You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang
Istilah ADHD cenderung belum dikenal secara luas dan mungkin

merupakan istilah baru, tetapi anak yang memperlihatkan perilaku over aktif dan
tidak terkendali telah terjadi sejak lama. Pada 1845, Heinrich Hoffman, seorang
neurolog,untuk pertama kalinya menulis mengenai perilaku yang kemudian
dikenal dengan hiperaktif dalam buku 'cerita anak' karangannya.150 tahun
berikutnya, kejadian perilaku serupa diperlihatkan oleh seorang anak di Chicago,
namanya Dusty. Meskipun terpisah waktu selama 150 tahun, simtom atau ciri
yang mereka perlihatkan adalah serupa, yaitu simtom primer ADHD. Ada tiga
jenis simtom, yaitu anak tidak konsentrasi dengan ciri tidak fokus terhadap
ajakan; hiperaktif dengan ciri tidak pernah mau diam alias terus bergerak; dan
impulsif dengan ciri bertindak tanpa berpikir(1)
Diperkirakan kurang lebih 3% anak-anak uisa sekolah mengalami gangguan
Pemusatan Perahtian. Anak laki-laki yang menderita gangguan ini sebanyak 5-10
kali lebih banyak dibandingkan anak perempuanDi kalangan usia remaja, angka
kejadian ADHD menjadi menurun, baik pada perempuan maupun laki-laki, tetapi
jumlah anak laki-laki tetap lebih banyak daripada perempuan dengan rasio
perbandingan 3:1. Rasio ini bahkan lebih tinggi lagi dalam sampel klinis dimana
perbandingannya mencapai 6:1 atau bahkan lebih.

(2)

Sebagian besar anak hiperaktif mengalami kesulitan akademik dan tingkah


laku. Problem tingkah laku pada anak hiperaktif merupakan akibat daripada
hiperaktivitas dan impulsnya, sehingga seringkali menimbulkan kesulitan bagi
orang tuan, guru, dan kawan-kawannya dalam mendidik dan bergaul dengan
mereka. Tingaka laku yang karakteristik untuk anak hiperaktifitas adalah:
bertindak

sebelum

berpikir,

sulit

menangkap

pelajaran,

tidsk

mampu

menyelesaikan tugas dengan baik, emosi labil, sering melmun, suka mengatur
orang lain sedangkan dirinya sulit diatur, agresif, suka merusak dan sulit bergaul.
(2)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Definisi
ADHD merupkan kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,

(Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan


Disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan
pemusatan perhatian disertai hiperaktif.(1)
Sebelumnya, pernah ada istilah ADD, kependekan dari Attention Deficit
Disorder yang berarti gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambahkan
'hiper-activity/hiper-aktif penulisan istilahnya menjadi beragam. Ada yang ditulis
ADHD, AD-HD, ada pula yang menulis ADD/H. Tetapi, sebenarnya dari tiga
jenis penulisan istilah itu, maksudnya sama. (1)
Jika didefinisikan, secara umum ADHD menjelaskan kondisi anak-anak
yang memperlihatkan simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi,
hiperaktif,dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian
besar aktivitas hidup mereka.
2.2

Epidemiologi
Diperkirakan sekitar 2-20% anak usia sekolah di Amerika Serikat

mengalami ADHD dan rasio anak laki-laki: perempuan berkisar antara 3-5
berbanding 1. Sedangkan menurut penelitian Breton tahun 1999, ADHD lebih
banyak dialami oleh anak laki-laki daripada anak perempuan dengan estimasi 2-4
% untuk anak perempuan dan 6-9 % untuk anak laki-laki. Di kalangan usia
remaja, angka kejadian ADHD menjadi menurun, baik pada perempuan maupun
laki-laki, tetapi jumlah anak laki-laki tetap lebih banyak daripada perempuan
dengan rasio perbandingan 3:1. Rasio ini bahkan lebih tinggi lagi dalam sampel
klinis dimana perbandingannya mencapai 6:1 atau bahkan lebih. Studi berbasis
populasi diperkirakan tingkat prevalensi dewasa ADHD pada 1-7,3%. Gender dan
usia rata-rata, berinteraksi satu sama lain, secara signifikan terkait dengan
prevalensi ADHD. Metaregression analisis menunjukkan bahwa proporsi peserta
dengan ADHD berkurang seiring dengan usia ketika laki-laki dan perempuan
Kebanyakan

dari

mereka

yang

mengalami

gangguan

ini

(1, 4)

mulai

membutuhkan bantuan pada usia 6-9 tahun, walaupun banyak orangtua yang

mengatakan bahwa masalah pada anaknya sebenarnya telah muncul sejak masa
anak-anak ini duduk di Taman Kanak-kanak. Namun demikian anak ADHD
selalu memiliki tiga komponen ciri utama yang sama yaitu inattention,
impulsivitas, dan hyperaktif.(1)
2.3

Etiologi dan Faktor Risiko


Penyebab gangguan ADHD tidak diketahui secara pasti. Sebagian besar

anak dengan ADHD tidak menunjukan tanda tanda cedera structural yang besar
pada sistem saraf pusat. Walaupun tidak adanya dasar neurofisiologis atau
neurokimiawi spesifik untuk gangguan, ganguan dapat diperkirakan berhubungan
dengan berbagai gangguan lain yang mempengaruhi fungsi otak. Faktor
penyumbang yang dianjurkan untuk ADHD adalah pemaparan toksin prenatal,
prematuritas, dsn kerusakan mekanis prenatal pada sisitem saraf janin. Bukti awal
menunjukkan bahwa stimulan jangka panjang penggunaan obat mungkin
berhubungan dengan lebih normal aktivasi di berekor tepat selama domain
perhatian (5, 6)
a) Faktor Genetik
Bukti-bukti dasar genetik untuk gangguan deficit-atensi/hiperaktivitas
adalah lebih besar angka kesesuaian dalam kembar monozigot dibandingkan
dengan kembar dizigotik. Juga, sanak saudara anak-anak hiperaktivitas memiliki
resiko dua kali menderita dibandingkan populasi pada umumnya. Attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD) adalah tidak hanya sangat menonjol, menetap dan
merusak tetapi juga salah satu yang paling diwariskan dari semua gangguan
kejiwaan. Hasil studi genetik terbaru ditinjau dengan gambar yang muncul dan
tren masa depan. ADHD tampaknya menjadi gangguan yang kompleks di mana
beberapa genetic dan risiko lingkungan berkontribusi terhadap sifat kuantitatif

(5,

7)

b) Cedera Otak
Telah lama diperkirakan bahwa anak yng terkena ADHD mendapatkan
cedera otak yang minimal dan samar-samar pada sistem saraf pusat selama
periode janin dan perinatalnya atau cedera otak mungkin disebabkan oleh efek
sirkulasi, toksik, metabolic, mekanik, dan efek lain ynag merugikan dan oleh
stress dan kerusakan fisik pada otak selama bayi yng disebabkan oleh infeksi,

peradangan dan trauma. Pasien dengan ADHD memiliki konsisten fungsional


kelainan pada 2 berbeda domain-dipisahkan kanan hemispherik jaringan ganglia
fronto-basal,

termasuk

inferiorfrontalcortex,

supplementarymotorarea,

dan

anterior korteks cingulate untuk penghambatan dan prefrontal dorsolateral


korteks, parietal, dan daerah serebelum perhatian.. (5, 6)
c) Faktor Neurokimiawi
Banyak neurotransmitter yang telah dihubungkan dengan gejala ADHD.
Sebagaian, temuan adalah berasal dari pemakaian banyak medikasi yang
menimbulkan efek positif pada gangguan. Obat yang paling banyak diteliti dalm
terapi ADHD, stimulant, mempengaruhi dopamine maupun norepineprin, yang
menghasilkan hipotesis neurotansmiter yang menyatakan bahwa kemungkinan
disfungsi pada system adrenergic dan dopaminergik.Pada Positron Emission
Tomography menunjukan daerah hypoperfusi di daerah lobus frontalis dan basal
ganglia dan hypoperfusi daerah striatal otak serta dengan hiperperfusi area
sensoris dan somatosensoris (5, 8)
d) Faktor Neurologis
Otak manusia normalnya menjalani kecepatan pertumbuhan utama pada
beberapa usia : usia 3 sampai 10 bulan, 2 sampai 4 tahun, 6-8 tahun, 10-12 tahun
dan 14-16 tahun.beberapa anak mengalami maturasi pertumbuhan secara
berurutan dan menunjukan gejala ADHD yang tampaknya sementara.(5)
e) Faktor Psikososial
Kejadian fisik yang menimbulakan stress, suatu gangguan dalam
keseimbangan keluarga, dan factor yang menyebabkan kecemasan berperan dalam
awal terbentuknya ADHD. Factor presdiposisi mungkin termasuk temperamen
anak, factor genetic familial, dan tuntutan social untuk mamatuhi cara
berkelakuan dan bertindak yang rutin.
2.4

(5)

Gejala Klinis dan Penegakan Diagnosis


Gejala

ADHD

lebih

jelas

terlihat

pada

aktivitas-aktivitas

yang

membutuhkan usaha mental yang terfokus. Agar dapat didiagnosa dengan ADHD,
tanda dan gejalanya harus muncul sebelum usia 7 tahun dan kadang sampai usia 2
-3 tahun. Gejala ADHD terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurang perhatian,

hiperaktivitas dan perilaku impulsif. Gejala akan meringan seiiring pertumbuhan


anak, tetapi tidak akan menghilang semuanya.(1)
Adapun tanda dan gejala inatensi, yaitu :
1)

Seringkala gagal memperhatikan perincian atau membuat kecerobohan


dalam mengerjakan tugas dari sekolah ataupun aktivitas lainnya, serta
berganti-ganti kegiatan dengan cepat.

2)

Sering mengalami kesulitan untuk menjaga tingkat atensi yang sama selama
mengerjakan tugas atau bermain atau kesulitan berkonsentrasi pada satu
kegiatan saya.

3)

Terlihat seperti tidak mendengar walaupun diajak berbicara langsung

4)

Mengalami kesulitan untuk mengikuti perintah dan sering gagal


menyelesaikan tugas dari sekolah, pekerjaan rumah ataupun tugas-tugas
lainnya

5)

Menghindari atau tidak menyukai atau mengalami kesulitan tugas-tugas


yang membutuhkan usaha mental yang lama, seperti tugas dari sekolah atau
pekerjaan rumah

6)

Seringkali kehilangan barang yang diperlukan seperti buku, pensil, mainan


atau peralatan

7)

Mudah bosan pada suatu tugas atau kegiatan kecuali melakukan sesuatu
yang disukai

8)

Kesulitan untuk mengikuti instruksi

9)

Seperti tidak mendengar ketika diajak berbicara

10)

Pelupa

Tanda dan gejala perilaku yang hiperaktivitas


1)

Gelisah, tidak bisa diam ditempat duduk, selalu bergerak ditempat duduk

2)

Berbicara tidak bisa berhenti

3)

Seringkali berdiri dan meninggalkan bangkunya dikelas atau situasi lainnya


dimana seharusnya tetap duduk

4)

Sulit untuk bermain dengan tenang

5)

Selalu siap bergerak

Tanda dan gejala impulsivitas


1)

Berbicara berlebihan

2)

Menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai dikatakan

3)

Seringkali sulit menunggu gilirannya

4)

Seringkali menyela atau mengganggu pembicaraan orang lain

Jika ditemukan perilaku-perilaku diatas dapat digolongkan dengan ADHD.


1)

Berlangsung lebih dari enam bulan

2)

Muncul sebelum berusia 7 tahun

3)

Terjadi pada lebih dari satu setting (sekolah dan rumah)

4)

Menganggu aktivitas sekolah, bermain dan aktivitas sehari-hari lainnya


secara regular

5)

Menyebabkan masalah dalam hubungannya dengan orang dewasa dan anakanak lainnya

6)

Pada bayi, adapun perilaku yang dapat digolongkan dengan ADHD, yaitu:

7)

Sensitif terhadap bunyi, cahaya, suhu dan perubahan lingkungan

8)

Aktif biasanya saat di buaian dan tidur sangat sedikit

9)

Sering menangis

10)

Bahkan perilaku bias sebaliknya, tenang dan lemas, tidur berlebihan dan
berkembangannya sangat lambat pada bulan pertama. (1) (9)
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan ini dapat ditegakkan dengan memenuhi

kriteria umum mengenai gangguan hiperkinetik (F90).


F90. Gangguan Hiperkinetik
Pedoman diagnostik

Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan.


Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata
ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di rumah, di kelas, di klinik)

Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas


dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak-anak ini
sering kali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya kehilangan
minatnya terhadap tugas yang satu karena perhatiannya tertarik pada hal
lain. Berkurangnya ketekunan dan perhatian ini seharunya hanya

didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan usia atau IQ yang
sama.

Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan, khususnya


dalam situasi yang menuntut keadaan relatif tenang. Hal ini tergantung
pada situasinya, mencakup anak itu berlari-lari atau melompat-lompat
sekeliling ruangan, ataupun bangun dari duduk/kursi dalam situasi yang
menghendaki anak itu tetap duduk, terlalu banyak bicara dan ribut, atau
kegugupan/kegelisahan dan berputar-putar atau berbelit-belit. Tolok ukur
untuk penilaiannya ialah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan dalam
konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dalam konteks apa yang
diharapkan pada suatu situasi dan dibandingkan dengan anak-anak-anak
yang sama umur dan nilai IQ-nya. Ciri khas perilaku ini paling nyata di
dalam suatu situasi yang berstruktur dan diatur yang menuntun suatu
tingkat sikap pengendalian diri yang tinggi.

Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu


diagnosis, namun demikian ia ia dapat mendukung. Kecerobohan dalam
hubungan-hubungan sosial, kesembronoan dalam situasi yang berbahaya
dan sikap yang secara impulsif melanggar tata tertib sosial (yang
diperlihatkan dengan mencampuri urusan atau mengganggu kegiatan
orang lain, terlampau cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum
lengkap diucapkan orang, atau tidak sabar menunggu gilirannya),
kesemuanya merupakan ciri khas dari anak-anak dengan gangguan ini.

Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan


haruslah di catat secara terpisah bila ada; namun demikian tidak boleh
dijadikan bagian dari diagnosis aktual mengenai gangguan hiperkinetik
yang sesungguhnya.

Gejala-gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria


eksklusi ataupun kriteria iklusi untuk diagnosis utamanya,tetapi ada
tidaknya gejala-gejala itu dijadikan dasar untuk subdivisi utama dari
gangguan tersebut.(10)

Tabel 2.1 Kriteria DSM-V untuk Atenttion Deficit Hyperactivity


Disorder (ADHD) (11)
A. Salah satu (1) atau (2)
1. Gangguan pemusatan perhatian (inatensi) : enam atau lebih gejala in atensi
berikut telah menetap sekurang kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat yang
maladaptive dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan
a. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan tidak
teliti dalam mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya
b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas
atau aktivitas bermain
c. Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara secara langsung
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal penyelesaian tugas sekolah,
pekerjaan atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku menentang
atau tidak dapat mengikuti instruksi)
e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas
f. Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugasyang
memiliki usaha mental yang lama
g. Sering menghilangkan atau ketinggalan hal hal yang perlu untuk tugas dan
aktivitas
h. Sering mudah teralihkan perhatiannya oleh stimulasi dari luar
i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari
2. Hiperaktivitas impulsivita senam (atau lebih) gejala hiperaktivitas impulsivitas
berikut telah menetap selama sekurang-kurangnya enam bulan sampai tingkat
yang maladaptive dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan
Hiperaktivitas
a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering mengeliat-ngeliatkan tubuh di
tempat duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau didalam situasi

yang

diharapkan anak untuk tetap tenang


c. Sering berlari lariatau memanjat secara berlebihandalam situasi yang tidak tepat
d. Sering mengalami kesulitan bermain dan terlibat dalam aktivitas waktu luang
secara tenang

e. Sering siap-siap pergi atau seakan akan didorong oleh sebuah gerakan
f. Sering berbicara berlebihan impulsivitas
g. Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum pertanyaan
selesai
h. Sering sulit menunggu gilirannya
i. Sering menyela atau menggangu orang lain
B. Beberapa gejala hiperaktivitas-impusif yang menyebabkan gangguan telah ada
sebelum usia 12 tahun
C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam dua atau lebih situasi
D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis
dalam fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan

E. Gejala tidak semata-mata sekama gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia


atau gangguan psikotik lain dan bukan merupakan gangguan mental lain

2.5

Penatalaksanaan
Terapi standar anak dengan ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi) dan

konseling (non farmakologi). Farmakoterapi untuk AD / HD mungkin


diindikasikan ketika akademik, perilaku, atau fungsi sosial adalah terganggu
secara signifikan Terapi lainnya adalah untuk meringankan efeksi gejala ADHD.
Mengobati ADHD merupakan gabungan dari kerjasama antara pemberi pelayanan
kesahatan, orang tua atau pengasuh dengan anak itu sendiri. (3)
1)

Terapi farmakologis
Terdapat tiga obat untuk terapi ADHD yang biasa digunakan di Amerika

Serikat yaitu methylphenidate hydrochloride, dexamphetamine sulfat dan


atomoxetine. Obat obatan di gunakan biasanya untuk anak usia 6 tahun atau
lebih sedangkan utuk dexamphetamine untuk usia 3 tahun atau lebih. Medikasi
tidak direkomendasikan pada anak untuk usia pre sekolah. Terapi farmakologis
untuk ADHD dibagi dua obat pskiostimulan dan non psikostimulan.
a)

Obat Psikostimulan

Obat psikostimulan merupakan obat yang sering digunakan untuk


mengobati ADHD. Obat ini bekerja dengan meningkatkan dan menyeimbangkan
keadaan neurotransmitter otak, sehingga dapat memperbaiki gejala-gejala inti.
Obat ini hanya bekerja dengan waktu terbatas, dapat bekerja dalam jangka waktu
panjang dan waktu pendek. Penggunaan obat psikostimulan jangka panjang dapat
berfungsi 6-12 jam sedangkan jangka pendek kurang lebih 4 jam. Selain itu untuk
dosis sangat diberikan berbeda pada tiap anak, sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk mendapatkan dosis yang optimal. Adapun contoh obat
psikostimulan

ini

adalah

Amfetamin-dekstroamfetamin,

Deksmetilfenidat,

Dekstroamfetamin, Lisdeksamfetamin dan Metilfenidat. Obat obatan yang


terdapat di Indonesia adalah Metilfenidat dan Dekstroamfetamin.(3, 12)
b)

Obat Non Psikostimulan


Obat ini diberikan pada anak- anak yang tidak memiliki respon pada obat

psikostimulan atau memiliki efek samping pada penggunaan obat psikostimulan.


Salah satu contoh golongan obat non psikostimulan ada Atomoksetine dengan
cara kerja sebagai stimulant tetapi kemungkinan penyalahgunaannya rendah,
sayangnya obat ini tidak terdapat di Indonesia.(3)

c)

Antidepressan trisiklik
Penggunaan obat ini diberikan pada gejala behavioral ADHD dan gangguan

hiperkinetik, Pada penggunaan terapi ini tidak boleh diberikan sebagai obat rutin
untuk terapi ADHD karena obat ini memiliki efek samping seperti anoreksia,
letargi, insomnia. Adapun obat obat yang termasuk golongan ini yaitu
imipramine, desipramine, amitriptiline, noretriptiline dan clomipramine.(3)
Untuk menemukan kriteria diagnosisnya, penting untuk mengetahui gejala
dibwah ini :
2)

Terapi non farmakologis

a)

Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial berdasarkan klinis

b)

Intervensi psikososial keluarga

10

Salah satu cara dengan menggunakan terapi keluarga yang dapat membantu
orang tua agar dapat mengembangkan cara untuk mengarahkan dan
memahani perilaku anaknya
c)

Intervensi individual

Intervensi psikososial berdasarkan sekolah

Intervensi Diet(9)

Suplementasi asam lemak omega-3 dan omega-6)

Suplementasi besi, seng, magnesium

Antioksidan

Intervensi Sosial dan Komunitas (3)

2.6

Prognosis
Diantara anak-anak dengan ADHD, 15%-20% mempunyai gangguan

perassan, 20-25% dengan gangguan anxietas dan 6-20% ketidakmampuan dalam


belajar. Hasil sangat ditentukan oleh ada atau tidak adanya gangguan bersamaan,
seperti gangguan perilaku. Kegelisahan dan mengurangi rentang perhatian yang
rata-rata membaik dengan pembangunan, tetapi harga diri yang buruk sekunder
untuk kegagalan berulang-ulang dan hubungan keluarga terganggu, terutama jika
ada dikaitkan gangguan perilaku, tetap memberikan dampak negatif potensial
pada pengembangan kepribadian. ini menekankan kebutuhan semua masalah ini
dalam manajemen, bukan sekadar gejala hiperkinetik. beberapa individu
melanjutkan simtomatologi menjadi dewasa. tingkat cacat atau gangguan terkait
kurang karena kemungkinan untuk menemukan yang cocok, dan kemungkinan
besar atau pelatihan individu atau kelompok kecil. Attention-deficit hyperactivity
disorder merupakan faktor risiko serius bagi komorbiditas gangguan kejiwaan
(gangguan kepribadian antisosial, substansi penyalahgunaan dan gangguan
afektif) (8) (4) (13)
Perjalanan ADHD itu bervariasi, ada yang mengalami remisi dan menetap.
1)

Persisten atau menetap. Pada 40-50% kasus, gejala akan persisten hingga
masa remaja atau dewasa. Gejala akan lebih cenderung menetap jika
terdapat riwayat keluarga, peristiwa negatif dalam hidupnya, komobiditas

11

dengan gejala-gejala perilaku, depresi dan gangguan cemas. Dalam


beberapa kasus, hiperaktivitasnya akan menghilang, tetapi tetap mengalami
inatensi dan kesulitan mengontrol impuls (tidak hiperaktif, tetapi impulsif
dan ceroboh). Anak ini rentan dengan penyalahgunaan alkohol dan narkoba,
kegagalan disekolah, sulit mempertahankan pekerjaan, serta pelanggaran
hukum.
2)

Remisi. Pada 50% kasus, gejalanya akan meringan atau menghilang pada
masa remaja atau dewasa muda. Biasanya remisi terjadi antara usia 12
hingga 20 tahun. Gejala yang pertama kali memudar adalah hiperaktivitas
dan yang paling terakhir adalah distractibility.

a.

Remisi total. Anak yang mengalami remisi total akan memiliki masa remaja
dan dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang memuaskan, dan
memiliki gejala sisa yang sedikit.

b.

Remisi parsial. Pada masa dewasanya, anak dengan remisi parsial mudah
menjadi antisosial, mengalami gangguan mood, sulit mempertahankan
pekerjaan, mengalami kegagalan disekolah, melanggar hukum, dan
menyalahgunakan alkohol dan narkoba.
Prognosa anak dengan ADHD tergantung dari derajat persistensi

psikopatologi komorbidnya, terutama gangguan perilaku, disabilitas sosial, serta


faktor-faktor keluarga. Prognosa yang optimal dapat didukung dengan cara
memperbaiki fungsi sosial anak, mengurangi agresivitas anak, dan memperbaiki
keadaan keluarganya secepat mungkin(5)

12

BAB III
PENUTUP

1.1

Kesimpulan
Adapun kesimpulan referat ini adalah

1)

Gejala inti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) meliputi


tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan serta
kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu.

2)

Penyebab ADHD dipahami sebagai disregulasi neurotransmiter tertentu


didalam otak yang membuat seseorang lebih sulit untuk memiliki atau
mengatur

stimulus-stimulus

internal

dan

eksternal.

Beberapa

neuorotransmiter, termasuk dopamine dan norepinephrine, mempengaruhi


produksi, pemakaian, pengaturan neurotransmiter lain juga beberapa
struktur otak.
3)

Gejala ADHD terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurang perhatian,


hiperaktivitas dan perilaku impulsif.

4)

Terapi standar anak dengan ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi) dan
konseling (non farmakologi).

1.2

Saran

1)

Perlunya pemahaman orang tua dan guru terhadap anak dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

2)

Pada petuga medis diharapakan memberikan terapi yang bersifat holistic


dan menyeluruh. Modifikasi perilaku merupakan pola penanganan yang
paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari
perasaan frustasi, marah, dan berkecil hati menjadi suatu perasaan yang
penuh percaya diri.

13

DAFTAR PUSTAKA

1.
Sugiarmin M. BAHAN AJAR ANAK DENGAN ADHD. Medan: USU;
2007.
2.
Saputro D. Terapi dan Manajemen Anak Hiperaktif. JIWA 1987 4
desember 1987:1.
3.
Karen J. Miller MaFXC, MD. Attention Deficit/Hyperactivity Disorders.
American Academy of Pediatrics. 1998.
4.
Vikto ria Simon PlC, Sa ra Ba lint, A gnes Me sza ros and Istva n
Bitter. Prevalence and correlates of adult attention-deficit hyperactivity disorder:
meta-analysis. The British Journal Of Psychiatri. 2009.
5.
Harold Kaplan MD. Sinopsis Psikiatri. Wiguna DIM, editor. Jakarta:
Binarupa Aksara; 1997.
6.
Heledd Hart PJR, MD; Tomohiro Nakao, MD, PhD; David Mataix-Cols,
PhD; Katya Rubia, PhD. Meta-analysis of Functional Magnetic Resonance
Imaging Studies of Inhibition and Attention in Attention-deficit/Hyperactivity
Disorder. Jama Psychiatry. 2013.
7.
Schachar R. Genetics of Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD):
Recent Updates and Future Prospects. Springer International Publishing AG 2013.
2014.
8.

Kay ATaJ. Psychiatry. Philadelphia: W.B Saunders Cmpany; 2000.

9.
Maslim R. Buku Saku Diagnostik Gangguan Jiwa Rujukan dari PPDGJ.
Jakarta: EGC PENERBIT BUKU KEDOKTERAN; 2002.
10.

Maslim R. PPDGJ III. Jakarta: Bagian Kedokteran Jiwa Atmajaya; 2003.

11.
Diagnosa And Statical Manual Of Mental Disorders. Washintong:
American Psychiatric Association; 1987.
12.

Maramis WF. Ilmu kedokteran jiwa. Malang: Airlangga University Press.

13.
BasantK.puri PJLaIHT. Textbook Of Psychiatry. London: Churchill
Livingstone; 2002.

14

15

You might also like