. Pihak pihak terkait baik swasta, petani
itu sendiri maupun pemerintah sangat dibutuhkan peranannya dalam
menjaga kualitas produk pertanian Indonesia.
Beberapa upaya yang mungkin bisa menjadi langkah awal dalam
peningkatan kualitas ekspor buah dan sayur Indonesia yaitu melalui
pengembangan kawasan buah dan sayur, standarisasi produk serta
promosi dalam dan luar negeri.
Untuk dapat meningkatkan kualitas produk, terlebih dahulu kita
perlu meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dan kelembagaan
petani, karena masyarakat khususnya petani sangat rentan terkena

18

dampak

dari

perdagangan

bebas

saat

ini.

Akses

informasi,

pengembangan IPTEK serta perluasan jaringan pemasaran untuk petani


masih sangat diperlukan. Selanjutnya memperbaiki infrastruktur di
daerah-daerah sentra penghasil produk pertanian sangat penting untuk
memudahkan mobilitas pengangkutan hasil pertanian dari suatu daerah
ke daerah lainnya.
Peran

pemerintah

sangat

diperlukan

dalam

meningkatkan

kualitas produk buah dan sayur kita. Agar produk buah dan sayur kita
tidak termarjinalkan di pasar domestik dan global.
Peran pemerintah Kementrian Pertanian, khususnya Badan
Karantian Pertanian telah membatasi pintu-pintu pemasukan dan
pengeluaran bagi buah segar dan sayuran. Sesuai dengan peraturan
menteri

pertanian

Nomor

42/Permentan/OT.140/06/2012

Tentang

Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Buah Segar dan


sayuran Buah Segar Ke Dalam wilayah Negara Republik Indonesia
Pasal 14 yang mengatakan bahwa tempat pemasukan buah segar dan
sayuran buah segar terdiri atas Pelabuhan Laut Tanjung Perak
Surabaya; Pelabuhan Laut Belawan, Medan; Bandar Udara SoekarnoHatta, Jakarta dan Pelabuhan Laut Soekarno-Hatta, Makassar.
Akan tetapi sebelum buah dan sayuran dimasukkan di wilayah
Negara Republik Indonesia, harus melengkapi beberapa persyaratan
sesuai dengan pasal 8 Permentan nomor 42 tahun 2012 yakni Buah

19

segar atau sayuranbuah segar yang dimasukkan ke dalam wilayah


Negara Republik Indonesia, wajib Dilengkapi Sertifikat Kesehatan
Tumbuhan dari Negara asal dan Negara transit; Melalui tempat
pemasukan yang ditetapkan; Dilaporkan dan diserahkan kepada
petugas Karantina di Tempat Pemasukan untuk keperluan Tindakan
Karantina.
Sertifikat Kesehatan Tumbuhan wajib memuat pernyataan : Buah
segar atau sayuran segar berasal dari are produksi yang bebas dari
infestasi lalat buah; atau Buah segar Segar atau sayuran buah segar
telah dilakukan tindakan perlakuan di negara asal.
Selain Kementerian Pertanian, Menteri Perdagangan juga telah
menetapkan Ketentuan impor produk hortikultura, sejak bulan januari
2013. Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor : 60/2012
mengatur volume impor produk hortikultura dan bahkan ada 13 jenis
produk hortikultura yang sudah tidak bisa di impor antara lain : kentang,
kubis, wortel, cabe, nanas, melon, pisang, manga, papaya, durian,
krisan, anggrek dan heliconia.
Pemberlakuan peraturan-peraturan pemerintah tersebut sematamata memproteksi/melindungi hortikultura asli Indonesia yang pada
akhirnya akan meningkatkan agro bisnis hortikultura dalam negeri makin
baik dan juga meningkatkan kecintaan kita terhadap produk dalam
negeri.

20

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Dengan adanya serangan lalat buah yang tinggi maka buah dan
sayuran kita tidak dapat bersaing di pasar global dengan produk luar
negeri.
2. Peran dan kebijakan masyarakat, petani, pihak swasta, maupun
pemerintah/instansi terkait sangat diperlukan dalam menjaga produk
pertanian khususnya hortikultura dari serangan hama dan penyakit
khususnya lalat buah.

21

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Pengendalian Lalat Buah.


http://anekaplanta.wordpress.com/2010/02/03/pengendalian-lalatbuah (diakses tanggal 14 Agustus 2014)
Anonim, 2011. Budidaya Tanaman Hortikultura Di Indonesia
http://dasarhortikultura.wordpress.com/5-sistem-budidayatanaman-hortikultura-di-indonesia
(diakses tanggal 07 Oktober
2013)
Anonim, 2013. Buah Lokal VS Buah Impor. http://www.technologyindonesia.com/pertanian-dan-pangan/perkebunan/201-buah-lokalvs-buah-impor (diakses tanggal 02 Januari 2014)
Anonim, 2013. Harian Kompas. Banjir Buah Impor Akibat Minimnya
Infrastruktur
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/09/29/1201256/Wa
mentan.banjir.Buah.Impor.Akibat.Minimnya.Infrastruktur (diakses
tanggal 02 Januari 2014)
Anonim,
2013.
Larangan
buah
Impor
http://blognoerhikmat.wordpress.com/2013/03/14/larangan-imporbuah-dan-sayur/
Anonim,
2013.
Pengertian
Dan
Istilah
Hortikultura.
http://dipertanhut.purworejokab.go.id/index.php?option=com_conte
nt&view=article&id=76&Itemid=138, diakses tgl 19 sep.2013)
Khalshoven, L.G.E. 1992. Pest Crop Indonesia (dalam terjemahan)
Revisi by Van Der Laan.
Norbertus Kaleka. 2011. Lalat Buah Hama Utama Tanaman
Hortikultura.(http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cet
ak/2011/06/28/150813/Lalat-Buah-Hama-Utama-Hortikultura(diakses tanggal 28 Oktober 2013)
Samosir S. M. 2011. Hama Penting Tanaman Hortikultura.
www.sanimutiara62.blogspot.com ( diakses tgl 25 September
2013)

22

Saputera, Dr. 2011. Belajar Dari Negara Lain; Kualitas Ekspor Pertanian
Kita.
http://www.hprtichain.org/site/id/news/news/25-news/321imported-fruits-local.html (diakses tanggal 07 Januari 2014)
Zulfitriany D.M., Sylvia S., & Ahdin Gassa. 2004
PEMANFAATAN MINYAK SEREH ( Andropogonnardus L.) SEBAGAI
ATRAKTAN BERPEREKAT TERHADAP LALAT BUAH ( Bactrocera
spp.) PADA PERTANAMAN MANGGA. Dosen pada Jurusan Proteksi
Tanaman Fakultas Pertanian dan Kehutanan UNHAS. Makassar

You might also like