You are on page 1of 4

Eko-Fisiologi Tumbuhan

Annisa Octiandari Pertiwi


140410110014

1. Transpirasi Lamun dan Organnya.


Lamun (Seagrass) merupakan tumbuhan laut monokotil (Angiospermae) yang mampu
beradaptasi hidup terbenam di laut dan memiliki perkembangan daun, system perakaran
dan batang yang lengkap. Lamun mampu hidup sampai kedalaman 8-15 meter dan 40
meter, diperairan tenang dan terlindung, serta sangat bergantung pada cahaya matahari
yang masuk ke perairan (Dahuri, 2003). Seperti pada tumbuhan monokotil lainnya, lamun
juga memiliki akar, batang, dan daun yang sejati. Lamun juga melakukan proses
respirasi, fotosintesis dan transpirasi.
Akar lamun merupakan tempat menyimpan oksigen untuk proses fotosintesis yang
dialirkan dari lapisan epidermal daun melalui difusi sepanjang sistem lakunal (udara)
yang berliku-liku. Sebagian besar oksigen yang disimpan di akar dan rhizoma digunakan
untuk metabolisme dasar sel kortikal dan epidermis seperti yang dilakukan oleh
mikroflora di rhizospher. Beberapa lamun diketahui mengeluarkan oksigen melalui
akarnya (Halophila ovalis) sedangkan spesies lain (Thallassia testudinum) terlihat
menjadi lebih baik pada kondisi anoksik. Karena akar lamun merupakan tempat untuk
melakukan metabolisme aktif (respirasi) maka konsentrasi CO2 di jaringan akar relatif
tinggi. Akar tanaman lamun cukup kuat menghujam ke dasar perairan tempat tumbuh.
Akar ini tidak berfungsi penting dalam pengambilan air-sebagaimana tanaman daratkarena daun lamun dapat menyerap nutrient atau zat gizi secara langsung dari dalam laut
(Anonim, ____).
Lamun memiliki daun-daun tipis yang memanjang seperti pita yang mempunyai saluransaluran air (Nybakken, 1992). Bentuk daun seperti ini dapat memaksimalkan difusi gas
dan nutrien antara daun dan air, juga memaksimalkan proses fotosintesis di permukaan
daun (Philips dan Menez, 1988). Daun lamun memiliki rongga udara yang berfungsi
untuk menjaga tubuhnya agar tetap mengapung di dalam air. Daun lamun memiliki ciri
khusus, yaitu tidak memiliki stomata dan keberadaan kutikula yang tipis. Kutikula daun
yang tipis tidak dapat menahna pergerakan ion dan difusi karbon, sehingga daun dapat
menyerap nutrient langsung dari air laut. Air laut merupakan sumber bikarbonat bagi

Eko-Fisiologi Tumbuhan
Annisa Octiandari Pertiwi
140410110014

tumbuhan untuk penggunaan karbon anorganik dalam proses fotosintesis (Mc Kenzie,
2008).
Dalam anatomi daun lamun, terdapat lapisan kutikula tipis dan lapisan epidermis yang
memiliki banyak sel parenkim yang kaya akan kloroplas. Namun, pada lapisan epidermis
daun lamun, tidak terdapat stomata, yang merupakan organ umum tempat
berlangsungnya transpirasi.
Transpirasi pada lamun tidak terjadi melalui stomata, melainkan melalui kutikula yang
tipis di daun dan juga lapisan epidermis batang yang membatasi laju proses transpirasi.

Sumber:
-

Anonim. ____. Ekosistem Padang Lamun. E-books Biologi Laut Jilid 2. Diakses melalui
http://fpik.bunghatta.ac.id/files/downloads/Ebook/Biologi%20Laut%20Jilid%202/bab_7.pdf pada tanggal 23 September 2014.

Dahuri, Rokhmin. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama

Mc Kenzie, Len. 2008. Seagrass Educators Book. Diakses melalui


http://www.seagrasswatch.org/Info_centre/education/Seagrass_Educators_Handbook.pdf
pada tanggal 24 juli 2010.

Nybakken JW., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit PT. Gramedia
Jakarta.

Philip, C. R., dan Ernani G.M. 1988. Seagrass. Diakses melalui


http://ucsb.piscoweb.org/~blanchet/pdfs/blanchette_sea grasses.pdf pada tanggal 24 juli
2010

2. Bagaimana hubungan hormone auksin dengan cahaya?


Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan
pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu
pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam

Eko-Fisiologi Tumbuhan
Annisa Octiandari Pertiwi
140410110014

pertumbuhan tumbuhan. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Belanda
bernama Fritz Went (1903-1990).
Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan,
baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan,
membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi
jumlah biji dalam buah. kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan
hormon giberelin.
Hormon Auksin bekerja dengan cara menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu
protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke
dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan beberapa ikatan
silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian
memanjang akibat air yang masuk secara osmosis.
Menurut Gunawan (1992), salah satu fungsi auksin (IBA) adalah dapat memperpanjang
sel-sel tanaman. Auksin berperan sebagai pengembangan sel (perpanjangan sel). Pada
konsentrasi tertentu auksin dapat menaikkan tekanan osmotik, peningkatan permeabilitas
sel terhadap air, pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein,
meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. Dalam hal ini peranan auksin
adalah mendorong perpanjangan sel (sel elongation) dengan cara mempengaruhi
metabolisme dinding sel. Efeknya adalah banyak bahan dinding sel primer yang
dihasilkan dan didepositkan pada ke dua ujung sel, kemudian struktural sel diregangkan
sehingga dimungkinkan deposit dinding sel yang lebih banyak. Dengan demikian ujung
tunas terjadi perpanjangan sel. Lebih lanjut Gunawan (1992), menyatakan pengaruh
auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman yaitu dengan cara menginduksi sekresi
H+ ke luar sel melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan susunan matrix
dinding sel merenggang (wall lossening), akibatnya air menjadi masuk ke dalam sel,
sehingga sel membesar (Mulyono, 2010).
Sumber:

Eko-Fisiologi Tumbuhan
Annisa Octiandari Pertiwi
140410110014

Anonim. Id.wikipedia.org/wiki/auksin.

Mulyono, Daru. 2010. Pengatur Zat Pengatur Tumbuh Auksin: Indole Butiric Acid (IBA)
dan Sitokinin: Benzil Amino Purine (BAP) dan Kinetin dalam Elongasi Pertunasan
Gaharu (Aquilaria beccariana). Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12 No. 1.

You might also like