You are on page 1of 2

DKI Tawarkan Kereta Ringan

Dinilai Unggul dari Sisi Lahan dan Daya Angkut


Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menawarkan pembangunan kereta api
ringan (light rail transit) untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Moda
transportasi ini dinilai unggul dari sisi daya angkut serta keluwesan
terkait keterbatasan lahan. Namun, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
minta pemerintah lebih cermat.
Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Industri, Perdagangan, dan Transportasi
Sutanto Soehodho, dalam rapat dengan Badan Anggaran DPRD DKI Jakarta,
Kamis (18/12), mengatakan, peran angkutan umum dalam pergerakan warga
Ibu Kota Jakarta masih sangat kecil.
Berdasarkan hasil studi Study on Integrated Tranportation Master Plan, total
perjalanan angkutan umum di Jabodetabek hanya dilayani 2 persen kendaraan
di jalan raya. Pada studi lain, 27 persen perjalanan menggunakan angkutan
umum berbasis rel dan jalan raya. Selain itu, pengguna juga masih
mengeluhkan kenyamanan, keamanan, dan kemudahan.
Sutanto menambahkan, LRT tak membutuhkan banyak lahan karena bisa
dibangun di atas jalan yang ada saat ini. LRT juga memungkinkan dibangun di
antara gedung dengan lahan sempit.
Selain di permukaan jalan, LRT juga bisa dibangun layang dengan depo-depo
yang bisa dihubungkan ke gedung-gedung dengan jembatan. Daya angkutnya
juga lebih besar ketimbang monorel atau bus.
Ada tujuh koridor LRT yang ditawarkan pemerintah, yakni Koridor Kebayoran
Lama-Kelapa Gading (21,6 kilometer/km), Tanah Abang-Pulo Mas (17,6 km),
Joglo-Tanah Abang (11 km), Puri Kembangan-Tanah Abang (9,3 km), PesingKelapa Gading (20,7 km), Pesing-Bandara Soekarno-Hatta (18,5 km), dan
Cempaka Putih-Ancol (10 km).
Pada tahap awal, lanjut Sutanto, pemerintah mengajukan pembangunan
Koridor Kebayoran Lama-Kelapa Gading dengan 22 stasiun. Perjalanan LRT
ditargetkan mengangkut 220.000 orang per hari atau sekitar 18.000 orang per
jam. Biayanya sekitar Rp 9,2 triliun antara lain untuk membangun rel, depo,
kantor, dan fasilitas pendukung lain.
Skema pembiayaannya, kata Sutanto, bisa dengan beberapa cara. Untuk
pembangunan Koridor I, misalnya, pemerintah bisa menganggarkan sekitar Rp
7,5 triliun dari APBD DKI Jakarta. Sisanya kebutuhan dana ditawarkan kepada
swasta.

Skema lain adalah dengan menerbitkan obligasi daerah atau surat utang yang
diterbitkan pemerintah daerah dan ditawarkan kepada publik melalui
penawaran umum di pasar modal.
Keinginan itu pernah disampaikan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama.
Basuki berharap pembangunan LRT dapat mengejar Kota Bangkok.
Pembangunannya menggenapi moda- moda transportasi umum lain yang sudah
ada saat ini, seperti transjakarta dan KRL.
Basuki menyatakan, penataan transportasi mengadopsi cara yang
dikembangkan Pemerintah Kota Chicago, Amerika Serikat. Otoritas kota
mengembangkan LRT yang bisa meliuk-liuk di antara gedung-gedung
bertingkat. Basuki mengidamkan adanya moda transportasi yang
menghubungkan pusat-pusat niaga di Jakarta. Jika DPRD setuju, tahun 2015
proyek itu bisa dimulai.
Cermat
Anggota Badan Anggaran dari Fraksi PKS, Selamat Nurdin, meminta
pemerintah mengkaji rencana itu secara menyeluruh. Dia berharap moda
transportasi itu terintegrasi dengan angkutan umum yang ada saat ini.
Sejumlah anggota DPRD lain meminta Pemerintah DKI Jakarta cermat
sebelum memutuskan pembangunan LRT. Beberapa faktor yang perlu
dijelaskan adalah amdal, argumentasi mengenai perlunya LRT, serta
keuntungan apa yang didapatkan warga.
Pemerintah diharapkan mengatasi penghalang sebagaimana dialami proyek
monorel. Selain itu, mereka meminta pembangunannya murni dimaksudkan
sebagai bentuk pelayanan kepada publik, bukan semata menguntungkan
pengembang di jalur-jalur yang dilalui LRT.
Wakil Ketua DPRD DKI dari Fraksi Partai Gerindra Muhammad Taufik
berpendapat, dari sisi keuangan, Pemerintah DKI Jakarta bisa mewujudkan
pembangunannya dengan APBD dalam anggaran tahun jamak. Namun,
pemerintah perlu memperhitungkan nilai keekonomian moda itu. Selain itu
juga perlu menghitung berapa ongkos yang harus ditanggung pengguna, berapa
subsidi pemerintah, dan berapa lama tingkat pengembalian investasinya.
(MKN)
Sumber: Kompas | 19 Desember 2014

You might also like