Professional Documents
Culture Documents
Proses vulkanisasi lateks karet alam iradiasi terdiri dari beberapa proses, yaitu :
Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal
dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Awal mulanya karet hanya hidup di
Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran
karet di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry Wickham. saat ini, negara-negara Asia
menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia,
dan Malaysia.
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses
vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak,
maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk
keperluan dalam rumah, kesehatan atau medis ataupun pemakaian di luar rumah seperti sol
sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet.
Karet dan produk yang terbuat dari karet mengandung jumlah protein tinggi. Orang
dengan Alergi lateks mengalami reaksi Alergi disebabkan oleh protein dalam produk-produk
karet. Lateks gejala alergi bisa ringan atau berat dan akan menyebabkan banyak masalah bagi
orang-orang dengan alergi ini, karena saat ini banyak produk yang mengandung Karet.
Produk yang dibuat dengan karet elastis lembut seperti yang digunakan dalam sarung
tangan karet lateks menyebabkan masalah yang paling. Karet lunak menyebabkan reaksi alergi
lebih dari Karet keras yang digunakan misalnya di ban mobil. Karet lunak seperti sarung tangan
dan balon yang dilapisi dengan lapisan tipis tepung jagung untuk membuat mereka lebih mudah
digunakan. Partikel karet menempel pati ini dan terbang melalui udara ketika pembungkus yang
berisi produk karet dibuka. Di tempat-tempat di mana sarung tangan karet diletakkan pada sering
seperti rumah sakit, udara kadan mengandung partikel debu karet kecil.
Lateks banyak digunakan dalam kehidupan masyarakat modern dan khususnya dalam
perawatan kesehatan. William Halstead pertama kali digunakan sarung tangan karet bedah pada
tahun 1890. Lateks telah digunakan dalam berbagai perangkat medis selama beberapa dekade.
Pada akhir 1980-an, bagaimanapun, penggunaannya meroket sebagai sarung tangan karet yang
banyak direkomendasikan untuk mencegah penularan patogen melalui darah, termasuk human
immunodeficiency virus (HIV). Miliaran pasang sarung tangan medis yang diimpor ke Amerika
Serikat pada setiap tahun, sering sebagai bubuk, sarung tangan pemeriksaan steril.
Pada 1980-an dan 1990-an, permintaan tinggi untuk lateks untuk memproduksi sarung
tangan dan benda lainnya mengakibatkan ratusan baru, kurang diatur pabrik lateks di negaranegara tropis. Insiden reaksi alergi ringan dan serius terhadap lateks mulai meningkat dengan
cepat di antara pasien dan petugas kesehatan (petugas kesehatan). Sensitisasi Lateks dapat
terjadi setelah kulit atau kontak mukosa, setelah kontak peritoneal selama operasi, dan mungkin
setelah menghirup partikel aerosol dengan lateks pada permukaannya.
Sebagai produk lateks yang banyak digunakan di mana-mana dan seseorang dapat
mengembangkan Alergi terhadap lateks pada setiap titik dalam kehidupan mereka, siapa pun bisa
menderita alergi ini. Namun, Orang-orang di profesi medis lebih mungkin terjadi Alergi lateks
sarung tangan. Pekerja kesehatan yang sudah menderita demam lebih mungkin untuk
mengembangkan Alergi terhadap lateks, karena mereka lebih rentan terhadap Alergi pada
umumnya. Orang yang memiliki beberapa operasi yang dilakukan pada mereka menjalankan
sebuah resiko lebih tinggi mengalami Alergi ini dan orang-orang dengan spina bifida lebih
mungkin berakhir membutuhkan pengobatan Alergi lateks.
Alergi adalah respon imun sekunder yang disebabkan oleh adanya senyawa tertentu
(disebut alergen) yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Alergen umumnya berupa
protein terlarut atau glikoprotein yang berasal dari beberapa jenis sumber alergen a.l: protein
dari tepung sari, bisa serangga, spora jamur, cacing, tungau, vaksin dan obat serta makanan
(ikan, udang, putih telur, susu dll.). Reaksi alergi tidak terjadi pada semua individu tetapi hanya
terjadi pada individu tertentu yang secara genetis alergi terhadap suatu alergen. Reaksi alergi
oleh protein lateks dapat terjadi melalui kontak kulit atau mukosa dan berlangsung cepat yaitu
dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah penderita terpapar antigen yang ditandai
gejala pembengkakan atau kulit memerah, hidung dan mata berair, kram perut, sulit bernafas,
tekanan darah menurun dan pasien mengalami guncangan (anafilaksis) yang berpotensi
menimbulkan kematian.
Lateks alam sebagai bahan baku barang jadi lateks (BJL) memiliki keunggulan khusus
dibanding produk pesaingnya (lateks sintetis) yaitu harganya lebih murah (seperempatnya)
dan sifat teknisnya seperti kekuatan gel basah, kekuatan vulkanisat dan elastisitas lebih
baik. Namun, akhir-akhir ini penggunaan lateks alam sebagai bahan baku alat bantu kedokteran
(sarung tangan medis, kateter, selang infus, kondom, hemodialiser, masker dan
selang pernafasan, balon, drop pipet, pembalut elastis, karpet tidur dll.), menghadapi masalah
karena diketahui mengandung protein alergen yang menyebabkan reaksi alergi bagi
pemakainya. Hal ini dikhawatirkan dapat menurunkan konsumsi karet alam dunia serta menjadi
kendala bagi perkembangan industri barang jadi lateks nasional.
Food and Drug Administration (FDA) dalam waktu dekat akan memberlakukan labeling
rendah protein alergen (hypo alergenic protein) pada sebagian besar produk barang jadi
lateks. Dalam buku petunjuk yang dikeluarkan 30 Juli 1999 (Medical Glove Manual) di internet
website http:/www.fda.gov /cdrh/manual/glovmanl.pdf antara lain disebutkan bahwa batas
maksimum kadar protein pada sarung tangan medis adalah 1200 mg protein/sarung tangan atau
setara 150 mg protein/g karet. Kadar protein produk sarung tangan dalam negeri umumnya 1020 kali lebih tinggi (1500-3000 mg protein/g karet) dari ketentuan batas maksimum
tersebut. Sebagai produk dari tanaman karet (H. brasiliensis), lateks mengandung konstituen
sitoplasma sel tanaman baik berupa senyawa karet maupun senyawa nonkaret. Senyawa
nonkaret utama dalam lateks alam adalah protein. Walaupun kadar protein lateks
telah mengalami banyak penurunan yaitu setelah sentrifugasi selama prosesing lateks pekat
maupun selama prosesing barang jadi lateks, namun demikian residu protein yang tinggal 2%
tersebut masih berpotensi untuk menyebabkan reaksi alergi.
3. Proses Pembutan
Sarung tangan adalah sejenis pakaian yang menutupi tangan, baik secara sebagian
ataupun secara keseluruhan. Fungsi sarung tangan ialah untuk melindungi sang pemakai dari
pengaruh lingkungan sekitarnya atau melindungi lingkungan sekitar dari tangan sang pemakai.
Ada beberapa jenis sarung tangan yaitu termis, mekanis, kimia dan pelindung infeksi. Selain itu
sarung tangan juga dipakai sebagai hiasan atau untuk alasan mode. Sarung tangan biasa
berjumlah sepasang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sarung_tangan, 2013).
b. Selang Stetoskop
Stetoskop berasal dari bahasa Yunani yaitu stethos artinya dada dan skopeein artinya
memeriksa. Stetoskop adalah sebuah alat medis akustik untuk memeriksa suara dalam tubuh.
Alat ini banyak digunakan untuk mendengar suara jantung dan pernapasan, meskipun dia juga
digunakan untuk mendengar intestine dan aliran darah dalam arteri dan vena
(www.Wikipedia.com., 2011).
c. Pipet