You are on page 1of 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BERENCANA


(KB)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi
Departemen maternitas di Puskesmas Tumpang Malang

Oleh :
Ima Safitri Puji Utami
105070201111001

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

A. DEFINISI
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk
mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval kehamilan, menentukan
jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri. Selain itu, menurut Manuaba (2003), keluarga berencana
merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.
Program keluarga berencana ini memilik visi untuk mewujudkan Keluarga
Berkualitas Tahun 2015. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera,
sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Guna
mewujudkan visi tersebut ada enam prioritas misi utama yang akan dilaksanakan
yaitu :
a. Pemberdayaan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas
b. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan
ketahanan keluarga
c. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
d. Meningkatkan promosi, perlindungan danupaya mewujudkan hak-hak r
e. eproduksi
f. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan
dan keadilan gender melalui program keluarga berencana.
g. Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas sejak pembuahan dalam
kandungan sampai dengan lanjut usia. (Sarwono, 2005).
Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:
a. Mendapatkan obyek-obyek tertentu
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d. Mengatur interval diantara kelahiran
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, alat yang
digunakan untuk menunda kehamilan dan menjarangkan jarak kelahiran. Dalam
Imbarwati (2009) juga dijelaskan bahwa kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti
mencegah atau melawan. Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
(sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.

Jadi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat


pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
B. TUJUAN
Tujuan menggunakan kontrasepsi adalah untuk menjarangkan kelahiran,
mengendalikan jumlah anak, dan untuk kesehatan reproduksi wanita. Serta
mencapai keluarga yang sejahtera. Tujuan umum dari keluarga berencana adalah
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 2002).
Menurut Imbarwati (2009) kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan
untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat
kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha pembangunan yang lain
selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Menurut WHO (2003), tujuan KB untuk menunda atau mencegah kehamilan.
Menunda kehamilan bagi PUS (pasangan usia subur) dengan usia istri kurang dari
20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda atau mencegah
kehamilannya karena umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak
mempunyai anak dulu karena berbagai alasan. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil
oral karena peserta masih muda. Penggunaan kondom kurang menguntungkan
karena

pasangan muda

masih tinggi frekuensi

bersenggamanya

sehingga

mempunyai kegagalan tinggi. Penggunaan IUD (Intra Uterine Device) bagi yang
belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta
dengan kontraindikasi terhadap pil oral.
C. STRATEGI PELAKSANAAN KB
Terbagi dalam 2 strategi, yaitu:
1. Strategi dasar
Meneguhkan kembali program di daerah
Menjamin kesinambungan program
2. Strategi operasional
Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional
Peningkatan kualitas program dan program prioritas
Penggalangan dan pemantapan komitmen
Dukungan regulasi dan kebijakan
Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

Ciri-ciri kontrasepsi yang dianjurkan:


1. Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan dapat terjamin
hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak
2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program
3. Menjarangkan kehamilan. Periode usia istri antara 20-35 tahun merupakan usia
yang baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak dua orang dan jarak antara
kelahiran adalah 2-4 tahun.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:
1. Efektivitas cukup tinggi
2. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.
3. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang
direncanakan.
4. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik untuk
bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian anak.
D. JENIS-JENIS
I. KONTRASEPSI ALAMI
1. Abstinence
Abstinence merupakan salah satu jenis kontrasepsi alami dengan tidak
melakukuan coitus. Kontrasepsi jenis ini tidak efektif untuk mencegah kehamilan
karena memiliki angka kegagalan sebesar 85% pada orang yang tidak
menggunkanan kontrasepsi. Namun, abstinence dirasa merupakan cara yang
paling efektid untuk mencegah penyakit menular seksual.
2. Natural family planning
Kontrasepsi jenis ini merupakan kontrasepsi dimana tidak memperbolehkan
materi kimia atau benda asing memasuki tubuh. Jenis ini dikatakan efektif
berdasarkan tingkat kemampuan pasangan untuk menghindari coitus pada masa
subur. Angka kegagalan yang dilaporkan mencapai 25%.
3. Fertility awareness methods
Metode ini berdasarkan pada kemampuan pasangan untuk mengenali masa
subur dan penggunaan abstinence sexual intercourse pada masa subur.
Terdapat beberapa macam dari kontrasepsi jenis ini, yakni:
a. Metode kalender

Metode ini memiliki sistem penghitungan sendiri. Pada wanita dengan siklus
teratur, ovulasi terjadi pada 14 hari sebelum haid berikutnya. Pada siklus yang
tidak teratur, pada siklus yag terpendek dikurang 18 (sebagai hari pertama
masa subur). Dengan siklus terpanjang dikurangi 11 sebagai hari terakhir
masa subur.
b. Metode suhu basal tubuh
Diketahui menjelang ovulasi, suhu basal tubuh menurun 0,5 F. Saat ovulasi
suhu basal tubuh meningkat hingga masa menstruasi. Cara melakukan
pengecekan suhu basal tubuh adalah dengan mengukur suhu urine pagi
sebelum melakukan aktivitas. Jika suhu basal tubuh meningkat, maka
pasangan harus menghindari intercourse sampai tiga hari berikutnya. Akan
lebih efektif jika metode ini dikombinasukan dengan metode kalender. Namun
perlu dipahami bahwa suhu basal tubuh dapat meningkat karena adanya
penyakit dan perubahan pada jadwal aktifitas sehari-hari seperti mengikuti
program aerobik dan kerja shift malam.
c. Metode billings (mukus serviks)
Metode ini dengan mengetahui karakteristik mukus serviks. Saat sebelum
ovulasi, mukus terlihat kental, tidak meregang jika dipegang antara ibu jari
dan jari telunjuk. Mendekati ovulasi sekresi mukus meningkat. Pada saat
puncak ovulasi, produksi mukus meningkat, tipis, berair dan transparan.
Selain itu, lendir kan terasa licin, jika diregangkan dengan ibu jari dan jari
telunjuk akan meregang sekitar 1 inch kemudian putus. Saat puncak ovulasi,
pasangan harus menghindari intercourse hingga 3 hari setelah puncak
ovulasi.
d. Metode symptothermal
Metode ini merupakan kombinasi antara jenis mukus serviks dan suhu basal
tubuh. BBT atau basal body temperature diukur tiap hari sekaligus
menganalisa mukus serviks. Pasangan harus menghindari coitus 3 hari
setelah BBT meningkat atau hari ke-4 setelah perubahan karakteristik lendir
serviks.
e. Ovulation awareness
Jenis ini menggunakan ovulation detection kit yakni sebuah alat untuk
mendeteksi masa ovulasi dengan tingkat akurasi sebesar 98%-100%. Alat ini
bisa mendeteksi LH atau Luteining Hormone pada 12-24 jam sebelum
ovulasi. Alat ini mahal tetapi banyak diminati wanita karena lebih menarik.
f.

Lactation amenorrhea method

Menyusui akan menekan secara alami proses ovulasi. Akan tetapi jika bayi
mendapat PASI/ susu formula makan efek supresi ovulasi masih dipertanyakan. Dianjurkan menggunakan kontrasepsi metode lain setelah menyusui
selama 6 bulan.
g. Coitus interruptus
Metode ini merupakan metode tertua dan paling banyak diketahui orang.
Coitus tetap dilakukan sampai sebelum ejakulasi dan spermatozoa
dikeluarkan di luar vagina. Metode ini jenis ini dinilai kurang efektif dalam
mencegah konsepsi.
II.

KONTRASEPSI BUATAN

1. Kontrasepsi PIL
Tablet yang mengandung hormon estrogen dan progesterone sintetik disebut
pil kombinasi dan hanya mengandung progesterone sintetik saja disebut Mini Pil
atau Pil Progestrin.
1.1 Jenis Pil KB
a. Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan
progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon
yang mencegah kehamilan dan hampir 100% efektif bila diminum secara
teratur.
b. Pil berturutan
Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan selama 1415 hari pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 5-6 hari pil gabungan
antara estrogen dan progestin pada sisa siklusnya. Ketepatgunaan dari pil
berturutan ini hanya sedikit lebih rendah daripada pil gabungan, berkisar
antara 98-99%. Kelalaian minum 1-2 pil berturutan pada awal siklus akan
dapat

mengakibatkan

terjadinya

pelepasan

telur

sehingga terjadi

kehamilan. Karena pil berturutan dalam mencegah kehamilan hanya


bersandar pada estrogen maka dosis estrogen harus lebih besar dengan
kemungkinan resiko yang lebih besar pula berhubungan dengan efek
samping yang ditimbulkan oleh estrogen.
c. Pil khusus (progestin atau pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat
pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher
rahim (mengubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit

pengangkutan

sperma.

Selain

itu,

juga

mengubah

lingkungan

endometrium sehingga menghambat peletakan telur yang telah dibuahi.


1.2 Cara Kerja
a. Menekan ovulasi
Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka tidak akan terjadi
ovulasi (tidak ada sel telur). Tanpa ovulasi tidak akan terjadi kehamilan.
b. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
c. Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses
implantasi
d. Memperkental lender serviks (mencegah penetrasi sperma)
1.3 Efektivitas
Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan efektivitas praktisnya
sebesar 90-96%. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil secara
teratur.
1.4 Keuntungan
a. Mudah penggunaannya dan mudah didapat
b. Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid
c. Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektopik Terganggu) dan
Kista Ovarium
d. Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim
e. Pemulihan kesuburan hampir 100%
1.5 Baik untuk wanita yang:
Masih ingin punya anak
Punya jadwal harian yang rutin
1.6 Kontraindikasi
a. Menyusui (khusus pil kombinasi)
b. Pernah sakit jantung
c. Tumor/keganasan (kanker payudara, kanker kandungan)
d. Kelainan jantung, varices, dan tekanan darah tinggi
e. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya
f. Penyakit gondok (struma)
g. Gangguan fungsi hati (hepatitis) dan ginjal
h. Diabetes, epilepsy, dan depresi mental
i. Penderita sesak nafas, eksim, migraine
j. Tidak dianjurkan bagi wanita umur >40 tahun
1.7 Efek Samping

Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek


samping, antara lain perdarahan di luar haid, mual, berat badan bertambah,
sakit kepala (berkunang-kunang), perubahan warna kulit/hiperpigmentasi di
pipi, kandidiasis, tekanan darah tinggi, ASI berkurang, gangguan fungsi hati,
perubahan libido, dan depresi dan efek-efek samping ini dapat timbul
berbulan-bulan.
2. Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah hormon yang diberikan secara suntikan/injeksi
untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormone ini ada yg
terdiri atas 1 hormon, & ada pula yg terdiri atas dua hormone sebagai contoh jenis
suntikan yg terdiri 1 hormon adalah Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston
& Noristerat. Sedangkan yg terdiri dari atas dua hormone adalah Cyclofem dan
Mesygna.
KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang
menginginkan kontrasepsi yang efektif, reversible, dan belum bersedia untuk
sterilisasi.
2.1 Mekanisme suntik
a. Primer: mencegah ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan Lutheinizing Hormon (LH)
menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge).Respons kelenjar
hypophyse terhadap gonadotropin-releasing hormone eksogen tidak
berubah, sehingga memberi kesan prosesterjadi di hipotalamus dari pada
di kelenjar hypophyse. Ini berbedadengan POK yang tampaknya
menghambat ovulasi melalui efeklangsung pada kelenjar hypophyse.
Penggunaan kontrasepsi suntikantidak menyebabkan keadaan hipoestrogenik.
Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal danartofis dengan
kelenjar-kelenjar yang tidak katif. Sering stromamenjadi oedematous.
Dengan

pemakaian

jangka

lama,

endometriumdapat

sedemikian

sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanyadidapat sedikit sekali


jaringan bila dilakukan biopsy. Tetapiperubahan-perubahan tersebut akan
kembali menjadi normal dalamwaktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang
terakhir.

b. Sekunder

1) Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga merupakan


barier terhadap spermatozoa
2) Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi
dari ovum yang telah dibuahi
3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba
fallopii
2.2 Cara Kerja
Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2 bulan.
Wanita yang mendapat suntikan KB tidak mengalami ovulasi.
2.3 Efektivitas
Dalam teori: 99,75%. Dalam praktek: 95-97%.
2.4 Keuntungan
a. Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat
b. Dapat dipakai dalam waktu yang lama
c. Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu
2.5 Baik untuk Wanita yang:
a. Calon akseptor yg tinggal di daerah terpencil
b. Lebih suka disuntik daripada makan pil
c. Menginginkan metode yang efektif dan bisa dikembalikan lagi
d. Mungkin tidak ingin punya anak lagi
e. Tidak khawatir kalau tidak mendapat haid
2.6 Kontraindikasi
a. Hamil atau disangka hamil
b. Perdarahan pervaginam yg tidak diketahui sebabnya
c. Tumor/keganasan
d. Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, penyakit paru berat,
varices
2.7 Efek Samping
Efek samping dari suntikan Cyclofem yg sering ditemukan adalah mual, BB
bertambah, sakit kepala, pusing2 dan kadang2 gejala tersebut hilang setelah
beberapa bulan atau setelah suntikan dihentikan. Sedang efek samping dari
suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston, dan Noristeat yg
sering dijumpai adalah menstruasi tidak teratur, masa menstruasi akan lebih
lama, terjadi bercak perdarahan bukan mungkin menjadi anemia pada
beberapa klien.

3. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


AKDR atau spiral, atau Intra-Uterine Devices (IUD) adalah alat yang dibuat
dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yg ditempatkan di dalam rahim.
Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan dapat dilepaskan bila berkeinginan
untuk mempunyai anak.
3.1 Jenis AKDR di Indonesia
a. Copper-T
AKDR bentuk T ini terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus
ini mempunyai efek antifertilisasi yang cukup baik.
b. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus
pada jenis Copper-T.
c. Multi Load
AKDR ini terbuat dari plastik (polyethelen) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke
bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3
ukuran multi load, yaitu standar, kecil dan mini.
d. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelan, bentuknya seperti spiral atau
huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada
ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B
27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan 30
mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini
ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan
usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

3.2 Cara Kerja


AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur.
Imbarwati (2009), menjelaskan cara kerja IUD sebagai berikut:

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi


b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
3.3 Efektivitas
Sangat efektif (0,5-1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama 1
tahun)
3.4 Keuntungan
a. Tidak terganggu faktor lupa
b. Metode

jangka

panjang

(perlindungan

sampai

10

tahun

dengan

menggunakan tembaga T 380 A)


c. Mengurangi kunjungan ke klinik
d. Lebih murah dari pil dalam jangka panjang
3.5 Baik untuk Wanita yang:
a. Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektivitas yg tinggi, & jangka
panjang
b. Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
c. Memberikan ASI
d. Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
e. Berada dalam masa pasca aborsi
f. Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
g. Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
h. Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang
memang tidak boleh menggunakannya
i. Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat
3.6 Kontraindikasi
a. Hamil atau diduga hamil
b. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit
kelamin
c. Pernah menderita radang rongga panggul
d. Penderita perdarahan pervaginam yg abnormal
e. Riwayat kehamilan ektopik
f. Penderita kanker alat kelamin
3.7 Efek samping
a. Perdarahan dank ram selama minggu2 pertama setelah pemasangan.
Kadang2 ditemukan keputihan yg bertambah banyak. Disamping itu pada

saat berhubungan (senggama terjadi expulsi/IUD bergeser dari posisi)


sebagian atau seluruhnya
b. Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan
dihubungkan dengan resiko infeksi rahim.
c. Mulas, nyeri waktu haid, keputihan
d. Perdarahan haid yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya
(menoragia), perdarahan di luar haid (metroragia) dan kegagalan pada
pemasangan AKDR
3.8 Waktu Penggunaan IUD
Dalam Imbarwati (2009) dijelaskan penggunaan IUD sebaiknya dilakukan
pada saat:
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL)
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila
tidak ada gejala infeksi
e. Selama 1-5 hari setelah senggama yg tidak dilindungi
3.9 Waktu Kontrol IUD
Menurut Imbarwati (2009), waktu kontrol IUd yang harus diperhatikan adalah:
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. Bila terlambat haid 1 minggu
e. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
4. AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
Adalah 2 kapsul kecil yang terbuat dari silicon berisi 75 gram hormone
levonorgestrel yang ditanam di bawah kulit.
Norplant merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa digunakan
untuk jangka waktu 5 tahun. norplant dipasang di bawah kulit, di atas daging pada
lengan atas wanita. Alat tersebut terdiri dari 6 kapsul lentur seukuran korek api
yang terbuat dari bahan karet silastik. Masing-masing kapsul mengandung
progestin levonogestrel sintetis yang juga terkandung dalam beberapa jenis pil
KB. Hormon ini lepas secara perlahan-lahan melalui dinding kapsul sampai kapsul

diambil dari lengan pemakai. Kapsul-kapsul ini bisa terasa dan kadangkala terlihat
seperti benjolan atau garis-garis.
4.1 Cara Kerja
AKBK atau sering disebut dengan implant secara tetap melepaskan
hormone tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah.
Bekerja dengan cara:
a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c. Menekan ovulasi
4.2 Efektivitas
Dalam teori: 99,7%. Dalam praktek: 97-99%
4.3 Keuntungan
a. Sekali pasang untuk 3 tahun
b. Tidak mempengaruhi produksi ASI
c. Tidak mempengaruhi tekanan darah
d. Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian
e. Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi tetapi belum mantap
untuk di tubektomi
4.4 Baik untuk wanita yang:
a. Ingin metode yang praktis
b. Mungkin tidak ingin punya anak lagi
c. Tinggal di daerah terpencil
d. Tak khawatir jika tak dapat haid
4.5 Kontraindikasi
a. Hamil atau disangka hamil
b. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
c. Tumor/keganasan pada payudara
d. Penyakit jantung

atau ginjal, darah tinggi, diabetes, dislipidemia,

hipertensi,migrain, epilepsi
e. Depresi mental, urolitiasis
4.6 Efek samping
Kadang-kadang pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu
ditemukan haid yang tidak teratur, sakit kepala, kadang2 terjadi spotting atau
anemia karena perdarahan yg kronis.
4.7 Waktu Mulai Menggunakan Implant
a. Implant dapat dipasang selama siklus haid ke-2 sampai hari ke-7

b. Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat


c. Saat menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan
d. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan
e. Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,
insersi dilakukan setiap saat jangan melakukan hubungan seksual selama
7 hari
5. Kondom Pria
Adalah sarung karet tipis yang dipakai oleh pria pada waktu bersenggama
5.1 Cara Kerja
Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum
5.2 Efektivitas
Dalam teori: 98%. Dalam praktek: 85%. Efektif jika digunakan benar tiap
kali berhubungan. Namun efektivitasnya kurang jika dibandingkan metode pil,
AKDR, suntikan KB.
5.3 Keuntungan
a. Dapat dipaki sendiri
b. Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
c. Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui
d. Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain
e. Tidak mengganggu kesehatan
f. Tidak ada efek samping sistemik
g. Tersedia secara luas
h. Tidak perlu resep atau penilaian medis
i. Tidak mahal (jangka pendek)
5.4 Baik untuk pasangan yang:
a. Ingin menunda kehamilan atau ingin menjarangkan anak
b. Jarang bersenggama
c. Pasangan yang takut menularkan & tertular penyakit kelamin
d. Wanita yang kemungkinan sudah hamil
5.5 Kontraindikasi
Alergi.

6. Kondom Wanita
Kondom wanita ini mungkin kurang familiar di Indonesia. Kondom ini dimasukan
ke dalam vagina hingga menutupi seluruh area serviks. Dengan demikian sperma

yang masuk akan tertampung di dalam kondom tersebut. Angka kegagalan


mencapai 5-21%.
III.

KONTRASEPSI MANTAP ATAU KONTAP


Adalah pemotongan/pegikatan kedua saluran telur wanita (tubektomi)
atau kedua saluran sperma laki-laki (vasektomi). Operasi tubektomi ada
beberapa macam cara antara lain adalah Kuldoskopik, Kolpotomi, Posterior,
Laparoskopi, dan Minilaparotomi. Cara yang sering diapaki di Indonesia adalah
Laparoskopi dan Mini laparotomi.
Cara Kerja: hal ini mencegah pertemuan sel telur dengan sperma
Efektivitas: dalam teori: 99,9%. Dalam praktek: 99%.
Keuntungan
a. Paling efektif
b. Mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan pengembalian tidak bisa
dijamin).
c. Tidak perlu perawatan khusus
Baik untuk pasangan yang:
a. Sudah yakin tidak ingin punya anak lagi
b. Jika hamil akan membahayakan jiwanya
c. Ingin metode yang tidak mengganggu
Kontraindikasi: tidak ada.
Efek Samping
Jarang, ringan, dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri, dan infeksi
luka operasi. Pada vasektomi infeksi dan epididimis terjadi pada 1-2% pasien.
Pada tubektomi perdarahan, infeksi, kerusakan organ lain dan komplikasi
karena anastesi dapat terjadi.

E.

FAKTOR-FAKTOR DALAM MEMILIH METODE KONTRASEPSI


1. Faktor pasangan motivasi
a. Umur
Perempuan usia subur yang dapat menggunakan kontrasepsi progestin,
sedangkan wanita yang sudah menopause tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi progestin sehingga dapat mempengaruhi seseorang dalam
memilih metode kontrasepsi
b. Gaya hidup
Perempuan yang gaya hidupnya suka merokok dan mengonsumsi alkohol
dan menderita anemia boleh menggunakan kontrasepsi progestin karena

tidak ada efek samping bagi wanita perokok dan penderita anemia dan wanita
yang mengonsumsi alkohol
c. Frekuensi senggama
KB yang mengandung progesteron dapat digunakan pada wanita yang sering
melakukan hubungan seksual ataupun yang jarang melakukan hubungan
seksual dengan suaminya, karena kontrasepsi ini tidak mengganggu
pasangan dalam melakukan hubungan seksual
d. Jumlah keluarga yang diinginkan
Salah satu tujuan dari kontrasepsi ini adalah untuk menjarangkan kehamilan
serta mencegah atau melawan pertemuan antara ovum yang matang dan
sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Jadi wanita yang ingin
mengatur jumlah anak ataupun yang ingin menjarangkan kehamilan sehingga
jumlah anak dalam keluarga sesuai keinginan dapat menggunakan
kontrasepsi
e. Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu
Perempuan yang dahulunya pernah menggunakan salah satu jenis
kontrasepsi, kemungkinan besar dia akan tetap bertahan atau melanjutkan
pemakaian lagi jika dia sudah merasa nyaman dengan kontrasepsi tersebut
dan merasa mendapat keuntungan dari kontrasepsi tersebut.
2. Faktor kesehatan kontraindikasi absolut dan relatif
a. Status kesehatan
Perempuan dengan penyakit jantung dapat menggunakan kontrasepsi
progesteron karena dalam kontrasepsi ini mengandung estrogen sehingga
tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
b. Riwayat haid
Semua perempuan yang siklus haidnya panjang atau pendek dapat
menggunakan kontrasepsi progesteron, sedangkan wanita yang pernah
mengalami perdarahan pervaginam yang tidak jelas penyebabnya tidak boleh
menggunakan kontrasepsi progesteron
c. Riwayat keluarga
Perempuan yang mempunyai penyakit keturunan misal dalam keluarganya
mempunyai riwayat kanker payudara dandiabetes mellitus disertai komplikasi
tidak dapat menggunakankontrasepsi progestin,karena akan memberi
dampak yang negatif pada wanita tersebut.
d. Pemeriksaan fisik
Perempuan yang pada pemeriksaan fisik terdapat varises tidak dapat
menggunakan kontrasepsi progestin

e. Faktor metode KB penerimaan dan pemakaian berkesinambungan


-

Efektivitas
Efektivitas kontrasepsi progestin tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100
perempuan tiap tahun. Asal penyuntikannyadilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Efek samping minor


Efek samping hanya sedikit (gangguan siklus haid, perubahan berat
badan,

terlambat

kembalinya

kesuburan

danosteoporosis

pada

pemakaian jangka panjang).


-

Kerugian
Kerugian hanya sedikit dan jarang terjadi pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi progesterone ini, perubahan beratbadan dan gangguan haid
merupakan kerugian tersering.

Komplikasi yang potensial


Perempuan

yang

menggunakan

kontrasepsi

progesterone

tidak

ditemukan adanya komplikasi-komplikasi yang potensial.


-

Biaya
Biaya kontrasepsi progesterone sangat terjangkau, siapa saja bisa
menjangkaunya

F.

KONSELING KB
1. Konseling awal
Konseling awal sangat diperlukan untuk calon yang baru pertama datang dan
dimaksudkan untuk mengenalkan klien kepada semua cara KB atau pelayanan
kesehatan, prosedur klinik, kebijakan, dan bagaimana pengalaman klien pada
kunjungannya itu. Bila konseling awal dilakukan dengan baik, maka dapat
membantu klien dalam memilih cara KB yang cocok bagi klien. Dalam konseling
awal diberitahukan secara singkat tentang cara-cara KB yang tersedia di klinik.
Jawab pertanyaan klien dengan jelas dan terarah.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam pelaksanaan konseling awal :
a. Tanyakan kepada klien cara apa yang disukainya, dan apa yang ia ketahui
mengenai cara tersebut
b. Uraikan secara ringkas
c. Bagaimana cara kerjanya
d. Manfaat dan kerugiannya
2. Konseling awal secara individual atau kelompok

a. Suasana pelayanan yang nyaman melalui penerimaan yang hangat dan


kekeluargaan.
b. Penyuluhan mengenai cara-cara KB.
c. Penyuluhan mengenai keefektifan menyusui untuk KB bagi ibu yang baru
melahirkan.
d. Keterangan mengenai apa yang diinginkan oleh klien selama kunjungan
tersebut.
3. Konseling metode khusus
Konseling khusus mengenai metode KB yang memberi kesempatan kepada klien
untuk :
a. Mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan
pengalamannya.
b. Mendapat informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia yang ingin
dipilihnya.
c. Mendapat bantuan untuk memilih metode KB yang cocok.
d. Penerangan lebih jauh tentang bagaimana menggunakan metode tersebut
dengan aman, efektif, dan memuaskan.
4. Selama konseling, petugas memberi pelayanan:
a. Menanyakan kepada klien cara apa yang ingin dipilih dan apa yang ia ketahui
tentang cara tersebut. Dengan cara demikian pemberi pelayanan dapat
mengoreksi dan informasi yang salah yang muncul di masyarakat untuk
selanjutnya memberikan informasi yang benar.
b. Memberitahukan

dan

mendiskusikan

cara

kerja

setiap

metode

KB,

keefektifannya, manfaat dan kerugiannya.


c. Membantu klien untuk mulai memilih suatu metode
d. Menasehati klien perlunya evaluasi lebih lanjut.
e. Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya lebih lanjut atau ada hal
lain yang masih merisaukan.
f. Menjelaskan secara singkat dan jelas bagaimana menggunakan metode
tersebut dan memungkinkan efek samping yang timbul
g. Meminta klien mengulang instruksi untuk menyakinkan bahwa ia benar-benar
telah mengerti.
h. Membicarakan dengan klien apa harus kembali atau follow up. Penekanan
dititik beratkan pada penyediaan alat, nasehat tentang efek samping,
bagaimana mengenal adanya masalah sedini mungkin, bagaimana bila ingin
mengganti alat kontrasepsi.

5. Konseling kunjungan ulang


Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang maka
penting untuk berpijak pada konseling yang dulu. Secara khusus, kunjungan
ulang memberikan kesempatan untuk :
a. Membesarkan hati klien atas keputusannya untuk ber-KB
b. Mengetahui apakah klien puas dan apakah masih menggunakan cara KB
c. Menyakinkan bahwa cara yang dipakai klien telah benar dan bila benar cocok,
untuk mengulangi intruksi pemakaiannya.
d. Menyediakan suplai (bahan secukupnya).
e. Menjawab pertanyaan klien.
f. Membesarkan hati klien dan mengobati efek samping yang kecil bila perlu.
g. Memeriksa komplikasi medis dan merujuk untuk evaluasi medis bila
diperlukan.
h. Mencari perubahan-perubahan kesehatan pada saat itu atau keadaan
hidupnya yang bisa menjurus untuk berganti cara atau berhenti menggunakan
cara KB
6. Kunjungan ulang pertama
Kunjungan ulang yang pertama tergantung pada jenis KB yang dipakai. Sebagai
contoh, dibawah ini diberikan jadwal yang dianjurkan:
a. Pil oral: 3 bulan
b. AKDR : 3 6 minggu
c. KB suntik: 2 3 bulan, tergantung jenisnya.
d. Norplant: Bila tidak ada keluhan, tidak perlu melakukan kontrol rutin sampai
akhir 5 tahun.

G. PATHWAY
1. Suntik
Suntik
Progesterone

Estrogen

Sirkulasi

GIT

Reproduksi

Retensi
cairan

Merangsang
pusat
reseptor
makanan

Stimulasi
hipotalamus

Peningkatan
TD

Nafsu makan
meningkat

Menghambat
sikluas
oksigenasi
Nyeri kepala

Menghambat
produksi
prostaglandin

Nyeri

Asam
lambung
meningkat
Merangsang
muntah
Devisit
vol.cairan

Peningkatan
proteksi
terhadap
mukosa
lambung
Iritasi
mukosa
lambung

BB
meningkat
Perubahan
body image

Menekan
LH,FSH
Ovulasi
terhambat
Perubahan
maturasi
endometrium
Atropi
Dinding
rahim sulit
lepas
Amenorrhea
Ansietas

Pengentalan
lender
serviks

Faktor
pembekuan
darah
meningkat
Trombosis

Menghambat
penetrasi
sperma
Sperma &
ovum tidak
bertemu
Lender
meningkat
Keputihan

2. PIL KOMBINASI
Pil
Progesterone

Estrogen

Sirkulasi

GIT

Reproduksi

Retensi
cairan & Na

Merangsang
pusat nafsu
makan

Stimulasi
hipotalamus

Peningkatan
TD

Nafsu makan
meningkat

Menghambat
siklus
oksigenasi
Nyeri kepala

BB
meningkat
Menghambat
produksi
prostaglandin

Perubahan
body image

LH,FSH
menurun
Ovulasi
terhambat
Perubahan
maturasi
endometrium

Nyeri

Asam
lambung
meningkat
Merangsang
muntah
Resiko
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh

Peningkatan
proteksi
terhadap
mukosa
lambung
Iritasi
mukosa
lambung

Atropi
Dinding
rahim sulit
lepas
Amenorrhea
Ansietas

Pengentalan
lender
serviks

Faktor
pembekuan
darah
meningkat
Trombosis

Menghambat
penetrasi
sperma
Sperma &
ovum tidak
bertemu
Lender
meningkat
Konsepsi
tidak terjadi

3. IUD
IUD
Benda asing dalam uterus

Reaksi
radang di
cavum uteri

Perubahan
reaksi kimia
Perubahan
reaksi
enzimatik
uterus

Erosi
endometrium

Kontraksi
uterus

Spotting

Iskemia otot
uterus

Perubahan
endometrium

Infeksi

Fagosit
meningkat
Perubahan
endometrium

Terjadi efek mekanik

Keputihan
meningkat

Nidasi tidak
terjadi

Infeksi pelvis

Makrofag
meningkat
Menekan
sperma

Hipertermi
Perubahan
suhu tubuh

Sperma dan
ovum tidak
bertemu

Ansietas
Pelepasan
mediator
inflamasi
Stimulasi saraf
simpatis &
parasimpatis
Persepsi nyeri
Nyeri

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan suami
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat mestruasi
e. Riwayat KB
f. Riwayat psikologi
g. Pemeriksaan fisik
h. Riwayat obstetri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kontrasepsi suntik
Nyeri akut
Deficit volume cairan
Perubahan body image
Ansietas

Kurang
pengetahuan
tentang
prosedur
pemasangan
dan efek yg
terjadi

b. Kontrasepsi pil
Nyeri akut
Perubahan body image
c. IUD
Nyeri akut
Perubahan suhu tubuh
Ansietas
Kurang pengetahuan

3. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut
Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami
nyeri
Kriteria hasil

klien melaporkan nyeri berkurang


klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI
Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Kontrol tekanan darah klien

RASIONAL
Memudahkan menentukan inetrvensi
selanjutnya

Mengidentifikasi adanya nyeri pada


klien
Perubahan tekanan darah dapat
mengindikasikan adanya reaksi dari
pemberian obat-obatan
Kontrol
lingkungan
yang
dapat Mengurangi faktor pencetus nyeri
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Apabila faktor pencetus berkurang
maka intensitas nyeri akan berkurang
Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan Dukungan
dari
keluarga
dapat
menemukan dukungan
membantu klien mengatasi nyeri
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: Teknik non farmakologi yang benar
napas dada, relaksasi, distraksi, kompres akan membuat klien rileks dan nyaman
hangat/dingin
sehingga dapat mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Istirahat akan membuat klien merasa
nyaman,
sehingga
nyeri
dapat
berkurang
Kolaborasi:
Penggunaan agens-agens farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, untuk mengurangi atau menghilangkan
seperti
nyeri

Ansietas
Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kecemasan klien


teratasi
Kriteria hasil

TTV klien dalam batas normal


Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
INTERVENSI
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu klien mengenali situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
Dengarkan dengan penuh perhatian
Temani
klien
untuk
memberikan
keamanan dan mengurangi takut
Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur

Libatkan keluarga untuk mendampingi


klien
Instruksikan
pada
klien
untuk
menggunakan teknik relaksasi
Kolaborasi:
Berikan obat anti cemas

RASIONAL
Membantu
menentukan
intervensi
selanjutnya
Mengidentifikasi sumber kecemasan
klien
Mengungkapkan perasaan, ketakutan,
dan
persepsi
akan
mengurangi
kecemasan klien
Membuat klien merasa tenang dan
mengurangi kekhawatiran klien
Memberikan keamanan pada klien dan
mengurangi takut
Mengurangi
kecemasan
klien,
meningkatkan
pemahaman
klien
mengenai prosedur tindakan yang akan
dilakukan
Keluarga dapat member dukungan positif
kepada klien
Untuk mengurangi kecemasan yang
dirasakan klien
Pemberian obat anti cemas sesuai
dengan
kebutuhan
klien
dapat
mengurangi kecemasan klien

Kurang Pengetahuan
Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien menunjukkan


pengetahuan tentang kontrasepsi
Kriteria hasil

Klien menyatakan kepahaman tentang kondisi kontrasepsi, jenis kontrasepsi,


kelebihan & kekurangan, serta cara menggunakannya
Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya

INTERVENSI
Kaji tingkat pengetahuan klien

RASIONAL
Membantu menentukan jenis pengetahuan
yang akan diberikan pada klien
Jelaskan tentang kontrasepsi, jenis- Meningkatkan pemahaman klien
jenis kontrasepsi, kekurangan &
kelebihan masing2 kontrasepsi dan
cara penggunaannya
Jelaskan cara mengatasi masalah yang Meningkatkan pemahaman klien dan
mungkin muncul setelah pemakaian membantu klien mengatasi masalah yang
kontrasepsi
muncul
Diskusikan pemilihan kontrasepsi
Memilih kontrasepsi yang tepat dan sesuai
dapat mengurangi kecemasan klien&
memenuhi kebutuhan klien
Dukung klien untuk mengeksplorasi Memperluas pemahaman klien
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis


Kontrasepsi

yang

Digunakan

Pada

Pasangan

Usia

Subur.

http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf. Diakses tanggal 19


Juni 2012. Pukul 19.20 WIB.
Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD pada
Peserta

KB

non

IUD

di

Kecamatan

Pedurungan

Kota

Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf. Diakses tanggal 19 Juni 2012.


Pukul19.49 WIB.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta. EGC.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19183/4/Chapter%20II.pdf

You might also like