You are on page 1of 8

1.

Deskripsi Mengenai Produk Yang Dipilih


Hasil kajian para pakar memperlihatkan bahwa prospek perdagangan karet alam dunia
sangat baik. Dalam jangka panjang, perkembangan produksi dan konsumsi karet menurut
ramalan ahli pemasaran karet dunia yang juga Sekretaris Jenderal International Rubber Study
Group, Dr. Hidde P. Smit, menunjukkan bahwa konsumsi karet alam akan mengalami
peningkatan yang sangat signifikan dari 8,5 juta ton di tahun 2005, naik menjadi 9,23 pada tahun
2006, dan diprediksi menjadi 11,9 juta ton pada tahun 2020.
Oleh karena itu peningkatan kualitas produk karet sangat diperlukan terutama dalam
proses pembuatannya. Permasalahan utama yang sering terjadi pada penggunaan karet alam
adalah adanya kandungan nitrosamin yang dapat menyebabkan kanker dan adanya protein
alergen yang dapat menyebabkan alergi pada kulit manusia. Penggunaan karet alam sebagai
bahan baku di bidang kesehatan seperti sarung tangan medis, kateter, selang infus, kondom dan
sphygmomanometer tetap menjadi masalah apabila proses vulkanisasinya masih dengan cara
konvensional yaitu menggunakan belerang yang dapat menimbulkan bahaya karena adanya
kandungan nitrosamin dan protein alergen yang menyebabkan reaksi alergi bagi sebagian
pemakainya. Untuk memecahkan masalah tersebut maka dilakukan proses vulkanisasi dengan
sinar gamma 60Co yang telah dipelajari oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional sejak 1979. Proses
iradiasi menggunakan sinar gamma tidak saja mampu mengurangi protein alergen namun proses
vulkanisasi ini dapat dilakukan tanpa penambahan bahan pemercepat sehingga terhindar dari
proses pembentukan senyawa nitrosamin yang dapat menyebabkan kanker. Teknik iradiasi
dengan sinar gamma ini sebenarnya sudah cukup mapan namun pengoperasiaannya memerlukan
bangunan radiation shielding yang terbuat dari beton tebal sehingga tidak ekonomis dan sulit
diterapkan langsung di daerah lokasi perkebunan karet. Di masa yang akan datang, teknik
iradiasi menggunakan berkas elektron cukup menjanjikan sebagai alternatif teknik iradiasi
menggunakan sinar gamma. Seperti halnya sinar gamma, teknik iradiasi menggunakan berkas
elektron pada karet alam terbukti dapat menghasilkan lateks yang bebas nitrosamin dan protein
alergen.
Karet Alam
Lateks karet alam adalah getah pohon karet yang diperoleh dari pohon karet (Hevea
brasiliensis), berwarna putih dan berbau segar. Umumnya lateks karet alam hasil penyadapan
mempunyai kadar karet kering (KKK) antara 20- 35%, serta bersifat kurang mantap sehingga
harus segera diolah secepat mungkin. Cara penyadapan dan penanganan karet alam sangat
berpengaruh kepada sifat bekuan sekaligus tingkat kebersihannya. Getah lateks karet alam dari
Hevea brasiliensis dalam satu kali penyadapan dapat diperoleh sekitar 200-400 ml, yang
mengandung berbagai komponen non karet, baik organik maupun inorganik pada penambahan
karet. Umumnya, komposisi dari lateks karet alam meliputi karet (30-40 %), resin (1-2,0 %),
protein (2-2,5 %), gula (1- 1,5 %), abu/ash (0,7-0,9 %), dan air (55-60 %). Komponen utama dari
karet alam adalah polimer polyisoprene yang dirumuskan dengan CH2- C=CH(CH3)-CH2
seperti terlihat pada Gambar 1.

From : @Arga Gta, @Purnomo, @M.Andri-M

Gambar 1. Rumus polimer polyisoprene


Molekul-molekul karet pada siang hari terbentuk di bagian daun tumbuhan karet dan bila
menjelang sore, getah dikirim ke bagian kulit pohon dalam bentuk polimer. Proses pengambilan
getah karet dilakukan pada pukul 5 sampai pukul 8 pagi karena getah karet terakumulasi pada
pagi hari. Getah yang diperoleh dari pohon Hevea Brasiliensis adalah sekitar 200-400 ml. Pohon
karet (Hevea Brasiliensis) yang sedang disadap dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Proses penyadapan karet


Karet alam (polyisoprene) termasuk ke dalam elastomer yaitu bahan yang dapat
direnggangkan dan dapat kembali seperti bentuk semula. Karet alam memiliki berbagai
keunggulan dibanding karet sintetik, terutama dalam hal elastisitas, daya redam getaran, sifat
lekuk lentur (flex-cracking) dan umur kelelahan (fatigue). Data-data sifat fisis lateks karet alam
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Sifat-sifat lateks karet alam
No Konstanta
Keterangan
Berat molekul
68.12 g/mol
1
Titik leleh
-145.95 C
2
Titik didih
34.067 C
3
Viskositas
48,6 . 10-2 N.s/m2
4
Rapat jenis
913 kg/m3
5
Konduktivitas termal 0,134 W/m K
6
Difusivitas termal
7 . 10-8 m/detik2
7
Kapasitas panas
1905 J/kg K
8

Proses vulkanisasi lateks karet alam iradiasi terdiri dari beberapa proses, yaitu :

From : @Arga Gta, @Purnomo, @M.Andri-M

1. Pemilihan lateks karet alam


Pemilihan lateks karet alam adalah salah satu tahap terpenting untuk mendapatkan produk
kualitas tinggi dari RVNRL. Persyaratan utama dari lateks karet alam adalah tidak menyebabkan
bahaya pada kesehatan.
2. Perlakuan awal
Lateks kebun cenderung cepat menggumpal dan bereaksi dengan bakteri sehingga menimbulkan
bau. Untuk itu, perlakuan awal terhadap lateks karet alam hasil penyadapan dari pohon karet
(Havea Brasiliensis) sebelum dilakukan iradiasi adalah dengan penambahan bahan anti koagulan
amonia sebanyak 15 % sehingga tidak terjadi penggumpalan awal.
3. Stabilisasi dengan Kalium Hidroksida (KOH)
Kalium Hidroksida (KOH) merupakan bahan pemantap agar tidak terjadi penggumpalan
awal (prakoagulasi) pada lateks kebun pada saat ditambah emulsi normal Butyl Akrilat (nBA).
KOH diasumsikan memodifikasi permukaan dari partikel karet alam dengan cara reaksi antara
KOH dengan absorben bukan karet. Kandungan KOH yang wajib ditambahkan untuk
menstabilkan lateks tergantung pada jenis lateks. Dalam praktek, KOH sebanyak 0,2 psk dirasa
cukup untuk penambahan 5 psk nBA.
4. Penambahan normal butyl akrilat (nBA)
Normal butyl akrilat (nBA) yang dirumuskan dengan CH2=CH-COOC4H8 merupakan
bahan pemeka pada proses vulkanisasi lateks karet alam iradiasi yaitu bahan yang dapat
menurunkan dosis radiasi vulkanisasi karena memiliki radikal bebas lebih banyak daripada karet
alam.
5. Iradiasi
Iradiasi bahan dilakukan menggunakan berkas elektron. Teknik radiasinya dapat
dilakukan dengan sistem batch atau kontinyu. Pada sistem batch, bahan yang diiradiasi dalam
kondisi diam atau dalam suatu wadah yang diam. Dosis serap yang diterima bahan bisa diatur
dengan mengatur lamanya iradiasi. Sedangkan pada sistem kontinyu/sinambung, bahan dibawa
menggunakan konveyor atau bahan langsung bergerak atau dialirkan ke bagian iradiasi.
6. Perlakuan akhir
Perlakuan akhir meliputi evaluasi sifat lateks dan film karet sehingga diketahui kualitas
lateks iradiasi. Uji kualitas yang dilakukan antara lain : kadar jumlah padatan, kadar karet kering,
kadar KOH, kekentalan, kestabilan mekanik, pH serta sifat film karet (modulus, tegangan putus,
perpanjangan putus, kekerasan).
Karet alam yang divulkanisasi dengan metode konvensional dapat mengandung
nitrosamin dan protein alergen yang berbahaya bagi kesehatan. protein alergen berbahaya karena
dapat menyebabkan alergi, terutama untuk alat-alat terbuat dari karet yang sering digunakan
pada tubuh manusia dan alat-alat kesehatan.
2. Sejarah (Asal Mula Komoditi Tersebut Dibuat)

From : @Arga Gta, @Purnomo, @M.Andri-M

Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal
dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Awal mulanya karet hanya hidup di
Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran
karet di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry Wickham. saat ini, negara-negara Asia
menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia,
dan Malaysia.
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses
vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak,
maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk
keperluan dalam rumah, kesehatan atau medis ataupun pemakaian di luar rumah seperti sol
sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet.
Karet dan produk yang terbuat dari karet mengandung jumlah protein tinggi. Orang
dengan Alergi lateks mengalami reaksi Alergi disebabkan oleh protein dalam produk-produk
karet. Lateks gejala alergi bisa ringan atau berat dan akan menyebabkan banyak masalah bagi
orang-orang dengan alergi ini, karena saat ini banyak produk yang mengandung Karet.
Produk yang dibuat dengan karet elastis lembut seperti yang digunakan dalam sarung
tangan karet lateks menyebabkan masalah yang paling. Karet lunak menyebabkan reaksi alergi
lebih dari Karet keras yang digunakan misalnya di ban mobil. Karet lunak seperti sarung tangan
dan balon yang dilapisi dengan lapisan tipis tepung jagung untuk membuat mereka lebih mudah
digunakan. Partikel karet menempel pati ini dan terbang melalui udara ketika pembungkus yang
berisi produk karet dibuka. Di tempat-tempat di mana sarung tangan karet diletakkan pada sering
seperti rumah sakit, udara kadan mengandung partikel debu karet kecil.
Lateks banyak digunakan dalam kehidupan masyarakat modern dan khususnya dalam
perawatan kesehatan. William Halstead pertama kali digunakan sarung tangan karet bedah pada
tahun 1890. Lateks telah digunakan dalam berbagai perangkat medis selama beberapa dekade.
Pada akhir 1980-an, bagaimanapun, penggunaannya meroket sebagai sarung tangan karet yang
banyak direkomendasikan untuk mencegah penularan patogen melalui darah, termasuk human
immunodeficiency virus (HIV). Miliaran pasang sarung tangan medis yang diimpor ke Amerika
Serikat pada setiap tahun, sering sebagai bubuk, sarung tangan pemeriksaan steril.
Pada 1980-an dan 1990-an, permintaan tinggi untuk lateks untuk memproduksi sarung
tangan dan benda lainnya mengakibatkan ratusan baru, kurang diatur pabrik lateks di negaranegara tropis. Insiden reaksi alergi ringan dan serius terhadap lateks mulai meningkat dengan
cepat di antara pasien dan petugas kesehatan (petugas kesehatan). Sensitisasi Lateks dapat
terjadi setelah kulit atau kontak mukosa, setelah kontak peritoneal selama operasi, dan mungkin
setelah menghirup partikel aerosol dengan lateks pada permukaannya.
Sebagai produk lateks yang banyak digunakan di mana-mana dan seseorang dapat
mengembangkan Alergi terhadap lateks pada setiap titik dalam kehidupan mereka, siapa pun bisa
menderita alergi ini. Namun, Orang-orang di profesi medis lebih mungkin terjadi Alergi lateks
sarung tangan. Pekerja kesehatan yang sudah menderita demam lebih mungkin untuk
mengembangkan Alergi terhadap lateks, karena mereka lebih rentan terhadap Alergi pada

From : @Arga Gta, @Purnomo, @M.Andri-M

umumnya. Orang yang memiliki beberapa operasi yang dilakukan pada mereka menjalankan
sebuah resiko lebih tinggi mengalami Alergi ini dan orang-orang dengan spina bifida lebih
mungkin berakhir membutuhkan pengobatan Alergi lateks.
Alergi adalah respon imun sekunder yang disebabkan oleh adanya senyawa tertentu
(disebut alergen) yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Alergen umumnya berupa
protein terlarut atau glikoprotein yang berasal dari beberapa jenis sumber alergen a.l: protein
dari tepung sari, bisa serangga, spora jamur, cacing, tungau, vaksin dan obat serta makanan
(ikan, udang, putih telur, susu dll.). Reaksi alergi tidak terjadi pada semua individu tetapi hanya
terjadi pada individu tertentu yang secara genetis alergi terhadap suatu alergen. Reaksi alergi
oleh protein lateks dapat terjadi melalui kontak kulit atau mukosa dan berlangsung cepat yaitu
dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah penderita terpapar antigen yang ditandai
gejala pembengkakan atau kulit memerah, hidung dan mata berair, kram perut, sulit bernafas,
tekanan darah menurun dan pasien mengalami guncangan (anafilaksis) yang berpotensi
menimbulkan kematian.
Lateks alam sebagai bahan baku barang jadi lateks (BJL) memiliki keunggulan khusus
dibanding produk pesaingnya (lateks sintetis) yaitu harganya lebih murah (seperempatnya)
dan sifat teknisnya seperti kekuatan gel basah, kekuatan vulkanisat dan elastisitas lebih
baik. Namun, akhir-akhir ini penggunaan lateks alam sebagai bahan baku alat bantu kedokteran
(sarung tangan medis, kateter, selang infus, kondom, hemodialiser, masker dan
selang pernafasan, balon, drop pipet, pembalut elastis, karpet tidur dll.), menghadapi masalah
karena diketahui mengandung protein alergen yang menyebabkan reaksi alergi bagi
pemakainya. Hal ini dikhawatirkan dapat menurunkan konsumsi karet alam dunia serta menjadi
kendala bagi perkembangan industri barang jadi lateks nasional.
Food and Drug Administration (FDA) dalam waktu dekat akan memberlakukan labeling
rendah protein alergen (hypo alergenic protein) pada sebagian besar produk barang jadi
lateks. Dalam buku petunjuk yang dikeluarkan 30 Juli 1999 (Medical Glove Manual) di internet
website http:/www.fda.gov /cdrh/manual/glovmanl.pdf antara lain disebutkan bahwa batas
maksimum kadar protein pada sarung tangan medis adalah 1200 mg protein/sarung tangan atau
setara 150 mg protein/g karet. Kadar protein produk sarung tangan dalam negeri umumnya 1020 kali lebih tinggi (1500-3000 mg protein/g karet) dari ketentuan batas maksimum
tersebut. Sebagai produk dari tanaman karet (H. brasiliensis), lateks mengandung konstituen
sitoplasma sel tanaman baik berupa senyawa karet maupun senyawa nonkaret. Senyawa
nonkaret utama dalam lateks alam adalah protein. Walaupun kadar protein lateks
telah mengalami banyak penurunan yaitu setelah sentrifugasi selama prosesing lateks pekat
maupun selama prosesing barang jadi lateks, namun demikian residu protein yang tinggal 2%
tersebut masih berpotensi untuk menyebabkan reaksi alergi.

3. Proses Pembutan

From : @Arga Gta, @Purnomo, @M.Andri-M

Proses Pembuatan Sarung Tangan Karet


Sarung tangan karet dibuat dengan cara pembuatan dispersi pemvulkanisasi dari lateks
pekat dengan perlakuan komposisi jumlah bahan pengisi Titanium Oksida dan tanin.
Karakteristik sarung tangan karet harus sesuai dengan persyaratan mutu SNI 16 2623 1992,
meliputi tegangan putus 270,1 N/ mm2, perpanjangan putus 801 %, modulus 1,2 N/ mm2, dan
ketahanan sobek 680 N/ mm2 . Adapun yang menjadi bahan bahan dalam pengolahan lateks
pekat menjadi sarung tangan karet adalah lateks pekat dengan kadar karet kering 60% , dan
sebagai bahan anti koagulan adalah NH4OH, Belerang, Texapon 10%, KOH 10%, dan sebagai
zat akseerator adalah ZnO, ZDEC, dan bahan pengisi adalah Titan Oksida, Silikon, dan Tanin.
Tahap Tahap Pengolahan Lateks Pekat menjadi Sarung Tangan Karet
A. Pembuatan dispersi
1. Bahan bahan akselerator tersebut dimasukkan dalam sebuah drum yang didalamnya
dilengkapi peluru peluru, kemudian drum ditutup rapat dan diletakkan dalam wadah yang
berputar ( gilingan dispersi ) , Dan dibiarkan berputar selama 24 jam.
2. Hasil dispersi dicampurkan kedalam lateks pekat, diaduk sampai merata dan campuran
disimpan selama 3 5 hari untuk diperam ( maturing ). Pemeraman bertujuan agar campuran
lebih homogen dan terjadi pemvulkanisasian.
3. Untuk mengetahui tahap vulkanisasi periksa campuran dengan memipet 10 ml campuran dan
tambahkan Chlorofom sambil diaduk 5 menit, dan gumpalan diperiksa.
B. Persiapan Cetakan
1. Pencelupan dengan asam, untuk membersihkan cetakan ( acid washing dip )
2. Pembilasan cetakan ( Formers drying)
3. Pencelupan cetakan kedalam larutan koagulan ( Coagulan dip)
4. Pengeringan Cetakan ( Formers drying after coagulant dip)
C. Proses Pencetakan Sarung Tangan Karet
1. Pencelupan cetakan kedalam larutan koagulan ( coagulant dip ), proses pencelupan dilakukan
2 kali
2. Pengeringan, untuk mengeringkan lapisan karet agar ketebalan merata
3. Penggulungan ( beading ), ujung dari sarung tangan harus digulung agar sarung tangan karet
pada waktu dimasuki tidak robek.
4. Pencucian ( leaching )untuk membersihkan kotoran, maupun sisa sisa bahan kimia.
5. Pemberian powder agar sarung tangan tidak lengket
6. Vulkanisasi ( Curing ), yaitu pemasakan / vulkanisasi pada suhu 100 1200C selama 40
menit
7. Stripping, yaitu sarung tangan dilepas dari cetakan

From : @Arga Gta, @Purnomo, @M.Andri-M

8. Pembersihan powder, yaitu mengurangi tepung yang berlebihan


9. Sortasi, yaitu untuk melihat ada kebocoran ( pin holes ), testing dengan tekanan udara. Balai
Riset Industi dan Standarisasi Vol III. No 2.
4. Manfaat/ Kegunaan Komoditi Tersebut
a. Sarung Tangan

Sarung tangan adalah sejenis pakaian yang menutupi tangan, baik secara sebagian
ataupun secara keseluruhan. Fungsi sarung tangan ialah untuk melindungi sang pemakai dari
pengaruh lingkungan sekitarnya atau melindungi lingkungan sekitar dari tangan sang pemakai.
Ada beberapa jenis sarung tangan yaitu termis, mekanis, kimia dan pelindung infeksi. Selain itu
sarung tangan juga dipakai sebagai hiasan atau untuk alasan mode. Sarung tangan biasa
berjumlah sepasang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sarung_tangan, 2013).
b. Selang Stetoskop

Stetoskop berasal dari bahasa Yunani yaitu stethos artinya dada dan skopeein artinya
memeriksa. Stetoskop adalah sebuah alat medis akustik untuk memeriksa suara dalam tubuh.
Alat ini banyak digunakan untuk mendengar suara jantung dan pernapasan, meskipun dia juga
digunakan untuk mendengar intestine dan aliran darah dalam arteri dan vena
(www.Wikipedia.com., 2011).
c. Pipet

From : @Arga Gta, @Purnomo, @M.Andri-M

Filler (karet pengisap)


Berfungsi untuk menghisap larutan yang akan dari botol larutan. Untuk larutan selain air
sebaiknya digunakan karet pengisat yang telah disambungkan pada pipet ukur
(http://wanibesak.wordpress.com/2010/10/10/beberapa-alat-dalam-laboratorium/).
REFERENSI PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=sarung+tangan+karet&safe (2014).
http:// allergycliniconline.com/ 2012 /05 /20 / alergi-lateks- manifestasi - klinis - dan penanganan terkini/ (2014).
K. MAKUUCHI, An Introduction to Radiation Vulcanization of Natural Rubber Latex, T.R.I.
Global Co., Ltd, Bangkok, (2003).
SUPRAPTO, DJOKO S.P., Rancangan Bejana Iradiasi Lateks Karet Alam untuk Vulkanisasi
dengan Iradiasi Berkas Elektron, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi
Akselerator dan Aplikasinya, PTAPB BATAN, Yogyakarta, (2007).
UTAMA, MARGA, Teknologi Lateks Alam Radiasi : Solusi Problema Produksi Barang Karet,
Pusat Pengembangan Informatika Nuklir, BATAN, Jakarta, (2007).
TEGUH HARJONO KARYADI, Alergi Lateks pada Pekerja Kesehatan, Majalah Cermin Dunia
Kedokteran No. 142, PT. Kalbe Farma, Jakarta, (2004).
UTAMA, MARGA, Lateks Alam Polimerisasi dan Barang Jadi Karetnya, PT. Rel-ion
Sterilization Service, Bekasi, (2008)

From : @Arga Gta, @Purnomo, @M.Andri-M

You might also like