Professional Documents
Culture Documents
Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum Farmakologi Dinamik tepat pada waktunya.
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
Daftar Pustaka ....................................................................................................... ii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
BAB 2 ..................................................................................................................... 4
BAB 3 ..................................................................................................................... 5
BAB 4 ................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 11
ii
BAB 1
1. Pendahuluan
Diazepam merupakan obat golongan Benzodizepine. Golongan obat ini
bekerja padasystem saraf pusat dengan efek utama : sedasi, hypnosis,
pengurangan
terhadap
rangsanganemosi/ansietas,
relaksasi
otot
dan
sedative,
penatalaksanaan
relaxan
gejala-gejala
otot
rangka,
akibat
antikonvulsan,dan
penghentian
dalam
pemakaian
dan
diazepam
secara
intraperitoneal
digunakan
untuk menentukan ED 50 yaitu dosis yang memberikan efek tidur pada 50%
individu atau separuhdari jumlah individu yang diamati memberi respon
tidur. Dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50% individu disebut dosis
terapi median atau dosis efektif median (ED50). Dosisltal median (TD50)
ialah dosis yang menimbulkan kematian pada 50% individu, sedangkanTD50
ialah dosis toksik 50%
Farmakodinamik
Pengikatan GABA (asam gama aminobutirat) ke reseptornya pada
membrane sel akanmembuka saluran klorida, meningkatkan efek konduksi
klorida. Aliran ion klorida yangmasuk menyebabkan hiperpolarisasi lemah
menurunkan potensi postsinaptik dari ambangletup dan meniadakan
pembentukan kerja potensial. Benzodiazepine terikat pada sisi spesifik dan
berafinitas tinggi dari membran sel yang terpisah tetapi dekat reseptor GABA.
Reseptor benzodiazepine terdapat hany pada SSP dan lokasinya sejajar
dengan neuron GABA.Pengikatan benzodiazepine memacu afinitas resptor
GABA untuk neurotransmitter yang bersangkutan sehingga sluran klorida
yang berdekatan lebih sering terbuka. Keadaan tersebutakan memacu
hiperpolarisasi dan menghambat letupan neuron (catatan: benzodiazepine dan
GABA secara bersama-sama akan meningkatkan afinitas terhadap sisi
ikatannya tanpa perubahan jumlah total sisi tersebut).
Lama pemberian
Obat diazepam ini tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang
panjang, karenadapat berakibat buruk bagi tubuh penderita. Diazepam segera
didistribusi ke otak, tetapiefeknya baru tampak setelah beberapa menit. Obat
ini menyebabkan tidur dan penurunankesadaran disertai nistagmus dan bicara
lambat, tetapi tidak berefek analgesic, juga tidak menimbulkan potensiasi
terhadap efek penghambat neuromuscular dan efek analgesic obatnarkotik.
Diazepam digunakan untuk menimbulkan sedasi basal pada anastesia
regional,endoskopi, dan prosedur dental, juga untuk induksi anastesia
terutama pada penderita dengan penyakit kardiovaskuler. Dibandingkan
dengan ultra short acting barbiturate, efek anastesiadiazepam kurang
memuaskan karena mula kerjanya lambat dan masa pemulihannya
lama.Kadarnya segera turun karena adanya redistribusi, tetapi sedasi sering
muncul lagi setelah 6-8 jam akibat adanya penyerapan ulang diazepam yang
dibuang melalui empedu. Karena itudiazepam jangka lama tidak memerlukan
koreksi dosis
BAB 2
1. Tujuan Praktikum
1. Mengamati perubahan aktivitas perilaku setelah pemberian diazepam
secara intraperitoneal
2. Menentukan ED 50 ( dosis yang memberikan efek tidur ) Diazepam
2. Alat & Bahan
1. Kapas, Kain, Spuit, Kasa
2.Kandang, Tikus 3 ekor
3. Alkohol
4. Diazepam ( dosis 1mg/kgBB, 2.5mg/kgBB, 5mg/kgBB )
5. Klem
3. Prosedur Kerja
1. Bersihkan permukann abdomen tikus dengan kapas alcohol
2.Suntikan pada masing masing tikus : diazepam dengan dosis dosis
1mg/kgBB,2.5mg/kgBB, 5mg/kgBB secara intraperitoneal
3. Amati perubahan perilaku tikus dengan seksama
BAB 3
1. Pembahasan
Respon tidur
2. Dosis
1
2,5
5
+
+
+
+
+
+
+
+
100
%
indikasi
yang
berespon
14 %
43 %
100 %
y = 21.633x - 8.9592
R = 0.9982
90
80
Respon (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
0
Dosis (mg)
Persamaan regresi :
y=21,633x-8,9592
R2= 0,9982
ED50 :
50=21,633x-8,9592
58,9592=21,633x
x=2,7 mg
Dari data kelas yang kami peroleh, dengan pemberian dosis 1mg/kgBB
;2,5mg/kgBB dan 5 mg/ kgBB, dari ketiga dosis tersebut dosis 1 mg/kgBB
tidak dapat menimbulkan efek tidur pada tikus,sedangkan pada dosis 2,5 mg
diperoleh 43%. Pada dosis 5mg/kgBB sudah memberikan efek keadaan
pernapasan, dapat terjadi depresi bila digunakan bersama opioid sebagai medikasi
pra-anestetik.
Dosis Diazepam untuk induksi ialah 0,1-0,5 mg/kgBB. Pada orang sehat,
dosis Diazepam 0,2 mg/kgBB sebagai medikasi pranestetik yang diberikan
bersama narkotik analgesik sudah menyebabkan tidur. Pada pasien dengan resiko
tinggi (poor risk) hanya dibutuhkan 0,1-0,2 mg/kgBB. Untuk menimbulkan
sedasi, penambahan 2,5 mg Diazepam tiap 30 detik diberikan sampai pasien tidur
ringan atau terjadi nistagmus,ptosis, atau gangguan bicara. Umumnya dibutuhkan
5-30 mg untuk sedasi ini.
Pada
praktikum
ini
dilakukan
beberapa
test
untuk
mengetahui
efek
c. Ataksia
Test ketiga ini bertujuan untuk melihat gerakan berjalan yang
inkoordinasi.Pada tikus pertama dan tikus kedua, tidak terlihat gerak
inkoordinasi tikus dari awal pemberian hingga menit ke-60, sedangkan
pada tikus ketiga, gerak inkoordinasi hanyaterlihat kadang-kadang dari
awal pemberian sedangakan pada menit ke 10 sudah ridak dapat berjalan
lurus.
d. Righting Refleks
Righting refleks ini bertujuan untuk melihat gerak refleks tubuh dari
tikusapabila dimiringkan baik secara telentang maupun miring. Pada
tikus pertama, tikuskedua, dari awal pemberian diazepam hingga menit
ke-60 masing-masing tikus tidak memperlihatkan refleks apapun, artinya
refleks dari tikus ini masih dalam keadaannormal. Sedangkan pada tikus
ke tiga memberikan efek diam pada satu posisi miring.
e. Test Kasa
Test ini bertujuan untuk melihat efek kantuk dari tikus akibat pemberian
obatyang menyebabkan tubuh tikus itu sendiri tidak seimbang bila kasa
dibalikkan. Padatikus pertama, dari awal pemberian obat hingga menit
ke-60 tikus tidak jatuh saat kasadibalik, artinya bahwa tikus pertama
masih dalam keadaan normal. Pada tikus kedua,tikus baru akan
memperlihatkan reaksi jatuh saat menit ke-60, sedangkan pada
tikusketiga, tikus sudah jatuh dari menit pertama hingga menit ke-60, hal
ini menunjukkan bahwa obat yang diberikan pada tikus sudah bereaksi.
f. Analgesia
Test ini bertujuan untuk melihat efek analgesik yang ditimbulkan
dari pemberian diazepam ini. Pada tikus pertama dan tikus kedua, masih
memperlihatkanrespon yang aktif dari menit kepertama hingga menit ke60, sedangkan pada tikusketiga, dari awal pemberian hingga menit ke-60
tikus sudah tidak memperlihatkanrespon nyeri pada kakinya saat dijepit.
Hal ini memnuktikan bahwa obat yangduiberikan pada tikus ketiga sudah
mulai bereaksi.
g. Ptosis
Test ini bertujuan untuk melihat palpebra tikus yang mulai bereaksi.
Padatikus pertama dan ke dua, palpebra masih dalam keadaan normal
dari awal pemberianhingga menit ke-60, sedangkan pada tikus ketiga,
palpebra mulai terlihat saat menitke-15 hinngga menit ke60.Perubahan perilaku pada hewan coba seperti diatas dapat terjai
karenadiazepam mengakibatkan inhibisi aktivitas sistem retikuler
mesensefalik. Sistem retikuler ini bertanggung jawab sebagai penggalak
kesadaran. Jika ada inhibisi padasistem ini, maka akan timbul efek
penurunan kesadaran yang dapat dilihat darikeadaan yang awalnya
compos mentis menjadi somnolen. Keadaan somnolenditunjukkan
dengan
ptosis,
menurunnya
aktivitas
motorik,
menurunnya
karena
diazepam
dapat
menghambat perkembangan
dan
sedasi,
hypnosis,
pengurangan
terhadap
BAB 4
KESIMPULAN
Diazepam yang digunakan pada praktikum ini pada dasarnya akan menyebabkan
efek sedasi pada subjek, namun untuk mendapatkan efek tersebut terlebih dahulu
harus disesuaikan dosisnya dengan subjek. Di dalam praktikum akhirnya didapat
dosis yang bisa mencapai efek terapi pada 50% populasi adalah pada saat dosis
2,7mg.
10
Daftar Pustaka
Tim Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta :
Badan Penerbit FKUI.
Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. 2010
Goodman, Gilman. Dasar Farmakologi Terapi. 2012
11