Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Istilah ADHD cenderung belum dikenal secara luas dan mungkin
merupakan istilah baru, tetapi anak yang memperlihatkan perilaku over aktif dan
tidak terkendali telah terjadi sejak lama. Pada 1845, Heinrich Hoffman, seorang
neurolog,untuk pertama kalinya menulis mengenai perilaku yang kemudian
dikenal dengan hiperaktif dalam buku 'cerita anak' karangannya.150 tahun
berikutnya, kejadian perilaku serupa diperlihatkan oleh seorang anak di Chicago,
namanya Dusty. Meskipun terpisah waktu selama 150 tahun, simtom atau ciri
yang mereka perlihatkan adalah serupa, yaitu simtom primer ADHD. Ada tiga
jenis simtom, yaitu anak tidak konsentrasi dengan ciri tidak fokus terhadap
ajakan; hiperaktif dengan ciri tidak pernah mau diam alias terus bergerak; dan
impulsif dengan ciri bertindak tanpa berpikir(1)
Diperkirakan kurang lebih 3% anak-anak uisa sekolah mengalami gangguan
Pemusatan Perahtian. Anak laki-laki yang menderita gangguan ini sebanyak 5-10
kali lebih banyak dibandingkan anak perempuanDi kalangan usia remaja, angka
kejadian ADHD menjadi menurun, baik pada perempuan maupun laki-laki, tetapi
jumlah anak laki-laki tetap lebih banyak daripada perempuan dengan rasio
perbandingan 3:1. Rasio ini bahkan lebih tinggi lagi dalam sampel klinis dimana
perbandingannya mencapai 6:1 atau bahkan lebih.
(2)
sebelum
berpikir,
sulit
menangkap
pelajaran,
tidsk
mampu
menyelesaikan tugas dengan baik, emosi labil, sering melmun, suka mengatur
orang lain sedangkan dirinya sulit diatur, agresif, suka merusak dan sulit bergaul.
(2)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
ADHD merupkan kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
Epidemiologi
Diperkirakan sekitar 2-20% anak usia sekolah di Amerika Serikat
mengalami ADHD dan rasio anak laki-laki: perempuan berkisar antara 3-5
berbanding 1. Sedangkan menurut penelitian Breton tahun 1999, ADHD lebih
banyak dialami oleh anak laki-laki daripada anak perempuan dengan estimasi 2-4
% untuk anak perempuan dan 6-9 % untuk anak laki-laki. Di kalangan usia
remaja, angka kejadian ADHD menjadi menurun, baik pada perempuan maupun
laki-laki, tetapi jumlah anak laki-laki tetap lebih banyak daripada perempuan
dengan rasio perbandingan 3:1. Rasio ini bahkan lebih tinggi lagi dalam sampel
klinis dimana perbandingannya mencapai 6:1 atau bahkan lebih. Studi berbasis
populasi diperkirakan tingkat prevalensi dewasa ADHD pada 1-7,3%. Gender dan
usia rata-rata, berinteraksi satu sama lain, secara signifikan terkait dengan
prevalensi ADHD. Metaregression analisis menunjukkan bahwa proporsi peserta
dengan ADHD berkurang seiring dengan usia ketika laki-laki dan perempuan
Kebanyakan
dari
mereka
yang
mengalami
gangguan
ini
(1, 4)
mulai
membutuhkan bantuan pada usia 6-9 tahun, walaupun banyak orangtua yang
mengatakan bahwa masalah pada anaknya sebenarnya telah muncul sejak masa
anak-anak ini duduk di Taman Kanak-kanak. Namun demikian anak ADHD
selalu memiliki tiga komponen ciri utama yang sama yaitu inattention,
impulsivitas, dan hyperaktif.(1)
2.3
anak dengan ADHD tidak menunjukan tanda tanda cedera structural yang besar
pada sistem saraf pusat. Walaupun tidak adanya dasar neurofisiologis atau
neurokimiawi spesifik untuk gangguan, ganguan dapat diperkirakan berhubungan
dengan berbagai gangguan lain yang mempengaruhi fungsi otak. Faktor
penyumbang yang dianjurkan untuk ADHD adalah pemaparan toksin prenatal,
prematuritas, dsn kerusakan mekanis prenatal pada sisitem saraf janin. Bukti awal
menunjukkan bahwa stimulan jangka panjang penggunaan obat mungkin
berhubungan dengan lebih normal aktivasi di berekor tepat selama domain
perhatian (5, 6)
a) Faktor Genetik
Bukti-bukti dasar genetik untuk gangguan deficit-atensi/hiperaktivitas
adalah lebih besar angka kesesuaian dalam kembar monozigot dibandingkan
dengan kembar dizigotik. Juga, sanak saudara anak-anak hiperaktivitas memiliki
resiko dua kali menderita dibandingkan populasi pada umumnya. Attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD) adalah tidak hanya sangat menonjol, menetap dan
merusak tetapi juga salah satu yang paling diwariskan dari semua gangguan
kejiwaan. Hasil studi genetik terbaru ditinjau dengan gambar yang muncul dan
tren masa depan. ADHD tampaknya menjadi gangguan yang kompleks di mana
beberapa genetic dan risiko lingkungan berkontribusi terhadap sifat kuantitatif
(5,
7)
b) Cedera Otak
Telah lama diperkirakan bahwa anak yng terkena ADHD mendapatkan
cedera otak yang minimal dan samar-samar pada sistem saraf pusat selama
periode janin dan perinatalnya atau cedera otak mungkin disebabkan oleh efek
sirkulasi, toksik, metabolic, mekanik, dan efek lain ynag merugikan dan oleh
stress dan kerusakan fisik pada otak selama bayi yng disebabkan oleh infeksi,
termasuk
inferiorfrontalcortex,
supplementarymotorarea,
dan
(5)
ADHD
lebih
jelas
terlihat
pada
aktivitas-aktivitas
yang
membutuhkan usaha mental yang terfokus. Agar dapat didiagnosa dengan ADHD,
tanda dan gejalanya harus muncul sebelum usia 7 tahun dan kadang sampai usia 2
-3 tahun. Gejala ADHD terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurang perhatian,
2)
Sering mengalami kesulitan untuk menjaga tingkat atensi yang sama selama
mengerjakan tugas atau bermain atau kesulitan berkonsentrasi pada satu
kegiatan saya.
3)
4)
5)
6)
7)
Mudah bosan pada suatu tugas atau kegiatan kecuali melakukan sesuatu
yang disukai
8)
9)
10)
Pelupa
Gelisah, tidak bisa diam ditempat duduk, selalu bergerak ditempat duduk
2)
3)
4)
5)
Berbicara berlebihan
2)
3)
4)
2)
3)
4)
5)
Menyebabkan masalah dalam hubungannya dengan orang dewasa dan anakanak lainnya
6)
Pada bayi, adapun perilaku yang dapat digolongkan dengan ADHD, yaitu:
7)
8)
9)
Sering menangis
10)
Bahkan perilaku bias sebaliknya, tenang dan lemas, tidur berlebihan dan
berkembangannya sangat lambat pada bulan pertama. (1) (9)
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan ini dapat ditegakkan dengan memenuhi
didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan usia atau IQ yang
sama.
yang
e. Sering siap-siap pergi atau seakan akan didorong oleh sebuah gerakan
f. Sering berbicara berlebihan impulsivitas
g. Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum pertanyaan
selesai
h. Sering sulit menunggu gilirannya
i. Sering menyela atau menggangu orang lain
B. Beberapa gejala hiperaktivitas-impusif yang menyebabkan gangguan telah ada
sebelum usia 12 tahun
C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam dua atau lebih situasi
D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis
dalam fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan
2.5
Penatalaksanaan
Terapi standar anak dengan ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi) dan
Terapi farmakologis
Terdapat tiga obat untuk terapi ADHD yang biasa digunakan di Amerika
Obat Psikostimulan
ini
adalah
Amfetamin-dekstroamfetamin,
Deksmetilfenidat,
c)
Antidepressan trisiklik
Penggunaan obat ini diberikan pada gejala behavioral ADHD dan gangguan
hiperkinetik, Pada penggunaan terapi ini tidak boleh diberikan sebagai obat rutin
untuk terapi ADHD karena obat ini memiliki efek samping seperti anoreksia,
letargi, insomnia. Adapun obat obat yang termasuk golongan ini yaitu
imipramine, desipramine, amitriptiline, noretriptiline dan clomipramine.(3)
Untuk menemukan kriteria diagnosisnya, penting untuk mengetahui gejala
dibwah ini :
2)
a)
Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial berdasarkan klinis
b)
10
Salah satu cara dengan menggunakan terapi keluarga yang dapat membantu
orang tua agar dapat mengembangkan cara untuk mengarahkan dan
memahani perilaku anaknya
c)
Intervensi individual
Intervensi Diet(9)
Antioksidan
2.6
Prognosis
Diantara anak-anak dengan ADHD, 15%-20% mempunyai gangguan
Persisten atau menetap. Pada 40-50% kasus, gejala akan persisten hingga
masa remaja atau dewasa. Gejala akan lebih cenderung menetap jika
terdapat riwayat keluarga, peristiwa negatif dalam hidupnya, komobiditas
11
Remisi. Pada 50% kasus, gejalanya akan meringan atau menghilang pada
masa remaja atau dewasa muda. Biasanya remisi terjadi antara usia 12
hingga 20 tahun. Gejala yang pertama kali memudar adalah hiperaktivitas
dan yang paling terakhir adalah distractibility.
a.
Remisi total. Anak yang mengalami remisi total akan memiliki masa remaja
dan dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang memuaskan, dan
memiliki gejala sisa yang sedikit.
b.
Remisi parsial. Pada masa dewasanya, anak dengan remisi parsial mudah
menjadi antisosial, mengalami gangguan mood, sulit mempertahankan
pekerjaan, mengalami kegagalan disekolah, melanggar hukum, dan
menyalahgunakan alkohol dan narkoba.
Prognosa anak dengan ADHD tergantung dari derajat persistensi
12
BAB III
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan referat ini adalah
1)
2)
stimulus-stimulus
internal
dan
eksternal.
Beberapa
4)
Terapi standar anak dengan ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi) dan
konseling (non farmakologi).
1.2
Saran
1)
Perlunya pemahaman orang tua dan guru terhadap anak dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
2)
13
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sugiarmin M. BAHAN AJAR ANAK DENGAN ADHD. Medan: USU;
2007.
2.
Saputro D. Terapi dan Manajemen Anak Hiperaktif. JIWA 1987 4
desember 1987:1.
3.
Karen J. Miller MaFXC, MD. Attention Deficit/Hyperactivity Disorders.
American Academy of Pediatrics. 1998.
4.
Vikto ria Simon PlC, Sa ra Ba lint, A gnes Me sza ros and Istva n
Bitter. Prevalence and correlates of adult attention-deficit hyperactivity disorder:
meta-analysis. The British Journal Of Psychiatri. 2009.
5.
Harold Kaplan MD. Sinopsis Psikiatri. Wiguna DIM, editor. Jakarta:
Binarupa Aksara; 1997.
6.
Heledd Hart PJR, MD; Tomohiro Nakao, MD, PhD; David Mataix-Cols,
PhD; Katya Rubia, PhD. Meta-analysis of Functional Magnetic Resonance
Imaging Studies of Inhibition and Attention in Attention-deficit/Hyperactivity
Disorder. Jama Psychiatry. 2013.
7.
Schachar R. Genetics of Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD):
Recent Updates and Future Prospects. Springer International Publishing AG 2013.
2014.
8.
9.
Maslim R. Buku Saku Diagnostik Gangguan Jiwa Rujukan dari PPDGJ.
Jakarta: EGC PENERBIT BUKU KEDOKTERAN; 2002.
10.
11.
Diagnosa And Statical Manual Of Mental Disorders. Washintong:
American Psychiatric Association; 1987.
12.
13.
BasantK.puri PJLaIHT. Textbook Of Psychiatry. London: Churchill
Livingstone; 2002.
14
15