Professional Documents
Culture Documents
bt
bb
DAB
DAB=c+f+
Jika = = A = konstante pengali teropong harganya 100
C + f = B = konstante penambah
DAB =A.S+B
Maka didapat rumus jarak optis pada teropong mendatar/ garis bidik mendatar :
DAB=A.S+B .................................... (1)
2.Jarak optis untuk teropong miring.
Kemiringan teropong atau garis bidik sebesar sudut miring a, dapat digambarkan :
Harga koustante B karena mendekati nol, maka rumus tersebut dapat Iebih
sederhana.
= 90 88 3025"
= 129'35"
= AS Cos2 a
= 100(1527-0473)cos2 1 29'35"
= 105.328 m
pada pengukuran jarak optis, dikenal pengukuran takhimetri atau tachymetry, yaitu
pengukuran jarak datar dan beda tinggi dengan pembacaan benang stadia pada rambu
serta sudut miring teropong.
= DAB tg
CE
= DAB tg h
= DAB tg (a - h)
DAB
............................ (6)
Dengan mengukur sudut horisontal antara ujung batang theodolit dan ujung batang
dapat ditentukan jarak mendatarnya.
DAB =
DAB =
........................................ (7)
BAB VIII
PENGUKURAN SUDUT HORISONTAL
Sudut horisontal adalah sudut yang diperoleh dengan mengurangkan bacaan arah
horisontal piringan mendatar suatu theodolit. Ada tiga syarat dasar menentukan sudut,
yaitu :
1. garis awal/ acuan
2. Arah putaran
3. Jarak sudut/ besar sudut
Pengukuran sudut horisontal dapat dilakukan dengan :
1. cara reiterasi
2. cara repetisi
VIII.1. Alat ukur sudut
Sudut horisontal dapat diukur dengan alat ukur sudut/ arah, seperti :
a. theodolit
b. kompas
c. theodolit kompas
ketiga alat tersebut dapat dipakai untuk mengukur sudut, karena adanya piringan
horisontal yang berpembagian skala/ skala cara pengukuran sangat terkait dengan
konstruksi sumbu I theodolit, yaitu theodolit reiterasi dari theodolit repetisi.
VIII. 2. Pengukuran Sudut cara reiterasi
Pada pengukuran sudut cara reiterasi ini, pengukuran dimuka dengan kedudukan
teropong BIASA, diarahkan ke titik 1 dibaca arahnya selanjutnya diputar terhadap
sumbu I diarahkan ke titik 2, dibaca arahnya. Setelah arah ke 2, dilanjutkan ke titik 3
dan titik 4.
Dari arah ketitik 4, Kemudian teropong diputar balik menjadi kedudukan teropong LUAR
BIASA. Pengukuran dimulai diarahkan ke titik 4, titik 3 sampai berakhir di titik 1.
pengukuran sudut dari 1 ke titik 4 dengan teropong BIASA dan kembali dari titik 4
kembali ke titik 1 dengan teropong LUAR BIASA disebut pengukuran satu seri. Bila
akan diukur n seri, maka ada pergeseran arah sebesar 180 : n pada tiap seri. Misal
akan diukur sudut tersebut diatas sebanyak 3 seri; ini berarti ada pergeseran arah
sebesar 180 : 3 = 60
Maka pada :
Sudut-sudut pada gambar diatas dihitung dari selisih dua arah yang
berurutan. Cara reiterasi disebut sebagai cara pengukuran jurusan.
VIII.3. Pengukuran sudut cara repetisi
kedua (2) dan pembacaan arah terakhir (n+1). Besar sudut dihitug dari persamaan
:
( )
Pembacaan arah
Arah (2)
Arah (n+1)
Keterangan
Skala 360
12 15' 05"
780 20' 25"
dilewati
480 47' 10"
6X2
satukali
Pada cara screiber, dari r arah, akan diukur sudut sebanyak : 1/2r (r-1), dari gambar r = 4
maka jumlah sudut yang diukur = 1/2.4 (3) = 6 sudut. Sudut dapat diukur dengan cara
repetisi atau cara reiterasi.
2. cara bassel
BAB IX
PERALATAN UKUR KETINGGIAN
Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan tiga cara:
1. Cara Barometris
2. Cara trigonametris
3. Cara menyipat datar
Ketiga cara tersebut beda dalam peralatan dan tingkat ketelitian yang dicapai.
IX.1. Alat Ukur Penyipat datar
Alat ukur penyipat datar dapat diklasifikasi dari alat penyipat datar sederhana
tanpa teropong :
a. Alat penyipat datar sederhana, terdiri atas dua tabung gelas berdiri dan
dihubungkan dengan pipa dari logam.
b. Dua tabung gelas berskala yang dihubungkan dengan slang karet.
c. Batang ukur A yang diberi nivo tabung dibuat mendatar dan mistar B yang berskala
sampai dm. Alat penyipat datar optis yang dilengkapi teropong yang disebut sipat
datar
atau waterpas. Alat ukur sipat datar hanya dapat diputar pada sumbu I:
10
Gambar IX.2. alat sipat datar tipe semua tetap tanpa dan dengan skrup
pengungkit.
2. Alat sipat datar otomatis
Disebut otomatis, karena apabila sumbu I telah vertikal maka garis bidik teropong akan
mendatar. Hal tersebut karena pada alat tipe otomatis dilengkapi dengan peridukan atau
kompensator, yang menggantikan fungsi nivo tabung. Alat sipat datar otomatis menjadi
populer dalam pemakaiannya, karena kemudahan dan kecepatan operasinya.
3. Alat sipat datar dengan sinar laser
4. Alat sipat datar elektronik
11
Syarat utama
2.
Syarat kedu
3.
Syarat ketiga
Syarat kedua : garis arah nivo tegak lurus sumbu I, pada prinsipnya sama dengan
mengatur sumbu I menjadi vertikal pada sebuah theodolit.
12
Syarat ketiga garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I, oleh pembidik
pembuatannya telah dibuat tegak lurus sumbu I
Syarat utama
a, b, a3,b3
2.
3.
Alat ukur sipat datar dipindah ke II dan dibaca bt pada rambu A, a3 dan
rambu Bb3
4.
5.
= H1 = al b1
= H11 = a3 b3
( HII- H1)
13
BAB X
PEMETAAN PLANIMETRIS DENGAN PITA UKUR
Xi. Pengantar
Peta planimetris adalah peta yang menggambarkan posisi planimetris dari obyek
yang diketahui. Umumnya peta ini digunakan untuk keperluan kadastral. Peta
planimetris dibuat dengan skala besar 1 : 500 sampai 1 : 2500
Jika alat yang dipakai hanya pita ukur saja, termasuk pengadaan kerangka petanya
maka luasan yang dipetakan hanya terbatas.
X.2. Prosedur Pemetaan Planimetris
Secara garis besar prosedur pemetaan planimetris adalah :
1. Pengadaan kerangka peta
2. Pengukuran detail dan pencatatannya
3. Penggambaran
Pengadaan kerangka peta dan pengukuran detail sebetulnya dapat dilakukan secara
bersamaan.
X.3. bentuk-bentuk kerangka peta dan kontrolnya. 1.
Rangkaian segitiga
14
2. Garis Baris
15
2. Cara pengikatan
3. Cara interpolasi
16
masih berlanjut. Tanda (=) berarti berhenti, disamping tanda (<>) untuk kontrol
ukuran. Contoh 1:
Jarak
1 ke 2 = 30.0+21.0 m
1 ke a = 16.1 m 1 ke
b = 30.0 m
contoh 2.
17